You are on page 1of 16

BORAKS DAN FORMALIN PADA MAKANAN

Karya ilmiah ini dikerjakan dalam rangka pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh:

Agus andrian

Anandya Reza

Fitriano H

Irham Satria Y

Rendy A

SMAN 14 JAKARTA

2009

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis “Boraks dan Formalin pada Makanan”

Disusun oleh :

Agus andrian

Anandya Reza

Fitriano Haniwieko

Irham Satria Y

Rendy A

Telah disahkan pada

hari :
tanggal :

Pembimbing

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai
sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan
karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna
dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan,
kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua
kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa
datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil
yang lebih baik.

Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan
diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat mengurangi bahkan
menghilangkan penggunaan boraks dan formalin sebagai pengawet pada makanan. Dengan begitu
maka kesehatan akan lebih terjamin dan tidak ada lagi muncul berbagai penyakit baru yang
diakibatkan penggunaan bahan-bahan terlarang sebagai bahan baku makanan. Kami juga
mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta efektif dari pihak pengawas makanan yang
merupakan bagian dari kepemerintahan, sehingga makanan yang dihasilkan dari Indonesia dapat
lebih terjamin dan sehat.

Penulis

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini kami persembahkan untuk :


Seluruh pembaca dan masyarakat Indonesia yang menginginkan kemajuan bangsa dan kecerdasan
bangsa.

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan……………………………………………………………..…….1

Kata Pengantar………………………………………………………………………….2

Halaman Persembahan………………………………………………………….…..…..3

Daftar Isi………………………………………………………………………………..3

Abstraksi………………………………………………………………………………….4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………………..4

1.2 Pembatasan Masalah……………………………………….……………………….4

1.3 Perumusan Masalah………………………………………………….…….……….5

1.4 Tujuan Penulisan……………………………………………..…………………….5

1.5 Metode Penelitian………….……………………………………………………… 5

1.6 Hipotesa…………………….…………………………………………………. ….5

1.7 Manfaat…………….………………………………………………………………6

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………………… …….6

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian…………….……………………………………………… …….8

3.2 Sumber Data…………………………………………………………… …. …….8

3.3 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………… ………….8

3.4 Teknik Analisis Data…………………………………………………… . ……….8


BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Boraks dan Formalin…………………………………… . …………..9

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan………………………9

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks ………………….10

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks

dan formalin di Indonesia………………………………………………………………12

BAB V PENUTUP……………………………………………..………………….. .13

BAB VI DAFTAR PUSTAKA……………………… ………………………… ….14

ABSTRAKSI

Karya tulis ini menjelaskan tentang bagaimana sekarang ini banyak kejadian penggunaan boraks dan
formalin sebagai bahan pengawet makanan. Di mana kedua bahan tersebut sangat dilarang
digunakan sebagai bahan baku makanan. Dan jika penggunaannya terus dilakukan dan dikonsumsi
dapat menyebabkan berbagai penyakit terutama kanker dan bahkan kematian untuk tingkat yang
lebih lanjut. Hal ini telah menjadi hal yang cukup serius dan menjadi suatu masalah yang berusaha
diselesaikan dengan baik oleh berbagai pihak terutama pemerintah.

Sebagai pusat utama kelangsungan negara, pemerintah harus dapat dengan bijak memutuskan dan
bertindak bagaimana penanganan kasus tersebut. Terutama kasus pada pembuatan bakso dengan
bahan pengawet boraks dan berbagai makanan seperti ikan asin serta tahu yang diawetkan dengan
menggunakan formalin. Berbagai solusi kami tuliskan di sini. Tetapi solusi tersebut tidaklah
semuanya dapat dijalankan dengan hasil yang cepat dan ada kemungkinan banyak faktor yang
menyebabkan penyelesaian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Karena masalah ini
harus kembali lagi kepada masyarakatnya yang terlibat langsung.

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan, metode penelitian, hipotesa dan manfaat.

1.1 Latar Belakang Masalah


Sekarang ini banyak sekali bahan kimia dan berbagai campuran-campuran lain dibuat dan diciptakan
untuk membuat pekerjaan manusia dalam membuat makanan lebih efektif dan efisien. Tetapi di
samping untuk makanan dibuat juga bahan kimia untuk pembuatan kebutuhan lain. Di mana bahan
kimia tersebut tidak boleh dipergunakan dalam pembuatan makanan dan dapat berakibat fatal.

