You are on page 1of 40

BAB I

PENDAHULUAN

Mayoritas perempuan muda di sebagian besar wilayah dunia, mulai aktif


secara seksual pada umur belasan tahun. Proporsi kasarnya, di negara-negara
Amerika Latin dan Karibia sekitar sentengah sampai dua pertiga, di negara-negara
maju mencapai tiga perempat atau bahkan lebih, dan di berbagai negara Afrika Sub-
Sahara lebih dari 9 dalam 10.
Pada sebagian masyarakat, perempuan melakukan hubungan seks pada masa
remaja karena mereka diharapkan menikah dan melahirkan anak pada usia muda.
Pada masyarakat lainya, pernikahan biasanya dilangsungkan pada usia sedikit lebih
tua, tetapi seks pra-nikah sudah biasa. Sebagian masyarakat dapat dipastikan sedang
berada dalam masa transisi dari norma sosial yang satu ke yang lain.
Terlepas dari norma yang mempengaruhi para perempuan muda usia,
hubungan seksual yang dimulai pada usia belasan tahun mengandung risiko-risiko
tertentu. Contohnya, para perempuan yang menikah pada usia muda sering tidak bisa
banyak berbicara dalam pengambilan keputusan mengenai kesuburan dan
kesempatan yang terbatas untuk mengenyam pendidikan atau ketrampilan kerja. Para
permpuan yang hamil di luar nikah mungkin harus memutuskan apakah akan
menggugurkan kandungannya atau tetap mengasuh anaknya di luar perkawinan.
Perempuan, baik yang menikah maupun tidak, sangat rentan terhadap penyakit
menular seksual serta perempuan yang sering melahirkan atau melahirkan pada usia
muda berisiko melemah kesehatannya.
Para remaja dewasa ini, generasi terbesar dalam usia 10-19 tahun di dalam
sejarah, beranjak dewasa di dunia yang sangat berbeda daripada dunia di waktu para
orang tua mereka beranjak dewasa. Meskipun laju perubahan berbeda di antara dan
di dalam wilayah dunia, masyarakat berada di dalam keadaan kesempatan baru yang
membingungkan bagi para pemuda.
Perbaikan di bidang transportasi dan komunikasi membuka kesempatan bagi
para pemuda, bahkan yang tinggal di daerah-daerah terpencil mengenal orang-orang
dengan tradisi dan nilai-nilai kehidupan yang berbeda, walaupun dunia semakin
urban dan industrialisasi menawarkan godaan kemajuan dan kesempatan. Tetapi,
tanpa pendidikan dan latihan yang memadai, para remaja tidak akan mampu
memenuhi tuntutan lingkungan pekerjaan moderen, dan tanpa bimbingan orang tua,
masyarakat serta para pemimpin pemerintahan, para remaja mungkin tidak siap
untuk menilai hasil dari keputusan yang diambil mereka.
Kendati demikian, di dunia berkembang, dimana kemiskinan luas dan
berkepanjangan, sejumlah keluarga mungkin terpaksa menggagalkan pendidikan
anak-anak kalau tenaga mereka dibutuhkan untuk membantu rumah tangga.Di
sebagian besar negara, 70-100% anak-anak mendaftar di sekolah dasar, tetapi
lamanya waktu yang digunakan untuk belajar di sekolah berbeda sekali.
Umpamanya, sementara 80% perempuan muda di beberapa negara berkembang
memperoleh pendidikan dasar, sekurangnya tujuh tahun masa belajar, tetapi di
banyak daerah Afrika Sub-Sahara hanya 25% atau kurang dari itu yang memperoleh
pendidikan serupa.
Pemerintah-pemerintah bertujuan untuk menyediakan pendidikan dasar yang
dapat diperoleh secara luas.Oleh sebab itu, perempuan muda di hampir semua negara
boleh dikatakan lebih mungkin memperoleh pendidikan dasar daripada yang dulu
didapatkan oleh ibu mereka, dan di dunia berkembang perbedaanya bisa sangat
besar. Misalnya, di Sudan, 46% remaja berumur 15-19 tahun sudah menempuh tujuh
tahun atau lebih masa sekolah, dibandingkan dengan 5% dari para wanita berumur
40-44 tahun. Begitupun, disparitas, terutama di segi sosio-ekonomi dan di
lingkungan kehidupan, masih bertahan. Di sebagian negara berkembang,
kemungkinan perempuan muda kota untuk memperoleh pendidikan dasar adalah 2-3
kali lipat dibanding dengan perempuan-perempuan yang berada di pedalaman.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA

Pengertian Remaja
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow
atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang
memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990)
mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa.Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja
(adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa
remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau
awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia
antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja
menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16
atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock
karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang
lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)
berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka,
dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan
masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah
dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses
pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan
bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk
fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir
secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).

Batasan Usia Remaja


Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usiaremaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu
12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18
– 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan
masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa
remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja
akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik,
maupun psikologis.

Perubahan Fisik Remaja


Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan
fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan
eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone
seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus
jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya.Misalnya : remaja jadi sering berkaca
hanya untuk melihat jerawat atau poninya jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya,
dan sebagainya.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat.
Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun
ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body
image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya
diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional.Kematangan organ
reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak
terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.
Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja,
sebagaimana dikemukakan oleh Monks dkk.(1994), kadang-kadang lebih cepat
daripada perkembangan badan.Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang
remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan
kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja
sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu
penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial.Bila sang
remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang
diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap
penilaian diri.
Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
Perempuan
• Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
• Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
• Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
• Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
• Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
• Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu
ketiak)

Laki-laki
• Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
• Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
• Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
• Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
• Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran
penis)
• Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
• Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu
ketiak)
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut
terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau
tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film,
maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani
yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-
kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.

Menarche dan Spermache pada remaja


Menarche
Defenisi Menarche
Menarche adalah haid yang pertama kali datang.Haid adalah perdarahan yang
berasal dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungannya menunaikan fungsinya,
terjadi setiap bulan secara teratur pada seorang wanita dewasa yang sehat dan tidak
hamil.Haid merupakan ciri khas seorang wanita dimana terjadi perubahan-perubahan
siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan kehamilan (Depkes RI, 1998).
Fisiologis Menarche
Munculnya haid pertama terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu masa
peralihan dari anak-anak ke dewasa yang memegang peranan penting dalam proses
tersebut adalah hubungan Hipotalamus, Hipofisis dan Ovarium (Hypotalamic-
Pituitari-Ovarikratis). Hal ini merupakan hasil kerjasama antara Korteks Serebri,
Hipotalamus, Hipofisis, varium, Glanduna Supra Renalis dan Kelenjar-kelenjar
Endokrin lainnya.
Pada permulaan masa kanak-kanak sistem ini sudah berjalan kemudian tidak
berfungsi lagi disebabkan sistem proses itu sangat peka terhadap steroid, sehingga
menghambat proses itu sendiri. Rendahnya Gonadotropin Releasing Hormone
(GnRH) pada saat itu juga akibat unsur instrinsik penghambat susunan saraf yang
mempunyai mekanisme penekanan denyutan (GnRH).
Saat sebelum masa pubertas, sekresi GnRH secara pulstabil dengan frekuensi
rendah telah dimulai 4 tahun sebelum menarche, diikuti dengan kenaikan sekresi LH
oleh Hipofisis pada malam hari. Pada masa pubertas, sekresi GnRH yang
berfrekuensi rendah pelan-pelan berubah seperti wanita dewasa dengan sekresi yang
berlangsung selama 24 jam, pola sekresi FSH dan LH juga mengikuti perubahan-
perubahan sekresi pulstabil GnRH ini.
Menurut Teori Neurohormonal yang dianut sekarang, Hipotalamus
mengawasi sekresi hormon Gonodotropin oleh Adeno Hipofisis melalui sekresi
Nurohormon yang disalurkan ke sel-sel Adeno Hipofisis lewat sirkulasi portal yang
khusus yang dapat merangsang produksi dan pelepasan Gonadotropin dari Hipofisis.
Folikel-folikel yang berkembang selama sebelum menghailkan hormon estrogen dan
kemudian mati, yang lainnya telah dirangsang FSH sehingga folikel ini berkembang
mensekresi estrogen. Semakin lama jumlah folikel yang dirangsang semakin banyak
sehingga kadar estrogen semakin tinggi.
Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri-ciri
kelamin skunder, pertumbuhan organ genetalia terjadinya perapatan pertumbuhan
fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan.Pada masa pubertas organ-organ
genetalia lambat laun tumbuh mendekati bentuk dan sifat-sifat wanita
dewasa.Vaskularasi uterus bertambah menyebabkan pertumbuhan lapisan
endometrium, sehingga merubah uterus menjadi uterus yang matur, dan lapisan
enometrium mengalami diferensiasi baik kelenjar maupun selamanya.
Folikel-folikel di ovarium yang tumbuh walaupun tidak sampai terjadi
matang karena sebelumnya mengalami atresia namun telah sanggup memproduksi
dan mensekresi estrogen, kadar estrogen makin lama makin tinggi dan saat
menstruasi mendekat.
Estrogen menyebabkan umpan balik negatif terhadap FSH, dan bertambah
akibat pertumbuhan folikel akan menurun dan sebagian mengalami atresia sehingga
estrogen yang diproduksi folikel akan menurun pula.
Dengan menurunnya kadar estrogen berakibat pembuluh darah endometrium
mengalami Proliferasi atau mengerut dan terputus-putus lapisan endometrium
mengalami deskuamasi sehingga terjadi perdarahan dan mengalir melalui vagina
berwujud sebagai haid pertama atau menarche. Dengan munculnya menstruasi pada
seorang remaja dapat menggambarkan kemampuan untuk bereproduksi.

