You are on page 1of 68

FAKTOR-FAKTOR KETERSEDIAAN

HAYATI ABSORPSI OBAT

Mata Kuliah Biofarmasi

Suci Hati Ramdhiani 260110080071


Rizki Desvianto W 260110080083
Risa Dewi Kristiani 260110080087
Margareta Sianne 260110080089
Roni Tandela 260110080113
Fakultas Farmasi
Universitas Padjadjaran
Faktor –Faktor Ketersediaan Hayati
Dalam Proses Absorpsi Obat

• Absorpsi obat dari saluran pencernaan

• Faktor fisiologis

• Faktor kimia-fisika

• Faktor bentuk sediaan


Absorpsi Saluran Pencernaan
Mekanisme Transportasi Obat melalui
barrier Saluran pencernaan

a. Difusi pasif
b. Carrier mediated transport
- Transport aktif
- Difusi yg difasilitasi / transport
c. Pinositosis
Difusi Pasif

• Difusi adalah
perpindahan molekul
dari konsentrasi yang
lebih tinggi ke
konsentrasi yang lebih
rendah

• Terdapat 2 jenis Difusi


lain; Difusi terfasilitasi
dan difusi air
Carrier mediated transport
• Transport aktif

Proses transportasi
molekul yang
berpindah melalui
membran plasma
dengan pengeluaran
energi selular (ATP)
Carrier mediated transport
• Difusi yg difasilitasi
Perpindahan molekul melalui membran selektif permeabel
dengan bantuan molekul protein carrier yang melekat
pada membran plasma.
Pinositosis
Pinositosis merupakan proses dimana
partikel-partikel kecil yang berupa cairan
ditangkap oleh sel dengan cara memecah
partikel-pertikel kecil tersebut menjadi
partikel-partikel yang lebih kecil.
Pinositosis
Faktor Fisiologi
• Luas Permukaan Tempat Absorpsi
• pH saluran pencernaan
• Kecepatan pengosongan lambung
• Pergerakan usus
• Stabilitas obat
• Metabolisme dalam hati
• Pengaruh makanan dan diet
• Berbagai faktor fisiologis lain
Luas permukaan tempat absorpsi

• Luas Permukaan tempat absorpsi berpengaruh


terhadap penyerapan suatu obat dalam
saluran pencernaan.

• Permukaan penyerapan di usus lebih luas


daripada lambung sehingga obat kebanyakan
di absorpsi di usus. Permukaan penyerapan di
usus adalah sekitar 40 – 50 m2.
pH di saluran pencernaan

• Agar suatu obat dapat diabsorpsi, maka obat


tersebut harus terlarut dalam cairan pada
tempat absorpsi (saluran lambung-usus).

• Proses melarutnya suatu obat (disolusi)


tersebut bergantung pada medium asam/basa
yang ada di saluran pencernaan.
pH di saluran pencernaan
Kecepatan Pengosongan Lambung

• Kecepatan pengosongan lambung merupakan


salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
absorpsi obat.

1. Komposisi Makanan
2. Suhu Makanan
3. Berat Badan
Kecepatan Pengosongan Lambung
Metabolisme dalam hati

• Tempat utama “metabolisme”  obat di hati, tujuannya


supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh lewat urin
dan empedu. 

• Kecepatan metabolisme obat pada tiap orang berbeda


tergantung
1. faktor genetik,
2. riwayat penyakit
3. interaksi diantara obat-obatan.  
4. umur
Pengaruh Makanan dan Diet
• Obat dapat diikat oleh makanan sehingga
absorpsi di usus dapat diperlambat atau
dikurangi dan efeknya menurun.