Hal ini sangat penting dan juga memprihatinkan. Fenomena ini merupakan salah satu masalah dan
kebobrokan bangsa yang harus diperbaiki. Janganlah sampai membiarkan hal ini terus berlarut dan
akhirnya akibat menumpuk di masa depan. Oleh karena itu, kami berusaha merangkum sedemikian
rupa dan mencoba membedah apa saja yang seharusnya dilakukan dan mengapa hal ini menjadi hal
yang sangat penting.

1.2 Pembatasan Masalah

Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik kayu dan pengontrol
kecoa. Sedangkan formalin adalah bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi
serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.

Kedua bahan kimia tersebut memang berguna jika digunakan sesuai fungsinya, tetapi menjadi
sangat berbahaya bila digunakan dalam pembuatan pangan. Di mana pangan itu merupakan segala
sesuatu yang menjadi bahan makanan manusia. Dan akibat dari penggunaan bahan-bahan kimia
tersebut bisa jadi sangatlah fatal, dari kanker hingga menyebabkan kematian.

Dalam karya tulis ini kami akan berusaha membahas pendeskripsian sedetail mungkin dari boraks
dan formalin itu sendiri serta bagaimana kedua bahan kimia tersebut dapat digunakan sebagai salah
satu bahan baku pembuatan pangan. Begitu pula dengan berbagai akibat dari penggunaan boraks
dan formalin pada pangan tersebut serta bagaimana solusi yang harus dilakukan demi membasmi
hal ini dan mencegah terjadi lagi.

1.3 Perumusan Masalah

1 Apa faktor yang mendorong pihak-pihak tertentu untuk menggunakan boraks atau formalin pada
pangan yang diproduksinya?

2 Jenis pangan apa saja yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses
pembuatannya?

3 Bagaimana mengetahui suatu pangan dibuat dengan bahan pengawet dari boraks atau formalin?

4 Apa akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan?
5 Bagaimana penanganan penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan ini supaya dapat
dibasmi secara tuntas?

1.4 Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian boraks dan formalin.

Mengetahui jenis-jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks dan formalin pada proses
pembuatannya.

Mengetahui dampak negatif dari penggunaan boraks dan formalin pada produk pangan.

Mengetahui peranan pemerintah dalam memberantas penggunaan formalin dan boraks pada
makanan.

1.5 Metode Penulisan

Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan angket. Di mana angket
akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana angket itu berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai boraks dan formalin pada makanan mengacu pada tujuan yang telah ada.

1.6 Hipotesa

1 Boraks dan formalin merupakan bahan pengawet yang umumnya digunakan untuk industri tekstil,
kayu, dsb. Dapat juga digunakan sebagai pembasmi serangga dan hal-hal lain yang sama sekali tidak
ada kaitannya dengan makanan.

2 Jenis pangan yang menjadi sasaran penggunaan boraks atau formalin pada proses pembuatannya
adalah tahu, tempe, bakso dan ikan asin.

3 Akibat dari penggunaan boraks atau formalin pada produk pangan adalah berbagai gangguan pada
saluran pencernaan, hati, saraf, otak, serta pada organ-organ yang berselaput yang terkena secara
langsung. Dan bila terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan kanker bahkan kematian.

4 Sebenarnya pemerintah telah berperan dalam pemberantasan penggunaan boraks dan formalin
pada produk makanan. Tetapi tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah kurang tegas dan tidak
tepat mengenai sasaran. Sehingga hingga sekarang kita masih sering melihat orang-orang yang
keracunan atau terkena penyakit lainnya, disebabkan memakan makanan yang mengandung boraks
atau formalin.
1.7 Manfaat

Dapat mengetahui cirri-ciri makanan dengan bahan baku boraks atau formalin sebagai pengawet
sehingga dapat menghindarinya.

Dapat menghindari secara langsung penggunaan boraks dan formalik pada produk pangan.

Dapat menambah wawasan dengan mengetahui dampak yang diakibatkan dari penggunaan boraks
dan formalin pada produk pangan.

