You are on page 1of 9

c 


 

Apa yang menyebabkan manusia dapat menjadi makhluk yang paling unggul di antara
semua makhluk lainnya? Namun di sisi lain, alasan yang sama ini dapat pula menjadikan
manusia sebagai seburuk-buruk makhluk, bahkan lebih buruk dibanding binatang.

Manusia, dengan kelebihannya ia menjadi khalifah di muka Bumi ini. Dahulu, tatkala
Allah menyeru kepada makhluk-makhluk lainnya untuk mengemban amanah menjadi
khalifah di muka Bumi, semua makhluk tersebut menolak. Gunung-gunung menolak,
lautan menolak, burung-burung pun tak berani menerima karena beratnya amanah yang
mesti mereka pikul tersebut. Namun, dengan kesombongannya, manusia pun menerima
amanah yang berat ini. Inilah salah satu sifat manusia, suka tergesa-gesa dan lalim serta
sombong.

Namun Allah Yang Maha Penyayang memberikan manusia potensi-potensi dasar agar
dapat dipergunakan selama hidupnya sebagai khalifah di muka Bumi. Manusia, meskipun
daur siklus hidupnya mungkin tidak jauh berbeda dengan binatang, yaitu lahir, hidup dan
segala macam kegiatannya selama hidup, kemudian mati, namun ada perbedaan yang
menjadikan manusia makhluk yang paling sempurna (jika ia menggunakan potensi-
potensi yang dimilikinya ini).

Potensi apa saja yang dimiliki manusia dalam perjalanannya mengemban tugas sebagai
khalifah di muka Bumi ini?

Ada tiga potensi dasar yang dimiliki oleh manusia :

1. Potensi µHati¶

2. Potensi µPendengaran¶

3. Potensi µPenglihatan¶

Mengenai potensi hati, terdapat sebuah hadist sahih sebagai berikut :

³Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa-apa yang menentramkan
jiwa dan hati. Dosa adalah apa-apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati.´ (HR.
Imam Ahmad)

Sebagai makhluk yang dianugerahkan nafsu sekaligus potensi pengendalinya, maka tidak
heran jika peranan nafsu kadang-kadang lebih dominan dalam menguasai seorang
manusia. Berkenaan dengan itu, Allah pun memberikan petunjuk tentang bagaimana
menjaga hati kita agar selamat dari bisikan-bisikan nafsu dan dari tipu daya syetan.
Diantaranya adalah dengan senantiasa sadar dengan kelemahan kita di hadapan-Nya, dan
membaca do¶a yang berkaitan dengan permohonan perlindungan masalah hati kepada-
Nya.
Berikut do¶a yang dianjurkan untuk selalu dibaca :

³Yaa muqollibal quluubi tsabbit qalbii µalaa diinika (Ya Allah yang Maha pembolak
balik hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu)´

Doa¶ apapun yang kita bisikkan, Allah Maha Mendengar karena Dia lebih dekat kepada
hamba-Nya dibandingkan urat nadinya sendiri.

³Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang
dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya´ (Q.S
Qaaf : 16)

Adapun potensi pendengaran dan penglihatan, maknanya bukan hanya terbatas pada
indera pendengar (telinga) dan indera penglihat (mata). Manusia diberikan potensi untuk
mengetahui dan mengamati sekitarnya, serta mengambil pelajaran dari dalam maupun
luar dirinya. Jika manusia dapat menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya ini
dengan benar, maka keselamatan dunia dan akhirat akan diperolehnya. Namun, jika
manusia memilih kecenderungan untuk mengingkarinya, karena sifat-sifat lemahnya
seperti sifat tergesa-gesa (Q.S Al Anbiyaa¶ : 37), suka berkeluh kesah (Q.S Al Ma¶aarij :
19-21), lalim dan sombong (Al Ahzab :72), pembantah (Q.S Al Kahfi : 54), dan
sebagainya, maka baginya adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