• Contoh : mengonsumsi makanan yang


banyak memiliki serat dapat mengadsorpsi
obat seperti perintang-kolesterolsintetase,
Lovastatin
Faktor Fisiologis Lain

Faktor lain yang berpengaruh terhadap


absorpsi obat antara lain umur, makanan,
adanya interaksi obat dengan senyawa
lain dan adanya penyakit tertentu.
Faktor Fisiko-Kimia

1. Konstanta disosiasi & kelarutan lemak


2. Kecepatan melarut obat
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kec.
melarut obat dlm sal. pencernaan makanan

i. Kondisi fisiologis
meliputi: pH, luas permukaan, tempat pemberian obat, aliran
darah, metabolisme obat

ii. Ukuran partikel obat


Kecepatan disolusi obat berbanding lurus dengan luas permukaan yang kontak
dengan cairan. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan obat, semakin
mudah larut

iii. Bentuk kristal obat


Bentuk amorf tidak mempunyai struktur tertentu, terdapat
ketidakteraturan dalam tiga dimensinya. Secara umum, amorf
lebih mudah larut daripada bentuk kristalnya
iv.Kelarutan obat dalam lapisan difusi
Pengaruh daya larut obat bergantung pada :
• sifat kimia (atau modifikasi kimiawi obat)
• sifat fisika (atau modifikasi fisik obat)
v. Kompleksasi
Obat yang terionisasi lebih mudah dalam air
dari[pada bentuk tidak terionisasi. Pembentukan
garam ini terutama penting dalam hal zat aktif
berada dalam saluran cerna, kelarutan modifikasi
sewaktu transit di dalam saluran cerna, karena
perbedaan pH lambung dan usus.
vi. Adsorpsi
Obat sangat dipengaruhi oleh sifat fisika
kimia obat. Semakin berat molekul obat,
maka akan semakin sulit untuk di absorbsi
pada saluran pencernaan. Selain itu sifat
lipofilik suatu obat juga akan
mempengaruhi proses absorbsinya.
Stabilitas kimia obat dlm. cairan G.I

• Kestabilan suatu obat tergantung dari


kessesuaian sifat kimia obat dengan suasana
kimia tempatnya. Misalnya pada lambung
yang suasana asam, obat yang bersifat asam
lebih mudah terurai. Begitu juga pada usus
yang bersifat basa, obat yang bersifat basa
lebih mudah terurai,
Faktor-faktor bentuk sediaan
1. Pengaruh zat pembantu
a. Zat pengisi
b. Surfaktan
c. Zat pengatur kekentalan
Obat jarang diberikan tunggal dalam bahan aktif.
Biasanya dibuat dalam bentuk sediaan tertentu
yang membutuhkan bahan-bahan tambahan
(excipients). Obat harus dilepaskan (liberated) dari
bentuk bentuk sediaannya sebelum mengalami
disolusi, sehingga excipients dapat mengakibatkan
perubahan disolusi dan absorpsi obat.
2. Pengaruh jenis bentuk sediaan
a. Larutan air
b. Suspensi dlm. air
c. Tablet : - inti - salut - salut enterik
d. Kapsul keras
e. Kapsul lunak
Kecepatan disolusi sangat dipengaruhi oleh
bentuk sediaan obat. Kecepatan disolusi dari
berbagai sediaan oral menurun dengan urutan
berikut :
Larutan < suspensi < emulsi < serbuk < kapsul <
tablet < film coated (salut film) < dragee (salut
gula) < enteric coated (salut selaput) <
sustained release/retard
Absorpsi obat dari saluran G.I

• Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan


absorbsi obat dalam GI tract dipengaruhi
banyak factor antara lain, berubahnya:
kecepatan aliran darah GI, motilitas GI, pH GI,
kelarutan obat, Metabolisme GI, Flora GI,
atau Mucosa GI, terbentuknya komplek yang
tidak larut.
• Contoh :
Penurunan motilitas Gastrointestinal, disebabkan
karena obat-obat golongan morfin, dan obat-obat
dengan efek antikolinergik misalnya antidepresan
trisiklik.
Terbentuk chelat dari Ca, Al, Mg, garam besi oleh
tetrasiklin.
Obat terjebak dalam makanan, contoh Ampisilin
 Obat diabsorbsi obat lain : Lincomycin dan kaolin-
pektin, obat dgn karboadsorben.
Perubahan ion : cholestyramin-walfarin.
• Sebagaian besar obat dibuat dalam bentuk per
oral, yang mana sebagian besar obat-obat
tersebut dimaksudkan diserap pada saluran
pencernaan, baik itu pada lambung (asam)
maupun pada usus (basa) dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor di atas.
Skema obat utuh (tablet) dlm sistem sistemik setelah per oral

Kecep. pengosongan Kecep. transit


perut di intestin

Partikel halus Partikel halus


Disolusi Disolusi
Obat dlm. Lar Obat dlm lar.