Perkembangan Kognitif Remaja


Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk
memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka.Dalam pandangan
Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi
yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif
mereka.Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih
penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut.
Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi
remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide
baru.
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar,
memori, menalar, berpikir, dan bahasa.Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001)
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas
untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.Piaget menyebut
tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia &
Olds, 2001).
Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu
berpikir secara abstrak.Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual,
serta pengalaman yang benar-benar terjadi.Dengan mencapai tahap operasi formal
remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks.Seorang remaja mampu
menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal.Berbeda dengan
seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu
memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal.Hal ini memungkinkan remaja berpikir
secara hipotetis.Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa
tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari
tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu,
dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan.
Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan
seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola
berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk
mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir
egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan
egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang
orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993;
dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir
egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel.
Personal fabel adalah “suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri
mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar” .Kata fabel berarti cerita
rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal
fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki
karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut
pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip
Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai berikut :
“Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak
terpengaruh oleh hukum alam.Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri
[self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis
terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak
mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja
pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat
mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir
bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa
hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability
yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang
membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan
perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993).Umumnya
dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak
realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya
tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik
remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka
juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa
dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan
melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable
menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.
2.2.4 Perkembangan Moral Remaja
Semasa remaja, peraturan sosial mula dipersoalkan kerana remaja mula sedar
tentang piawai moral yang bersifat subjektif yang dibina oleh individu-individu
tertentu boleh berubah dan boleh ditentang. Peraturan sosial dilihat sebagai jangkaan
sosial, sama ada daripada ibu bapa atau masyarakat yang tidak semestinya dipatuhi.
Pemikiran Remaja dalam Empat Bidang Kognitif Sosial
Domain Pemikiran Praremaja Pemikiran Remaja
Tanggapan terhadap orang Umum, egosentrik, konkrit, Boleh dibezakan, objektif,
lain tidak tersusun dan tidak abstrak dan tersusun
menentu
Pengambilan peranan Berupaya meletakkan diri di Boleh menjadi pihak ketiga
tempat orang lain tetapi dan dapat lihat gambaran
sukar memahami bagaimana yang lebih jelas
pandangan seseorang boleh
mempengaruhi orang lain
Penaklukan moral Moral berdasarkan Moral terbit daripada
peraturan-peraturan konkrit persetujuan antara individu-
yang dibuat oleh orang- individu atau daripada
orang berautoriti prinsip-prinsip abstrak
* Dari jadual di atas, kita dapat lihat bagaimana pemikiran remaja jadi lebih abstrak,
lebih hipotetikal dan relativistic.
Para remaja akhirnya sedar bahawa peraturan sosial itu perlu demi mengawal
tingkah laku manusia.Ia mungkin bersifat sementara dan berubah, tetapi kita harus
mematuhinya kerana kita semua diharapkan mematuhinya dan bertingkah laku
dengan betul atau selaras dengan tuntutan masyarakat. Lama kelamaan remaja juga
sedar bahawa peraturan sosial berperanan dalam menyelaraskan interaksi dengan
orang lain.
Apabila remaja dapat mengatasi egosentrisme dalam perhubungan dengan
orang lain, mereka menunjukkan kemajuan secara signifikan dalam penilaian moral,
atau pemahaman tentang tindakan yang meningkatkan kebajikan manusia dalam
pelbagai situasi. Akan tetapi pengetahuan ini tidak semestinya diterjemahkan kepada
tingkah laku sebenar. Walaupun begitu, sekurang-kurangnya keadaan akan
memperlihatkan ciri itu( Hoffman 1980)
Aspek lain dalam perkembangan moral ialah ‘rasa bersalah’ yang berubah
daripada perasaan bersalah kanak-kanak dari segi cirri dan focus. Remaja akan
berasa bersalah jikalau tidak melakukan sesuatu atau apabila melakukan sesuatu
yang salah. Perubahan berlaku sama ada remaja menilai apa yang dipaparkan dari
perbuatan salah atau memperlihatkan situasi dalam hidupnya sendiri. Contohnya
tidak menjemput rakan ke rumah boleh melukakan hati rakan kerana kesannya
serupa dengan apabila mengkritik rakan secara terbuka. Pandangan ini memerlukan
pemikiran formal: iaitu mengenal pasti tentang sesuatu yang mungkin berlaku dan
bukan sahaja tentang apa yang dilakukan sebenar.
Dari sini jelas bahawa remaja berupayaberfikir secara formal, iaitu kebolehan
berfikir tentang idea.Pemikiran formal merupakan kebolehan berfikir tentang
kemungkinan, penaakulan saintifk dan kebolehan kombinasi idea secara logic.Decara
amnya dapat dikatakan pemikiran formal meningkatkan penyelesaian sistematik
kepada banyak masalah kognitif.
2.2.5 Tugas Perkembangan Remaja
Asal usul tugas perembangan adalah bertitik tolak daripada perkembangan
individu itu dari segi fizikal dan psikologi yang mewujudkan pelbagai desakan.Selain
itu individu itu juga berhadapan dengan kehendak dan jangkaan masyarakat
terhadapnya.Desakan dalaman dan luaran ini mewujudkan satu situasi yang
berkehendakkan individu itu menguasai tugas oerkembangan jikalau remaja hendak
berjaya dalam hidup.
Antara tugas perkembangan remaja adalah:-
• Menguasai peranan jantina
Remaja mesti belajar menerima peranan sosialnya sebagai lelaki atau
perempuan mengikut garisan yang ditetapkan oleh masyarakat.Bagi remaja lelaki
tugas ini mudah dicapai kecuali mereka yang tidak rol model lelaki dan mempunyai
minat seperti kaum perempuan.Bagi remaja perempuan, ramai yang berhati-hati
menerima peranannya untuk menjadi isteri dan ibu, terutama sekali mereka yang
ingin melanjutkan pelajaran sebagai persediaan kerjaya. Mereka perlu menyesuaikan
diri dengan rakan sebaya dan bekerjasama serta memahami pandangan orang lain
dalam perbincangan.
• Menerima dan mengguna dirinya dengan berkesan
Remaja perlu bangga dengan dirinya, mengguna dan melindungi dirinya
dengan berkesan dan memuaskan. Masyarakat banyak mengutamakan rupa fizikal
dan pertumbuhan sebagai pengukur sama ada remaja itu cantik, lebih tinggi daripada
rakannya atau adik beradiknya untuk mendapat pujian. Kerana masyarakat mengajar
remaja menilai diri berasaskan rupa fizikal, maka adalah dijangkakan perkara ini
menjadi punca kebanggaan, minat, keyakinan, keraguan, kegelisahan dan perasaan
rendah diri di kalangan remaja. Menerima diri seadanya akan membawa kepada
kebanggaan dan kepuasan diri.
• Mencapai perhubungan baru dan matang dengan rakan sebaya
Matlamatnya ialah, remaja belajar untuk menganggap perempuan sebagai
wanita dan lelaki sebagai lelaki. Mereka mesti belajar sebagai orang dewasa apabila
bersama orang dewasa dan belajar bekerjasama dengan orang lain dengan tidak
mengambil kira perasaan sendiri.
• Mencapai kebebasan emosi
Remaja harus mencapai kebebasan emosi daripada ibu bapa tetapi membina
kasih saying yang erat serta hormat terhadap mereka dan orang dewasa lain. Remaja
yang gagal dalam tugas ini mempunyai tabiat bergantung kepada ibu bapa, tidak
berupaya berfikir sendiri tentang perkara penting dan tidak tahu berinteraksi dalam
persekitaran orang dewasa kerana masih lagi seperti kanak-kanak dari segi emosi.
• Mencapai kebebasan ekonomi
Tugas ini lebih kepada remaja lelaki berbanding perempuan walaupun pada
masa ini ianya juga penting bagi remaja perempuan bagi menyara diri sendiri.
• Memilih dan bersedia untuk bekerja
Remaja perlu memilih kerjaya yang sesuai dengan kebolehan.Tugas ini
anatara perkara penting dan dianggap sukar bagi remaja untuk membuat keputusan.
• Bersedia untuk berumah tangga
Bersedia menerima matlamat kehidupan untuk membina sikap positif
terhadap hidup berkeluarga dan mempunyai zuriat, megetahui tentang pengurusan
rumahtangga serta cara pemilihan kanak-kanak.
• Membina kemahiran intelektual dan konsep untuk kecekapan fisik
Tugas ini merujuk kepada pembinaan konsep peraturan dan undang-undang,
kerajaan, ekonomi, geografi, manusia dan institusi sosial yang sesuai dalam
kehidupan moden. Remaja perlu membina kemahiran berlkomunikasi dan kebolehan
pentaakulan untuk menyelesaikan masalah dengan berkesan.Minat dan motivasi yang
tinggi merupakan asas dalam meningkatkan kebolehan untuk belajar dan ianya
berbeza bagi setiap individu.Remaja juga boleh melakukan kesilapan apabila dia
tidak berkebolehan dan tidak mempunyai matlamat walaupun dia memiliki
perwatakan yang baik.

