You are on page 1of 39

Analisis Kebijakan Publik - Presentation Transcript

1. (Public Policy Analysis) Analisis Kebijakan Publik Oleh: Tri Widodo W. Utomo,
SH.,MA Program Magister Ilmu Hukum Universitas Widya Gama Mahakam
Samarinda, 2009
2. KEBIJAKAN PUBLIK ( Public Policy )
3. Pengertian Kebijakan
o PBB (1975) : pedoman untuk bertindak . Pedoman itu dapat sederhana atau
kompleks, umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau
terperinci, publik atau privat, kualitatif atau kuantitatif .
o JAMES E. ANDERSON (1978) : perilaku dari aktor (pejabat, kelompok,
instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan
tertentu .
4. EULAU DAN PREWITT A standing decision characterized by behavioral
consistency and repetitiveness on the part of both those who make it and those who
abide it. (keputusan tetap yg dicirikan oleh konsistensi dan pengulangan tingkah laku
dari mereka yg membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.
MIRIAM BUDIARJO Kegiatan dalam negara yg menyangkut proses menentukan
suatu tujuan, dan melaksanakan tujuan itu. Pengambilan keputusan mengenai tujuan
dari sistem politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan
skala prioritas. Untuk melaksanakan tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan umum
( public policy ) yg menyangkut pembagian (distribution) atau alokasi (allocation).
POLICY POLITICS
5. THOMAS R. DYE Public policy is whatever the government choose to do or not to
do (apapun pilihan pemerintah untuk melakukan / tidak melakukan sesuatu) JAMES
E. ANDERSON Public policies are those policies developed by government bodies
and officials (kebijaksaan yg dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat
pemerintah) DAVID EASTON The authoritative allocation of values for the whole
society (pengalokasian nilai-nilai secara sah kepada seluruh anggota masyarakat)
o Dibuat oleh pemerintah berupa tindakan pemerintah

o Mempunyai tujuan tertentu

o Ditujukan untuk kepentingan masyarakat

6. 10 PENGERTIAN KEBIJAKAN HOGWOOD & GUNN (dalam SUNGGONO, 1994


: 15-20)
o Kebijakan sbg merek bagi suatu bidang kegiatan tertentu ( as a label for a field
activity )
o Kebijakan sbg suatu pernyataan mengenai tujuan umum atau keadaan tertentu
yang dikehendaki ( as an expression of general purpose or desired state of
affairs )
o Kebijakan sbg usulan-usulan khusus ( as specific proposals )
o Kebijakan sbg keputusan pemerintah ( as decision of government )

o Kebijakan sbg bentuk pengesahan formal ( as formal authorization )

o Kebijakan sbg program ( as programme )

o Kebijakan sbg keluaran ( as output )

o Kebijakan sbg hasil akhir ( as outcome )

o Kebijakan sbg suatu teori atau model ( as a theory or model )

o Kebijakan sbg proses ( as process )

7. Dari ke-10 pengertian tersebut, kebijakan publik lebih merujuk kepada pengertian
sebagai KEPUTUSAN PEMERINTAH dan juga sebagai sebuah PROGRAM . Hal ini
sesuai dengan pendapat :
o Edwards dan Sharkansky (dalam Islamy , 1988 : 20) yang mengartikan
kebijakan publik sebagai “…. what the government choose to do or not to do.
It is the goals or purpose of government programs”.
o Charles O. Jones (1996: 49), mengartikan kebijakan adalah unsur-unsur
formal atau ekspresi-ekspresi legal dari program-program dan keputusan-
keputusan .

Dengan demikian dapat disederhanakan bahwa KEBIJAKAN PUBLIK


MERUPAKAN KEPUTUSAN (FORMAL) PEMERINTAH YANG BERISI
PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN sebagai realisasi dari fungsi atau tugas
negara, serta dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional

8.
o Tindakan yg direncanakan, berpola dan saling berkait.

o Dilakukan oleh pejabat pemerintah.

o Dalam bidang tertentu.

o Dapat berbentuk positif maupun negatif.

o Mengarah pada tujuan tertentu.

Ciri-Ciri Kebijakan Publik

9. Operasionalisasi Kebijakan Publik


10.
o Substantive Policy

 Kebijakan dilihat dari subtansi masalah yang dihadapi oleh


pemerintah. Contoh: Kebijakan Pendidikan, Lingkungan Hidup, dll.
o Procedural Policy
 Kebijakan dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam perumusannya (
policy stakeholders ).

SUBTANTIVE AND PROCEDURAL POLICIES

11. DISTRIBUTIVE, REDISTRIBUTIVE & REGULATORY POLICIES


12. MATERIAL POLICY Kebijakan yg mengatur tentang pengalokasian / penyediaan
sumber material yg nyata bagi penerimanya. Contoh: penyediaan rumah sederhana.
13. PUBLIC GOODS & PRIVATE GOODS POLICIES
o Public Goods Policy

 Kebijakan yg mengatur tentang penyediaan barang / pelayanan untuk


kepentingan orang banyak. Contoh: perlindungan keamanan,
pengadaan barang kebutuhan pokok.
o Private Goods Policy

 Kebijakan yg mengatur tentang penyediaan barang / pelayanan untuk


kepentingan perorangan di pasar bebas, dengan imbalan biaya tertentu.
Contoh: pengadaan barang untuk keperluan pribadi, misalnya tempat
hiburan.
14.
o Barang yg dikonsumsi secara individual, penggunaannya dapat dibagi-bagi,
dan untuk memperolehnya diperlukan biaya ( private goods ). Contoh:
makanan, pakaian, rumah, ikan, air minum botolan, dsb.
o Barang yg dikonsumsi secara bersama-sama, penggunaannya dapat dibagi-
bagi, dan untuk memperolehnya diperlukan biaya ( toll goods ). Contoh:
pesawat telepon, pipa air minum, kabel / satelit TV, dsb.
o Barang yg dikonsumsi secara individual, penggunaannya tidak dapat dibagi-
bagi, dan untuk memperolehnya tidak diperlukan biaya ( common pool
goods ), misalnya kekayaan laut, udara, dsb.
o Barang yg dikonsumsi secara bersama-sama, penggunaannya tidak dapat
dibagi-bagi, dan untuk memperolehnya tidak diperlukan biaya ( collective
goods ). Contoh: urusan pertahanan, patroli polisi, pemadam kebakaran,
pemasyarakatan, dsb.

Klasifikasi Barang (Goods) menurut Savas:

15. Urusan pertahanan, patroli polisi, pemadam kebakar-an, pemasyara-katan residivis,


regulasi, dsb. Peranan pemerintah sangat dominan , dan penyelenggaraan urusan
harus dilakukan sendiri oleh pemerintah. Barang yang dikonsumsi secara bersama-
sama ( non-excludable ) dan penggunaannya tidak dapat dibagi-bagi ( non-divisible ),
dan untuk memperolehnya tidak diperlukan biaya. 4 Collective / Public Goods
Kekayaan laut, udara, subsidi, dsb. s.d.a Barang yang dikonsumsi secara individual
( excludable ) dan penggunaannya tidak dapat dibagi-bagi ( non-divisible ), dan untuk
memperolehnya tidak diperlukan biaya. 3 Common Pool Goods Telepon umum, pipa
air minum, kabel dan satelit TV, dsb. Peran pemerintah cukup besar , namun jika
kemampuan masy. sudah memadai, maka perlu dilakukan transfer of power . Barang
yang dikonsumsi secara bersama-sama ( non-excludable ), penggunaannya dapat
dibagi-bagi ( divisible ), dan untuk memperolehnya diperlukan biaya. 2 Toll Goods
Makanan, pakaian, rumah, ikan, air minum botolan, dsb. Peran pemerintah sangat
kecil , & penyelenggaraan sebagian besar urusan diserahkan kepada swasta melalui
mekanisme pasar Barang yang dikonsumsi secara individual ( excludable ),
penggunaannya dapat dibagi-bagi ( divisible ), dan untuk memperolehnya diperlukan
biaya. 1 Private Goods Contoh Tingkat Intervensi Pemerintah Definisi Kuadran /
Jenis Barang
16. 4 COLLECTIVE GOODS (Murni Barang Publik) 3 TOLL GOODS (Barang
Campuran) 2 COMMON POOL GOODS (Barang Campuran) 1 PRIVAT GOODS
(Murni Barang Privat) KONSUMSI Exclusivitas Kolektif Individual Besar Kecil
17. Tingkatan Kebijakan Publik (Pra UU No. 10/2004)
o 1. Kebijakan Nasional