‰      ‰

c  
 

Salah satu fungsi diturunkan al-Qur¶ân ialah sebagai pembeda (al-furqân), yakni
membedakan dualisme yang paradoksi, hak dan batil, baik dan buruk, halal dan haram,
dan sebagainya. Di samping itu, Allah juga memberikan dua kesadaran bagi manusia,
kesadaran kejahatan dan kesadaran kebaikan, gunanya adalah untuk mempertegas
dualisme yang paradoksi itu. Di balik itu, dua hal yang paradoksi itu jelas eksistensi di
dalam diri dan di tengah kehidupan manusia. Dua kesadaran ini dikemukakan dalam
salah satu surat makiyah tepatnya surat al-Syams/91: 7-10:

Ύ˴ϫΎ͉γΩ˴ ˸Ϧϣ˴ Ώ
˴ Ύ˴Χ ˸Ϊϗ˴ ϭ˴ (9)Ύ˴ϫΎ͉ϛί˴ ˸Ϧϣ˴ ΢
˴ Ϡ˴˸ϓ΃˴ ˸Ϊϗ˴ (8)Ύ˴ϫ΍˴Ϯ˸ϘΗ˴ ϭ˴ Ύ˴ϫέ˴ Ϯ˵Πϓ˵ Ύ˴ϬϤ˴ Ϭ˴ ˸ϟ΄˴ϓ˴ (7)Ύϫ˴ ΍͉Ϯγ
˴ Ύ˴ϣϭ˴ β
˳ ˸ϔϧ˴ ϭ˴

Artinya: Demi pribadi manusia dan bagaimana Dia (Tuhan) menyempurnakanya. maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Maka sungguh
berbahagialah orang yang mensucikannya. dan sesungguh celakalah orang yang
mengotorinya. (QS. Al-Syams/91: 7-10)

Perlu dipertegas makna nafs. Kata ini seringkali diungkapkan oleh al-Qur¶ân dalam
subtsansi makna yang berlainan. Muhammad Husain al-Tabâthabâ¶iy dalam al-Mizân-
nya, membagi makna nafs secara garis besar pada tiga bentuk: pertama: makna asal al-
nafs menunjuk pada zat sesuatu yang disandarkan kepadanya. Seperti: nafs al-insân
mengandung arti zat manusia itu sendiri. Berdasarkan hal ini kata nafs serta bentuk
lainnya, di dalam al-Qur¶ân digunakan sebagai taukîd (kata penegas), seperti penegasan
Allah atas diri-Nya ³Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang³.

Kedua: kata nafs yang menunjuk pada pribadi manusia secara khusus dan utuh, yakni
manusia yang tersusun dari ruh dan jasad. Walaupun nafs tidak disandarkan pada kata al-
insân, kata nafs menujukkan makna diri manusia, misalnya: ³bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu´.

Ketiga: kata nafs yang digunakan untuk ruh kemanusiaan (al-rûh al-insaniy). Makna ini
dalam pandangan umum diartikan dengan jiwa atau spiritual manusia, makna ketiga
inilah yang dimaksud oleh kaum sufi sebagai medan samantik bagi qalb. Berdasarkan
ayat al-Qur¶ân, sufi membagi nafs pada nafs amarah, nafs, lawwâmah, dan nafs
muthma¶innah.

Ketika menafsirkan ayat di atas al-Thabâthabâ¶iy menggunakan makna ketiga, yakni al-
ruh al-insaniyah.

Studi tentang manusia, menurut Khair al-Dîn al-Zarkali yang dikutip oleh Abdul Mujib,
dapat dilihat melalui tiga sudut, yaitu: fisik (jasad/biologis), jiwa (ruh/psikis), dan fisik
dan jiwa (nafs/psikofisik); berupa: akhlak, perbuatan, gerak, dan sebagainya. Pada
kesempatan ini Abdul Mujib ingin membedakan antara jasâd, rûh, dan nafs. Menurutnya,
nafs adalah aspek yang menghubungkan antara jasâd dan rûh sehingga masing-masing
kebutuhan jasâd dan rûh dalam diri manusia dapat terpenuhi. Dalam hal ini Abdul Mujib
sepakat dengan pemaknaan kedua oleh al-Thabâthabâ¶iy.

M. Quraish Shihab melihat nafs dalam ayat di atas sebagai potensi manusia. Menurutnya,
mengilhamkan berarti memberikan potensi agar manusia melalui nafs dapat menangkap
makna baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan
keburukan. Nafs diciptakan Allah secara sempurna untuk menampung dan mendorong
manusia berbuat kebaikan dan keburukan. Meskipun demikian, potensi positif manusia
lebih dominan dari pada potensi negatif, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari
pada kebaikan. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan penafsiran Thabâthabâ¶iy.