Kehidupan seksual remaja


Karakteristik Seksual Remaja
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat
kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim
antara laki-laki dengan perempuan.Karakter seksual masing-masing jenis kelamin
memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat berikut ini : Sexual
characteristics are divided into two types. Primary sexual characteristics are directly
related to reproduction and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual
characteristics are attributes other than the sex organs that generally distinguish one
sex from the other but are not essential to reproduction, such as the larger breasts
characteristic of women and the facial hair and deeper voices characteristic of men
(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002)
Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991), seorang ahli
psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder yang
penting pada laki-laki dan perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh
rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara
membesar dan lain,lain. Sedangkan pada remaja putri : pinggul melebar, payudara
mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain.
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja ke arah
kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan
keinginan seksualnya.Hal tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara
alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang
antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan.
Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.Bentuk-bentuk tingkah laku
ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku
berkencan, ber***bu dan senggama.Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis
maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri.Sebagian tingkah laku
ini memang tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik
bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial.Tetapi sebagian perilaku
seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak
psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi.
Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku seksual antara lain adalah
ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah,
misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut. Selain itu resiko yang lain
adalah terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat
kematian bayi yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga
sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan sekolah menerima
kenyataan adanya murid yang hamil diluar nikah. Masalah ekonomi juga akan
membuat permasalahan ini menjadi semakin rumit dan kompleks.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan
hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai :
1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat
genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang
seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,
pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada
dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
3. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual yang pada
dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikannya atau
kegagalan untuk mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya
masih dapat dikerjakan.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada
remaja, oleh karena itu bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus
dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya
permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W. Sarwono (Psikologi
Remaja,1994) adalah sebagai berikut :
1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja.
Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam
bentuk tingkah laku tertentu
2. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang
perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut
persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan,
persiapan mental dan lain-lain)
3. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri
memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.
4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih
(cth: VCD, buku stensilan, Photo, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak
terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba,
akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya
mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
5. Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya yang
masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka
tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam
masalah ini.
6. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam
masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga
kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria.
Pendidikan Seksual
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum
pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia
yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai
kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan,
kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan
sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang
dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat
menolong muda-mudi untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada
dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk
menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam
bentuk yang wajar. Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan
seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang
perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap,
disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam
Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan
seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang
paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri.Tetapi sayangnya di Indonesia
tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan
permasalahan seksual.Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan
yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu
memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan
tidak memahami permasalahan tersebut.Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia
pendidikan sangatlah besar.
Tujuan Pendidikan Seksual
Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan
biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral.Pendidikan
seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-
nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak
dan moral juga.
Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan
membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab (dalam Diskusi
Panel Islam Dan Pendidikan Seks Bagi Remaja, 1991).Beberapa ahli mengatakan
pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan
tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan keluarga maupun di
dalam masyarakat.Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah
bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual
antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan
akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat
istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual
juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar berperilaku
yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan
(Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :
1. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan
proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggungjawab)
3. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua
manifestasi yang bervariasi
4. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa
kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
5. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku seksual.
6. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu
kesehatan fisik dan mentalnya.
7. Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan
eksplorasi seks yang berlebihan.
8. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai
istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap
emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja
ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan
seksualnya.Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang
menjijikan dan kotor.Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan anugrah
Tuhan dan berfungsi penting untuk kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya
anak-anak itu bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya
menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) dan pada waktu
yang tertentu saja.

Remaja dan Seks Pra nikah


1. Faktor mispersepsi terhadappacaran;bentuk penyaluran kasih sayang yang salah
dalam masa pacaran.
2. Faktor religius; Kehidupan Iman yangrapuh
3. Faktor kematangan biologis
Yayasan Keluarga Kaiser (Santrock,1998)
Konsekwensi logis masalah akibatkehamilan yang harus ditanggung remaja
• Konsekwensi terhadap pendidikan,putus sekolah
• Konsekwensi sosiologis; sangsi sosial.
• Konsekwensi penyesuaian dalamkehidupan keluarga baru
• Konsekwensi hukum
Pendidikan Seksual untuk Remaja.
• peran sekolah,orang tua, mediamasa maupunpemerintahadalahmemikirkan
danmembuatprogrampendidikanseksual untukremaja
– Perubahan dan fungsi organorganreproduksi selama remaja.
– Perubahan kondisipsikologis-emosional selamamasa pubertas
– Dampak positif-negatifmedia masa terhadapperilaku seksual remaja
– Fungsi dan kegunaan alatalatkontrasepsi, seperti ;IUD, kondom,
– Cara mencegah danmengatasi terjadinyahubungan bebas di kalanganremaja.
Metode –Metode Pendidikan Seksual
1. Ceramah.
2. Permainan Peran
3. Diskusi
4. Pemutaran film
Remaja dalam Keluarga
Masalah penting hubungan keluarga adalahapa yang disebut dengan kesenjangan
generasi antara remaja dengan orang tuamereka (menonjol terjadi dibidang norma
(normasosial)
Sebab-sebab umum pertentangandengan keluarga adalah ;
 standart perilaku
 Metode disiplin
 Hubungan dengan saudara kandung
 Merasa jadi korban
 Sikap yang sangat kritis
 Besarnya kelurga
 Perilaku yang kurang matang
 Memberontak terhadap sanak keluarga

Macam-macam Pola Asuh Orang tua


Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua:
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak,
akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini
bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-
pemikiran.Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak.Orang tua tipe ini juga
memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan,
dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

2. Pola asuh Otoriter


Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman.Orang tua tipe ini cenderung memaksa,
memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan
oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe
ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu
arah.Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti
mengenai anaknya.