 Kebijakan negara yang bersifat fundamental dan strategis dalam


pencapaian tujuan nasional.
 Wewenang MPR, dan Presiden bersama-sama dengan DPR.
 Bentuk: UUD, TAP MPR, UU, PERPU
o 2. Kebijakan Umum

 Kebijakan Presiden sebagai pelaksana UUD, TAP MPR, UU, guna


mencapai tujuan nasional
 Wewenang Presiden
 Bentuk: PP, KEPPRES, INPRES
o 3. Kebijakan Pelaksanaan

 Penjabaran dari kebijakan umum sebagai strategi pelaksanaan tugas di


bidang tertentu
 Wewenang : menteri / pejabat setingkat menteri dan pimpinan LPND
 Bentuk: Peraturan, Keputusan, Instruksi Pejabat tertentu
18.
o 1. Kebijakan Umum

 Kebijakan Pemerintah Daerah sebagai pelaksanaan asas Desentralisasi


dalam rangka mengatur urusan Rumah Tangga Daerah
 Wewenang Kepala Daerah bersama DPRD
 Bentuk : PERDA
o 2. Kebijakan Pelaksanaan
 Wewenang: Kepala Daerah atau Kepala Wilayah
 Bentuk: Keputusan Kepala Daerah dan Instruksi Kepala Daerah, atau
Keputusan Kepala Wilayah dan Instruksi Kepala Wilayah.
19.
o Charles Lindblom (1968) : proses politik yang sangat kompleks, analitis, dan
tidak mengenal saat dimulai dan diakhirinya, dan batas-batas dari proses
tersebut sangat tidak pasti.
o Raymond Bouer : proses transformasi atau pengubahan input politik menjadi
output politik . Pandangan ini sangat dipengaruhi oleh Teori Analisis Sistem
David Easton.
o Don K. Price : proses yang melibatkan interaksi antara kelompok ilmuwan,
pemimpin organisasi profesional, administrator dan para politisi.
o Amitai Etzioni (1968) : proses penerjemahan oleh para aktor politik mengenai
komitmen masyarakat yang masih kabur dan abstrak kedalam komitmen yang
lebih spesifik, kemudian menjadi tindakan dan tujuan yang konkrit.
o Chief JO. Udoji (1981) : keseluruhan proses yang menyangkut : pendefinisian
masalah, perumusan kemungkinan pemecahan masalah, penyaluran tuntutan /
aspirasi, pengesahan dan pelaksanaan / implementasi, monitoring dan
peninjauan kembali (umpan balik)

Definisi Public Policy Making

20.
o Charles Lindblom  Proses

o Raymond Bouer  Input – Output

o Don K. Price  Aktor

o Amitai Etzioni  Fungsi Aktor

o Chief JO. Udoji  Kegiatan

Komponen Public Policy Making

21. 1. SISTEM KEBIJAKAN PUBLIK Keseluruhan pola kelembagaan dalam pembuatan


kebijakan publik yang melibatkan hubungan diantara 4 elemen, yaitu masalah
kebijakan, pembuatan kebijakan, kebijakan publik dan dampaknya terhadap kelompok
sasaran. (Bintoro T. & Mustopadidjaja, 1988) INPUT – PROCESS – OUTPUT
SISTEM, PROSES & SIKLUS KEBIJAKAN PUBLIK
22. INPUT Timbul karena faktor lingkungan kebijakan yakni keadaan yang
melatarbelakangi suatu peristiwa yg menyebabkan timbulnya “masalah kebijakan”
tersebut, yg berupa tuntutan masyarakat atau tantangan & peluang, yg diharapkan
dapat diatasi melalui suatu kebijakan publik. Masalah itu dapat juga timbul justru
karena adanya suatu kebijakan tertentu Masalah Kebijakan
23.
o MASALAH : adanya kesenjangan antara das sollen / teori dengan das sein /
fakta empiris ; antara yg ditetapkan sebagai kebijakan dengan kenyataan
implementasi kebijakan.
o MASALAH KEBIJAKAN : unrealized needs, values, opportunities, however
we identified, the solution require public actions (tidak terwujudnya
kebutuhan, nilai, dan peluang, yg meskipun sudah bisa diidentifikasikan, tetapi
pemecahannya mengharuskan adanya tindakan-tindakan publik / negara /
pemerintah.

Apa Itu MASALAH ??

24.
o Sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan ( Kamus BBI ).

o Suatu situasi menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih tujuan
( James Stoner ).
o Sesuatu yg menyimpang dari apa yg diharapkan / direncanakan / ditentukan
untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan
( Prajudi Atmosudirjo ).
o Suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini
dan hasil yang diharapkan ( Roger Kaufman ).
o Situasi atau kondisi yang akan datang dan tdk diinginkan ( Dorothy Craig ).

o Suatu yang memerlukan jawaban, apabila tidak segera dijawab akan


menimbulkan risiko.

Apa Itu MASALAH ??

25. Klasifikasi Masalah


o Dari berbagai macam karakteristik tersebut, maka masalah kebijakan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis:
 Masalah yang terstruktur (melibatkan sedikit stakeholder, adanya
konsensus tentang masalah, dan hanya ada sedikit alternatif yg dapat
dipilih, di mana kinerja masing-masing alternatif tersebut telah
diketahui).
26. Klasifikasi Masalah
 Masalah yg agak terstruktur (kondisinya hampir sama dengan yg
pertama, namun demikian kinerja masing-masing alternatif tersebut
belum dapat dipastikan).
 Tidak terstruktur (melibatkan banyak stakeholder, belum ada
konsensus, dan banyak alternatif yg bisa diajukan).
27.
o Ciri : berskala kecil, berdiri sendiri (kurang memiliki sangkut paut dengan
masalah lain), tidak mengandung konsekuensi yg besar, pemecahannya tidak
memerlukan pemikiran luas & mendalam .
o Scope : pemecahan masalah dilakukan secara individual.

o Teknik yg biasa digunakan : dilakukan atas dasar intuisi, pengalaman,


kebiasaan & wewenang yg melekat pada jabatannya.

Masalah sederhana ( simple problem ) CORAK / JENIS MASALAH - 1

28.
o Ciri : berskala besar, tidak berdiri sendiri (memiliki kaitan erat dengan
masalah lain), mengandung konsekuensi besar, pemecahannya memerlukan
pemikiran yg tajam dan analitis .
o Scope : Pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan
pimpinan dan segenap staf pembantunya.
o Jenis : masalah yg terstruktur ( structured problems) & masalah yg tidak
terstruktur ( unstructured problems ).

Masalah rumit ( complex problem ) CORAK / JENIS MASALAH - 2

29.
o Definisi : masalah yg jelas faktor penyebabnya, bersifat rutin dan biasanya
timbul berulang kali shg pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik
pengambilan keputusan yg bersifat rutin, repetitif & dibakukan.
o Contoh : penggajian, kepangkatan dan pembinaan pegawai, masalah perijinan,
dsb.
o Sifat pengambilan keputusan : relatif lebih mudah atau cepat, salah satu
caranya dengan penyusunan metode / prosedur / program tetap (SOP).

Masalah yg Terstruktur

30.
o Definisi : penyimpangan dari masalah organisasi yang bersifat umum, tidak
rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya, serta tidak repetitif
kasusnya.
o Sifat pengambilan keputusan : relatif lebih sulit dan lebih lama , diperlukan
teknik PK yang bersifat non-programmed decision-making.

