You are on page 1of 6

Pengertian / Arti Definisi dan Penyebab DBD

Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat
menghisap darah manusia. Selama nyamuk aides aigypti tidak terkontaminasi virus dengue maka gigitan
nyamuk dbd tersebut tidak berbahaya. Jika nyamuk tersebut menghisap darah penderita dbd maka
nyamuk menjadi berbahaya karena bisa menularkan virus dengue yang mematikan. Untuk itu perlu
pengendalian nyamuk jenis aedes aegypti agar virus dengue tidak menular dari orang yang satu ke orang
yang lain.

Gejala Orang Yang Terserang Penyakit Demam Berdarah Dengue / DBD

1. Badan demam panas tinggi lebih dari 2 hari


2. Nyeri pada ulu hati
3. Terdapat bercak bintik merah di kulit yang tidak hilang walau ditekan, ditarik, diregangkan dan lain
sebagainya.
4. Bisa mengeluarkan darah dari hidung (mimisan), muntah darah, dan melalui buang air besar.
5. Penderita bisa pucat, gelisah, ujung kaki dan ujung tangan dingin.

Orang yang terindikasi terserang demam berdarah harus secepatnya diberi pertolongan medis
dengan dibawa ke puskesmas, dokter atau rumah sakit untuk diobati. Terlambat memberi pertolongan
pada penderita dbd dapat menyebabkan penderita meninggal dunia.

Serangan penyakit DBD (demam berdarah dengue bisa muncul kapan saja sepanjang tahun dan
bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga lanjut usia, orang yang sehat kuat hingga yang
sedang sakit, orang yang tinggal di perumahan mewah sampai yang gelandangan semua bisa kena
penyakit Demam Berdarah Dengue yang berbahaya dan mematikan.

Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Masyarakat yang
kurang peduli kebersihan lingkungan dan ancaman penyakit berbahaya merupakan lokasi yang sangat
baik sebagai endemik dbd. Deperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat untuk
mengenyahkan demam berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
(http://organisasi.org/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd-pengertian-penyabab-gejala-dbd).

Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus dengue. Orang
tersebut tidak harus orang yang menderita sakit demam berdarah , sebab orang yang mempunyai daya
tahan tahan tubuh tinggi , tidak akan tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit , walaupun dalam
darahnya terdapat virus dengue. Sehingga orang ini dapat menularkan penyakit demam berdarah. Virus
dengue akan berada dalam darah manusia selama kurang lebih 1 minggu. Pada umumnya nyamuk
Aedes Aegypti menyerang pada musim panas dan musim hujan. (http://nyamuk-
nyamuk.blogspot.com/2009/01/pengertian-dbd.html) .

Penyakit ini terutama menyerang anak-anak yang berumur dibawah 15 tahun. Biasanya
penyakit ini lebih banyak didaerah perkotaan daripada pedesaan terutama didaerah yang padat
penduduknya. Penyakit ini sangat berbahaya, terutama jika tidak mendapat pertolongan dengan
cepat, sebab dapat menimbulkan kematian.( http://vivioke.wordpress.com/category/pengertian-
demam-berdarah/).

Pertolongan Pertama Pada Penderita

a. Memberi minum sebanyak-banyaknya


Penderita Demam Berdarah mengalami kekurangan cairan tubuh oleh sebab itu
pertolongan pertama yang palin penting ialah memberi minum sebanyak-banyaknya.

b. Memberi obat penurun panas


Untuk menurunkan panas diberi obat penurun panas. Dapat pula dibantu dengan
kompres menggunakan kain yang dibasahi air dingin atau es.

c. Segera membawa penderita ke Dokter / Rumah Sakit.

Cara Penularan Demam Berdarah


Demam Berdarah disebabkan oleh virus yaitu bibit penyakit yang sangat kecil yang
hanya dapat dilihat dengan mikroskop khusus. Anak yang sakit demam berdarah, didalam
darahnya mengandung virus, apabila anak tersebut digigit oleh nyamuk Aedes Aegypti maka
bibit penyakit itu ikut terisap masuk kedalam tubuh nyamuk, dan bila nyamuk ini kemudian
menggigit anak lain maka anak tersebut dapat ketularan penyakit ini.
(www.pim.co.id/portal/ikkk/DATA.../DEMAM%20BERDARAH.doc).

