You are on page 1of 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenagarian Lubuk Alung merupakan salah satu bagian daerah

yang termasuk dalam Kabupaten Padang Pariaman yang mempunyai

berbagai macam bentuk kesenian. Bentuk kesenian tersebut mulai dari

kesenian tradisional maupun modern. Adapun kesenian tradisional

seperti pencak silat, luambek, randai, saluang, galombang, dan Indang,

sedangkan kesenian yang modern seperti organ tunggal dan band.

Indang merupakan salah satu kesenian tradisi tumbuh dan

berkembang dalam kehidupan masyarakat Kabupaten Padang Pariaman,

yang di wariskan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi

berikutnya. Begitu juga dengan Indang di Jorong Gamaran yang di

pimpin oleh Bapak Abbas sekaligus pelatih rutin yang mengadakan

latihan setiap minggu yaitu pada sabtu malam kepada generasi

penerusnya yang terdiri dari pemuda-pemuda dan anak – anak.

Indang di Kabupaten Padang Pariaman biasanya diberi nama

sesuai daerah masing-masing yang menumbuh kembangkannya,

misalnya Indang Padang Baru Koto Buruak terdapat di Korong Koto

Buruak, Indang Ulakan terletak di daerah Ulakan, begitu juga dengan

1
Indang di Jorong Gamaran masyarakat setempat akrab menyebutnya

dengan Indang Gamaran.

Indang Gamaran biasanya ditampilkan dalam berbagai bentuk

acara-acara kesenian, seperti acara pesta perkawinan, acara pemuda, acara

pengangkatan penghulu, serta acara alek nagari yang mana fungsi Indang

di dalam acara tersebut adalah sebagai hiburan. Di samping itu fungsi

Indang di sesuaikan dengan bentuk pertunjukan pada acara tersebut.

Keberadaan Indang sampai sekarang masih tetap bertahan dan

berkembang di tengah – tengah kehidupan masyarakat Gamaran,

walaupun dengan maraknya persaingan organ tunggal di lingkungan

masyarakat Kabupaten Padang Pariaman. Hal ini tidak pernah terlepas

dari peran serta masyarakat pendukungnya, karena Indang adalah salah

satu bentuk kesenian yang merupakan wujud dari kebudayaaan setempat

yang harus di jaga dan di lestarikan.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

mengkaji tentang Indang dalam kehidupan Masyarakat Gamaran

Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan tentang Indang dalam kehidupan masyarakat Gamaran

Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Berdasarkan latar

2
belakang di atas terdapat beberapa permasalahan yang akan rumuskan

dalam bentuk pertanyaan, antara lain :

1. bagaimana bentuk pertunjukan Indang Gamaran di Jorong

Gamaran Kenagarian Lubuk Alung ?

2. Bagaimana fungsi Indang Gamaran dalam masyarakat

Gamaran?

3. Bagaimana usaha Indang Gamaran dapat bertahan di tengah –

tengah kehidupan masyarakat Gamaran dengan maraknya

organ tunggal?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Indang ini memiliki tujuan yang paling utama, yaitu :

untuk mencari jawaban atas permasalahan yang telah di uraikan dalam

rumusan masalah di atas. Lebih jelasnya tujuan itu adalah untuk

mengetahui atau mencari kejelasan bagaimana cara Indang Gamaran

bertahan dalam kehidupan masyarakat Gamaran dengan maraknya organ

tunggal. Di samping itu penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan

ilmu pengetahuan yang diperoleh selama ini di bangku perkuliahan.

3
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. mengetahui dan memaparkan faktor apa yang menyebabkan

masyarakat Gamaran berusaha bertahan di tengah-tengah

kehidupan masyarakat dengan persaingan organ tunggal.

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis

sendiri di dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

3. Selanjutnya diharapkan juga dapat bermanfaat sebagai sarana

informasi bagi pemerhati seni untuk menambah pengetahuan di

bidang kesenian Indang dan bermanfaat bagi peneliti lain yang

memerlukannya.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan untuk melihat keorsinilan dari

penelitian yang telah dilakukan. Dalam melakukan penelitian Indang

Gamaran, diperlukan bahan-bahan berupa buku-buku dan laporan

penelitian yang berhubungan dengan topik penelitan. Bahan-bahan

tersebut nantinya akan dijadikan pedoman agar penelitian yang

dilakukan tidak terjadi tumpang tindih, dan terjamin keasliannya.

Langkah awal telah di laksanakan di beberapa perpustakaan yaitu

perpusatakaan jurusan seni tari dan perpustakaan ISI Padangpanjang.

4
Adapun penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain adalah

sebagai berikut :

Hulda dalam penelitianya yang berjudul ”Tari Indang Duduak,

Tari Indang tagak di Pariangan Padangpanjang Kabupaten Tanah Datar

(studi tentang penyajian)”.1993. tulisan tersebut membahas tentang asal-

usul Tari Indang duduak dan Tari Indang tagak.

Daryusti dan kawan-kawan meneliti ”Tari Indang Tagak dalam

kajian multi dimensional budaya masyarakat Padang Magek Sumatera

Barat”, 1996. penelitian ini membahas tentang gerak, fungsi , motif tari

Indang.

Yusfil dan Asnimar “ Tari Indang Pariaman” , 2009. Merupakan

laporan magang yang menguraikan tentang aspek-aspek yang terkait

dengan pertunjukan Indang serta mekanisme pertunjukan Indang.

Zulikifli, ” tari Indang sebagai tari tradisi di Pincuran Sonsang

Kecamatan VII Koto. Suatu tinjauan komposisi gerak dan estetika”.

Merupakan laporan penelitian yang menguraikan yang secara umum

tentang tari Indang dari segi komposisi gerak dan estetikanya.

Sawanismar, ”Bentuk dan struktur tari Indang di Pariangan

Padangpanjang”, 2002. membahas tentang struktur tari Indang, properti,

rias busana dan musik iringan.

Dari sejumlah peneltitian atau tulisan tersebut di atas, dapat

dikatakan memang belum ada yang membahas tentang permasalahan-

5
permasalahan yang diajukan dalam penelitian, namun demikian dapat

bermanfaat sebagai langkah awal untuk meneliti Indang di Jorong

Gamaran.

F. Landasan Teori

Landasan teori berguna untuk mencari serta membangun

kerangka teori sebagai bahan dasar acuan dan sebagai pisau pembedah

dalam melakukan penelitian. Adapun landasan teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berdasarkan pemikiran dari para ahli yang

bisa membantu penelitian dalam memecahkan permasalahan yang akan

dikaji.

Untuk membahas tentang faktor penyebab bagaimana Indang

berusaha bertahan di tengah - tengah masyarakat Gamaran dengan

maraknya organ tunggal digunakan salah satu pendapat dari Harsya, W

Bachtiar, dkk yang menjelaskan tentang seseorang atau suatu kelompok

sosial tertentu mungkin terkait dengan lebih dari satu sistem budaya.