Absorpsi Metabolisme dlm usus halus


Obat utuh
Hati Metabolisme

Obat utuh dlm sirkulasi drh

Efek farmakologi
p.136 chap 9
Absorpsi Obat dari Saluran G.I
Absorpsi Obat dari Saluran G.I

Sediaan tablet diketahui bahwa setelah ditelan, tablet


akan pecah (terdesintegrasi) di dalam lambung menjadi
granul-granul kecil. Setelah granul pecah, zat aktif
terlepas dan melarut (terdisolusi) di dalam cairan
lambung atau usus. Setelah melarut, obat tersedia untuk
diabsorpsi.
Absorpsi Obat dari Saluran G.I

Bila terjadi hambatan pada salah satu tahap dalam proses


tersebut, akan terjadi hambatan absorbsi obat.

Proses absorbsi obat yang maksimal terjadi di usus. Proses ini


tergantung dari kecepatan disolusi obat, juga tergantung dari
kecepatan obat bergerak meninggalkan lambung ke dalam
usus, di mana sebagian besar proses penyerapan terjadi.
Absorpsi Obat dari Saluran G.I

Agar suatu obat dapat diabsorsi, pertama sekali obat tersebut


harus dapat terlarut (terdispersi molekuler) dalam cairan dimana
obat tersebut akan diabsorpsi.

Kecepatan disolusi atau waktu yang dibutuhkan untuk obat


melarut dalam cairan pencernaan menjadi kecepatan pembatas
(rate-limiting step) dari proses absorbsi.

Ketika kecepatan disolusi merupakan rate-limiting step, maka


kecepatan disolusi juga akan mempengaruhi absorpsi.

Akibatnya, kecepatan disolusi dapat mempengaruhi onset,


durasi dan intensitas respon, dan mengontrol keseluruhan
bioavailabilitas obat dari suatu sediaan.
Absorpsi Obat dari Saluran G.I

Berdasarkan biopharmaceutics classification system


(BCS), maka kelarutan dan permeabilitas suatu
obat/new chemical entity (NCE) dapat diklasifikasikan
menjadi 4 kelas :

• Kelas IKelarutan tinggi – permeabilitas tinggi


• Kelas IIKelarutan rendah – permeabilitas tinggi
• Kelas IIIKelarutan tinggi – permeabilitas rendah
• Kelas IVKelarutan rendah – permeabilitas rendah
Absorpsi Obat dari Saluran G.I

Obat-obat yang mempunyai kelarutan tinggi (mudah


larut) maka rate-limiting step bukan pada kecepatan
disolusi (seperti pada kelas I dan III). Pada kasus kelas
II yaitu obat yang mempunyai kelarutan rendah-
permabilitas tinggi maka kecepatan absorbsi obat
tersebut ditentukan/dibatasi oleh tahapan kecepatan
disolusi obat tersebut dalam cairan ditempat obat
diabsorpsi.
Absorpsi Obat dari Saluran G.I

Untuk bahan obat yang mempunyai kelarutan kecil


dalam air, maka laju disolusi merupakan
tahappenentuan kecepatan (Rate Limiting Step ) dari
suatu rangkaian proses kinetik. Tetapi sebaliknya, untuk
bahan obat yang mempunyai kelarutan besar dalam
media air, laju disolusinya cepat, maka daya tembus
bahan obat lewat membran merupakan tahap penentu
laju.
Absorpsi Obat dari Saluran G.I

• Liver/hepar merupakan organ metabolisme utama


tempat terjadinya suatu proses kimia di mana suatu
obat diubah di dalam tubuh menjadi suatu metabolitnya

• Hasil metabolisme bisa :


Lebih atau kurang aktif, inaktif, atau tidak
berubah,dalam kaitannya dengan aktivitasnya
(umumnya menjadi bentuk yang kurang aktif)
First-Pass Metabolism

• Obat yang digunakan secara oral akan melalui liver/hepar sebelum


masuk ke dalam darah menuju ke daerah lain dari tubuh (mis. Otak,
jantung, paru-paru, jaringan lainnya)

• Di dalam liver terdapat enzim khusus (yaitu sitokrom P450) yang


akan mengubah obat menjadi bentuk metabolitnya

• Metabolit umumnya menjadi lebih larut dalam air (polar) dan akan
dengan cepat diekskresikan keluar tubuh (melalui urin, feses,
keringat, dll.)