CIRI-CIRI NYAMUK AEDES AEGYPTI adalah :

1. badan kecil warna hitam bintik – bintik putih ,

2. hidup di dalam dan di sekitar rumah , menggigit / menghisap darah pada siang hari

3. senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar

4. bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di got / comberan.

CEGAHLAH DEMAM BERDARAH dengan cara :

1. membersihkan / menguras tempat penyimpanan air , (seperti bak mandi / WC , drum , dll)

2. seminggu sekali , menutup kembali tempayan dengan rapat setelah mengambil air agar nyamuk
demam berdarah tidak dapat masuk dan bertelur di dalam tempayan

3. mengganti air di vas kembang dan pot tanaman air seminggu dua kali

4. mengubur barang -barang yang sudah tidak terpakai lagi seperti barang - barang yang terbuat dari
plastik , ban bekas , dan barang - barang bekas lainnya yang biasa digenangi air hujan ,
5. untuk tempat - tempat air yang yang tidak mungkin atau sulit dikuras taburkan bubuk abate ke dalam
genangan air tersebut untuk membunuh jentik - jentik nyamuk , ulangi langkah ini 2 - 3 bulan sekali atau
peliharalah ikan di tempat itu , seperti ikan cupang karena ikan tersebut akan memakan jentik - jentik
nyamuk.

Takaran penggunaan abate adalah sebagai berikut : untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram
bubuk abate atau 10 gram untuk 100 liter air dan seterusnya. Bubuk abate ini dapat dibeli di apotik
terdekat. (http://nyamuk-nyamuk.blogspot.com/2009/01/pengertian-dbd.html).

Case Fatality Rate (CFR)

Dalam epidemiologi, kasus kematian (CFR) atau tingkat kematian, adalah rasio kematian dalam
populasi yang ditunjuk orang dengan kondisi tertentu, selama jangka waktu tertentu. Sebuah contoh
dari tingkat kematian akan 9 kematian per 10.000 orang pada risiko per tahun. Ini berarti bahwa dalam
tahun tertentu, dari 10.000 orang secara formal didiagnosis dengan penyakit, 9 meninggal.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Case_fatality_rate).

Tingginya angka kasus maupun kematian yang disebabkan oleh penyakit ini menurut WHO
merupakan petunjuk bahwa masalah kesehatan masyarakat masih merupakan beban. Dalam teori
Bloom disebutkan bahwa hal tersebut disebabkan karena pengaruh kualitas lingkungan yang merupakan
determinan dari status kesehatan. Faktor lainnya yang turut mempengaruhi status kesehatan manusia
ialah pelayanan kesehatan, hereditas, dan perilaku manusia itu sendiri.

Determinan penyakit DBD juga mengikuti konsep Bloom di atas. Faktor lingkungan yang
berpengaruh tidak hanya lingkungan fisik saja, tetapi juga meliputi lingkungan sosial ekonomi budaya
dimana pendidikan, pekerjaan, pemilikan barang, mobilitas, nilai penyakit dan konsep penyakit
termasuk di dalamnya. Faktor perilaku masyarakat meliputi pengetahuan dan kebiasaan serta peran
dalam PSN dan fogging. Faktor pelayanan kesehatan meliputi upaya penyuluhan dan upaya pencegahan.
Sedangkan faktor keturunan adalah kepekaan masyarakat sebagai host dan nyamuk sebagai perantara
vektor dari virus dengue (Majalah Kesehatan Masyarakat, 2002).