Dapat membantu pencegahan dan pemberantasan penggunaan boraks dan formalin dengan
berbagai solusi yang telah dipikirkan.

BAB II

LANDASAN TEORI

Boraks merupakan garam natrium yang banyak digunakan di berbagai industri nonpangan,
khususnya industri kertas, gelas, pengawet kayu, dan keramik. Boraks biasa berupa serbuk kristal
putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tetapi boraks tidak dapat larut dalam alkohol. Boraks
biasa digunakan sebagai pengawet dan antiseptic kayu. Daya pengawet yang kuat dari boraks
berasal dari kandungan asam borat didalamnya.

Asam borat sering digunakan dalam dunia pengobatan dan kosmetika. Misalnya, larutan asam borat
dalam air digunakan sebagai obat cuci mata dan dikenal sebagai boorwater. Asam borat juga
digunakan sebagai obat kumur, semprot hidung, dan salep luka kecil. Namun, bahan ini tidak boleh
diminum atau digunakan pada luka luas, karena beracun ketika terserap masuk dalam tubuh. Berikut
beberapa pengaruh boraks pada kesehatan.

a. Tanda dan gejala akut :

Muntah-muntah, diare, konvulsi dan depresi SSP(Susunan Syaraf Pusat)

b. Tanda dan gejala kronis

- Nafsu makan menurun

- Gangguan pencernaan

- Gangguan SSP : bingung dan bodoh

- Anemia, rambut rontok dan kanker.


Sedangkan formalin merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai desinfektan,
pembasmi serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil dan kayu. Formalin
memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air maupun alkohol. Beberapa
pengaruh formalin terhadap kesehatan adalah sebagai berikut.

a. Jika terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas,
nafas pendek, sakit kepala, dan dapat menyebabkan kanker paru-paru.

b. Jika terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar

c. Jika terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan
kabur, bahkan kebutaan

d. Jika tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit kepala,
pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit membiru, hilangnya pandangan,
kejang, bahkan koma dan kematian.

Boraks dan formalin akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan seharusnya,
tetapi kedua bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan
tersebut sangat berbahaya, seperti telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan.
Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen
makanan yang tetap menggunakan kedua bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya. Pada
umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet
makanan adalah karena kedua bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya
relatif murah dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan. Selain
itu, boraks dan formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan sehingga
menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa contoh makanan yang dalam
pembuatannya sering menggunakan boraks dan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu, mie,
dan juga daging ayam.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena
merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja
syaraf. Secara awam kita tidak dapat mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin dan
boraks yang digunakan dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang
mengandung formalin dan boraks. Berikut adalah beberapa cara mengidentifikasi makanan yang
menggunakan formalin dan boraks.

- Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso
yang menggunakan banyak daging.

- Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus
dan renyah.

- Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua

dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin.


- Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari

3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin.

- Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau

-menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap.

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan
teknik analisa data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami gunakan adalah penelitian korelatif. Yang di maksud dengan penelitian
korelatif adalah penelitian yang menghubungkan data-data yang ada. Sesuai dengan pengertian
tersebut kami menghubungkan data-data yang kami dapat antara yang satu dengan yang lain. Selain
itu kami juga menghubungkan data-data yang ada dengan landasan teori yang kami gunakan.
Sehingga diharapkan penelitian kami bisa menjadi penelitian yang benar dan tepat.

3.2 Sumber data

Sumber data kami adalah beberapa siswa SMA Kanisius, yang kira-kira kami ambil sampel adalah 40
siswa.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah dengan angket.
Dengan angket kami dapat menyimpulkan, melalui jumlah koresponden yang menjawab pertanyaan
tertentu dan membandingkan jumlah koresponden yang menjawab dengan jawaban yang berbeda
pada pertanyaan yang sama. Dan setiap dari pertanyaan itu akan saling berkaitan.
3.4 Teknik Analisis Data

Cara kami dalam menganalisis data yang kami dapat yaitu dengan pertama-tama memastikan bahwa
semua data dan landasan teori yang diperlukan telah diperoleh dengan baik. Lalu kami mulai
menghitung jumlah data, setelah itu kami mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari tiap pertanyaan
pada angket berdasarkan jumlah responden yang memilih. . Langkah berikutnya, sesuai dengan jenis
penelitian kami, kami menghubungkan data-data yang satu dengan yang lain dan juga dengan
landasan teori yang ada. Langkah terakhir, kami menuangkannya dalam karya tulis ini.