Masalah yg Tidak Terstruktur

31. Pendefinisian Masalah yg baik


o Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari
persepsi.
o Semua pihak yg terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi.
o Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas, untuk menghindarkan dari
pembuatan definisi yg tidak jelas.
o Definisi yg dibuat harus menyatakan dg jelas adanya ketidak-sesuaian antara
standar atau harapan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kenyataan yg
terjadi.
o Definisi yg dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang terkait
atau berkepentingan dengan terjadinya masalah.
o Definisi yg dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar. Contoh:
Masalah yang kita hadapi adalah melatih staf yang bekerja lamban.
32. Karakteristik Masalah Yg Harus Dipecahkan
o Suatu masalah memiliki kompleksitas karena keterkaitan dengan masalah
yang lain. Contoh: masalah kesehatan dengan kemiskinan. Masalah
kemiskinan dengan pengangguran, masalah kriminalitas dengan kemiskinan
dsb.
33. Teknik-teknik Perumusan Masalah
o Tugas seorang perencana atau policy maker adalah bagaimana merumuskan
masalah yang tidak terstruktur tersebut menjadi lebih terstruktur sehingga
dapat dirumuskan berbagai alternatif kebijakan yang dapat dilakukan di masa
depan untuk memecahkan masalah tersebut
34. Teknik…(2)
o Untuk dapat merumuskan masalah dari tidak terstruktur menjadi terstruktur
maka dapat digunakan beberapa teknik:
 Analisis Pembatasan masalah
 Analisis klasifikasi
 Analisis hirarkhi
 Pengandaian
 Brainstorming
 Analisis asumsi
 Pemetaan argumen
35. dari PROBLEM ke DECISION
36. Bersifat politis, dimana terlibat berbagai kelompok kepentingan yang berbeda-beda,
bahkan ada yang saling bertentangan. Dalam proses ini terlibat berbagai macam
policy stakeholders , yaitu mereka-mereka yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
suatu kebijakan. Policy stakeholders bisa pejabat pemerintah, pejabat negara, lembaga
pemerintah, maupun dari lingkungan publik (bukan pemerintah) misalnya partai
politik, kelompok kepentingan, pengusaha dan sebagainya. PEMBUATAN
KEBIJAKAN PROSES
37. OUTPUT KEBIJAKAN PUBLIK Berupa serangkaian tindakan yang dimaksudkan
untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. IMPACT DAMPAK
TERHADAP MASYARAKAT Kondisi yang diharapkan terhadap target groups
(kelompok sasaran) yakni orang-orang, kelompok atau organisasi yang perilaku atau
keadaannya ingin dipengaruhi atau diubah oleh kebijakan publik tersebut.
38. 1. Perumusan Masalah Kebijakan Tahap ini mulai dari perumusan masalah sampai
dengan dipilihnya alternatif untuk direkomendasikan dan disahkan oleh pejabat yg
berwenang.
o Implementasi kebijakan

o Kebijakan langsung , yaitu kebijakan yg pelaksanaannya dilakukan oleh


pemerintah sendiri, misalnya Inpres SD.
o Kebijakan tidak langsung , yaitu kebijakan yg pelaksanaannya tidak dilakukan
oleh pemerintah. Jadi pemerintah hanya mengatur saja. Misalnya kebijakan
pemerintah di bidang investasi modal asing.
o Kebijakan campuran , yaitu kebijaksanaaan yg dilakukan oleh pemerintah dan
swasta, misalnya : kebijakan bidang kebersihan di DKI Jakarta yang
dilaksanakan baik oleh Dinas Kebersihan maupun oleh Swasta.
39. 3. MONITORING KEBIJAKAN
o Monitoring adalah prosedur analitik dari kebijakan yang menghasilkan
informasi tentang konsekuensi dari kebijakan publik, yaitu keterkaitan antara
implementasi dan hasil-hasilnya ( outcomes ).
o Dilihat dari segi monitoring, hasil kebijakan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

 Policy Output : misalnya barang, jasa dan sumber-sumber diterima


oleh kelompok sasaran, misalnya : bantuan dana IDT sebesar Rp
20.000.000 per desa.
 Policy Impact : yaitu perubahan yang terjadi dari kelompok sasaran,
misalnya apakah adanya IDT itu jumlah masyarakat miskin berkurang.
40. 4. EVALUASI KEBIJAKAN Bertujuan untuk menilai apakah ada perbedaan sebelum
dan setelah kebijakan itu diberlakukan.
41. Adalah tahapan-tahapan yang harus ditempuh / dilakukan untuk dapat memecahkan
berbagai masalah publik . SIKLUS KEBIJAKAN PUBLIK
42. Model Proses / Siklus Kebijakan Publik (Clay & Schaffer) Policy Goal Declared
Technical/Economic Analysis Array of Policy Alternatives Best Policy Chosen Best
Policy Implemented Outcomes of Policy Chosen Evaluation of Policy Chosen
Lessons of Policy Chosen Start Analysis Next Policy Chosen P O L I C Y F O R M U
LATIONPOLICYIMPLEMENTATION
43. Model Hirarkhi Perumusan Kebijakan Publik (Bromley) Policy Level Institutional
Arrangements Organizational Level Institutional Arrangements Operational Level
Patterns of Interaction Outcomes Assessment
44. ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK ( Public Policy Analysis )
45. Analisis kebijakan, sebagai usaha untuk mengadakan informasi dalam pembuatan
kebijakan , sebenarnya sudah ada semenjak manusia mengenal organisasi dan
mengetahui tentang pembuatan keputusan, mulai dari penggunaan cara yang paling
sederhana dan tradisional (berdasarkan mistik) sampai pada penggunaan cara-cara
ilmiah, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Namun sebagai disiplin ilmu
tersendiri , kegiatan ilmu kebijakan dimulai setelah Perang Dunia II, yakni dengan
diterbitkannya buku karya Harold D. Lasswell dan Daniel Larner yang berjudul The
Policy Science : Recent Development in Scope and Methods pada tahun 1951. Dalam
perkembangan selanjutnya, para penulis masa kini lebih menyukai untuk
menggunakan istilah “Analisis Kebijakan” dari pada menggunakan istilah “Ilmu
Kebijakan”. SEJARAH
46.
o Dimensi proses kebijakan ( policy process ), mengkaji proses penyusunan
kebijakan mulai dari identifikasi dan perumusan masalah, implementasi
kebijakan, monitoring kebijakan serta evaluasi kebijakan.
o Dimensi analisis kebijakan ( policy analysis ), meliputi penerapan metode dan
teknik analisis yang bersifat multidisiplin dalam proses kebijakan yakni untuk
penyusunan strategi kebijakan.
47. William N. Dunn Suatu disiplin ilmu sosial terapan yg menggunakan berbagai macam
metodologi penelitian dan argumen untuk menghasilkan & mentransformasikan
informasi yg relevan untuk memecahkan masalah-masalah kebijakan.   E.S. Quade
Suatu bentuk penelitian terapan yg dilakukan untuk memahami secara mendalam
berbagai permasalahan sosial guna mendapatkan pemecahan yg lebih baik.   Stuart S.
Nagel Penentuan dalam rangka hubungan antara berbagai alternatif kebijakan dan
tujuan kebijakan; manakah diantara berbagai alternatif kebijakan, keputusan atau
cara-cara lainnya, yg terbaik untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan tertentu.
Pengertian ...
48.
o Memberikan informasi kepada pembuat kebijakan dalam rangka memecahkan
masalah-masalah masyarakat.
o Meningkatkan kualitas kebijakan yg dibuat oleh pemerintah.

Tujuan ...