• Hal ini akan secara dramatik mempengaruhi kadar obat dalam


plasma obat-obat yang mengalamifirst past metabolism akan
kurang bioavailabilitasnya efek berkurang
Struktur saluran pencernaan (G.I tract)
(lambung, usus halus & usus besar /
kolon)
Usus halus : - duodenum
- jejunum
- ileum
Duodenum (Usus Dua Belas Jari)

• Berasal dari bahasa Latin duodenum


digitorum, yang berarti dua belas jari.
• Bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.
• Usus dua belas jari tidak terbungkus
seluruhnya oleh selaput peritoneum  organ
retroperitoneal
Duodenum (Usus Dua Belas Jari)

Duodenum-Brunner’s Glands
Jejenum (Usus Kosong)
• Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang
berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern.
Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus,
yang berarti “kosong”.
• Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus
halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
usus kosong.
• Permukaan dalam usus kosong berupa membran
mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus.
Jejenum (Usus Kosong)

Microvilli
Illeum (Usus Penyerapan)
• Bagian terakhir dari usus halus.
• Panjang sekitar 2-4 m, terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu.
• pH illeum antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
• memiliki peningkatan jumlah sel goblet.
Illeum (Usus Penyerapan)

Golbet cells
Usus Halus
(Duodenum, Jejenum, Illeum)
daerah ini berbeda :
- pH - enzim -
kekentalan - elektrolit
- daya alir - sifat permukaan
(mempengaruhi absorpsi obat pada usus halus)

pH
Duodenum 9
Jejenum 7-9
Illeum 7-8
Saluran Pencernaan (G.I tract)

• Otot membentuk tube dg. lubang


• 4 jaringan pembentuk (DALAM KE LUAR):
- mukosa (membran mukosa)
- submukosa
- muscularis externa
- serosa
Struktur usus halus

• Terdiri dari:
- mukosa (membran mukosa)
- submukosa
- muscularis
- serosa
Mukosa

• Mukosa paling penting


- Terdiri dari :
* Membran seluler
* Drh. di mana obat hrs. lolos ke darah
- epitel : * satu lapis sel kolom
* sel2 sekresi (eg. mukosa dg.
sel goblet)
- lamina propria (jar. connective, drh. &
limfa)
- muscularis mucosa (lap. tipis serat totot)
Epitel Mukosa
• Dilapisi oleh epitel silindris selapis.
• Didaerah cardia terdapat peralihan dari epitel
oesophagus.
• Sel epitel mukosa merupakan sel yang
menghasilkan mucus. Sel-sel epitel tersebut
dijumpai adanya terminal bars.
Epitel Mukosa
• Pada sitoplasma terdapat butir musigen, bentuk
bintang dengan warna gelap dan homogen.
• Dalam keadaan normal sel-sel epitel ini selalu
diperbarui setiap 3 hari. Tanda-tanda regenerasi
tampak pada bagian dasar foveola gastrica. Sel-
sel yang terbentuk baru akan mendorong ke
atas utuk menggantikan sel-sel yang dilepaskan.
Lamina Propria
• Jaringan pengikat pada lamina propria ini sangat
sedikit karena terdesak oleh kelenjar-kelenjar
yang begitu rapat, yaitu jaringan ikat kolagen
dan retikuler.
• Infiltrasi limfosit tersebar secara difusi dan
kadang-kadang ditemukan lymphanodulus
solitarius.
Submukosa

• Terdiri dari anyaman pembuluh darah dan


syaraf (pleksus sub mukosa meissner)
• Merupakan jaringan ikat padat yang
mengandung sel-sel lemak, mast cells, sel
limfoid
Muscularis Eksterna