Dari ayat kesembilan dan ke-10 diperoleh gambaran bahwa nafs itu harus disucikan agar
bisa meraih kebahagiaan yang seutuhnya. Sebaliknya nafs yang tidak disucikan akan
celaka dan tidak dapat membawa pemiliknya kepada kebahagiaan yang sejati. Dari
interpretasi ini, memunculkan isyarat bahwa potensi itu pada mulanya bersifat pasif, tidak
aktif. Apabila diasah dengan berbagai tindakan kebaikan, maka kebaikanlah yang aktif
mendominasi, namun apabila dikotori, maka yang aktif dan dominan adalah keburukan.
Oleh sebab itu nafs mesti di asah dengan stimulan-stimulan kebaikan.

Menarik disimak ungkapan psikolog terkemuka, Freud: bahwa ada tiga hal yang amat
penting disimak dalam psikis manusia: (1) kekuatan jiwa yang menentukan perilaku, (2)
karekter dari kekuatan itu yang umumnya berciri di bawah sadar, dan (3) kesadaran
merupakan faktor yang dapat membawa perubahan penyaluran energi dan sebagai arah
tujuan dorongan tersebut.

Beranjak dari paparan di atas, potensi dasar yang pasif dan diam itu, apabila diransang
dengan sifat sabar, misalnya, maka sifat sabar akan menguasai dan tumbuh menjadi
karakter manusia yang sabar, demikian juga dengan sifat-sifat positif lainnya. Amarah,
apabila potensi itu dipupuk dengan perangai buruk, maka karekter burukpun akan tumbuh
dengan suburnya. Artinya potensi yang pasif itu memerlukan pembiasaan.

Sayid Mujtaba Musawi Lari mengatakan:Perangai moral yang baik dan buruk berakar di
dalam batin manusia sebagai akibat latihan dan pengulangan. Walaupun semua itu adalah
karakter yang diperoleh, pengaruhnya sama kuat dan menjangkau jauh sebagaimana sifat-
sifat batin dan alami. Bilamana dibentuk oleh kebiasaan menjadi sifat dan perilaku yang
stabil, dengan bekerja seperti naluri, sifat dan perilaku itu menimbulkan refleksi-refleksi
batin yang dengan kuat mengarahkan perilaku manusia.

Aspek positif dan negatif dari kebiasaan memainkan peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan nafs manusia, kerusakan dan kemerosotannya. Adat-istiadat yang
pada hakikatnya terdiri dari kebiasan-kebiasaan kolektif merupakan suatu faktor yang
efektif dan penting dalam menentukan nasib manusia ke depan. Kekuatan sabar dan
ketekunan spiritual dalam menghadapi kesulitan, kesukaran dan bencana, suatu resistensi
alami terhadap aspek-aspek negatif suatu peristiwa, dan kemampuan untuk mengatasi
efek-efeknya, adalah hasil dari aspek-aspek positif.

Dalam kehidupan manusia kebiasaan memiliki pengaruh yang amat penting. Hampir
setiap orang digerakan oleh kebiasaan yang lahir dari stimulus-stimulus potensi nafs, baik
atau buruk. Kebiasaan mengambil porsi yang cukup besar dari usaha manusia, yaitu
mengubah usaha itu menjadi mudah. Oleh sebab itu rekontruksi nafs dengan format-
format kebajikan tidak bisa diabaikan dalam pembentukan perilaku manusia. Kebiasaan
adalah stimulus yang paling ampuh yang dapat menyuburkan potensi dasar manusia.

Potensi manusia harus disucikan. Proses penyucian mesti dijalani sesuai dengan
kondisinya. Jika dalam kondisi stabil dan masih murni, seperti layaknya anak kecil, maka
tahapan penyuciannya dengan mengasahnya dengan stimulus-stimulus kebajikan. Jika
dalam kondisi labil atau terdapat noda-noda, ia mesti dikembalikan ketitik nol terlebih
dahulu melalui taubat, kemudian senantiasa memupuknya dengan amal kebajikan agar ia
tetap eksis dalam memantau pertumbuhan spritual manusia. Dari dua kondisi ini, tentu
kondisi pertama yang lebih efektif, oleh sebab itu sedari kecil ia mesti senantiasa di asah
dengan tarbiyah yang dilandasi oleh kebenaran mutlak, yaitu al-Qur¶ân dan Sunnah.