3. Pola asuh Permisif


Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.Memberikan kesempatan
pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup
darinya.Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak
sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh
mereka.Namunorang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai
oleh anak.

4. Pola asuh Penelantar


Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim
pada anak-anaknya.Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi
mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak
mereka.Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis
pada ibu yang depresi.Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan
perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang tua
dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Pola asuh Demokratis


Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap
terbuka antara orang tua dan anak.Mereka membuat semacam aturan-aturan yang
disepakati bersama.Orang tua yang demokratis ini yaitu orang tua yang mencoba
menghargai kemampuan anak secara langsung.
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan
mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96), pola asuh otoriter
mempunyai aturan-aturan yang kaku dariorang tua.

3. Pola asuh Permisif


Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk
berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.Moesono (1993: 18)
menjelaskan bahwa pelaksanaan pola asuh permisif atau dikenal pula dengan pola
asuh serba membiarkan adalahorang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua
keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua
keinginan anak secara berlebihan.
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya
lainnya) adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara
oral/diminum, dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati
atau perasaan, dan perilaku seseorang.Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi) fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis Narkotika adalah :
• Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
• Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-
campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No.
5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara lain:
• Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine,
Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-
shabu, LSD (Lycergic Alis Diethylamide), dsb.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun
sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat
mengganggu sistim syaraf pusat, seperti:
• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat
organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh
minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh:
lem/perekat, aceton, ether, dsb.
Jenis Narkoba menurut efeknya
Dari efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga:
1. Depresan, yaitu menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas
fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai
tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis
narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan
heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran.
Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai
adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.
3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan
halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari
kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran.Selain itu ada jugayang diramu di
laboratorium seperti LSD.Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan
penefitian.Tetapi karena berbagai alasan - mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut
trend/gaya, lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dll. - maka narkoba
kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berianjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga kecanduan.
Tingkatan penyalahgunaan biasanya sebagai berikut:
1. coba-coba
2. senang-senang
3. menggunakan pada saat atau keadaan tertentu
4. penyalahgunaan
5. ketergantungan

Dampak penyalahgunaan Narkoba


Bila narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan
mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada
sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan
ginjal.
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis
narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai.Secara
umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial
seseorang.
Dampak Fisik:
1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi
2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah
3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim
4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru
5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur
6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual
7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid)
8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya
9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian
Dampak Psikis:
1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
Dampak Sosial:
1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan
mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak
mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan
sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa gaulnya sugest). Gejata fisik dan
psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk
membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.
Bahaya bagi Remaja
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan
membentuk perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila
masa anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan
hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya
hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu
wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong
menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba
yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja
tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja.Hal ini telah terbukti dari
pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan
kehilangan remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya
manusia bagi bangsa.
Apa yang masih bisa dilakukan?
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan
narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada
tiga tingkat intervensi, yaitu
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk
pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui
keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan
pada tahap intervensi ini.kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui
berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya
penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal
(initialintake)antara 1 - 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan
Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 - 3 minggu untuk
melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
3. Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan
dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-
12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase
sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu
mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya
berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan,
mengembangkan kegiatan alternatif, dll.

Narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif / psikotropika dapat


menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya.Danmpak yang negatif itu
sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.
Meskipun demikian terkadang beberapa jenis obat masih dipakai dalam dunia
kedokteran, namun hanya diberikan bagi pasien-pasien tertentu, bukan untuk
dikonsumsi secara umum dan bebas oleh masyarakat.Oleh karena itu obat dan
narkotik yang disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai akibat yang beraneka
ragam.