Akibatnya, dalam situasi tertentu dimana ada pertentangan antara kedua

sistem yang di anutnya terpaksa dia harus memilih salah satu di

antaranya. Apapun pilihannya, dengan mengikuti aturan (nilai dan

norma) salah satu sitem budaya orang itu telah melanggar aturan tentang

hal yang sama dari sistem budaya yang satunya.1

1
Harsya, w Bachtiar, Dkk, Budaya dan Manusia Indonesia. Yogyakarta : Pt. Hanindita
Offset. 1985. P, 16

6
Selanjutnya jika dilihat dari eksisnya Indang di dalam masyarakat

Jorong Gamaran ditentukan oleh fungsi Indang tersebut dalam

masyarakat Gamaran digunakan teori fungsi unsur-unsur kebudayaan

yang komplek dari Malinowski dalam Koentjaraningrat yang

berpendapat bahwa segala aktifitas kebudayaan bermaksud untuk

memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia

yang berhubungan dengan keseluruh kehidupannya.2

Kemudian sejalan dengan teori fungsi unsur-unsur kebudayaan

diatas, untuk mengkaji tentang fungsi Indang Gamaran digunakan teori

dari Soedarsono yang berpendirian bahwa ada tiga macam fungsi dari

seni pertunjukan yaitu sebagai sarana dalam upacara adat, tari berfungsi

sebagai sarana untuk mengungkapkan kegembiraan (hiburan) atau

pergaulan, tari berfungsi sebagai sarana tontonan.3

Untuk mengkaji tentang bentuk penyajian Indang Gamaran di

gunakan teori dari Lameri terjemahan Soedarsono yang megatakan bahwa

elemen-elemen dasar terbetuknya tari diantaranya adalah gerak, kostum,

penari, musik, rias, properti, pola lantai, dan tempat pertunjukan. 4

Selain dari pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas,

tidak menutup kemungkinan bagi penulis untuk menggunakan pendapat

2
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta : Universitas Indonesia. UI
Press, 1980, p. 171
3
Soedarsono. Tari-Tarian Indonesia I. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan
Debdikbud, 1977. p. 28
4
Lameri, Terjemahan soedarsono.komposisi elemen-elemen dasar. Yogyakarta, 1975, p.75

7
atau teori dari para ahli yang lain untuk mengungkapkan permasalahan

yang ada di dalam topik penelitian.

G. Metode Penelitian

Dalam sebuah kegiatan penelitian ilmiah, diperlukan ebuah

metodesebagai langkah strategi untuk menguji kebenaran suatu

pengetahuan, karena itu di butuhkanlah data-data sebagai bhan untuk

menguji hipotesis yang di ajukan. Perolehan data di dapatkan melalui

serangkaian metode yang mengaju kepada sebuah penelitian ilmiah.

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang bersifat deskriptif, memaparkan

keadaan sebagaimana adanya di lapangan dari hasil data-data yang di

dapat, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang sebagai

informan maupun narasumber dan prilaku yang dapat di amati secara

langsung.5 Beberapa langkah yang digunakan adalah yang dipandang

relevan dalam kepentingan penelitin ini, di antaranya :

1. Menentukan topik

Menentukan topik dilakukan sebagai langkah awal sebelum

mengadakan peelitian dengan cara mencari informasi tentang tari tradisi

di berbagai daerah. Selanjutnya peneliti mengusulkan pada pembimbing

untuk mengangkat Indang sebagai topik penelitian, kemudian


5
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian, Yogyakarta : Rieneka Cipta, 1998, p.76

8
berdasarkan fakta yang dapat dilapangan, dan arahan serta saran dari

pembimbing peneliti mengangkat permasalahan tentang Indang dalam

kehidupan masyarakat Gamaran di Kenagarian Lubuk Alung Kabupaten

Padang Pariaman dalam penelitian ini.

2. Studi pustaka

Sebelum melakukan penelitian penulis terlebih dahulu melakukan

suatu kegiatan berupa survey awal, untuk mencari infomasi dan

gambaran global tentang kesenian yang ada di Jorong Gamaran yang

akan penulis angkat dalam penelitian ini. Oleh karna itu, penulis

melakukan survey ke perpustakaan ISI Padangpanjang yang merupakan

sumber awal yang dapat membantu dalam mencari literatur yang relevan

dengan penulisan. Studi pustaka ini dilakukan untuk memperoleh

informasi tertulis dari buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian

sebagai sumber awal yang akan dijadikan untuk bahan acuan dalam

penelitian Indang Gamaran. Studi pustaka dapat berupa buku-buku yang

diterbitkan, skripsi, makalah, maupun karya ilmiah lainnya, sebagaimana

yang telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka.

3. Studi lapangan

Studi lapangan merupakan pengumpulan data yang utama dan

penting yang dijadikan sebagai data primer. Semua data yang

9
berhubungan dengan Indang Gamaran baik dari segi fungsi masyarakat

pendukung, maupun dari bentuk penyajiannya, dikumpulkan melalui

kerja studi lapangan yang dilakukan dengan mengadakan penelitian di

lapangan. Tahap kerja lapangan ini dibagi atas beberapa tahap

pengumpulan data antara lain :

a. Observasi

Observasi dilakukan secara langsung dengan menyaksikan

pertunjukkan Indang Gamaran yang dapat dilihat pada proses latihan

satu kali seminggu tepatnya pada hari sabtu malam di Jorong Gamaran.

Observasi dilakukan dengan menggunakan alat-alat pendokumentasian

seperti alat tulis, kamera foto, kamera Hp, dan kamera video untuk

mendokumentasikan pertunjukkan Indang yang bertujuan untuk mudah

mengingat kembali bentuk pertunjukan yang akan di teliti.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab baik secara

langsung ataupun secara tidak langsung dengan narasumber yang

mengetahui tentang Indang Gamaran tersebut. Wawancara langsung di

ajukan kepada Bapak Abbas sebagai pemimpin sekaligus pelatih Indang

Gamaran dan juga pada para penari – penari lainnya dengan beberapa

pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan wawancara

10
tidak langsung yaitu dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya. Tanya

jawab yang dilakukan meliputi beberapa pertanyaan yang berkaitan

dengan Indang Gamaran sebagai sebuah topik yang akan diteliti, antara

lain tentang Bagaimana usaha Indang Gamaran mampu bertahan di

tengah-tengah masyarakat dengan maraknya organ tunggal dan Indang

Gamaran dalam kehidupan masyarakat Jorong Gamaran.

Dalam melakukan wawancara digunakan beberapa peralatan

seperti tape recorder, handpone untuk merekam pembicaraan yang

sedang berlangsung dengan narasumber, kemudian dibantu dengan buku

catatan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting.

4. Analisis dan pengolahan data

Dari hasil wawancara, data-data yang diperoleh dari narasumber

kemudian diolah dengan cara memilih data-data yang diangap penting

dan ada kaitannya dengan Indang Gamaran, yang dianggap layak untuk

dijadikan bahan dalam penulisan sesuai dengan topik penelitian. Hasil

analisis inilah yang akan menjadi tujuan akhir dari penelitian ini yaitu

berbentuk laporan penelitian atau skripsi.

H. Sistematika Penulisan

11
Langkah akhir dari data yang sudah diperoleh dikelompokkan

dan dimasukkan kedalam bab-bab dan sub-sub bab yang sesuai dengan

penulisan yang telah disusun secara sitematis yaitu :

BAB I : Pendahuluan membahas tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,

landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Gambaran umum masyarakat Gamaran, membahas tentang

letak geografis, mata pencarian, kesenian, agama, dan adat

istiadat.

BAB III : Membahas tentang Indang Gamaran dalam kehidupan

masyarakat Gamaran, yang meliputi bentuk pertunjukan

Indang Gamaran, fungsi Indang di tengah-tengah masyarakat

Gamaran dan usaha Indang Gamaran mampu bertahan di

tengah-tengah masyarakat dengan maraknya organ tunggal.

BAB IV : Penutup, berisikan kesimpulan dan saran.

12
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT GAMARAN

A. Letak Georafis

Kecamatan Lubuk Alung terletak pada 100º 21’ 00’’ Bujur Timur 

0º 47’ 00’’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 111, 63 Km² yang

mempunyai ketinggian dari permukaan laut kurang lebih 25.100 m.