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai apa itu boraks dan formalin, dampak penggunaan boraks dan
formalin pada makanan dan jenis-jenis makanan yang mengandung boraks dan formalin yang
kesemuanya itu dilengkapi dengan hasil angket sebelumnya.

4.1 Pengetahuan akan Boraks dan Formalin

Menurut hasil angket kami, didapatkan bahwa yang mengetahui secara pasti apa itu boraks dan
formalin adalah 29 orang dan yang tidak mengetahui begitu pasti apa itu boraks dan formalin adalah
11 orang, dari total 40 angket yang dibagikan.

Hal itu menunjukkan bahwa responden yang mengetahui secara persis apa itu boraks dan formalin
lebih banyak daripada yang tidak mengetahui secara pasti. Jika dimasukkan dalam persen maka 72,5
% responden menyatakan mengetahui boraks dan formalin, sedangkan 27,5 % lainnya tidak begitu
mengetahui tentang boraks dan formalin.

Hasil ini menunjukkan bahwa penyuluhan dan pengetahuan akan boraks dan formalin harus lebih
sering disosialisasikan, agar diharapkan kita semua mengetahui secara pasti apa itu boraks dan
formalin, sehingga dapat menggunakannya secara benar, sesuai dengan fungsinya. Maka diharapkan
juga dengan pengetahuan akan boraks dan formalin tersebut, kasus penggunaan boraks dan
formalin pada bahan makanan dapat dikurangi bahkan menghilang dari masyarakat.

4.2 Dampak Penggunaan Boraks dan Formalin Pada Makanan


Melalui hasil angket yang telah kami sebarkan sebelumnya, didapat hasil bahwa jumlah responden
yang mengerti akan dampak angket hamper sama dengan responden yang tidak begitu tahu tentang
dampak boraks dan formalin pada makanan. Adapun jumlah responden yang tahu dampak boraks
dan formalin pada makanan adalah 18 orang dan yang tidak begitu tahu sebanyak 20 orang
sedangkan yang sama sekali tidak tahu ada 2 orang. Jika dituangkan dalam presentasi adalah sebagai
berikut :

1. Jawaban A : 45%

2. Jawaban B : 5%

3. Jawaban C :50%

Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden masih rancu atau
bingung tentang apa dampak boraks dan formalin bagi tubuh tersebut.

Lalu apa sebenarnya dampak boraks dan formalin dalam makanan bila dikonsumsi tubuh kita?

a. Formalin

Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet untuk pangan. Akibatnya jika digunakan
pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia akan menyebabkan beberapa gejala diantaranya adalah
tenggorokan terasa panas dan kanker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh
lainnya,serta gejala lainnya.

Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan :

• Jika terhirup

Rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan , sukar bernafas, nafas pendek, sakit kepala, kanker
paru-paru.

• Jika terkena kulit

Kemerahan, gatal, kulit terbakar

• Jika terkena mata

Kemerahan, gatal, mata berair, kerusakan mata, pandangan kabur, kebutaan

• Jika tertelan

Mual, muntah, perut perih, diare, sakit kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan
saraf, kulit

membiru, hilangnya pandangan, kejang, koma dan kematian.

b. Boraks
Efek toksiknya akan terasa bila boraks dikonsumsi secara kumulatif dan penggunaannya berulang-
ulang. Pengaruh terhadap kesehatan :

• Tanda dan gejala akut :

Muntah, diare, merah dilendir, konvulsi dan depresi SSP (Susunan Syaraf Pusat)

• Tanda dan gejala kronis

- Nafsu makan menurun

- Gangguan pencernaan

- Gangguan SSP : bingung dan bodoh

- Anemia, rambut rontok dan kanker.