49. FAKTOR STRATEGIS YG BERPENGARUH DALAM PERUMUSAN


KEBIJAKAN
o Faktor Politik

o Perlu dipertimbangkan, karena dalam perumusan kebijakan diperlukan


dukungan dari berbagai aktor kebijakan ( policy actors ), baik dari kalangan
pemerintah maupun bukan pemerintah.
o Isi kebijakan akan sangat diwarnai / dipengaruhi oleh visi dan kepentingan
aktor kebijakan tersebut.
o Faktor Ekonomi / Finansial

o Perlu dipertimbangkan terutama apabila kebijakan tersebut akan menggunakan


dana yang cukup besar atau akan berpengaruh pada situasi eknomi dalam
negara.
o Indikator yang perlu diperhatikan anatara lain : tingkat inflasi dan hutang LN,
daya beli dan pendapatan perkapita penduduk, potensi daerah dan komoditas
unggulan, dsb.
50. FAKTOR STRATEGIS YG BERPENGARUH DALAM PERUMUSAN
KEBIJAKAN FAKTOR ADMINISTRATIF/ ORGANISATORIS Perlu
dipertimbangkan apakah dalam pelaksanaan kebijakan itu benar-benar akan didukung
oleh kemampuan administratif yg memadai, atau apakah sudah ada organisasi yg akan
melaksanakan kebijakan itu. FAKTOR TEKNOLOGI Perlu mempertimbangkan
apakah teknologi yang ada dapat mendukung, apabila kebijakan tersebut akan
diimplementasikan. FAKTOR SOSIAL, BUDAYA DAN AGAMA Perlu
dipertimbangkan apakah kebijakan tersebut tidak menimbulkan benturan sosial,
budaya dan agama atau yg sering disebut masalah SARA. FAKTOR PERTAHANAN
DAN KEAMANAN Perlu dipertimbangkan apakah kebijakan yg akan dikeluarkan ini
tidak akan menggangu stabilitas keamanan negara.
51. Faktor 2 diatas akan menjadi kriteria dalam menentukan Feasibilitas (kelayakan) dari
alternatif kebijakan yg akan dipilih
52.
o Perumusan Masalah Kebijakan

o Dimaksudkan untuk menemukan dan memahami hakikat permasalahan,


kemudian merumuskan dalam bentuk sebab akibat, mana faktor penyebab
( independent variable ) dan mana faktor akibat ( dependent variable ).
o 2. Penentuan Tujuan

o Tujuan adalah sesuatu akibat yg secara sadar ingin dicapai atau dihindari
(mencapai kebaikan sekaligus mencegah timbulnya hal-hal yg tidak
diinginkan).
o Perumusan Alternatif

o Alternatif adalah pilihan tentang alat atau cara-cara yg dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yg telah ditentukan.

Langkah-langkah Analisis Kebijakan

53.
o 4. Penentuan Kriteria

o Analisis kebijakan memerlukan kriteria yg jelas untuk menilai, misalnya:


politik, ekonomi/finansial, administratif/ organisatoris, teknologi,
sosial/budaya/agama, hankam.
o Penilaian Alternatif

o 6. Perumusan Rekomendasi

o Penilaian atas alternatif akan memberikan gambaran mengenai sejumlah


pilihan yg tepat untuk mencapai tujuan. Langkah terakhir dalam analisis
kebijakan adalah merumuskan saran (rekomendasi) mengenai alternatif yang
diperhitungkan akan dapat mencapai tujuan secara optimal. Dalam
rekomendasi ini sering dikemukakan juga “strategi pelaksanaannya”.
54.
o Tugas analis kebijakan / policy analyst

o Memberikan informasi kepada pembuat kebijakan yg dapat digunakan untuk


memecahkan masalah.
o Meningkatkan kualitas kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.

Keputusan terakhir ada pada policy makers (pembuat kebijakan)

55. Dunn (1994), mengemukakan bahwa metodologi analisis kebijakan dapat


memberikan informasi dengan menjawab 5 pertanyaan :
o POLICY PROBLEM

o Masalah apakah yg dihadapi?

o 2. POLICY OUTCOMES

o Kebijakan apa yg telah ditempuh & apa hasil yg telah dicapai?

o POLICY PERFORMANCE

o Bagaimana nilai (kinerja) dari hasil kebijakan?

o POLICY ALTERNATIVE / POLICY FUTURE

o Alternatif apa yg tersedia untuk memecahkan masalah & apa kemungkinan


untuk masa depan?
o 5. POLICY ACTION

o Alternatif mana / tindakan apa yg perlu dilaksanakan untuk memecahkan


masalah?
56. Model Perumusan Kebijakan 1
o Pembuat Keputusan dihadapkan pada masalah tertentu yg dapat dibedakan /
dibandingkan dengan masalah lain.
o Tujuan, nilai, dan sasaran yg akan dicapai, harus telah dibuat sebelumnya
secara jelas & ditetapkan rankingnya.
o Berbagai alternatif untuk memecahkan masalah tsb diteliti secara seksama.
o Akibat yg ditimbulkan dari setiap alternatif ( cost & benefit ), juga diteliti
secara cermat.
o Setiap alternatif dan akibat yg ditimbulkan, dibandingkan 1 sama lainnya.

o Pembuat keputusan akan memilih alternatif yg paling rasional untuk mencapai


tujuan, nilai, dan sasaran yg telah ditetapkan.

Rasional Komprehensif

57. Kritik:
o Pembuat keputusan sebetulnya tidak berhadapan dengan masalah yg konkrit
dan terumuskan dengan jelas. Justru langkah pertama yg harus dilakukan
adalah merumuskan masalahnya.
o Terlalu menuntut hal-hal yg tidak rasional pada diri pembuat keputusan, yg
dianggap memiliki informasi lengkap dan kemampuan tinggi.
58. Model Perumusan Kebijakan 2
o Pemilihan tujuan / sasaran merupakan sesuatu yg saling terkait dengan
tindakan empiris yg harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
o Pembuat keputusan hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yg langsung
berhubungan dengan pokok masalah; dan alternatif ini hanya berbeda secara
inkremental dengan kebijakan yg telah ada.
o Bagi tiap alternatif, hanya sejumlah kecil akiabt mendasar saja yg akan
dievaluasi.
o Masalah yg dihadapi akan diredefinisikan secara teratur, dengan
menyesuaikan tujuan / sasaran dengan sumber daya yang ada.
o Tidak ada keputusan / cara pemecahan yg paling tepat untuk setiap masalah.
Yg penting, terdapat kesepakatan thd keputusan tertentu.
o Pembuatan keputusan bersifat perbaikan kecil terhadap kebijakan yg telah ada,
dan bukan sesuatu yg sama sekali baru.

Inkremental

59. Kritik:
o Keputusan yg diambil lebih mewakili / mencerminkan kepentingan kelompok
kuat / mapan, atau kelompok yg mampu mengorganisasikan kepentingannya
dalam masyarakat.
o Mengabaikan perlunya pembaharuan sosial, karena memusatkan perhatian
pada kepentingan / tujuan jangka pendek.
60. Model Perumusan Kebijakan 3
o Penggabungan (kompromi) antara teori rasional komprehensif dengan teori
inkremental.
o Memperhitungkan tingkat kemampuan para pengambil keputusan.

o Ibarat pengamatan dengan 2 kamera : kamera pertama memiliki sudut lebar


yang sanggup menjelajahi seluruh permukaan (masalah), dan kamera kedua
memfokuskan pengamatan pada wilayah yang memerlukan kajian secara
mendalam.

Pengamatan Terpadu / Mix Scanning

61. Ke-3 model diatas tergolong model yang BERSIFAT PRESKRIPTIF (Cara
Meningkatkan Mutu Kebijakan; Hasil / Akibat Kebijakan) Ke-4 model dibawah
tergolong model yang BERSIFAT DESKRIPTIF (Menggambarkan Bagaimana
Kebijakan Dibuat)
62. Model Perumusan Kebijakan 4

o Fokus Perhatian: ORGANISASI PEMERINTAH  secara otoritatif, kebijakan


publik dirumuskan, disahkan, dan dilaksanakan oleh lembaga pemerintah .
o 3 ciri utama kebijakan menurut model ini:

 Kebijakan publik dipandang sebagai kewajiban hukum yang


harus ditaati oleh seluruh rakyat.
 Kebijakan publik itu bersifat universal.
 Hanya pemerintah yang memegang hak monopoli untuk
memaksakan secara sah melalui pengenaan sanksi.