Kecamatan Lubuk Alung Nagari Lubuk Alung berpenduduk 40.661 Jiwa

dengan perincian laki-laki 20.386  jiwa dan perempuan sebanyak 20.275

jiwa dan jumlah rumah tangga 8143, terdiri dari sepuluh Korong yaitu

Korong Balah Hilir, Korong Sungai Abang, Pasar Lubuk Alung, Korong

13
Singguling, Korong Punggung Kasik, Korong Pasir Lawas, Korong

Sikabu, Korong Koto Buruk, dan Korong Salibutan.6

Adapun batas – batas wilayah Kecamatan Lubuk Alung adalah :

- Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan 2 X 11 Kayu Tanam dan

Sintuk Toboh Gadang.

- Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Batang Anai .

- Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok / Bukit barisan.

- Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Sintuk Toboh Gadang.

Jorong Gamaran merupakan salah satu bagian dari Korong Salibutan

Nagari Lubuk Alung, yang jumlah penduduknya adalah laki-laki terdiri

dari 360 orang sedangkan jumlah penduduk wanita yaitu 352 orang.

Korong Salibutan mempunyai luas daerah 17.61 Km yang mempunyai

dua posyandu, dan satu puskesmas, serta mempunyai satu buah mesjid

dan enam buah mushala. 7 Adapun batas wilayah Jorong Gamaran adalah

sebagai berikut ;

Sebelah Barat berbatas dengan Pasie Laweh

Sebelah Selatan berbatas dengan Koto Buruak

Sebelah Timur berbatas dengan Hutan lindung

Sebelah Utara berbatas dengan Pasie Laweh

Sebagaimana yang telah di jelaskan diatas bahwa di dalam

Kenagarian Lubuk Alung memiliki sepuluh buah Korong, diantara

66
http:www.PadangPariamanKab.go.id/contents.php?cid=181
7
Wawancara dengan kepala Korong Salibutan Bapak Syahrial pada tanggal 29-09-2010

14
sepuluh Korong tersebut salah satunya terdapat Korong Salibutan, dandi

Korong Salibutan ada salah satu Jorong Gamaran yang merupakan lokasi

penelitian tentang Indang Gamaran.

B. Mata Pencaharian

Mata pencaharian merupakan suatu pekerjaan untuk

mendapatkan penghasilan guna mencapai kelangsungan atau kebutuhan

hidup. Pekerjaan sangatlah penting bagi manusia sebagai usaha untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari. Kebutuhan manusia dalam

kehidupan ini sangatlah banyak dan beragam mulai dari kebutuhan

pokok sampai kebutuhan tambahan. Adapun kebutuhan pokok adalah

berupa makanan, pakaian, dan rumah. kebutuhan tambahanya adalah

berupa kendaraan, televisi yang mungkin dapat terpenuhi apabila

penghasilan yang didapat melebihi kebutuhan pokok.

Gamaran merupakan salah satu daerah penghasil batu bata, yang mana

sebagian dari penduduknya bermata pencaharian pembuat batu bata,

selain itu Gamaran merupakan salah satu wilayah yang tergolong

memiliki tanah yang subur dan mempuyai aliran sungai yang cukup

panjang untuk mengaliri sawah dan ladang masyarakat Gamaran. Oleh

sebab itu sebagian masyarakat Gamaran juga bermata pencaharian

bertani dan berladang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

15
Masyarakat Gamaran menggarap lahan pertanian menggunakan

alat tradisional seperti cangkul, yang merupakan warisan turun- temurun

dari nenek moyang yang sampai sekarang masih di gunakan untuk

menggarap lahan pertanian. Adapun jenis tanamannya sebagai sumber

penghasilan mereka adalah padi, kelapa, ladang ubi kayu, cabe,

mentimun, kacang panjang, dan buah-buahan seperti pepaya, coklat, dan

bengkuang. Bagi masyarakat Gamaran bertani dan berladang merupakan

warisan turun temun dari leluhur yang menjadi bagian dari kehidupan

mereka. Hal ini dapat dilihat dari beberapa macam kelompok pertanian

yang ada di daerah tersebut, seperti :

1. Kelompok tani Kampuang Tanjuang

2. Kelompok tani Sikayan Luluak

3. Kelompok tani Lubuak Lalang

4. Kelompok tani Bukik Gadang

5. Kelompok tani lipek pageh

Selain bertani, untuk menambah penghasilan demi memenuhi

kebutuhan masyarakat Gamaran juga ada yang memelihara binatang

ternak seperti : sapi, kerbau, ayam, itik, dan kambing. Dilihat dari sektor

peternakan, beternak ayam potong merupakan salah satu mata

pencaharian yang cukup besar dan menambah penghasilan bagi

kebutuhan kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Hal ini terbukti

16
dengan adanya kandang ayam yang besar dan panjang di daerah tersebut,

seperti gambar di bawah ini :

Foto I
Kandang Ayam Potong di Jorong Gamaran
(Dokumentasi : Monalisa 2010)

Adapun sebagian para penari dari Indang ini selain masyarakat

yang berstatus sebagai pelajar juga ada yang bekerja sebagai petani,

peternak dan pembuat batu bata, itu makanya jadwal latihan Indang ini

dilakukan pada malam hari, karena pada waktu siang hari mereka sibuk

dengan aktifitas masing-masing. Berdasarkan pengamatan yang di

lakukan, kegiatan berkesenian seperti Indang ini tidak memberikan

kontrubusi terhadap pertumbuhan dan peningkatan ekonomi masyarakat.

Bahkan biaya yang di keluarkan untuk snack latihan saja masyarakat

bersedia untuk menangulanginya dengan cara mengumpulkan

17
sumbangan. Hal ini dapat dilihat bahwa, dengan banyak kesibukan yang

mereka lakukan tidak membuat mereka meninggalkan kebudayaan

mereka sendiri seperti Indang ini.

C. Kesenian

Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang masalah di

Jorong Gamaran hidup dan berkembang kesenian tradisional yaitu,

Indang, luambek, pencak silat, dan ada juga kesenian modern seperti organ

tunggal dan band. Kesenian tradisisonal ini juga sama –sama ditampilkan

pada acara alek nagari dan acara pengangkatan penghulu, acara pemuda

dan acara pesta perkawinan. Namun dari beberapa kesenian tradisional

ini Indang lebih dominan banyak dipakai dalam acara-acara kesenian

lainnya, serta Indang yang lebih eksis latihan dalam masyarakat Gamaran.

D. Agama yang di Anut

Masyarakat Jorong Gamaran umumnya menganut agama Islam.

Hal ini terlihat dengan adanya bangunan mesjid dan banyaknya surau-

surau yang terdapat di Jorong Gamaran tersebut. Dapat dikatakan bahwa

Minangkabau ajaran Islamnya sangat kuat melekat dalam kehidupan

masyarakat, contohnya saja di dalam pelaksanaan acara – acara seperti

khatam Al-Qur’an, pengangkatan penghulu, khitanan, dan lain-lainnya.

Selalu dimulai degan pembacaan ayat - ayat suci alqur’an dan kemudian

ditutup dengan do’a selamat. Semua ini bertujuan agar pelaksanaan

18
kegiatan tersebut diberkahi oleh allah Swt. Suatu hal yang menarik ketika

dilihat dan dicermati masyarakat bersama- sama melaksanakan perayaan

hari besar yaitu Isra’ Mi’raj Maulid Nabi, yang mana bagi masyarakat

Kabupaten Padang Pariaman ini suatu hari yang paling bersejarah yang

patut mereka kenang dan rayakan, terlihat para bapak-bapak

mempersiapkan acara tersebut, dan ibu-ibu sibuk memasak untuk

makananya. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa masyarakat

Gamaran sangat memiliki rasa kebersamaan yang tetap terbina dengan

baik. Hal ini juga dapat dilihat dalam pelaksanaan latihan yang di mulai

sesudah sholat isya.