Dampak Tidak Langsung Narkoba Yang Disalahgunakan


1. Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan
pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
2. Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya
tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.
3. Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat
terlarang.
4. Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau
perguruan tinggi alias DO / drop out.
5. Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan
gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.
6. Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan serta menjalani
kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
7. Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang sangat menyiksa lahir
batin.
Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah sadar dari mimpi-mimpinya
maka ia baru akan menyesali semua perbuatannya yang bodoh dan banyak waktu
serta kesempatan yang hilang tanpa disadarinya. Terlebih jika sadarnya ketika berada
di penjara. Segala caci-maki dan kutukan akan dilontarkan kepada benda haram
tersebut, namun semua telah terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apa-apa.
Dampak Langsung Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia
1. Gangguan pada jantung
2. Gangguan pada hemoprosik
3. Gangguan pada traktur urinarius
4. Gangguan pada otak
5. Gangguan pada tulang
6. Gangguan pada pembuluh darah
7. Gangguan pada endorin
8. Gangguan pada kulit
9. Gangguan pada sistem syaraf
10. Gangguan pada paru-paru
11. Gangguan pada sistem pencernaan
12. Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis,
Herpes, TBC, dll.
13. Dan banyak dampak lainnya yang merugikan badan manusia.
Dampak Langsung Narkoba Bagi Kejiwaan / Mental Manusia
1. Menyebabkan depresi mental.
2. Menyebabkan gangguan jiwa berat / psikotik.
3. Menyebabkan bunuh diri
4. Menyebabkan melakukan tindak kejehatan, kekerasan dan pengrusakan.
Efek depresi bisa ditimbulkan akibat kecaman keluarga, teman dan
masyarakat atau kegagalan dalam mencoba berhenti memakai narkoba. Namun orang
normal yang depresi dapat menjadi pemakai narkoba karena mereka berpikir bahwa
narkoba dapat mengatasi dan melupakan masalah dirinya, akan tetapi semua itu tidak
benar.
Upaya pencegahan
Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan pelajar, sudah
seyogianya menjadi tanggung jawab kita bersama.Dalam hal ini semua pihak
termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam
mewaspadai ancaman narkoba terhadap anak-anak kita.
Adapun upaya-upaya yang lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah
melakukan kerja sama dengan pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan
tentang bahaya narkoba, atau mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin.
Kemudian pendampingan dari orang tua siswa itu sendiri dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang.
Pihak sekolah harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik
anak didiknya, karena biasanya penyebaran (transaksi) narkoba sering terjadi di
sekitar lingkungan sekolah.
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada siswa.
Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke dalam lingkaran
setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang mereka serap,
sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka jalani.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku pendidik, pengajar, dan sebagai
orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya narkoba yang sewaktu-waktu dapat
menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya tersebut di atas, mari kita
jaga dan awasi anak didik kita, dari bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan kita
untuk menelurkan generasi yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang dapat
terealisasikan dengan baik
DAMPAK FISIK
Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan narkoba untuk jangka
waktu yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama dengan obat-obatan yang
tergolong dalam kelompok downers.Tubuh kita bahkan dapat berubah begitu banyak
hingga sel-sel dan organ-organ tubuh kita menjadi tergantung pada obat itu hanya
untuk bisa berfungsi normal.
Salah satu contoh adaptasi biologis dapat dilihat dengan alkohol.Alkohol
mengganggu pelepasan dari beberapa transmisi syaraf di otak.Alkohol juga
meningkatkan cytocell dan mitokondria yang ada di dalam liver untuk menetralisir
zat-zat yang masuk.Sel-sel tubuh ini menjadi tergantung pada alcohol untuk menjaga
keseimbangan baru ini.
Tetapi, bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan mengubah semua
susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada kelebihan suatu jenis
enzym dan kurangnya transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba saja, tubuh mencoba untuk
mengembalikan keseimbangan didalamnya. Biasanya, hal-hal yang ditekan/tidak
dapat dilakukan tubuh saat menggunakan narkoba, akan dilakukan secara berlebihan
pada masa Gejala Putus Obat (GPO) ini.
Misalnya, bayangkan efek-efek yang menyenangkan dari suatu narkoba
dengan cepat berubah menjadi GPO yang sangat tidak mengenakkan saat seorang
pengguna berhenti menggunakan narkoba seperti heroin/putaw. Contoh: Saat
menggunakan seseorang akan mengalami konstipasi, tetapi GPO yang dialaminya
adalah diare, dll.
GPO ini juga merupakan ‘momok’ tersendiri bagi para pengguna narkoba.
Bagi para pecandu, terutama, ketakutan terhadap sakit yang akan dirasakan saat
mengalami GPO merupakan salah satu alasan mengapa mereka sulit untuk berhenti
menggunakan narkoba, terutama jenis putaw/heroin. Mereka tidak mau meraskan
pegal, linu, sakit-sakit pada sekujur tubuh dan persendian, kram otot, insomnia, mual,
muntah, dll yang merupakan selalu muncul bila pasokan narkoba kedalam tubuh
dihentikan.
Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti
liver, jantung, paru-paru, ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat
penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang
berakhiran dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong, gagal ginjal,
serta liver yang rusak.Belum lagi kerusakan fisik yang muncul akibat infeksi virus
{Hepatitis C dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi di kalangan pengguna jarum
suntik.
Dampak positif narkotika bagi kehidupan manusia
Walaupun begitu, setiap kehidupan memiliki dua sisi mata uang.Di balik
dampak negatif, narkotika juga memberikan dampak yang positif.Jika digunakan
sebagaimana mestinya, terutama untuk menyelamatkan jiwa manusia dan membantu
dalam pengobatan, narkotika memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Berikut
dampak positif narkotika:
1. Opioid
Opioid atau opium digunakan selama berabad-abad sebagai penghilang rasa
sakit dan untuk mencegah batuk dan diare.
2. Kokain
Daun tanaman Erythroxylon coca biasanya dikunyah-kunyah untuk
mendapatkan efek stimulan, seperti untuk meningkatkan daya tahan dan stamina
serta mengurangi rasa lelah.
3. Ganja (ganja/cimeng)
Orang-orang terdahulu menggunakan tanaman ganja untuk bahan pembuat
kantung karena serat yang dihasilkannya sangat kuat.Biji ganja juga digunakan
sebagai bahan pembuat minyak.
DAMPAK MENTAL
Selain ketergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan mental.
Ketergantungan mental ini lebih susah untuk dipulihkan daripada ketergantungan
fisik. Ketergantungan yang dialami secara fisik akan lewat setelah GPO diatasi,
tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental, dalam bentuk yang dikenal
dengan istilah ‘sugesti’. Orang seringkali menganggap bahwa sakaw dan sugesti
adalah hal yang sama, ini adalah anggapan yang salah. Sakaw bersifat fisik, dan
merupakan istilah lain untuk Gejala Putus Obat, sedangkan sugesti adalah
ketergantungan mental, berupa munculnya keinginan untuk kembali menggunakan
narkoba. Sugesti ini tidak akan hilang saat tubuh sudah kembali berfungsi secara
normal.
Sugesti ini bisa digambarkan sebagai suara-suara yang menggema di dalam
kepala seorang pecandu yang menyuruhnya untuk menggunakan narkoba.Sugesti
seringkali menyebabkan terjadinya 'perang' dalam diri seorang pecandu, karena di
satu sisi ada bagian dirinya yang sangat ingin menggunakan narkoba, sementara ada
bagian lain dalam dirinya yang mencegahnya. Peperangan ini sangat melelahkan...
Bayangkan saja bila Anda harus berperang melawan diri Anda sendiri, dan Anda
sama sekali tidak bisa sembunyi dari suara-suara itu karena tidak ada tempat dimana
Anda bisa sembunyi dari diri Anda sendiri... dan tak jarang bagian dirinya yang ingin
menggunakan narkoba-lah yang menang dalam peperangan ini. Suara-suara ini
seringkali begitu kencang sehingga ia tidak lagi menggunakan akal sehat karena
pikirannya sudah terobsesi dengan narkoba dan nikmatnya efek dari menggunakan
narkoba. Sugesti inilah yang seringkali menyebabkan pecandu relapse. Sugesti ini
tidak bisa hilang dan tidak bisa disembuhkan, karena inilah yang membedakan
seorang pecandu dengan orang-orang yang bukan pecandu. Orang-orang yang bukan
pecandu dapat menghentikan penggunaannya kapan saja, tanpa ada sugesti, tetapi
para pecandu akan tetap memiliki sugesti bahkan saat hidupnya sudah bisa dibilang
normal kembali. Sugesti memang tidak bisa disembuhkan, tetapi kita dapat merubah
cara kita bereaksi atau merespon terhadap sugesti itu.
Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku obsesif kompulsif, serta
tindakan impulsive. Pikiran seorang pecandu menjadi terobsesi pada narkoba dan
penggunaan narkoba.Narkoba adalah satu-satunya hal yang ada didalam
pikirannya.Ia akan menggunakan semua daya pikirannya untuk memikirkan cara
yang tercepat untuk mendapatkan uang untuk membeli narkoba. Tetapi ia tidak
pernah memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukannya, seperti mencuri,
berbohong, atau sharing needle karena perilakunya selalu impulsive, tanpa pernah
dipikirkan terlebih dahulu.
Ia juga selalu berpikir dan berperilaku kompulsif, dalam artian ia selalu
mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama. Misalnya, seorang pecandu yang sudah
keluar dari sebuah tempat pemulihan sudah mengetahui bahwa ia tidak bisa
mengendalikan penggunaan narkobanya, tetapi saat sugestinya muncul, ia akan
berpikir bahwa mungkin sekarang ia sudah bisa mengendalikan penggunaannya, dan
akhirnya kembali menggunakan narkoba hanya untuk menemukan bahwa ia memang
tidak bisa mengendalikan penggunaannya! Bisa dikatakan bahwa dampak mental
dari narkoba adalah mematikan akal sehat para penggunanya, terutama yang sudah
dalam tahap kecanduan.Ini semua membuktikan bahwa penyakit adiksi adalah
penyakit yang licik, dan sangat berbahaya.
DAMPAK EMOSIONAL
Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood seseorang (mood altering
substance).Saat menggunakan narkoba, mood, perasaan, serta emosi seseorang ikut
terpengaruh.Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba adalah perubahan
mood.Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya perasaan, mood atau emosi
penggunanya.Jenis-jenis narkoba tertentu, terutama alkohol dan jenis-jenis narkoba
yang termasuk dalam kelompok uppers seperti Shabu-shabu, dapat memunculkan
perilaku agresif yang berlebihan dari si pengguna, dan seringkali mengakibatkannya
melakukan perilaku atau tindakan kekerasan.Terutama bila orang tersebut pada
dasarnya memang orang yang emosional dan bertemperamen panas.
Ini mengakibatkan tingginya domestic violence dan perilaku abusive dalam
keluarga seorang alkoholik atau pengguna Shabu-shabu. Karena pikiran yang
terobsesi oleh narkoba dan penggunaan narkoba, maka ia tidak akan takut untuk
melakukan tindakan kekerasan terhadap orang-orang yang mencoba menghalaginya
untuk menggunakan narkoba. Emosi seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa
berubah kapan saja. Satu saat tampaknya ia baik-baik saja, tetapi di bawah pengaruh
narkoba semenit kemudian ia bisa berubah menjadi orang yang seperti kesetanan,
mengamuk, melempar barang-barang, dan bahkan memukuli siapapun yang ada di
dekatnya. Hal ini sangat umum terjadi di keluarga seorang alkoholik atau pengguna
Shabu-shabu.Mereka tidak segan-segan memukul istri atau anak-anak bahkan
orangtua mereka sendiri. Karena melakukan semua tindakan kekerasan itu di bawah
pengaruh narkoba, maka terkadang ia tidak ingat apa yang telah dilakukannya.
Saat seseorang menjadi pecandu, ada suatu kepribadian baru yang muncul
dalam dirinya, yaitu kepribadian pecandu atau kepribadian si junkie. Kepribadian
yang baru ini tidak peduli terhadap orang lain, satu-satunya hal yang penting baginya
adalah bagaimana cara agar ia tetap bisa terus menggunakan narkoba. Ini sebabnya
mengapa ada perubahan emosional yang tampak jelas dalam diri seorang pecandu.
Seorang anak yang tadinya selalu bersikap manis, sopan, riang, dan jujur berubah
total mejadi seorang pecandu yang brengsek, pemurung, penyendiri, dan jago
berbohong dan mencuri.
Adiksi terhadap narkoba membuat seseorang kehilangan kendali terhadap
emosinya.Seorang pecandu acapkali bertindak secara impuls, mengikuti dorongan
emosi apapun yang muncul dalam dirinya.Dan perubahan yang muncul ini bukan
perubahan ringan, karena pecandu adalah orang-orang yang memiliki perasaan dan
emosi yang sangat mendalam.Para pecandu seringkali diselimuti oleh perasaan
bersalah, perasaan tidak berguna, dan depresi mendalam yang seringkali
membuatnya berpikir untuk melakukan tindakan bunuh diri.
Perasaan-perasaan ini pulalah yang membuatnya ingin terus menggunakan,
karena salah satu efek narkoba adalah mematikan perasaan dan emosi kita. Di bawah
pengaruh narkoba, ia dapat merasa senang dan nyaman, tanpa harus merasakan
perasaan-perasaan yang tidak mengenakkan. Tetapi… perasaan-perasaan ini tidak
hilang begitu saja, melainkan ‘terkubur hidup-hidup’ di dalam diri kita. Dan saat si
pecandu berhenti menggunakan narkoba, perasaan-perasaan yang selama ini ‘mati’
atau ‘terkubur’ dalam dirinya kembali bangkit, dan di saat-saat seperti inilah pecandu
membutuhkan suatu program pemulihan, untuk membantunya menghadapi dan
mengatasi perasaan-perasaan sulit itu.
Satu hal juga yang perlu diketahui adalah bahwa salah satu dampak buruk
narkoba adalah mengakibatkan pecandu memiliki suatu retardasi mental dan
emosional. Contoh seorang pecandu berusia 16 tahun saat ia pertama kali
menggunakan narkoba, dan saat ia berusia 26 tahun ia berhenti menggunakan
narkoba. Memang secara fisik ia berusia 26 tahun, tetapi sebenarnya usia mental dan
emosionalnya adalah 16 tahun. Ada 10 tahun yang ‘hilang’ saat ia menggunakan
narkoba. Ini juga sebabnya mengapa ia tidak memiliki pola pikir dan kestabilan
emosi seperti layaknya orang-orang lain seusianya.
DAMPAK SPIRITUAL
Adiksi terhadap narkoba membuat seorang pecandu menjadikan narkoba
sebagai prioritas utama didalam kehidupannya. Narkoba adalah pusat kehidupannya,
dan semua hal/aspek lain dalam hidupnya berputar di sekitarnya. Tidak ada hal lain
yang lebih penting daripada narkoba, dan ia menaruh kepentingannya untuk
menggunakan narkoba di atas segala-galanya. Narkoba menjadi jauh lebih penting
daripada istri, suami, pacar, anak, orangtua, sekolah, pekerjaan, dll.
Ia berhenti melakukan aktivitas-aktivitas yang biasa ia lakukan sebelum ia
tenggelam dalam penggunaan narkobanya. Ia tidak lagi melakukan hobi-hobinya,
menjalani aktivitas normal seperti sekolah, kuliah, atau bekerja seperti biasa, bila
sebelumnya ia termasuk rajin beribadah bisa dipastikan ia akan menjauhi kegiatan
yang satu ini, apalagi dengan khotbah agama yang selalu didengar bahwa orang-
orang yang menggunakan narkoba adalah orang-orang yang berdosa.
Ini menyebabkan pecandu seringkali hidup tersolir, ia hidup dalam dunianya
sendiri dan mengisolasi dirinya dari dunia luar, yaitu dunia yang tidak ada
hubungannya dengan narkoba. Ia menjauhi keluarga dan teman-teman lamanya, dan
mencari teman-teman baru yang dianggap sama dengannya, yang dianggap dapat
memahaminya dan tidak akan mengkuliahinya tentang penggunaan narkobanya.
Narkoba dianggap sebagai sahabat yang selalu setia menemaninya. Orangtua
bisa memarahinya, teman-teman mungkin menjauhinya, pacar mungkin
memutuskannya, bahkan Tuhan mungkin dianggap tidak ada, tetapi narkoba selalu
setia dan selalu dapat memberikan efek yang diinginkannya…
Secara spiritual, Narkoba adalah pusat hidupnya, dan bisa dikatakan
menggantikan posisi Tuhan.Adiksi terhadap narkoba membuat penggunaan narkoba
menjadi jauh lebih penting daripada keselamatan dirinya sendiri.Ia tidak lagi
memikirkan soal makan, tertular penyakit bila sharing needle, tertangkap polisi, dll.
Adiksi adalah penyakit yang mempengaruhi semua aspek hidup seorang
manusia, dan karenanya harus disadari bahwa pemulihan bagi seorang pecandu tidak
hanya bersifat fisik saja, tetapi juga harus mencakup ketiga aspek lainnya sebelum
pemulihan itu dapat dianggap sebagai suatu pemulihan yang sebenarnya
Pengkajian Keluarga dengan anak Remaja