Model Institusional

63. Model Perumusan Kebijakan 5


o Administrator negara tidak dipandang sebagai abdi rakyat, tetapi sebagai
kelompok kecil yg mapan ( establishment ).
o Massa (rakyat) bersifat pasif, apatis, dan buta terhadap informasi tentang
kebijakan publik.
o Kebijakan publik mencerminkan keinginan dan nilai golongan elit, sehingga
mampu mempengaruhi dan membentuk massa. Dkl, kebijakan publik mengalir
dari atas kebawah ( top down ).
o Karena kebijakan negara ditentukan oleh kelompok elit, maka pejabat
pemerintah hanya sekedar pelaksana kebijakan.
o Mobilisasi vertikal dari massa ke elit terjadi secara sangat lambat, karena
menyangkut dimensi aristokrasi (genealogis), status sosial ekonomi, dsb.

Model Elite - Massa

64. Model Perumusan Kebijakan 6


o Setiap orang yg memiliki kepentingan sama mengikatkan diri secara formal
maupun informal kedalam kelompok ( interest group )
o Kelompok ini dapat mengajukan atau memaksakan kepentingannya kepada
pemerintah. Tingkat pengaruh setiap kelompok ditentukan oleh: jumlah
anggota, asset / kekayaan, kesolidan organisasi, kepemimpinan, hubungan
dengan para pengambil keputusan, dsb.
o Kebijakan publik merupakan keseimbangan ( equilibrium ) yang dicapai
sebagai hasil perjuangan kelompok.
o Respon pengambil keputusan terhadap kelompok adalah dengan tawar-
menawar ( bargaining ), perjanjian ( negotiating ), dan kesepakatan
( compromizing ).
o Sistem politik bertugas menengahi atau menjaga keseimbangan antar
kelompok jika terjadi konflik.

Model Kelompok

65. Model Perumusan Kebijakan 7


o Sistem politik berfungsi mengubah input menjadi output.

o Aktor yang berperan untuk mengubah input menjadi output tersebut adalah
badan-badan legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, kelompok
kepentingan, media massa, birokrasi, tokoh masyarakat, dsb.
o Kebijakan publik dipandang sebagai respon sistem politik terhadap kekuatan
lingkungan disekitarnya (sosial, politik, ekonomi, dsb). Dengan kata lain,
kebijakan publik adalah output dari sistem politik.

Model Sistem Politik

66.
o Mahasiswa melakukan simulasi untuk menganalisis permasalahan perkotaan
yang dihadapi oleh masyarakat Kota Bandung, serta kebijakan yang harus
ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dalam simulasi ini, setiap
mahasiswa harus memainkan peran sebagai policy actor , yang bersama-sama
melaksanakan rapat kerja dengan Walikota guna meningkatkan kualitas dan
kinerja pemerintah daerah.
o Policy actor yang diperlukan disini, serta tugas-tugas yang harus dijalankan
adalah sebagai berikut :
o Walikota

o Ketua DPRD

o Ketua Bappeda Tingkat II

o Direktur Utama PD Kebersihan

o Kepala Dinas PU (Tata Kota)

o LSM yang peduli terhadap kondisi dan masalah perkotaan


o Pihak-pihak lain yang berkepentingan.

67.
o Mekanisme Simulasi :

o Walikota memimpin rapat kerja dengan terlebih dahulu review terhadap


kebijakan yg telah dilaksanakan selama ini, beserta masalah-masalah krusial
yg mendesak untuk segera diatasi.
o Masing-masing peserta rapat kerja menyampaikan keluhan, laporan atau
rencana kerja yg berkaitan dengan permasalahan yg dihadapi.
o Secara bersama-sama, seluruh peserta rapat kerja harus mampu melakukan
hal-hal sebagai berikut :
 Mengidentifikasi permasalahan kebijakan
 Mengidentifikasi kemajuan-kemajuan / hasil-hasil yg telah dicapai,
serta yg belum berhasil.
 Menilai tingkat kinerja yg dicapai.
 Merumuskan alternatif-alternatif kebijakan untuk mengganti atau
mengopttimalkan kebijakan yg pernah ditempuh, sekaligus memilih /
menentukan tindakan yg paling layak.
68. Penting untuk menghindari kegagalan implementasi yg disebut implementation gap ,
yaitu keadaan dimana terdapat perbedaan antara yg diharapkan dengan yg senyatanya
dicapai. Besar kecilnya perbedaan / kesenjangan tersebut antara lain ditentukan oleh
implementation capacity dari organisasi / pihak yg diberi tugas melaksanakan
kebijakan. Kegagalan kebijakan ( policy failure ) sendiri terdiri dari dua kategori,
yaitu tidak terimplementasikan ( non implemented ) & implementasi yg tidak
sempurna ( unsuccesful implementation ). Implementasi Kebijakan
69. Brian W. Hogwood & Lewis A. Gunn THE TOP DOWN APPROACH : 10 syarat
untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secara sempurna ( perfect
implementation )
o Kondisi eksternal yg dihadapi oleh instansi pelaksana tidak akan menimbulkan
gangguan atau kendala yang serius.
o Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yg cukup
memadai.
o Perpaduan sumber-sumber yg diperlukan benar-benar tersedia.

o Kebijakan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan


kausalitas yg andal.
o Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai
penghubungnya.
o Hubungan saling ketergantungan harus kecil.
o Pemahaman yg mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan.

o Tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat.

o Komunikasi dan koordinasi yg sempurna.

o Pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan


mendapatkan kepatuhan yg sempurna.
70. Ukuran dan Tujuan Kebijakan Sumber Kebijakan Komunikasi antar Organisasi dan
Kegiatan Pelaksanaan Lingkungan : Ekonomi, Sosial dan Politik Ciri Badan
Pelaksana Sikap Para Pelaksana PRESTASI KERJA
71. Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier : A FRAMEWORK FOR
IMPLEMENTATION ANALYSIS
 A. Mudah Tidaknya Masalah Dikendalikan
 Kesukaran teknis
 Keragaman perilaku kelompok sasaran
 Prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah penduduk
 Ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan
 B. Kemampuan Kebijaksanaan Untuk Menstrukturkan Proses
Implementasi
 Kejelasan dan konsistensi tujuan
 Digunakannya teori kausal yang memadai
 Ketepatan alokasi sumber dana
 Keterpaduan hierarki dalam dan diantara lembaga pelaksana
 Aturan / keputusan dari badan pelaksana
 Rekruitmen pejabat pelaksana
 C. Variabel Diluar Kebijakan yang Mempengaruhi Proses
Implementasi
 Kondisi sosiso-ekonomi dan teknologi
 Dukungan publik
 Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok
 Dukungan dari pejabat atasan
 Komitmen dan kemampuan kepemimpinan pejabat pelaksana
 D. Tahap-tahap Dalam Proses Implementasi (Variabel Tergantung)
Output Kebijakan Badan Pelaksana Kesediaan Kelompok Sasaran Mematuhi Output
Kebijakan Dampak Nyata Output Kebijakan Dampak Output Kebijakan Sebagai
Dipersepsi Perbaikan Mendasar Dalam UU

72. Mengembangkan struktur hubungan antara tujuan kebijakan yang telah ditetapkan
dengan tindakan pemerintah untuk merealisasikan tujuan tersebut yang berupa hasil
kebijakan ( policy outcomes ).
o Perlu diciptakan suatu sistem, yaitu dengan cara menterjemahkan tujuan
kebijakan yang luas tersebut ke dalam program-program kegiatan yang
mengarah pada tercapainya tujuan kebijakan.
o Perlu diciptakan berbagai macam program yang kemudian dikembangkan
menjadi proyek-proyek yang harus dilaksanakan. Tujuan program-program
dan proyek-proyek ini adalah untuk mengadakan perubahan-perubahan, dan
perubahan inilah yang merupakan hasil dari suatu program.