19
E. Adat Istiadat

Dari segi etimologi adat berasal dari bahasa arab yang berarti

kebiasaan. Adat juga bisa di artikan sebagai peraturan-peraturan yang

bersangsi, yaitu kaidah-kaidah yang apabila dilanggar akan ada

akibatnya dan mereka yang melanggar akan di hukum sesuai dengan

hukum yang berlaku.8 Sesuai dengan pengertian di atas pada masyarakat

Gamaran juga mempunyai sebuah peraturan-peraturan yang mana

peraturan tersebut dari mereka dan diperuntukan untuk mereka, dan

apabila mereka langgar akan mendapatkan sangsi, misalnya saja salah

satu dari peraturan tersebut tidak diperbolehkanya kawin sesuku.

Peraturan adat pada masyarakat Gamaran disesuaikan dengan

hukum-hukun Islam yang berpatokan pada AL-Qur’an. Hal ini terlihat

dengan falsafah adat yang berbunyi, adat basandi syarak, syarak basandi

kitabullah, yang artinya adat berpedoman pada hukum-hukum Islam,

sedangkan hukum Islam bersumberkan pada kitab suci AL-Qur’an.

Walaupun pada saat sekarang tegaknya hukum adat

Minangkabau dalam kehidupan masyarakat semakin pudar, akan tetapi

dalam beberapa hal adat istiadat masih memegang peranan penting

dalam beberapa bagian masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan.

Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa hukum adat Minangkabau memiliki

kekuatan yang cukup besar dalam mengatur kehidupan masyarakatnya.


8
Soekanto dalam Adra Nemirez, Tari Asyik Dalam Upacara Tulak Bala di Desa Siulak
Mukai Mudik Kecamatan Kerinci Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi, Jakarta : STSI
Padangpanjang, 2002. p.28

20
Hal ini tercermin dari tindakan mereka sehari-hari, baik dalam

bertingkah laku, maupun berbicara, serta sampai pada saat sekarang ini

masyarakat Gamaran juga mengadakan kegiatan keagamaan dimesjid

secara bersama-sama, diantaranya wirid pengajian, dan pendidikan Al-

Qur’an bagi anak-anak mereka sebagai generasi penerus Jorong

Gamaran. Sistem kekerabatan pada masyarakat Jorong Gamaran adalah

berdasarkan prinsip matrilineal atau menurut garis keturunan ibu.

Masyarakat Gamaran hidup dalam menjalani kehidupan sosial

secara struktural memiliki sebuah kesatuan hukum dalam menjalani

kehidupan bermasyarakat berupa peraturan-peraturan dan norma-norma

adat, yang memimpin persekutuan hukum adat tersebut dinamakan

dengan penghulu yang mana penghulu tersebut mewakili lima buah

suku yang ada di Jorong Gamaran, suku-suku tersebut adalah suku

jambak, koto, tanjung, panyalai dan suku sikumbang. Kepala suku

bertanggung jawab atas masyarakat yang dipimpinnya, terlebih bila ada

persoalan-persoalan yang menyangkut masalah adat. Akan tetapi

walaupun demikian, tetap saja dalam memutuskan segala sesuatu selalu

dilakukan dengan jalan musyawarah. Begitu juga dalam berkesenian

masyarakat sangat memperhatikan serta mempertahankan seni

pertunjukan yang mengandung nilai-nilai adat dan norma- norma agama

seperti pertunjukan kesenian tradisional Indang yang mana masyarakat

21
setempat menganggap Indang tersebut dapat memberikan nilai yang

positif. 9

9
Wawancara dengan salah satu pemuka adat yang ada Pasar Lubuk Alung Syabirin Dt. Labiah
Pada Tanggal 12-10-2010

22
BAB III
INDANG GAMARAN DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
GAMARAN KENAGARIAN LUBUK ALUNG

Indang merupakan salah satu kesenian tradisional yang ada di

Kabupaten Padang Pariaman, yang dibawa oleh Syekh Badukadir Jaelani

dari Mekah yang diwariskan secara turun - temurun dari satu generasi ke

generasi berikutnya dan dikembangkan di daerah Ulakan Pariaman sejak

dahulunya. Setelah sampai di daerah Ulakan para pewaris Indang

selanjutnya menumbuh kembangkan di daerah mereka masing-masing 10.

Hal ini sesuai dengan pendapat Edi Setiawati yang mengatakan bahwa

suatu jenis kesenian baik yang tumbuh dari rakyat itu sendiri atau

berdasarkan pengaruh dari kebudayaan lain, sehingga masyarakat itu

telah mewarisi secara turun temurun dari nenek moyang mereka yang

disebut sebagai seni tradisional. 11

Gamaran salah satunya Jorong yang terdapat di Kabupaten

Padang Pariaman yang terletak di Nagari Lubuk Alung juga tumbuh dan

berkembang Indang, yang disebut dengan Indang Gamaran. Indang

Gamaran tumbuh dan berkembang tidak di ketahui pasti kapan dan siapa

penciptanya. Menurut wawancara dengan Bapak Abbas sesepuh atau

pemimpin kesenian Indang sudah mempelajari kesenian Indang

semenjak zaman kemerdekaan. Kapan kesenian Indang di ciptakan dan

tumbuh di Jorong Gamaran tidak di ketahui di lapangan, yang pasti


10
Wawancara dengan Sesepuh Indang Abbas Pada Tanggal 26-05-2010
11
Edi Setiawati. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta : Sinar Harapan. 1981. P,49

23
Bapak Abbas pada umur 15 tahun sudah mempelajari Indang dari

gurunya bernama H. Moehammad. Sesuai dengan pendapat Umar Kayam

yang menjelaskan bahwa, kemunculan kesenian tradisi baik tari, teater

dan musik tradisional, dianggap milik masyarakatnya bersama serta di

anggap sebagai warisan budaya yang turun- temurun dari generasi ke

generasi berikutnya. Begitu tarian dan musik rakyat diciptakan,

masyarakat segera mengglaim sebagai miliknya, sehingga ekspresi yang

dimunculkan bukan ekspresi individual melainkan ekspresi kolektif,

maka penciptanya bersifat anonim.12

Dalam kehidupan masyarakat Jorong Gamaran kesenian Indang

tidak pernah disebut dengan tari Indang, namun mereka akrab

menyebutnya dengan Indang, akan tetapi apabila Indang ini ditampilkan

para pemain menyebut Indang ini dengan istilah baindang, yaitu

melakukan sebuah pertunjukan Indang. Dalam kamus lengkap bahasa

Minang Indang adalah suatu permainan anak Nagari yang di lakukan

oleh beberapa orang laki-laki muda sambil duduk berdekatan, berpantun-

pantun sambil meliuk-liukkan badan ke depan dan kebelakang dengan

memukul rebana. 13

Merujuk dari pengertian Indang di atas Indang Gamaran tidak

terlepas dari pengertian di atas yang dapat di lihat dari bentuk

pertunjukan Indang Gamaran tersebut.


12
Umar Kayam, Seni Tradisi dan masyarakat, Jakarta, Sinar Harapan, 1981, p.26
13
Gouzali Saydam, kamus Lengkap bahasa Minang, Padang, Pusat Pengkajian islam dan
Minangkabau. 2004,p.138

24
A. Bentuk Pertunjukan Indang Gamaran

Membahas masalah bentuk pertunjukan Indang, terlebih dahulu

diketahui istilah pengertian bentuk. Dalam kamus Bahasa Indonesia

kontemporer bentuk berarti wujud, rupa.14 sedangkan menurut A.A.