• terdiri atas lapisan luar yang mempunyai


serabut otot longitudinal dan lapisan dalam
yang mempunyai serabut otot halus
berbentuk sirkuler.
• Kedua lapisan ini dipisahkan oleh
suatu jaringan ikat berisi
pleksus saraf parasimpatis yang disebut
plexus Mienterikus atau Auerbach’s
Serosa
• terdiri atas lapis mesotel dengan jaringan ikat
subserosa di bawahnya
• Merupakan jaringan pengikat biasa yang sebelah
luar dilapisi oleh mesotil sebagai lanjutan dari
peritoneum viscerale yang meneruskan sebagai
omentum majus.
• Pada perlekatan sepanjang curvatura minor dan
major tidak dilapisi oleh mesotil.
Usus Halus
• paling penting bagi absorpsi obat di GI
tract
- struktur anatomi baik u/ absorpsi obat
- luas permukaan epitel besar karena :
1. Lipatan Kerckring pd. mukosa usus
2. Villi spt. jari
3. microvilli
Usus Halus
• Obat yang bersifat basa lemah, hanya sedikit terurai
menjadi ion dalam lingkungan basa di dalam usus,
sehingga absorpsinya banyak sekali dalam organ ini.
Sebaliknya, asam lemah terionisasi baik pada pH usus
dan hanya sedikit diabsorpsinya.
• Zat lipofil yang mudah larut dalam cairan usus lebih
cepat diabsorpsi dari pada zat yang sukar larut.
Struktur Lambung

• Lapisan otot
– Lapisan longitudinal yg bersambung dgn
esofagus
– Lapisan sirkuler yg paling tebal dan
terletak di pilorik membentuk spinkter.
– Lapisan obliq yg terdapat pada bagian
fundus dan berjalan mulai dari orifisium
kardiak, membelok ke bawah melalui
kurvatura minor.

60
61
Lambung & Usus kecil

• Lambung dg. mukosa (bukan organ utama absorpsi)


memiliki banyak lipatan sehingga luas permukaan besar

- Kondusif u/ absorpsi obat2 (asam lemah)


- supply drh. baik sekali (obat tinggal 30’ - bbrp jam)
Absorpsi Obat pada Lambung
• Obat yang diberikan secara oral akan siabsorpsi dari saluran
lambung-usus.
• Obat ini kan melintasi membran sel dari mukosa dinding organ-
organ ini. Kebanyakan obat bersifat asam atau basa organik lemah
yang dalam larutan mengalami disosiasi menjadi ion.
• Obat yang bersifat asam lemah, hanya sedikit terurai menjadi ion
dalam lingkungan asam kuat di dalam lambung, sehingga
absorpsinya banyak sekali dalam organ ini. Sebaliknya, basa lemah
terionisasi baik pada pH lambung dan hanya sedikit diabsorpsinya.
Suplai Darah Pada Mukosa Lambung
Aliran Darah Mukosa
• Integritas mukosa lambung terjadi akibat penyediaan
• glukosa dan oksigen secara terus menerus dan aliran
darah
• mukosa mempertahankan mukosa lambung melalui
oksigenasi
• jaringan yang memadai dan sebagai sumber energi.
Selain itu
• fungsi aliran darah mukosa adalah untuk membuang
atau sebagai
• bufer difusi kembali dari asam
Absorpsi obat dari GIT.
• Kecepatan limitting step dari tiap-tiap obat
berbeda.
• Obat dengan kelarutan rendah akan
mengalami kecepatan disolusi yang jelek pula
sehingga dapat menunjukkan hubungan dari
efek kecepatan limitting terhadap
ketersediaan hayati.
Absorpsi obat dari GIT.
• Sebaliknya obat dengan kelarutan besar
maka akan mengalami disolusi yang cepat
pula namun untuk melalui GI Tract akan
mengalami rate limitting step.
Absorpsi obat dari GIT.
• Potensi lain dari rate limitting step
a.Kecepatan pelepasan obat dari sediaan.
b.Kecepatan lambung mengosongkan usus.
c.Kecepatan obat dimetabolisme oleh enzim
pada sel mukosa selama perjalanan ke
pembuluh darah mesentrik
Absorpsi obat dari GIT.
• Struktur saluran pencernaan (G.I.Tract)
Usus halus : - duodenum
- jejunum
- ileum
Pada daerah ini mengalami perbedaan dalam:
a. pH d. Enzim
b. Kekentalan e. Elektrolit
c. Daya alir f. Sifat permukaan
* perbedaan ini dapat mempengaruhi tingkat absorbsi
obat.

You might also like