1. Pengkajian yang berhubungandengan Keluarga


• Identitas
• Riwayat & tahap perkmbangan keluarga
• Lingkungan
• Struktur keluarga
• Fungsi keluarga
• Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak remaja
• Status kesehatan: sekarang dan masa lalu
• Pola persepsi : pemeliharaan kesehatan
• Pola aktivitas dan latihan
• Pola nutrisi
• Pola eliminasi
• Pola istirahat
• Pola kognitif persepsual
• Pola toleransi stress/koping
• Pola seksualitas dan reproduksi
• Pola peran dan hubungan
• Pola nilai dan kenyakinan
• Penampilan umum
• Perilaku selama wawancara
• Pola komunikasi &
Pola asuh orang tua
• Kemampuan interaksi
• Stresor jangka pendek
& jangka panjang
• DLL
Masalah keperawatan yang mungkin
muncul ;
• Koping individu tidak efektif
• Perilaku destruktif
• Depresi
• Nutrisi kurang/lebih
• Resiko terjadi cedera
• Resiko terjadi penyimpangan seksual
• Kurang perawatan diri Distress spritual
• Resiko penyalahgunaan obat
• Potensial peningkatan kebugaran fisik
• Potensial peningkatan aktualitasi diri
• Konflik keluarga
• Gangguan citra tubuh
3. Contoh Diagnosa dan Intervensi
Resiko Tinggi Konflik keluarga (hubungan keluarga tidak harmonis) berhubungan
dengan ketidakmampuan mengenal masalah yang terjadi pada remaja.
Perencanaan.
 Diskusikan faktor penyebab
 Diskusikan tugas perkembangan keluarga
 Diskusikan tugas perkembangan anak yang harus di
jalani
 Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada
remaja
 Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau
menyelesaikan masalah
 Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalah
 Berikan pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab
atau mampu membuat alternatif
B. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN WANITA USIA
SUBUR

A.Pengertian
Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.
Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi§ bila ada pertemuan dan persenyawaan
antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas: trimester I (1 – 14§ minggu), trimester II (14 – 28 minggu),
trimester III (28 – 42 minggu)
Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi
berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan
mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk
menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap
menjadi orang tua. Secara bertahap, ia berubah dari seseorang yang bebas dan
berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk
merawat seorang individu lain. Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas –
tugas perkembangan tertentu: menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu
antara dirinya dan pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum
lahir, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman melahirkan (Rubin,
1967; Lederman, 1984; Stainton, 1985). Penelitian menunjukkan bahwa dukungan
emosi dari pasangan merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan tugas
perkembangan ini (Entwistle, Doering, 1981; Mercer, 1981).