Formalin dan boraks merupakan bahan tambahan yang sangat berbahaya bagi manusia karena
merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja
syaraf. Secara awam kita tidak tahu seberapa besar kadar konsentrat formalin dan boraks yang
dianggap membahayakan. Oleh karena ada baiknya kita hindari makanan yang mengandung
formalin dan boraks. Jauhkan anak-anak dari makanan yang mengandung boraks dan formalin.
Formalin dan boraks tidak boleh digunakan dalam makanan.

4.3 Makanan yang Biasanya Mengandung Formalin atau Boraks

Berdasarkan hasil penelitian melalui angket yang telah kami sebarkan, jumlah responden yang
menganggap bahwa tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering diberi formalin sebanyak 33
orang, sedangkan yang memilih ikan sebanyak 6 orang, dan 1 orang memilih kerupuk. Sedangkan
menurut makanan-makanan yang biasa mengandung boraks dan formalin yang biasanya mereka
konsumsi, jumlah responden yang memilih tahu dan bakso sebanyak 28 orang, 10 orang memilih
ikan dan 2 orang memilih kerupuk.

Data ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa SMA Kanisius beranggapan bahwa tahu dan bakso
merupakan makanan yang biasanya diberi formalin atau boraks. Tahu dan bakso memang cukup
dikenal sering diberi formalin maupun boraks, namun bukan mereka makanan yang paling sering
diberi formalin maupun boraks. Berdasarkan penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan
Indonesia tahun 2005, penggunaan boraks formalin pada ikan dan hasil laut menempati peringkat
teratas. Yakni, 66 persen dari total 786 sampel. Sementara mi basah menempati posisi kedua dengan
57 persen. Tahu dan bakso berada di urutan berikutnya yakni 16 persen dan 15 persen.

Dan dari pertanyaan nomor tiga pada angket ternyata responden banyak menjawab bahwa mereka
paling sering mengkonsumsi tahu dan bakso. Padahal, menurut kebanyakan dari mereka tahu dan
bakso adalah makanan yang biasanya mengandung boraks atau formalin. Mengapa mereka masih
tetap sering mengonsumsinya meskipun menganggap bahwa tahu dan boraks yang paling sering
mengandung formalin dan boraks? Mungkin hal ini disebabkan karena siswa SMA Kanisius percaya
bahwa para pedagang di Kanisius pasti tidak memberikan formalin maupun boraks pada
dagangannya, maka mereka tidak takut untuk mengonsumsinya.

Namun tetap saja, boraks dan formalin sangatlah berbahaya bila termakan. Walaupun berdasarkan
hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia tahun 2005 penggunaan boraks
dan formalin paling banyak adalah pada ikan dan hasil laut, namun jumlah 16 persen dan 15 persen
tetap merupakan jumlah yang besar. Kita harus berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita
makan, terutama makanan-makanan yang sedang marak diberi boraks maupun formalin.

Oleh karena itu, di bawah ini kami paparkan mengenai ciri-ciri dari beberapa makanan yang diberi
boraks maupun formalin:

A. Mi basah

Penggunaan formalin pada mi basah akan menyebabkan mi tidak rusak sampai dua hari pada suhu
kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius).
Baunya agak menyengat, bau formalin. Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie
normal. Penggunaan boraks pada pembuatan mi akan menghasilkan tekstur yang lebih kenyal.

B. Tahu

Tahu merupakan makanan yang banyak digemari masyarakat, karena rasa dan kandungan gizinya
yang tinggi. Namun dibalik kelezatannya kita perlu waspada karena bisa saja tahu tersebut
mengandung bahan berbahaya. Perhatikan secara cermat apabila menemukan tahu yang tidak
mudah hancur atau lebih keras dan kenyal dari tahu biasa, kemungkinan besar tahu tersebut
mengandung bahan berbahaya, bisa formalin maupun boraks. Selain itu, tahu yang diberi formalin
tidak akan rusak sampai tiga hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15
hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius). Tahu juga akan terlampau keras, namun tidak padat.
Bau agak mengengat, bau formalin.

C. Bakso

Bakso tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Teksturnya juga sangat
kenyal.

D. Ikan segar
Ikan segar yang diberi formalin tekstur tubuhnya akan menjadi kaku dan sulit dipotong. Ia tidak
rusak sampai tiga hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Warna insang merah tua dan tidak
cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih.