Djelantik bentuk adalah unsur-unsur dasar dari semua perwujudan dalam

seni.15 Terkait dengan pendapat di atas bahwa Indang Gamaran

merupakan salah satu bentuk pertunjukan yang dilihat dari keseluruhan

terdiri dari elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah tari. Sesuai

dengan apa yang dikatakan oleh Soedarsono bahwa elemen-elemen dasar

terbentuknya tari diantaranya gerak, kostum, penari, musik, rias, properti,

pola lantai, dan tempat pertunjukan.16 Dalam pertunjukan Indang

Gamaran semua elemen-elemen tersebut terdapat dalam Indang Gamaran

yang mana akan di uraikan di bawah ini :

1. Gerak

Indang Gamaran hanya memiliki satu buah nama gerak saja yaitu

gerakan saragam (seragam), yang mana terdiri dari lima bagian, tiap- tiap

gerakan tersebut berganti sesuai bunyi syair atau irama, yaitu bagian

pertama berupa pembukaan yaitu himbauan tukang dikie kepada si

pangka, bagian kedua di sebut dengan manasik yaitu berupa penyajian

14
Peter Salim, kamus Bahasa ndonesia Kontemporer Edisi I, Jakarta : modern english Press.
1991, p.183
15
A.A Djelantik, Pengantar Dasar Ilmu Estetik Jilid I, Denpasar : STSI, 1990, p.18
16
Lameri, terjemahan soedarsono.komposisi elemen-elemen dasar. Yogyakarta, 1975, p.75

25
agama Islam, bagian ke tiga disebut dengan pasambahan yaitu berupa

penyampaian mohon maaf dan maklum, bagian ke empat di sebut

dengan rundiangan di sinilah isianya berupa sindir-menyindir, sanjungan,

dan ejek mengejek dan bagian ke lima yaitu penutup. Yusfil dalam

laporan magangnya mengatakan bahwa nama Indang di berikan karena

gerakan para pemain selalu menggerakkan lengan kiri ataupun lengan

kanan ke arah kiri dan ke arah kanan seperti orang me-Indang beras yang

dilakukan sambil bersila. Di samping itu gerakan badan bagian atas di

gerakan ke depan dan kebelakang sambil ke dua lengan diayunkan

membuat lingkaran bergantian kearah belakang sambil menjentikan ibu

jari dengan telunjuk.17

2. Penari

Dalam pertunjukan Indang Gamaran jumlah penari Indang

berkisar antara 11, 13 atau 15 orang penari Indang tersebut biasanya

masyarakat mnyebutnya dengan istilah anak Indang, yaitu seluruh

penari Indang yang duduk dibagian barisan depan . selain anak Indang

yang duduk di barisan depan, ada yang paling berperan duduk di

belakang anak Indang yaitu tukang dikie, sipatuang sirah dan urang tuo.

-Sipatuang sirah adalah orang yang bertanggung jawab terhadap

kesejahteraan anggota kelompok, ia bertugas membiayai atau

mencari biaya untuk keperluan pertunjukan kelompoknya.

17
Yusfil dan Asnimar, Laporan Magang Tari Indang Pariaman. Padangpanjang : STSI
Padangpanjang, 2009, p.7

26
- Tuo Indang adalah orang yang menjaga keselamatan anggota pemain

secara menyeluruh baik lahir maupun batin.

- tukang dikie adalah orang yang mendendangkan atau menyanyikan syair

Indang.

Adapun Indang ini di tarikan oleh laki-laki dan penarinya tidak

harus dibatasi orang dewasa saja akan tetapi anak-anak boleh menarikan

Indang ini, bahkan pada saat sekarang penari Indang Gamaran ini lebih

dominan di tarikan oleh anak-anak.

3. Pola lantai

Adapun pola lantai yang dipakai oleh Indang Gamaran adalah

selalu tetap, yaitu dari awal sampai akhir pertunjukan selalu memakai

pola lantai sebaris atau berbanjar yang dilakukan dalam keadaan duduk

bersila, yang mana pola lantainya adalah sebagai berikut :

Gambar I
Pola Lantai Indang Gamaran

Ket :

A = tuo Indang

27
B = tukang dikia

C = si patuang sirah

1,2,3,4,5,6, 7, 8,9,10,11,12,13 = anak Indang

4. Kostum

Kostum merupakan salah satu unsur pendukung dalam sebuah

tari. Kostum membantu peranan gerak dalam bentuk koreografi secara

utuh. Pada dasarnya kostum yang digunakan dalam pertunjukan tari

adalah kostum yang dapat memberikan keleluasaan bagi penari saat

melakukan gerakan-gerakan tari. Kostum yang dipakai dalam

pertunjukan Indang Gamaran tidak rumit, pada zaman dahulu kostum

yang digunakan dalam pertunjukan Indang Gamaran adalah baju taluak

balango warna putih, celana kain batik taluak balango, sisamping kain batik

dan ditambah dengan destar. Pada saat sekarang kostum yang digunakan

dalam pertunjukan Indang tidak ditentukan lagi atau sudah mengalami

perubahan yaitu dengan menggunakan baju sesuai kebutuhan secara

estetis, menggunakan kain sarung dan kopiah dikepala. Sebagaimana

yang dijelaskan oleh Daryusti, bahwa fungsi kostum dalam tari adalah

untuk dapat mewujudkan bentuk personifikasi peran, karena kostum

dalam tari mempunyai fungsi yang penting. Dengan begitu kostum tidak

dapat dipisahkan dalam sebuah seni pertunjukan tari. 18 Contoh bentuk

baju yang digunakan dalam pertunjukan Indang Gamaran :


18
Daryusti. Kajian Tari Dari Berbagai Segi. Bukittinggi : Pustaka Indonesia, p.43

28
Foto 2
Baju yang dipakai pada pertunjukan Indang Gamaran
(Dokumentasi : Monalisa 2010)

5. Rias

Unsur pendukung lainnya yang tidak kalah penting dari

sebuah pertunjukan tari adalah rias. Rias sangat membantu dalam

mewujudkan sebuah pertunjukan tari. rias yang dipakai dalam

pertunjukan Indang ini adalah memakai rias sederhana seperti rias sehari-

hari yaitu hanya memakai sedikit bedak saja.

6. Musik

Musik dan tari adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

tari tidak akan bisa di nikmati jika tidak ada musik sebagai unsur

pendukungnya. Musik terkadang menentukan berhasil atau tidaknya

29
sebuah pertunjukan tari, fungsi musik bukan hanya sekedar pengiring

sebuah tarian, namun adakalanya juga berfungsi sebagai pelengkap dari

tari itu sendiri. Selain itu musik juga berfungsi sebagai pembentuk

suasana dan juga untuk memperjelas tekanan-tekanan gerak, sehingga

tari dapat dinikmati secara keseluruhan.

Dalam pertunjukan Indang Gamaran musik yang di gunakan

adalah musik internal yaitu musik yang di mainkan langsung oleh

penarinya dengan menggunakan vokal, dan pukulan Indang yang

mengatur ritme dan tempo. Pada Musik vokal yang di sajikan dalam

Indang tersebut adalah berupa syair-syair atau pantun yang disampaikan

oleh penari yang mengandung pesan dari ajaran-ajaran Islam seperti

pujian kepada allah dan pujian kepada nabi. Pada saat sekarang syair

atau pantun tersebut sudah agak mengalami kemajuan yaitu berisikan

tentang masalah ekonomi, adat istiadat, dan politik yang terdengar

seperti perdebatan dan Tanya jawab yang berupa sindir menyindir,

ejekan dan sanjung menyanjung.