[1]Muhammad Husain al-Thabâthabâ¶iy (selanjutnya disebut dengan Al-Thabâthabâ¶iy),


al-Mizân fiy Tafsîr al-Qur¶an, (Bairût: Muassasah al-A¶lâmiy, 1991), Jilid XVI, h. 286-
287

Lihat: QS. Al-An¶âm/6: 12


al-Thabâthabâ¶iy, 287

Lihat: QS. Al-Nisâ¶/4: 1

c  
 

÷c  

Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang, setiap orang
memiliki hal tersebut. Terkadang seseorang tidak menyadari bahwa potensi yang ada
dalam dirinya begitu besar, sehingga orang itu tidak bisa memaksimalkan potensi yang
ada dalam dirinya. Kebanyakan orang merasa kesulitan dalam mengembangkan atau
mengenali potensi yang ada dalam dirinya, seseorang merasa bingung akan potensi apa
yang ada padanya. Mereka merasa takut untuk mengembangkan potensi tersebut.

Padahal jika seseorang mengetahui dan mengembangkannya secara maksimal, bukan


tidak mungkin mereka akan menjadi sukses. Seseorang jadi terbiasa dengan potensi yang
mereka miliki. Yang sebelumnya mereka tidak tahu potensi yang terpendam dalam
dirinya menjadi sangat tahu. Tentu saja semua itu butuh perjuangan untuk mengetahui
dan mengembangkan potensi yang ada.

c  
 

Apa yang menyebabkan manusia dapat menjadi makhluk yang paling unggul di antara
semua makhluk lainnya? Namun di sisi lain, alasan yang sama ini dapat pula menjadikan
manusia sebagai seburuk-buruk makhluk, bahkan lebih buruk dibanding binatang.

Manusia, dengan kelebihannya ia menjadi khalifah di muka Bumi ini. Dahulu, tatkala
Allah menyeru kepada makhluk-makhluk lainnya untuk mengemban amanah menjadi
khalifah di muka Bumi, semua makhluk tersebut menolak. Gunung-gunung menolak,
lautan menolak, burung-burung pun tak berani menerima karena beratnya amanah yang
mesti mereka pikul tersebut. Namun, dengan kesombongannya, manusia pun menerima
amanah yang berat ini. Inilah salah satu sifat manusia, suka tergesa-gesa dan lalim serta
sombong.

Potensi apa saja yang dimiliki manusia ? Ada tiga potensi dasar yang dimiliki oleh
manusia :

1. Potensi µJasmaniah / Fisik¶

2. Potensi µRohaniah / Ibadah¶

3. Potensi µAkal¶
ïc  

Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk
berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Misalnya mata untuk
melihat, kaki untuk berjalan, telinga untuk mendengar dan lain-lain.

Banyak orang mengabaikan potensi yang satu ini. Mereka tidak tahu bagaimana cara
mengembangkan potensi fisik. Padahal Jika di gali lebih dalam potensi ini, akan sangat
terasa manfaatnya. Misalnya seperti kaki, kembangkanlah potensi yang ada pada kaki
kita, yaitu bisa dengan kita berolahraga, seperti olahraga sepakbola, bulutangkis, renang
dll, mungkin dengan kita mencoba berolahraga, kita dapat mengetahui potensi apa yang
ada dalam diri kita. Dan kita dapat mengembangkannya dengan baik dan maksimal.

c     


   !

Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang
berhubungan dengan jiwa sadar atau kearifan di luar ego. Secara umum Spiritual
Quotient merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan keimanan dan akhlak mulia

Tidak diragukan lagi, spiritualitas memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Ia seperti
bahan bakar yang mampu menggerakkan seseorang untuk selalu konsisten belajar,
bekerja, dan beramal. Bayangkan, betapa dahsyatnya kita kalau selalu termotivasi untuk
belajar, bekerja, dan beramal.

"c ÷ # !