Upaya pemberantasan penyakit DBD terus dilakukan hingga kini antara lain adalah usaha untuk
memutuskan mata rantai penularan dengan memberantas vektor penularnya, yaitu nyamuk Aedes
aegypti dengan cara kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kemudian untuk mendukung
kegiatan pemberantasan vektor tersebut dilakukan kegiatan pemeriksaan jentik berkala di rumah-rumah
penduduk serta tempat-tempat umum untuk mengetahui angka bebas jentik (ABJ) di wilayah tersebut.
Selain gerakan PSN yang digalakan oleh pemerintah, upaya pencegahan dan pemberantasan lainnya
yang telah dilakukan antara lain porgram penyelidikan epidemiologi, abatisasi selektif, fogging focus,
dan penyuluhan kesehatan masyarakat (Ditjen P2PL DepKes RI, 1992).

Tidak hanya faktor lingkungan alamiah seperti yang disebutkan, namun faktor lainnya yang
termasuk dalam lingkungan adalah angka bebas jentik (ABJ) dan kepadatan penduduk. ABJ tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemberantasan vektor penular DBD. Angka bebas
jentik (ABJ) sebagai tolak ukur upaya pemberantasan vektor melalui gerakan PSN-3M menunjukan
tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang masih di bawah 95%
menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M di
lingkungannya masing-masing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi (Ditjen P2PL
DepkesRI, 2007). (http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/08/skripsi-gambaran-epidemiologi-
demam.html).

Demam berdarah masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, khususnya daerah


perkotaan dan daerah kumuh dengan tingkat mobilitas penduduk yang tinggi, umumnya mobilitas
penduduk kedaerah yang endemis demam berdarah. Hal ini memungkinkan penyebarannya sampai ke
desa-desa yang sebelumnya tidak pernah ada kasus penyakit demam berdarah.

Penyakit demam berdarah dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat, ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti, sampai saat ini belum ditemukan vaksin serta obatnya. Untuk memberantas
penyakit demam berdarah cara yang paling efektif adalah dengan memutuskan rantai siklus nyamuk
Aedes Aegypti.

Promkes DBD

Departemen Kesehatan  telah mengupayakan pelbagai strategi untuk mengatasi kasus DBD ini.
Pada mulanya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan
(fogging), kemudian strategi diperluas dengan menggunakan pembunuh jentik nyamuk (larvasida) yang
ditaburkan ke tempat penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut
sampai sekarang belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.

Banyak dan cenderung meningkatnya jumlah kasus DBD setiap tahun, telah menimbulkan
dampak kerugian yang luas, terutama pada aspek ekonomi dan kesehatan. Karena itu diperlukan adanya
suatu upaya terpadu serta keterlibatan dan kepedulian semua pihak, baik pemerintah, masyarakat
maupun para stake holders di bidang kesehatan untuk secara sungguh-sungguh menekan laju penularan
penyakit DBD di masyarakat.

Semoga di masa yang akan datang, penyakit DBD tidak lagi menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Dan hal itu dapat diwujudkan melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang penyakit DBD, yang pada gilirannya diharapkan akan muncul perubahan sikap, perilaku serta
kepedulian masyarakat terhadap penyakit yang potensial mematikan ini. 

Penyelidikan Epidemiologi DBD

Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pencarian penderita/tersangka DBD lainnya dan


pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit DBD di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah
sekitarnya dalam radius kurang dari 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber
penularan penyakit lebih lanjut.

Maksud penyelidikan epidemiologi adalah:


- Mengetahui ada/tidaknya kasus DBD tambahan dan luasnya penyebaran.
- Mengetahui kemungkinan terjadinya penyebar luasan penyebaran penyakit DBD lebih lanjut di lokasi
tersebut. ) http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1981966-penyelidikan-epidemiologi-penyakit-
dbd/).

Diagnosis

Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam
tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif. Serologi
dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi
secara klinis. Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada
menunggu akut.

Pencegahan

Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah. Pencegahan
utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam
berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah
terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap
seminggu sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah
Aedes Aegypti. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
demam berdarah, sebagai berikut:

1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang
cukup;
2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan
3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur
barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun
dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah.
Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;
3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan
mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai
perkembangbiakan nyamuk;
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi

Pengobatan

Bagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk
menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan,
penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis.
Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum ekstrak daun jambu biji.

You might also like