7. Tempat Pertunjukan

Tempat pertunjukan merupakan sesuatu yang sangat penting

untuk mundukung sebuah pertunjukan. Indang Gamaran di pertunjukan

dalam berbagai jenis acara, seperti acara alek nagari, acara pesta

perkawinan, acara pemuda, dan acara pengangkatan penghulu. Pada

pertunjukan alek nagari Indang di tampilkan di laga-laga, namun pada

30
acara pesta perkawinan Indang ini di tampilkan di atas tikar atau karpet

yang telah disediakan khusus oleh tuan rumah pesta perkawinan

tersebut. Masyarakat Gamaran melakukan latihan Indang Gamaran yaitu

di atas laga-laga milik nagari setempat. Pada pertunjukan Indang

Gamaran baik itu dalam acara pesta perkawinan, acara pemuda serta

acara pengangkatan penghulu Indang di mainkan tiga Nagari” (tigo

sandiang)” yaitu tiga buah versi Indang dari daerah yang berbeda, Yang

mana di mainkan dua malam selama 60 menit satu sandiang secara

bergantian.

Foto 3
Laga-laga tempat latihan Indang Gamaran
Dokumentasi ( Wawan )

31
8. Properti

Pada zaman dahulu properti yang di gunakan dalam pertunjukan

Indang disebut dengan rebana, yaitu berbentuk seperti rapa’i namun

ukurannya sedikit lebih besar dari pada rapa’i dan disampingnya

dilingkari sebuah giring-giring. Karena bunyi rebana tidak sepadat bunyi

rapa’i maka property Indang tersebut di ganti dengan rapa’i. 19 Rapa’i ini

selain berfungsi sebagai property juga berperan sekaligus sebagai musik

pengiring dalam pertunjukan Indang ini.

Foto 4
Rapa’I yang dipergunakan sebagai property Indang
Dokumentasi (Wawan 2010)

19
Wawancara dengan Syabirin Dt. Maninjun Pemuka Adat dan Tukang Karang pada
pertunjukan Indang Gamaran Pada Tanggal 05-10-2010

32
B. Fungsi Indang Dalam Kehidupan Masyarakat Gamaran

Eksisnya kesenian tradisi dalam kehidupan tentu memiliki fungsi

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di mana kesenian tersebut

hidup dan berkembang. Tari termasuk salah satu kesenian, apabila tidak

berfungsi dan dibutuhkan oleh masyarakat, kesenian tersebut tidak akan

bisa hidup dan bertahan di tengah-tengah masyarakat, meskipun

dilakukan berbagai macam upaya untuk pengembanganya. Sebagaimana

yang dikatakan oleh Mursal Esten bahwa suatu kesenian berfungsi dan

hidup serta berkembang dikarenakan masyarakat merasa

membutuhkannya.20 sejalan dengan pendapat di atas bahwa Indang

Gamaran dahulunya berfungsi sebagai sarana dakwah, karena

masyarakat membutuhkan suasana yang gembira maka Indang pada saat

sekarang selain sebagai sarana dakwah juga berfungsi sebagai hiburan

yang terdapat pada isian syair Indang, yang mana pada zaman dahulu

isian syair dari Indang ini Cuma sebatas tentang pujian-pujian kepada

allah, dan kisah-kisah nabi, namun pada saat sekarang syair itu sudah

disajikan semenarik mungkin yang isianya berupa suatu permasalahan

yang hangat-hangatnya terjadi pada saat sekarang, seperti masalah

ekonomi, adat istiadat, politik dan sosial yang dilantukan berupa sindir

menyindir, ejekan dan sanjungan.

20
Mursal Esten. Minangkabau Tradisi dan Perubahannya, Padang : Angkasa Raya, 1993. P, 45

33
Kemudian sejalan dengan itu Soedarsono mengatakan bahwa di

lihat dari fungsinya tari-tarian Indonesia dibagi menjadi tiga kelompok

yaitu : tari berfungsi sebagai sarana dalam upacara adat, tari berfungsi

sebagai sarana untuk mengungkapkan kegembiraan atau pergaulan, tari

berfungsi sebagai sarana tontonan.21 Suatu kesenian menyandang fungsi

yang bermacam-macam, sesuai dengan lingkungan tempat tumbuh,

hidup dan bekembangnya kesenian tersebut, begitu juga halnya dengan

Indang Gamaran, sesuai dengan pendapat Soedarsono diatas Indang

Gamaran selain berfungsi sebagai sarana hiburan, juga berfungsi sebagai

sarana tontonan, dan mengungkapkan kegembiraan atau pergaulan

dalam berbagai acara seperti acara pesta perkawinan, acara alek Nagari,

acara pemuda, dan acara pengangkatan penghulu, yang akan di uaraikan

dibawah ini :

1. Fungsi Indang dalam acara pesta perkawinan

Pada acara pesta perkawinan Indang berfungsi sebagai sarana

hiburan, yaitu untuk menghibur para tamu-tamu undangan, kedua

mempelai dan tuan rumah dari pesta tersebut. Selain dari gerak yang

menarik, seperti yang telah di jelaskan diatas bahwa pada saat sekarang

syair Indang sudah mengalami perubahan, maka syair yang disajikan

dalam acara pesta perkawinan tersebut berupa sindiran dan sanjungan

yang ditujukan kepada tamu, kedua mempelai dan kepada tuan rumah
21
Soedarsono. Tari-Tarian Indonesia I. Proyek Pengembangan Media Kebudayaan
Debdikbud, 1977. P. 28

34
dari pesta tersebut. Adapun salah satu contoh bentuk syair dalam acara

pesta perkawian yang berupa sindiran dan sanjungan adalah sebagai

berikut :

Bahasa Minang

Lah mujua bana e urang punyo rumah dapek binantu urang nan pamulang

Induak jo ayah e lah mulai bahati sanang

Di urang balingkuang lah kasamo tarang

Alek baliek soal biaya urang pangka nan mamilang

Tapi paragiah e urang panggilan banyak sageteknyo mungkin ado

Ado nan mambawok baju ado na mambawok kado

Kalau di korong nan jo kampuang mantuan adaik nan biaso

Cubolah tanyo kapanghulu nan basamo-samo

Bahasa Indonesia

Beruntung sekali orang punya rumah dapat menantu yang pemulang

Ibu dan ayahnya sudah mulai berhati senang

Semua orang sudah sama-sama mengetahui

Pesta dikunjungi soal biaya tuan rumah yang menanggung

35
Tapi pemberian orang kondangan banyak sedikitnya mungkin ada

Ada yang membawa baju ada yang membawa kado

Kalau di Korong dan di Kampung seperti itu adat yang biasa

Cobalah Tanya sama penghulu bersama - sama

Pertunjukan Indang dalam dlm acara pesta perkawinan

ditampilkan di depan atau di halaman rumah, yang ditampilkan di atas

tikar yang telah di sediakan oleh tuan rumah tersebut, sebagai salah satu

contoh dokumentasi pertunjukan Indang yang di tampilkan dalam acara

pesta perkawinan di rumah Ibu Desmawati :

Foto 6
Petunjukan Indang Gamaran dalam acara helat perkawinan Adik Ibu
Desmawati 28 Desember 2008
(Dokumentasi Toni )

2. Fungsi Indang dalam acara pemuda

36
Dalam acara pemuda Indang juga ditampilkan dalam acara

pemuda yang mana berfungsi sebagai hiburan bagi penonton. Di samping

untuk hiburan Indang juga sekaligus sebagai sarana tontonan yang

mengasyikkan sehingga dapat menghibur diri mereka.

3. Fungsi Indang dalam acara Alek Nagari

Alaek Nagari adalah suatu acara yang di adakan di suatu daerah

yang mana dalam acara tersebut menampilkan berbagai macam

kesenian tradisi dari tiap – tiap daerah yang ada di Kabupaten Padang

Pariamanyang menampilkan berbagai macam kesenian tradisional

seperi randai, saluang, luambek, pencak silat, dan Indang, yang bertujuan

menghimpun dana untuk pembangunan sebuah Kampung. Adapun

fungsi dari Indang dalam acara alek nagari ini adalah untuk hiburan

sekaligus untuk mencari persgaulan atau persahabatan antar satu

group Indang dengan group Indang lainnya. Acara alaek Nagari ini rutin

dilaksanakan tiap tahun, serta Indang Gamaran ini juga rutin

dilaksanakan tiap tahunya pada acara alek Nagari ini.