Potensi akal Merupakan potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia ( terutama otak
sebelah kiri ). Fungsi potensi tersebut adalah untuk merencanakan sesuatu, menghitung
dan menganalisis.
Akal adalah potensi yang begitu istimewa. Dan akal ini hanya terdapat pada seorang
makhluq saja, yaitu insan bernama manusia. Itulah yang membedakan antara manusia
dengan binatang, tumbuhan, setan, jin, dan malaikat sekalipun. Akal yang diberikan oleh
Allah untuk kita seharusnya dimanfaatkan dengan baik dengan memikirkan ayat-ayat
kauliyah (tersurat) dan ayat-ayat kauniyah (tersirat). Sehingga tercipta suatu letupan-
letupan karya karenanya. Tapi realita yang terjadi tak seindah tujuan awal. Banyak dari
manusia menggunakan akalnya untuk mencuri, membunuh, bersilat lidah di pengadilan,
memikirkan cara-cara untuk menyingkirkan seorang yang dianggap musuhnya. Dalam
benaknya hanya kejahatan, kedengkian, dan keirian terus-menerus. Sehingga
menyebabkan orang seperti ini dikatakan sebagai orang yang kerdil. Sungguh pabila akal
digunakan dengan baik pada tiap-tiap manusia rasa sakinah akan memayungi bumi dari
kerusakannya.

Sebenarnya banyak orang pintar dan cerdas didunia ini, jangankan didunia, diindonesia
saja bertaburan orang-orang pintar. Mereka lulus dengan predikat cumlaud juga banyak.
Pemenang-pemenang olimpiade sains dan matematika bertaburan di Indonesia. Tapi
kenapa negeri justru terpuruk akan moralnya. Korupsi merajalela diberbagai sektor.
Korupsi yang dilakukan pun tidak tanggung-tanggung berkisar ratusan juta hingga
triliunan rupiah. Kalau kita bisa telaah tidak mungkinlah orang bodoh melakukan itu.
Kalau menurut saya orang bodoh palingan bermain dikisaran jutaan rupiah saja. Pastilah
ia orang yang pintar mencari alasan atau pintar melobi pihak ketiga dan pintar
mengkalkulasi kecurangan, dan lain sebagainya. Dan pula seorang anak yang pintar
justru berani melawan orang tuanya yang secara pendidikan jauh dibawahnya. Ia berani
menipu orang tuanya dengan alasan untuk duit kursus namun digunakan untuk hura-hura
bersama teman-temannya. Œehingga semakin jelaslah akal yang pintar dan cerdas tidak
identik dengan kemuliaan seseorang.

#÷c  
 

Spiritualitas manusia berpusat pada qalbu, dan di dalam qalbu manusia sudah ada
potensi-potensi spiritual yang merupakan format dasar kemanusiaan. Maka kalau saja
manusia selalu mengikuti suara qalbunya, itu pun sudah cukup menyelamatkan diri dan
kehidupannya.

Bukankah Rasulullah SAW berpesan kepada Wabishah: 'istafti nafsaka (qalbak)!' -


¨ ahai abishah, mintalah fatwa pada dirimu (qalbumu) sendiri; suatu kebajikan
adalah apa yang menenteramkan qalbumu, dan engkaupun tenteram dengannya. Œuatu
kejahatan adalah apa yang menggelisahkan qalbumu, dan mengguncang dirimu,
meskipun orang lain sudah membenarkanmu¨.

Masalahnya sekarang adalah qalbu manusia sering lengah dan lalai sehingga mudah
terdorong sesat ketika dipengaruhi oleh gejolak hawa nafsu dan terseret oleh godaan
iblis/setan. Untuk itulah Allah SWT menurunkan para rasul dengan membawa ajaran
agama sebagai pengingat bagi yang lengah, petunjuk bagi yang bingung, penegas bagi
yang ragu. Sumber ilmu (informasi) keagamaan adalah kitab suci, tapi faktor utama
dalam proses keberagamaan adalah qalbu. Dalam proses hidup beragama kitab suci
adalah faktor sekunder. Al-Qur'an pun banyak mengarahkan manusia untuk selalu
mendengarkan suara qalbunya.

 #$ 


Hakekat diri manusia adalah diri yang ruhaniah/spiritual yang sudah tercipta sebelum
adanya tubuh biologis (basyar). Ketika manusia masih dalam wujud ruh di alam lahut,
ruh merupakan wujud pertama manusia dalam proses penciptaannya sebelum diturunkan
ke bumi dan dimasukkan ke dalam tubuh jismaniah (basyar). Allah mempersiapkan
basyar (tubuh biologis kebinatangan) hanya sebagai cangkang/wadah bagi si manusia
ruhaniah itu.