Jadi, studi tentang proses implementasi kebijakan meliputi pengkajian dan analisis
terhadap progam-program kegiatan yang dirancang sebagai sarana untuk mencapai
tujuan tertentu.

73.
o Kepentingan yg dipengaruhi

o Pada umumnya tindakan pemerintah merupakan upaya untuk mengadakan


perubahan di berbagai bidang. Upaya ini seringkali mendapat tantangan dari
mereka yg kepentingannya terganggu.
o 2. Bentuk manfaat yg diberikan

o Ini berkaitan dengan tingkat perubahan perilaku yg dikehendaki. Contoh:


kebijakan KB akan memakan waktu panjang dan banyak hambatannya
daripada kebijakan penyediaan perumahan bagi masyarakat.
o 3. Luasnya perubahan yg diinginkan

o Program yang dirancang untuk mencapai sasaran yang luas dan jangka
panjang akan lebih sulit implementasinya daripada program yg dirancang
untuk jangka pendek. Contoh: kebijakan GDN akan memakan waktu lama dan
banyak hambatannya dibanding kebijakan penyediaan RSS.
74.
o 4. Letak pembuatan keputusan

 Hal ini berkaitan dengan banyaknya instansi yg terlibat dalam


implementasi kebijakan. Contoh: kebijakan moneter hanya tergantung
pada beberapa organisasi pemerintah (Depkeu dan BI), sedangkan
kebijakan pendidikan melibatkan lebih banyak organisasi (Depdikbud,
Depnaker, Bappenas, Depag, PTN/PTS).
o 5. Pelaksana program
 Makin banyak organisasi yg ikut serta dalam pelaksanaan suatu
kebijakan maka akan makin sulit pelaksanaannya.
o 6. Sumber Daya (SDM maupun non-SDM)

 Kondisi sumber daya setiap organisasi berbeda, dan ini akan


menyebabkan implementasi kebijakan akan mencapai tingkat
keberhasilan yg berbeda.
75.
o 1. DAMPAK TERHADAP KELOMPOK SASARAN

 Menurut Samodra Wibawa (1994), pengertian dampak meliputi


dampak yg diharapkan dan dampak yg tidak diharapkan .
o 2. UNIT SOSIAL YANG TERKENA DAMPAK

 Samodra Wibawa (1994) mengemukakan bahwa unit-unit sosial yg


terkena dampak dari suatu kebijakan meliputi individu / RT, organisasi
/ kelompok, masyarakat, lembaga & sistem sosial.
 a. Dampak Individu
 Aspek yang terkena dampak: biologis / fisik, lingkungan hidup,
ekonomi dan sosial.
 b. Dampak Organisasional
 Berbentuk dampak langsung maupun tidak langsung. Dampak
ini dapat berupa terganggu / terbantunya organisasi dalam
mencapai tujuan.
 c. Dampak terhadap masyarakat
 Menunjuk pada sejauh mana kebijakan tersebut mempengaruhi
kapasitas masyarakat dalam melayani anggotanya.
76.
o d. Dampak terhadap lembaga dan sistem sosial

 Kebijakan pada sektor tertentu akan menimbulkan pengaruh / dampak


pada sektor lain. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu sistem
sosial, beberapa indikator ini dapat dijadikan sebagai pedoman :
 Kelebihan beban, misalnya pendidikan yang tidak mampu
menampung jumlah lulusan sekolah
 Distribusi barang yang tidak merata
 Sumber daya yang dianggap kurang
 Koordinasi yang kurang baik (disintegrasi)
 Turunnya legitimasi (dukungan) masyarakat
 Turunnya kepercayaan, misalnya kepada bank swasta.
77. Teknik Analisis Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
78. BEBERAPA TEKNIK PEMECAHAN MASALAH
o 1. Curah Pendapat ( Brainstorming ) dan Konsensus.

o 2. Penggunaan Kriteria dan Pembobotan.

o 3. Teknik Moderasi ( Moderation Technique ).

79. Other Techniques ( William G. Huitt, 1992)


o Analysis (Bloom, Englehart, Furst, Hill, & Krathwohl, 1956);

o Backwards planning (Case & Bereiter, 1984; Gagne, 1977; Skinner, 1954)

o Means-ends analysis (Newell and Simon, 1972);

o Categorizing / classifying (Feuerstein, Rand, Hoffman, & Miller, 1980;


Sternberg, 1988);
o Challenging assumptions (Bransford & Stein, 1984; Brookfield, 1987);

o Evaluating / judging (Bloom et al., 1956);

o Inductive / deductive reasoning (Devine, 1981; Pelligrino, 1985; Sternberg,


1988);
o Thinking aloud (Whimby & Lochhead, 1982);

o Network analysis (Awani, 1983; Handy & Hussain, 1969);

o Plus-Minus-Interesting (PMI) (de Bono, 1976; Janis & Mann, 1977);

o Task analysis (Gagne, 1977; Gardner, 1985).

80. Other Techniques ( William G. Huitt, 1992)


o Brainstorming (Brookfield, 1987; Osborn, 1963);

o Imaging / visualization (Lazarus, 1978; McKim, 1980; Wonder & Donovan,


1984);
o Incubation (Frederiksen, 1984; Osborn, 1963);

o Outcome psychodrama (Janis & Mann, 1977);

o Outrageous provocation (Beinstock, 1984); also called " insidious


" by Wonder and Donovan (1984);
o Overload (Wonder & Donovan, 1984; Brookfield, 1987; Lakin, 1972);

o Random word technique (Beinstock, 1984);


o Relaxation (Benson, 1987); also called " suspenders " by Wonder
and Donovan (1984);
o Synthesizing (Bloom et al., 1956; Sternberg, 1988);

o Taking another's perspective (de Bono, 1976; referred to as " be


someone else " by Wonder and Donovan (1984);
o Values clarification (Fraenkel, 1977; Johnson & Johnson, 1988;
Kirschenbaum, 1977).
81. Brainstorming
o Suatu metode untuk menghasilkan ide gagasan yang banyak mengenai topik
tertentu secara kreatif dan efisien.
o Penyampaian ide-ide dilakukan melalui proses yang bebas dari penilaian dan
kritik.
o Prosesnya:

 Topik atau masalah dirumuskan dan ditulis dengan jelas


 Tiap anggota tim secara bergantian memberikan idenya. Tak
ada penilaian atau kritik
 Begitu ide disampaikan ditulis pada kertas flipchart atau papan
tulis dengan huruf yang dapat dibaca.
 Demikian proses penyampaian ide terus berlangsung sampai
ide tersebut habis.
 Jika diperlukan, lakukan klarifikasi, penyederhanaan dan
kombinasi.
82. Keunggulan Brainstorming
o Adanya spektrum pengetahuan yg lebih luas.

o Pencarian alternatif keputusan lebih luas & variatif.

o Adanya kerangka pandangan / perspektif yg lbh lebar.

o Resiko keputusan ditanggung kelompok.

o Karena keputusan kelompok, setiap individu termotivasi untuk melaksanakan


(shared value ) .
o Dapat terwujudnya kreativitas & inovasi yg lbh luas, karena adanya berbagai
pandangan.
83. Kelemahan Brainstorming
o Memakan waktu dan biaya lebih.

o Efisiensi pengambilan keputusan menurun.


o Keputusan kelompok dapat merupakan kompromi atau bukan sepenuhnya
keputusan kelompok.
o Bila ada anggota yg dominan, keputusan bukan mencerminkan keinginan
kelompok.
84.  
85. Konsensus
o Ide Pokok: kesepakatan tentang masalah dan cara pemecahan.

o Sangat efektif digunakan jika mereka yang terlibat memiliki pengetahuan yang
relatif sama.
86. Penggunaan Kriteria dan Bobot
o Metode yg dapat digunakan untuk melakukan evaluasi & memilih alternatif
keputusan terbaik. Digunakan kriteria dan bobot dengan angka-angka
(skoring).
o Manfaat: Dapat mengurangi subyektivitas sehingga penilaian dapat menjadi
lebih obyektif, serta dapat digunakan untuk berbagai tujuan seperti pemilihan
alternatif proyek, pemilihan pegawai teladan dsb.
o Prosesnya:

 Tentukan Alternatif
 Tentukan Kriteria
 Tentukan Nilai Kriteria ( N )
 Tentukan Bobot tiap alternatif ( B )
 Hitung N x B dan Jumlahkan
 Jumlah NB tertinggi : alternatif terpilih
87. Teknik Moderasi
o Teknik Kompilasi , artinya permasalahan pelayanan diidentifikasikan sedetil
dan sebanyak mungkin.
o Teknik Klasifikasi , artinya permasalahan dan/atau faktor penyebabnya akan
diklasifikasikan berdasarkan kriteria tertentu (misalnya Kelembagaan, SDM,
Sumber Daya, Kebijakan dll; atau Kemudahan, Sikap, Ketepatan, Kebersihan,
Kenyamanan Pelayanan, dll).
o Teknik Prioritasi . Seluruh permasalahan yang telah dikompilasi dan
diklasifikasi tidak mungkin dapat dianalisis seluruhnya. Oleh karenanya perlu
dilakukan prioritasi dengan memilah-milah, misalnya berdasarkan frekuensi
kemunculan masalah tersebut. Teknik prioritasi disini dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik tally . Semakin banyak tally , maka semakin tinggi
prioritas masalah tersebut untuk dianalisis faktor penyebab dan solusinya.
o Penentuan Faktor Penyebab Masalah dan Solusinya. Untuk satu masalah
tertentu, dapat saja disebabkan oleh beberapa faktor, dan membutuhkan
beberapa solusi. Jadi, tidak berlaku one problem, one cause, one solution .
o Teknik Validasi , artinya solusi yang ditawarkan akan diuji dengan prinsip
”Jika – Maka” (jika solusi A dilakukan, maka masalah B dapat diatasi, dll).
Jika logikanya dapat diterima, berarti solusi yang ditawarkan dapat diterima
( reliable ).

(Contoh dalam Survei Pengaduan Pelayanan Publik)

88. LATIHAN KASUS Tersesat di Laut: Apa yang Harus Anda Prioritaskan?
o Petunjuk Kasus:

o Bacalah kasus dibawah ini dengan seksama, dan bayangkanlah bahwa Anda
benar-benar sedang menghadapinya.
o Dalam keadaan kritis tersebut, Anda dituntut untuk mampu memecahkan
masalah dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, sekaligus mengambil
keputusan yang tepat.
89. Anda sedang terapung-apung di dalam sebuah perahu pesiar di Lautan Pasific Selatan.
Sebagai akibat kebakaran yang tak diketahui asalnya, hampir seluruh bagian perahu
itu terbakar habis serta rusak segala isinya. Karena itu perahu Anda sekarang sedikit
demi sedikit mulai tenggelam. Lokasi Anda kurang jelas dimana saat itu berada,
karena rusaknya alat navigasi yg sungguh penting, dan karena Anda beserta rekan-
rekan Anda sedang sibuk sekali berusaha memadamkan api. Hanya saja, menurut
perkiraan yg cukup teliti, Anda saat itu sedang berada kurang lebih berjarak 1000 mil
arah barat daya dari sebuah pulau terdekat. Dibawah ini ada sebuah daftar barang yg
kebetulan terlindung dan selamat setelah api mengamuk. Tambahan pula, Anda
beruntung mendapatkan sebuah sekoci karet yang masih dapat digunakan lengkap
dengan dayungnya. Sekoci itu cukup untuk dapat mengangkut Anda beserta rekan-
rekan Anda dan semua barang yg terdaftar di bawah. Dari saku-saku baju dan celana
semua orang yg selamat terdapat sebungkus rokok, 3 kotak korek api, dan 5 lembar
uang kertas ribuan. Tugas Anda sekarang adalah menyusun nilai pentingnya ke-15
barang tadi, atas dasar keperluannya untuk dapat mempertahankan hidup. Anda harus
membuat keputusan sendiri tanpa berkonsultasi dengan rekan-rekan Anda. Berikan
nomor satu pada jenis barang yang Anda anggap paling penting, dan nomor dua pada
barang yang Anda anggap prioritas kedua, begitu seterusnya sampai nomor limabelas,
sebagai barang yang sangat kurang penting. Tulis catatan nomor-nomor Anda pada
ruang tanda “Pilihan Sendiri”. Setelah ini, tugas berikutnya adalah membentuk
kelompok dan melakukan hal yg sama.
90. Daftar 15 Barang 1 Kerat (24 Botol) Jamaica Rum Murni Alat-alat Pancing 2 Kotak
Batang Permen Coklat 15 Kaki Tali Nilon 20 Kaki Persegi Plastik Racun Ikan Hiu
Radio Transistor Kecil 2 galon campuran oli dan bensin Bantalan Penyelamat (alat
apung yg disetujui pemerintah) Peta Laut Pasific 1 Kotak Perbekalan Tentara Kelas C
Kelambu 5 Galon Air Cermin Cukur Janggut Sekstan Prioritas Nama Barang
91. LESSON LEARNED
o Apakah jawaban Anda sendiri dengan jawaban kelompok terdapat persamaan
yang banyak, sebagian terdapat persamaan, atau berbeda sama sekali? Jika
berbeda, apa kira-kira faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan
tersebut?
o Bagaimana proses “pengambilan keputusan” pada saat Anda bekerja dalam
kelompok? Menurut Anda, lebih bermanfaat manakah proses pengambilan
keputusan secara individual dan secara kelompok? Apa kelebihan dan
kekurangannya masing-masing?
o (Perhatikan tentang kemungkinan munculnya perilaku-perilaku individu dalam
kelompok seperti: ingin memaksakan pendapat; pasif / apatis dan
menyerahkan keputusan kepada rekannya; menyembunyikan informasi;
penakut; pengeluh; pemalas; sok tahu; berbelit-belit, dan sebagainya).
o Pelajaran-pelajaran apa lagi yang dapat Anda peroleh dari adanya kasus
diatas?
92.

o Keputusan  pengakhiran atau pemutusan dari suatu proses pemikiran untuk


menjawab suatu pertanyaan, khususnya mengenai suatu masalah atau
problema.

o Pengambilan keputusan  proses pendekatan sistematis terhadap suatu


masalah, mulai dari identifikasi dan perumusan masalah, pengumpulan dan
penganalisaan data dan informasi, pengembangan dan pemilihan alternatif,
serta pelaksanaan tindakan yang tujuannya untuk memperbaiki keadaan yang
belum memuaskan.

keputusan lahir dari suatu proses yg rumit, diskusi intensif, berpikir bersama, dan
brain storming mendalam dg analisis yg tajam, multi dimensional / interdisipliner .
Pengambilan Keputusan

93.
o Kegiatan identifikasi dan diagnosis masalah, penyusunan berbagai alternatif,
evaluasi dan pemilihan alternatif pemecahan masalah (George Huber).
o Proses pemilihan salah satu dari antara dua atau lebih alternatif arah tindakan
untuk mencapai suatu tujuan (Sondang Siagian) .
o Kegiatan yang berkaitan dengan manajerial maupun organisasi.

 Kegiatan manajerial ialah memformulasikan. Perencanaan, kebijakan


dan tujuan;
 Kegiatan organisasi ialah keputusan seorang manajer diberlakukan
sebagai keputusan bersama dalam rangka mencapai tujuan bersama
(Dalton Mc. Farlan).

Apa Itu Pengambilan Keputusan ?


94. TIPE KEPUTUSAN
o Keputusan terprogram (terstruktur)

 Dibuat menurut kebiasaan, aturan, prosedur; tertulis maupun tidak.