4. Fungsi Indang dalam acara pengangkatan penghulu

Di dalam acara pengangkatan penghulu Indang befungsi hanya

sebagai pelengkap saja, yaitu hanya sebagai hiburan semata, namun

37
dalam syair Indang tersebut berisikan tentang nasehat-nasehat yang

ditujukan kepada penghulu tersebut untuk mengemban tugasnya nanti.

Selain itu fungsi Indang tersebut sangat di tentukan oleh

masyarakat pendukungnya. Karena eksistensi sebuah kesenian tradisi

sangat di tentukan oleh masyarakat pendukungnya. Jika kesenian

tradisi tersebut masih berfungsi dalam sebuah masyarakat maka

eksistensinya juga akan terjaga dengan baik. Oleh sebab itu fungsi

sebuah kesenian, termasuk Indang Gamaran tidaklah terlepas dari

peran serta masyarakat tempat Indang itu tumbuh dan berkembang.

Sebagaimana yang di katakana oleh Malinowski dalam dalam

Koentjaraningrat yang mengemukakan teori tentang fungsi unsur-

unsur kebudayaan yang sangat komplek, yaitu segala aktifitas

kebudayaan bermaksud untuk memuaskan suatu rangkian dari

sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan

keseluruh kehidupannya.22

C. Indang Gamaran berusaha Bertahan dan Eksis di Tengah – Tengah

Masyarakat dengan Persaingan Organ Tunggal

Indang Gamaran masih bertahan dan berkembang sampai saat

sekarang walaupun banyaknya hiburan-hiburan lain yang lebih maju

dalam masyarakat Nagari Lubuk Alung Kabupaten Padang Pariaman. Hal

22
Koentjaraningrat, Sejarah Teori Antropologi I, Jakarta : Universitas Indonesi. UI Press,
1980, p. 171

38
ini terbukti dengan eksisnya Indang di Jorong Gamaran Kenagarian

Lubuk Alung, maka selain merubah bentuk-bentuk syair-syair yang telah

di jelaskan di atas, group Indang Gamaran juga berusaha melestarikan

Indang Gamaran dengan cara setiap satu kali seminggu melakukan

latihan yaitu pada sabtu malam sesudah sholat isya. Latihan bertujuan

untuk menjaga Indang Gamaran tetap berpotensi kalau ada permintaan

dalam acara-acara apa saja yang di anggap perlu seperti dalam acara alek

Nagari, pesta perkawinan, pengangkatan penghulu, acara pemuda dan

acara-acara lainya. Seperti dokumentasi di bawah ini yaitu suasana latihan

oleh para pemain Indang yang dilaksanakan di atas laga-laga milik Jorong

Gamaran :

39
Foto 7
Suasana latihan di laga-laga Jorong Gamaran
(Dokumentasi Wawan 2010)

Organ tunggal merupakan salah satu hiburan yang sudah bisa

dikatan agak maju dibandingkan dengan kesenian tradisional Indang.

karena di lihat dari komponen pendukungnya yang memakai instrument

seperti alat musik keyboard. Hiburan organ tunggal sangat di sukai oleh

masyarakat khususnya di kalangan muda-mudi Kabupaten Padang

Pariaman. Bagi masyarakat Kabupaten Padang Pariaman hiburan seperti

organ tunggal dapat memberikan sajian hiburan yang sangat menarik bagi

mereka, apalagi jika di dukung dengan musik, pakaian yang seksi, dan

goyang artis yang erotis dapat memberikan hiburan serta kepuasan

tersendiri bagi mereka kususnya dikalangan muda-mudi.23

Dengan adanya organ tunggal yang berkembang di tengah-

tengah masyarakat Kabupaten Padang Pariaman, di Jorong Gamaran

secara garis besar masyarakat menerima hal tersebut, tetapi sejalan

dengan perkembangan organ tunggal, Indang Gamaran tetap bertahan dan

eksis ditengah-tengah masyarakat Gamaran. Hal ini terbukti dengan

seringnya Indang Gamaran di pakai dalam acara-acara kesenian seperti

pesta perkawinan, acara baralek Nagari, acara pengangkatan penghulu

23
Wawancara dengan pemuda-pemuda Nagari Lubuk Alung Diky dan Adit Pada
tanggal 10-10-2010

40
dan acara pemuda. Sebagai salah satu contoh Indang di tampilkan dalam

acara pesta perkawinan di bawah ini :

Foto 8
Petunjukan Indang Gamaran dalam acara helat perkawinan Adik Ibu
Desmawati 28 Desember 2008
(Dokumentasi Toni )

Memang dapat dikatakan bahwa hiburan organ tunggal bagi

masyarakat Kabupaten Padang Pariaman banyak yang menyukai, akan

tetapi lain halnya dengan masyarakat Jorong Gamaran, bagi masyarakat

Gamaran organ tunggal banyak memberikan dampak yang negatif bagi

pergaulan terutama bagi masyarakat Gamaran sendiri dikalangan muda-

mudi, seperti banyaknya tindakan-tindakan kriminal contohnya seperti

mabuk-mabukan, perkelahian yang mengakibatkan pembunuhan.

41
Kebanyakan dari hiburan organ tunggal tidak mementingkan nilai etika

yang melanggar nilai-nilai agama dan norma-norma adat, dan kejadian

atau konflik kriminal tersebut pernah terjadi dalam kehidupan

masyarakat Gamaran yang sampai sekarang masih membekas dari

ingatan mereka, hal tersebut membuat mereka belajar dari pengalaman –

pengalaman yang pernah terjadi. sesuai apa yang dikatakan oleh Soejono

Soekanto bahwa :

….tekanan pada konteks dan aksi dari perspektif sosiolgi

masyarakat, menonjolkan keadaan konkrit dari pengalaman-

pengalaman manusia. Setiap idividu mempunyai sejarah

keberhasilan dan kegagalan, persepsi-persepsi pribadi, maupun

cara-cara yang khas untuk menngungkapkan pribadinya dalam

hubungan dengan pihak-pihak lain.24

Dampak negatif dari organ tunggal yang berupa terjadinya tindakan

kriminalitas yang berpengaruh bagi masyarakat Gamaran membuat

masyarakat menjadi resah, maka pemuka-pemuka adat membuat sebuah

keputusan untuk melarang hiburan organ tunggal di pertunjukan pada

malam hari, karena pada malam hari banyak terjadi kemungkinan-

kemungkinan tindakan kriminalitas tersebut terjadi, dengan kata lain

apabila dalam sebuah masyarakat terkait dalam dua buah kebudayaan

yang satunya berupa kesenian tradisi seperti Indang dan satunya lagi

24
Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat, Jakarta :
Galia Indonesia, 1984, p. 24

42
berupa hiburan yang sudah maju seperti organ tunggal, dan apabila dalam

salah satu kesenian tersebut terdapat sebuah pertentangan yang

melanggar nilai – nilai dalam masyarakat tersebut maka masyarakat harus

bisa memilih salah satu diantaranya mana yang mereka anggap lebih baik.