Inti ruh yang menjadi pusat diri manusia adalah qalbu. Di dalam Bahasa Arab dikenal ada
2 macam qalbu; qalbu jismaniah berupa gumpalan daging yaitu jantung, dan qalbu
ruhaniah yang dalam Bahasa Indonesia disebut hati nurani. Di dalam qalbu ruhaniah
inilah terletak O  (sifat-sifat asli dari Tuhan) berupa kesadaran, perasaan,
kecerdasan, iman dan iradah. Jadi, sejak diturunkan dari sisi Allah, si manusia ruhaniah
itu qalbunya tidak kosong. Karena di dalam qalbu itu Allah SWT sudah menempatkan
potensi-potensi dasar spiritual (fithrah), bibit iman, moralitas, ilmu dan kemerdekaan.

÷    %


Apa arti kata fithrah? Sudah menjadi tradisi bahwa setiap tahun, menjelang Hari Raya
Idul Fithri kita membayar Zakat Fithrah. Di sini jelas ada 2 kata yang populer yaitu O 
dan O  . Kedua kata itu bersumber dari dari satu akar kata yang sama yakni fathara
yang mempunyai 2 makna:

p to break out = memecah, membelah; seperti kuncup bunga yang memecah/mekar.


p to originate = muncul, memunculkan.

1.p Fathara dalam arti memecah --> fithrun.


Ùithrun sebagai mudhof ilayh dibaca fithri (lihat idul fithri). Dalam bahasa
sehari-hari disebut juga futhur/ifthor, artinya memecah kepuasaan.
Contohnya, di malam hari, karena tidur orang bagaikan berpuasa, tidak
makan. Maka di pagi hari, makan yang pertama adalah makan yang
memecah kepuasaannya. Itu sebabnya ia disebut futhur/ifthar yang artinya
makan yang memecah kepuasaan (to break the fast) yang menjadi populer
dengan breakfast. Maka idul fithri adalah hari raya memecah (mengakhiri)
puasa. Media-media Arab berbahasa Inggris, seperti Arab News dan lain-
lain, menyebut Idul Fithri dengan ¨Ùast Breaking Ùestive¨, festival
mengakhiri puasa.

akatul Ùithri atau Œhadaqatul Ùithri artinya adalah zakat/shadaqah yang


harus dibayarkan pada saat orang melaksanakan futhur atau mengakhiri
puasa. Hal ini berkaitan dengan hadist Nabi SAW, "Puasa seseorang akan
tetap terkatung-katung antara bumi dan langit, belum diterima oleh Allah,
sebelum dibayarkan zakatul fithri/shadaqatul fithri". Di negara tetangga
kita seperti Singapura dan Malaysia orang pun menyebutnya zakatul
fithri/shadaqah fithri, tapi di Indonesia istilah ini lebih dikenal zakat
fithrah.
2.p Fathara dalam makna yang kedua: "mencipta pertama kali"
Terdapat perbedaan antara khalaqa dengan fathara.
Khalaqa (to create): mengadakan sesuatu dari bahan material yang
memang sudah ada. Contoh: di alam sudah ada tanah liat, dari tanah liat
orang mencipta cangkir porselin. Penciptaan adalah pengadaan sesuatu
dari bahan yang memang sudah ada sebelumnya.
Ùathara (to originate): mengadakan sesuatu dari belum adanya sama
sekali. Karena itu fathara lebih dahsyat dari khalaqa, karena mengadakan
sesuatu dari belum adanya sama sekali. Di dalam Al-Qurâ'an pun istilah
fathara hanya dipergunakan untuk Allah. Misalnya: fatharas samawati wal
ardh...
Dari kata fathara yang bermakna to originate itulah terbentuk istilah fithrah (originality).
Originality adalah ciri, sifat atau karakter original. Ciri atau sifat sejak sesuatu itu origin,
dimunculkan untuk pertama kalinya. Fithrah adalah sifat/karakter yang mengiringi
sesuatu sejak penciptaannya pertama kali.

You might also like