E. Ikan asin

Ikan asin yang mengandung formalin akan terasa kaku dan keras, bagian luar kering tetapi bagian
dalam agak basah karena daging bagian dalam masih mengandung air. Karena masih mengandung
air, ikan akan menjadi lebih berat daripada ikan asin yang tidak mengandung formalin. Tidak rusak
sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius). Tubuh ikan bersih, cerah.

4.4 Peran pemerintah dalam memberantas boraks dan formalin di Indonesia

Walaupun penyebaran boraks dan formalin di Indonesia sudah luas sekali dan sudah menjadi umum,
pemerintah masih tidak mengambil langkah yang tegas dalam menangani hal ini. Buktinya bisa
didapat, bahwa ternyata penggunaan formalin dan boraks sebagai bahan pengawet makanan masih
merajalela.

Sebenarnya, pemerintah sudah berusaha mengambil tindakan, yaitu dengan melalui Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil oleh BPOM, seperti :
melarang panganan permen merek white rabbit creamy, kiamboy, classic cream, black currant, dan
manisan plum; mengeluarkan permenkes no. 722/1998 tentang bahan tambahan yang dilarang
digunakan dalam pangan; dan melakukan sosialisasi penggunaan bahan tambahan makanan yang
diizinkan dalam proses produksi makanan & minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek
keamanan pangan, & UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukan Badan POM tersebut, hanya
dianggap gertakan oleh para pedagang, karena Badan POM hanya mengeluarkan undang-undang
dan aturan. Tetapi Badan POM tidak melakukan tindakan tegas seperti memberi sanksi tegas bagi
pedagang yang masih menggunakan boraks dan formalin, bahkan badan ini masih kurang gencar
dalam melakukan razia.

Dari data angket yang kami sebarkan ke beberapa responden, terdapat pertanyaan : “Menurut anda
apakah peran pemerintah sudah ada dalam pemberantasan formalin? “ Dan dari pertanyaan itu,
sebanyak 4 orang menjawab upaya pemerintah sudah banyak, sebanyak 17 orang menjawab upaya
pemerintah sudah lumayan, dan terakhir 19 orang menjawab upaya pemerintah tidak ada sama
sekali.

Dari hasil angket diatas, dapat disimpulkan bahwa upaya pemerintah masih kurang, karena lebih
banyak orang yang beranggapan bahwa upaya pemerintah masih sangat kurang. Ini mungkin
disebabkan karena memang pemerintah kurang serius / tegas dalam menangani masalah ini,
padahal ini adalah masalah yang serius, karena dapat membahayakan kesehatan manusia.
Pemerintah seharusnya lebih gencar dalam menangani masalah ini.

BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa:

a. Sebagian besar dari kita telah mengetahui tentang boraks dan formalin secara pasti, tetapi ada
juga sebagian kecil lainnya yang belum begitu mengetahui apa itu boraks dan formalin.

b. Masih ada sebagian dari kita yang belum mengetahui secara pasti dampak penggunaan boraks
dan formalin pada produk makanan, walaupun sebagian ada yang mengetahui secara pasti.

c. Menurut responden tahu dan bakso adalah makanan yang paling sering menjadi sasaran
penggunaan boraks dan formalin. Tetapi menurut penelitian BPOM pada tahun 2005, ikan adalah
bahan makanan yang paling sering menjadi sasaran boraks dan formalin.

d. Pemerintah masih sangat kurang dan tidak tegas dalam mengatasi masalah penggunaan boraks
dan formalin, sehingga masih banyak kasus mengenai hal ini terjadi.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan keseluruhan makalah ini kami ingin memberikan beberapa saran
sebagai berikut:

Ø Berikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin, pengertian,
fungsinya, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya.

Ø Pengawasan yang lebih ketat oleh pemerintah dan pengambilan tindakan tegas, seperti
mengirimkan pengawas-pengawas pemerintah ke daerah-daerah tertentu dan membuat undang-
undang mengenai boraks dan formalin.
Ø Masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya
mengandung bahan formalin maupun boraks.

Ø Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan boraks
dan formalin pada bahan makanan. Seperti melaporkan kepada yang berwajib jika melihat ada orang
lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya, dan juga tidak
secara sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

You might also like