Hal ini sesuai dengan pendapat Harsya W, Bachtiar, dkk bahwa seseorang

atau suatu kelompok sosial tertentu mungkin terkait dengan lebih dari

satu sistem budaya. Akibatnya, dalam situasi tertentu dimana ada

pertentangan antara kedua sistem yang di anutnya terpaksa dia harus

memilih salah satu di antaranya. Apapun pilihannya, dengan mengikuti

aturan (nilai dan norma) salah satu sitem budaya orang itu telah

melanggar aturan tentang hal yang sama dari sistem budaya yang

satunya.25

Dari sinilah Indang dapat bertahan dan eksis dalam kehidupan

masyarakat Gamaran ditengah-tengah maraknya organ tunggal, selain

Indang dapat memberikan hiburan bagi masyarakat, Indang juga lebih

banyak mengandung nilai-nilai positif dibandingkan organ tunggal. Selain

itu bila dibandingkan dari segi pertunjukanya masyarakat lebih banyak

memakai Indang dibandingkan organ tunggal, karena Indang boleh

ditampilkan kapanpun waktunya, sedangkan organ tunggal terbatas hanya

boleh ditampilkan pada siang hari. Disamping itu setelah konflik dari

organ tunggal terjadi, pemuka-pemuka adat mengembalikan atau lebih

25
Harsya, W Bachtiar,dkk, Budaya dan Manusia Indonesia. Yogyakarta : Pt. Haninditia
Offset. 1985. P. 16

43
menekankan lagi program babaliak banagari UU no. 9 tahun 2000, yang

mana salah satu tujuannya adalah untuk mengembalikan nilai-nilai tradisi

dalam masyarakat Gamaran di bidang kesenian tradisional yang salah

satunya adalah Indang Gamaran ini.

Walaupun demikian, tidak tertutup kemungkinan masyarakat

Gamaran tidak menerima hiburan organ tunggal, karena organ tunggal juga

dapat memperkuat kesenian tradisional seperti Indang Gamaran,

misalnya saja dari segi syair atau lagu dalam Indang dapat menirukan

irama-irama pada lagu organ tunggal seperti irama lagu dangdut, yang

dilantunkan dalam sebuah sindir menyindir yang membahas masalah

politik, sosial, agama, adat istiadat dan ekonomi. Seperti apa yang

dikatakn oleh P. Huntington dalam buku Mursal Esten bahwa tradisi

bukan saja bisa berdampingan dengan modernitas, teapi malah

modernitas itu dapat memperkuat tradisi itu sendiri. 26 Sejalan dengan

pendapat tersebut Kleden juga berpendapat bahwa kebudayaan yang

sehat jadinya akan selalu memberikan ruang dan kemungkinan untuk

masuknya unsur-unsur pembaharuan demi perkembangan dan

kemajuan.27

Indang Gamaran bagi masyarakat Jorong Gamaran bukan hanya

mempunyai fungsi sebagai hiburan saja, namun dalam pertunjukan

Indang Gamaran, selain gerakannya yang menarik, juga didukung oleh

26
Mursal Esten, Tradisi dan Modernitas Dalam Sandiwara. Jakarta : Intermasa. 1992. p, 17
27
ibid

44
Syair dalam Indang tersebut yang sangat mempunyai arti dan nilai bagi

masyarakat Gamaran. Syair yang terdapat dalam Indang Gamaran pada

saat sekarang sudah mengalami kemajuan, yang berisikan tentang nasehat

dan pesan yang disampaikan melalui sindir menyindir, mengejek, serta

menyanjung seperti kejadian atau masalah yang hangat-hangatnya terjadi

pada saat sekarang seperti masalah adat istiadat, soal politik, sosial, dan

ekonomi. Pertunjukan Indang Gamaran tidak kalah menariknya dengan

pertunjukan organ tunggal. Dalam pertunjukan Indang Gamaran bisa

menirukan irama-irama lagu organ tunggal seperti irama-irama dangdut

sehingga tidak menoton, hal tersebut juga merupakan salah satu daya

tarik bagi masyarakat dalam kesenian Indang tersebut, Lain halnya pada

zaman dahulu syair dalam pertunjukan Indang Gamaran tidak bebas atau

terbatas, tidak boleh sesuka hati karena jika sesuka hati di lagukan

dianggap salah dan dikenakan denda. Dahulu syair yang disampaikan

hanya tentang syiar islam atau sebagai media dakwah yang berupa kisah

nabi, dan pujian-pujian kepada allah.28

28
Wawancara dengan Sybirin Dt. Mninjun Tukang Karang dalam pertunjukan
Indang Gamaran Pada Tanggal 05-10-2010

45
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di dalam kehidupan masyarakat Jorong Gamaran dikenal suatu

kesenian tradisional yang sampai sekarang masih bertahan dan

berkembang dari maraknya kesenian yang lebih nmaju seperti hiburan

organ tunggal, Kesenian tersebut adalah Indang yang mana masyarakat

setempat akrab menyebutnya dengan Indang Gamaran.

Organ tunggal merupakan salah satu hiburan yang sudah bisa

dikatan agak maju dibandingkan dengan kesenian tradisional Indang.

karena di lihat dari komponen pendukungnya yang memakai instrument

seperti alat musik keyboard. Hiburan organ tunggal sangat di sukai oleh

masyarakat khususnya di kalangan muda-mudi Kabupaten Padang

Pariaman. Bagi masyarakat Kabupaten Padang Pariaman hiburan seperti

organ tunggal dapat memberikan sajian hiburan yang sangat menarik bagi

mereka, apalagi jika di dukung dengan musik, pakaian yang seksi, dan

goyang artis yang erotis dapat memberikan hiburan serta kepuasan

tersendiri bagi mereka.

Berbeda dengan masyarakat Gamaran, mereka lebih

mempertahankan dan mengunggulkan kesenian tardisi mereka seperti

Indang dalam kehidupan mereka, karena Indang banyak memberikan

dampak positif dan mengandung nilai-nilai adat serta norma-norma

46
agama, hal ini terbukti dengan seringnya mereka mengikuti pertunjukan

dalam berbagai acara, sehingga membuat mereka eksis latihan setiap

minggunya, dan masyarakat setempat ikut berperan sertas untuk

mempertahankan kesenian tradisi mereka seperti Indang ini, dengn cara

mau mengumpulkan sumbangan untuk snack latihan.. Bagi masyarakat

Gamaran Indang tidak kalah menariknya dari hiburan Organ tunggal. Lain

halnya dengan hiburan organ tunggal, bagi masyarakat Gamaran hiburan

seperti itu banyak memberikan dampak-dampak negatif bagi pergaulan

masyarakat Gamaran seperti tindakan Kriminal mabuk-mabukan dan

perkelahian.

Secara garis besar Indang Gamaran berfungsi sebagai hiburan

yang dipertunjukan dalam acara alek Nagari, pesta perkawinan, acara

pemuda dan pengangkatan penghulu. Indang Gamaran memakai

property rapa’i yang ditarikan oleh laki-laki. Dilihat dri syair atau

dendang Indang merupakan sebuah sindir - menyindir, ejek-mengejek

serta sanjungan yang mana dalam syair ini ada suatu masalah yang di

bahas, misalnya masalah ekonomi, adat istiadat, politik dan sosial. Selain

gerak, Syair ini juga merupakan salah satu daya tarik bagi masyarakat

untuk mempetahankan Indang dalam kehidupannya, Indang juga banyak

mengandung nilai positif dibandingkan organ tunggal yang banyak

mengandung nilai negatif.

47
B. Saran

Melihat fenomena tentang kehidupan Indang Gamaran dalam

masyarakat Jorong Gamaran, sangat terlihat rasa antusias masyarakatnya

untuk berusaha mempertahankan dan melestarikan kesenian Indang ini

dari maraknya organ tunggal. Di samping itu kerjasama antara masyarakat

dan seniman hendaklah dipertahankan demi kelangsungan serta eksisnya

kesenian tradisi di Jorong Gamaran, khususnya Indang Gamaran yang

merupakan warisan budaya setempat.

Disarankan juga kepada peneliti seni lainya untuk dapat mengkaji

kesenian Indang Gamaran da4ri berbagai aspek, karena masih banyak

aspek-aspek lain yang masih belum terungkap.

48

You might also like