Pengalaman subyektif tentang waktu dan ruang berubah selama masa hamil karena
rencana dan komitmen kini diatur oleh tanggal taksiran partus (TTP) (Rubin,
1984).Pada awal masa hamil tampaknya tidak ada yang terjadi dan keinginan untuk
menghentikan hari-hari yang penuh tuntutan spesial dan aktivitas timbul supaya
dapat menikmati waktu kosong tanpa beban.Banyak waktu dihabiskan dengan tidur.
Dengan munculnya quickening pada trimester kedua, terjadilah reduksi waktu dan
ruang, baik secara geografik maupun sosial karena wanita tersebut mengalihkan
perhatiannya kedalam, yakni pada kandungannya dan pada hubungan dengan ibunya
dan wanita lain yang pernah atau sedang hamil. Pada trimester ketiga terjadi
perlambatan aktivitas dan waktu terasa cepat berlalu karena aktivitas wanita tersebut
dibatasi (Rubin, 1984).

Kehamilan merupakan salah satu tahap perkembangan keluarga baru menikah,


dengan fungsi reproduksi yang tergolong dalam pasangan usia subur (PUS) dan
memungkinkan untuk terjadinya kehamilan. Kehamilan melibatkan seluruh anggota
keluarga.Karena ”konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang
berkembang, tetapi juga bagi keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota
keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga,” maka setiap
anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya
berdasarkan kebutuhan masing – masing (Grossman,Eichler,Winckoff,1980)

B.KONSEP PERKEMBANGAN

Perkembangan / Perubahan Fisik


1. Perubahan pada kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu.Pada
wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng
(topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting susu,
daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar areola
yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola mamae
sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol. Pada
areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis sampai
pusat.Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru yang
memanjang ditengah atas pusat (linea nigra).Pada perut, selain hiperpigmentasi
terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada kulit.Terdapat 2 jenis stria
gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan stria albikan (garis berwarna
putih).Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus
hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
2. Perubahan kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher
pria.Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
3. Perubahan payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok
untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
Payudara membesar, tegang dan sakit
Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul areola mamae
sekunder
Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan kelihatan
dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar puting susu
selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.
Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat.Mulai kehamilan 16 minggu,
cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, warna
cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu
sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental, berwarna kuning, dan
banyak mengandung lemak.Cairan ini disebut kolostrum.
4. Perubahan perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar.Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan.Setelah kehamilan 5 bulan,
perut mulai kelihatan membesar.Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat
menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba serta
linea nigra.
5. Perubahan alat kelamin luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada peredaran
darah.Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang menuju uterus
sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk membesarkan dan memberi
makan janin.Gambaran mukosa vagina yang mengalami kongesti berwarna hitam
kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
6. Perubahan pada tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai.Pada hamil tua, sering terjadi
edema pada salah satu tungkai.Edema terjadi karena tekanan uterus yang membesar
pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.
7. Perubahan pada sikap tubuh
Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.

Perkembangan / Perubahan Psikologis


Menurut teori Rubin, perubahan psikologis yang terjadi pada:
Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat. Kadang tampak egosentris dan
berpusat pada diri sendiri.
Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih introvert, dan
merefleksikan pengalaman masa lalu.

C. MASALAH YANG SERING TERJADI


1. Respon terhadap perubahan citra tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh yang
cepat dan nyata.Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan pembesaran
payudara memastikan status kehamilan.Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah
besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini semakin kuat seiring
bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi kehilangan batasan – batasan
fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri sendiri dari orang lain dan
memberi rasa aman.
Sikap wanita terhadap tubuhnya di duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang
diyakininya dan sifat pribadinya.Sikap ini sering berubah seiring kemajuan
kehamilan.Sikap positif terhadap tubuh biasanya terlihat selama trimester I. Namun,
seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut menjadi lebih negatif.Pada
kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka terhadap tubuh mereka dalam
keadaan hamil bersifat sementara dan tidak menyebabkan perubahan persepsi yang
permanen tentang diri mereka.
2. Ambivalensi selama masa hamil
Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti
cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan.Ambivalensi adalah
respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu peran
baru.Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama hamil.Bahkan
wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu dapat memiliki
sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin.Pernyataan pasangan tentang
kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa promosi seorang kolega
ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti melepaskan pekerjaan dapat
meningkatkan rasa ambivalen.Sensasi tubuh, perasaan bergantung, dan kenyataan
tanggung jawab dalam merawat anak dapat memicu perasaan tersebut.
Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai trimester III dapat
mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum diatasi (Lederman, 1984).
Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan akan perasaan ambivalen ini
biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat, seorang wanita kemungkinan akan
mengingat kembali saat – saat ia tidak menginginkan anak tersebut dan merasa
sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan dukungan yang memadai, ia dapat menjadi
yakin bahwa perasaan ambivalennya telah menyebabkan anaknya cacat.
3. Hubungan seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa pasangan
menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang lain
mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda ini dipengaruhi oleh faktor –
faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama masa hamil,
masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.
Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan
rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan
seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita menurun,
terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki trimester II
kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang meningkat dapat
sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan seksualitasnya. Pada
trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran tubuh dapat
menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun (Rynerson,
Lowdermilk, 1993)
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual
mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan
keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka.
Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting.Pasangan yang tidak
memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama masa
hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya.Dengan
membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang diperlukan.
Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan berbicara kepada
pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang mungkin dialami wanita
selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993)
4. Kekhawatiran tentang janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama
masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang sengaja
tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai periode ini
berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan
denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada
anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka
dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna.
Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa anaknya dapat meninggal semakin
melemah.Kemungkinan kematian ini terbukti semakin tidak dipikirkan orang tua.

D. TUGAS PERKEMBANGAN
1. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut
(Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan
respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.

Kesiapan menyambut kehamilan

Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan bagi banyak


wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama pasangan. Namun,
merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima kehamilan (Entwistle,
Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai suatu hasil alami
hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak diinginkan, bergantung pada
keadaan. Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala - gejala
awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang
memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,”
mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun ,
beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas, merasa
malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai suatu
peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini. Setelah kehamilan
dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari perasaan sangat gembira
sampai syok, tidak yakin, dan putus asa.Reaksi yang diperlihatkan banyak wanita
ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang.” Wanita lain dengan sederhana
menerima kehamilan sebagai kehendak alam. Banyak wanita mula- mula terkejut
ketika mendapatkan diri mereka hamil.Namun, seiring meningkatnya penerimaan
terhadap kehadiran seorang anak, akhirnya mereka menerima kehamilan.Tidak
menerima kehamilan tidak dapat disamakan dengan menolak anak.Seorang wanita
mungkin tidak menyukai kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
Respon Emosional

Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang hal
tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana hidupnya.
Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri akan hasil akhir
untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga yang lain.
Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan emosional yang
terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada wanita hamil.

Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang lain ini
membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan
iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta
kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi
kecil atau tanpa provokasi sama sekali.

Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan,
dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat akan menstruasi
atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau rasa takut terhadap
nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya perilaku yang tidak
menentu ini.

Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang terhadap diri
sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak pernah dibahas
atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa pikiran-
pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si pendengar
yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk belajar,
meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan
meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan
terapeutik untuk mendukung kehamilan.

Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat kehamilan
cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk meredakan rasa
nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang yang timbul karena
memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan anak membantu
menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan ketidak nyamanan fisik
dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu dan tanggung jawabnya.
Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan koping perlu dilakukan
(Lederman, 1984)
2. Mengenal peran ibu

Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan seorang
wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak, diasuh oleh
ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga membuatnya
condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau tidak menikah,
dan mandiri dari pada interdependen.Peran - peran batu loncatan, seperti bermain
dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat meningkatkan
pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.

Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak, dan
menanti untuk menjadi seorang ibu.Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi orang
tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan akhirnya
terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman, Eichler,
Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak mempertimbangkan
dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka sendiri. Konflik selama
masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan keputusan - keputusan yang
berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.
3. Hubungan Ibu – Anak

Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni ketika
wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin, 1975;
Gaffney, 1988a). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah seorang ibu
dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki. Orang tua yang
sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua yang hangat, penuh
cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk mengantisipasi perubahan -
perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya akibat kehadiran sang anak dan
membayangkan apakah mereka bisa tahan terhadap kebisingan, kekacauan,
kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan yang harus mereka berikan. Mereka
mempertanyakan kemampuan mereka untuk membagi kasih mereka kepada anak
yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967) menemukan bahwa wanita “ menerapkan
“dan menguji perannya sebagai ibu dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau
wanita lain pengganti ibu yang memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai
sumber informasi dan pengalaman.

Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses
perkembangan(Rubin, 1975)
Persiapan melahirkan

Banyak wanita khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk


menghadapi persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua,
dan berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang
tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan,
dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul
akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya
(Rubin, 1975).
4. Hubungan dengan Pasangan

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah sang anak
(Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita yang
diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan menunjukkan
lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi persalinan, dan lebih
mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas
(Grossman,Eichler,Winckoff,1980; May,1982). Ada 2 kebutuhan utama yang
ditunjukkan wanita selama ia hamil (Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah
menerima tanda – tanda bahwa ia dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah
merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi
bayi tersebut ke dalam kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus
“memastikan tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah
tangga untuk anggota baru tersebut.”

Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu. Bertambahnya
seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama – lamanya.
Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami bertambah dekat
selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa kehamilan berdampak
mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan aspek – aspek baru yang
ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.
5. Kesiapan untuk melahirkan

Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan gerakan
janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri pinggang, sering
berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya varies dapat sangat
mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung mengganggu
kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan mengambil posisi
yang nyaman untuk tidur dan istirahat.

Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani persalinan, apakah
disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya. Keinginan yang kuat
untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera menyelesaikannya
membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan skoring maka prioritas masalah adalah:


Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat
(merokok)
Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran terhadap bahaya
lingkungan

B. RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA


No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Kriteria
Hasil Intervensi

Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat
2. Resiko cedera berhubungan dengan kurangnya kesadaran terhadap bahaya
lingkungan
a. Jangka panjang

Keluarga akan dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan dengan merubah gaya


hidup yang tidak sehat dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang dimiliki
b. Jangka pendek

v Keluarga akan dapat menguraikan tentang gaya hidup yang tidak sehat setelah
diberikan penjelasan

v Keluarga akan dapat menyebutkan tentang dampak dari gaya hidup yang tidak
sehat setelah diberikan penjelasan

v Keluarga akan dapat mengidentifikasi sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan


untuk perubahan pemeliharaan kesehatan setelah diberikan penjelasan

v Keluarga menyatakan kesanggupan untuk merubah pemeliharaan kesehatan


setelah diberikan penjelasan
a. Jangka panjang

Keluarga akan dapat melakukan pencegahan terhadap akibat yang akan timbul dari
bahaya lingkungan yang ada
b. Jangka pendek

v Keluarga akan dapat menyebutkan resiko dan bahaya lingkungan yang ada setelah
diberikan penjelasan

v Keluarga akan dapat menjelaskan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan


setelah diberikan penjelasan
1. Keluarga dapat menyebutkan kembali
Pengertian dengan singkat
3 dampak dari gaya hidup yang tidak sehat
Keluarga menyebutkan sumber-sumber dalam keluarga yang dapat dimanfaatkan
untuk perubahan pemeliharaan kesehatan
Keluarga menyatakan sanggup untuk merubah pemeliharaan kesehatan (kebiasaan
merokok)

Keluarga dapat menyebutkan kembali dengan benar resiko dari bahaya lingkungan
Keluarga dapat menyebutkan kembali dengan benar pencegahan akibat bahaya
lingkungan
Keluarga bersedia untuk menjaga lingkungan dalam keluarga yang kondusif

1. Tingkatkan pemahaman keluarga tentang perilaku atau kebiasaan yang tidak


sehat :
Intervensi aspek-aspek negatif dari kebiasaan yang tidak sehat
Intervensi aspek-aspek positif dari kebiasaan yang tidak sehat (meliputi aspek fisik,
lingkungan, sosial, finansial, dan psikologi)
2. Berikan informasi tentang resiko-resiko yang akan timbul dari kebiasaan yang
tidak sehat
Resiko terhadap yang bersangkutan
Resiko terhadap orang lain
Keuntungan merubah perilaku tidak sehat
Diskusikan bersama keluarga strategi-strategi yang dapat digunakan untuk merubah
kebiasaan yang tidak sehat
Berikan dukungan dan dorongan pada keluarga untuk mencapai keberhasilan
Bantu klien untuk mengupayakan lingkungan yang dapat mendukung perubahan
kebiasaan yang tidak sehat
Berikan penyuluhan kesehatan
Bantu keluarga mengidentifikasi sumber-sumber dalam keluarga yang dapat
dimanfaatkan untuk perubahan pemeliharaan kesehatan

Memberikan penjelasan tentang tingkat pencegahan yang dapat dilakukan :


1. Pencegahan primer
Bantu keluarga untuk mampu merasakan “kerentanan” terhadap bahaya lingkungan
Anjurkan keluarga untuk meningkatkan tanggung jawab diri keluarga dalam
mencegahan stressor dan meningkatkan kesehatan dan keselamatan lingkungan
c. Beri penjelasan tentang cara mencegah resiko :

v Memberikan penjelasan tentang bahaya merokok terhadap BUMIL dan janin

v Menganjurkan suami dan ayah untuk tidak merokok disekitar istri yang sedang
hamil

v Menganjurkan keluarga untuk menyediakan tempat untuk pembuangan abu rokok


2. Pencegahan skunder

Mengajarkan keluarga tentang cara mendeteksi secara dini masalah-masalah akibat


lingkungan yang tidak sehat
3. Pencegahan tersier
Menjaga kebersihan lantai rumah dan kamar mandi agar tidak licin
Memasang penerangan yang memadai
Menganjurkan BUMIL agar berhati-hati dalam melakukan aktivitas
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
REMAJA
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11
hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa
remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun
hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada
masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih
mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa
antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990)
berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan
juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka,
dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
WANITA USIA SUBUR – Ibu Hamil
Bumil adalah: suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami kehamilan.
Kehamilan adalah: suatu kondisi yang terjadi§ bila ada pertemuan dan persenyawaan
antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa).
Kehamilan terbagi atas: trimester I (1 – 14§ minggu), trimester II (14 – 28 minggu),
trimester III (28 – 42 minggu)
Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi
berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan
mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk
menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap
menjadi orang tua.

You might also like