 Bersifat rutin, berulang-ulang.
o Keputusan tak terprogram (tidak terstruktur)

 Mengenai masalah khusus, khas, tidak biasa


 Kebijakan yang ada belum menjawab.
 Mis. pengalokasian sumber daya.
95. TEKNIK KPTS TERPROGRAM
o Tradisional

 Kebiasaan.
 Mengikuti prosedur baku.
 Saluran informasi disusun dengan baik.
o Modern

 Menggunakan teknik “operation research”:


 Formula matematika.
 Simulasi komputer.
 Berdasarkan pengolahan data berbantu komputer.
96. TEKNIK KPTS TAK TERPROGRAM
o Tradisional

 Kebijakan intuisi berdasarkan kreativitas.


 Coba-coba (trial n error ) .
 Seleksi dan latihan para pelaksana.
o Modern

 Teknik pemecahan masalah yang diterapkan pada :


 Latihan pembuatan keputusan.
 Penyusunan program komputer empiris.
97. Perbedaan Decision Making dengan Public Policy Making Nigro & Nigro : No
absolute distinction can be made between policy making and decision making,
because every policy determination is a decision Pemilihan Alternatif yg Terus-
menerus & Tidak Pernah Selesai. Pemilihan Alternatif yg Sekali Dilakukan Langsung
Selesai Meliputi Banyak Pengambilan Keputusan Penentuan Pilihan dari Berbagai
Alternatif, Mengenai Sesuatu Hal dan Selesai. A Course of Action A Single Choice
PUBLIC POLICY MAKING DECISION MAKING
98. 7 Kesalahan Umum dalam PK
o Cara Berpikir Yang Sempit (cognitive nearsightedness)

 Memenuhi kebutuhan sesaat


 Hanya mempertimbangkan satu aspek / dimensi masalah.
o Asumsi Bahwa Masa Depan Akan Mengulangi Masa Lalu ( assumption that
future will repeat past )
 Perubahan dianggap hal normal, yang akan kembali pada
keadaan semula.
 Tidak meramalkan / memprediksikan keadaan masa depan.
o Terlalu Menyederhanakan Masalah ( over simplification )

 Melihat masalah hanya dari gejala luarnya, tanpa mempelajari


secara mendalam faktor kausalitasnya.
 Teknik pemecahan masalah selalu konvensional, tidak ada
inovasi.
99. 7 Kesalahan Umum dalam PK
o Terlalu Menggantungkan pada Pengalaman Satu Orang ( overreliance on
one’s own experience )
 Shared decision produces wiser decisions.
o Keputusan yang Dilandasi Pra Konsepsi Pembuat Keputusan ( preconceived
nations )
o Tidak Ada Keinginan Melakukan Percobaan ( unwillingness to experiment )

o Keengganan Membuat Keputusan ( reluctance to decide ).

100. CIRI KEPUTUSAN YG BAIK


o Berkaitan langsung dgn sasaran dan tujuan.

o Rasional / logis dalam arti menuntut pendekatan ilmiah.

o Mudah & dapat dilaksanakan (feasible, executable ) .

o Dapat difahami dan diterima semua pihak ( acceptable ) .

o Menggabungkan pendekatan teori, kemampuan berpikir dan pengalaman.

o Tepat waktu dalam arti jangan mengambil keputusan kalau memang belum
perlu.
101. PROSES PEMBUATAN KPTS (1)
o Pemahaman dan perumusan masalah

 Identifikasi gejala yang muncul.


 Cari penyebabnya / masalah utama.
 Cari bagian-bagian yang perlu dipecahkan.
 Pergunakan analisis sebab-akibat.
o Pengumpulan dan analisis data yang relevan

 Menentukan data yang relevan.


 Mengumpulkan data.
 Mencari pola dari data yang terkumpul.
o Pengembangan alternatif-alternatif

 Berdasarkan data, disusun beberapa alternatif.


 Untuk setiap alternatif susun pro & kontra, konsekuensi, resiko.
 Semua alternatif harus feasible .
102. PROSES PEMBUATAN KPTS (2)
o Evaluasi Alternatif-alternatif

 Nilai efektivitas dari setiap alternatif, tolok ukur.


 Realistik bila dihubungkan dengan tujuan & sumber daya
organisasi.
 Seberapa jauh memecahkan masalah.
o Pemilihan alternatif terbaik

 Berdasarkan alternatif, alternatif terbaik dipilih atau pilih kompromi


dari beberapa alternatif.
o Implementasi keputusan

 Susun rencana untuk menerapkan keputusan.


 Disiapkan mekanisme laporan periodik.
 Bila perlu bangun sistem peringatan dini.
o Evaluasi hasil keputusan

103. 5 Tahap PMPK (FEMA, 2005)


104.  
105. Define the Problems
o What can you see that causes you to think there's a problem?

o Where is it happening?

o How is it happening?

o When is it happening?

o With whom is it happening? ( HINT : Don't jump to "Who is causing the


problem?"
o Why is it happening?

o Write down a 5-sentence description of the problem in terms of " The


following should be happening, but isn't ... " or " The following is
happening and should be: ... " As much as possible, be specific in your
description, including what is happening, where, how, with whom, & why.
106. Pertimbangkan pertanyaan berikut pada saat melakukan Identifikasi Masalah
o Apa masalahnya?

o Apakah masalah saya?

o Dapatkah saya memecahkannya? Apakah sulit dipecahkan?

o Apakah benar-benar masalah, atau cenderung sebagai simpton yang luas?

o Kalau ini suatu masalah lama, apa yang salah dengan penyelesaian
sebelumnya?
o Apakah itu membutuhkan pemecahan secepatnya, atau dapatkah ditunda?

o Itu seperti menghindar dari permasalahan itu sendiri?

o Dapatkah saya mengesampingkan resiko?

o Apakah permasalahan mengandung dimensi etik?

o Dengan kondisi bagaimana penyelesaian itu harus memuaskan?

o Apakah penyelesaian berpengaruh terhadap sesuatu yang tidak seharusnya


diubah?
107. Karakteristik Pembuatan Alternatif yg Baik
o Semua alternatif yg ada sebaiknya diusulkan dan dikemukakan terlebih dahulu
sebelum dilakukannya evaluasi terhadap mereka.
o Alternatif diusulkan oleh semua orang yg terlibat dalam penyelesaian masalah.
Semakin banyak orang yg mengusulkan, dapat meningkatkan kualitas solusi
dan penerimaaan kelompok.
o Alternatif yg diusulkan harus sejalan dengan tujuan / kebijakan organisasi.
Kritik dapat menjadi penghambat baik terhadap proses organisasi maupun
proses pembuatan alternatif pemecahan masalah.
o Alternatif yg diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yg muncul
dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.
o Alternatif yg ada saling melengkapi satu dengan lainnya. Gagasan yg kurang
menarik bisa menjadi menarik bila dikombinasikan dengan gagasan lainnya.
Contoh: Pengurangan tenaga kerja, namun kepada karyawan yg terkena
dampak diberikan paket kompensasi.
o Alternatif yg diusulkan harus dapat menyelesaikan masalah yg telah
didefinisikan dengan baik. Masalah lainnya yg muncul, mungkin juga penting
namun dapat diabaikan bila tidak secara langsung mempengaruhi pemecahan
masalah utama yg sedang terjadi.
108.
o Alternatif yg ada dinilai secara relatif berdasarkan standar tertentu, dan bukan
sekedar standar yg memuaskan.
o Penilaian terhadap alternatif yg ada dilakukan secara sistematis, sehingga
semua alternatif yg diusulkan akan dipertimbangkan.
o Alternatif yg ada dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan organisasi
dan mempertimbangkan preferensi dari orang-orang yg terlibat didalamnya.
o Alternatif yg ada dinilai berdasarkan dampak yg mungkin ditimbulkannya,
baik secara langsung, maupun tidak.
o Alternatif yg paling layak dipilih dinyatakan secara eksplisit / tegas.

Karakteristik Evaluasi Alternatif yg Baik

109. Teknik Pemilihan Alternatif - 1


o Jika suatu alternatif berdasarkan pertimbangan mempunyai nilai lebih dari
pada yang lain  Berikan alternatif harga lebih dengan skor 1.

o Jika alternatif mempunyai nilai kurang dari pada yang lain  Berikan harga
alternatif lebih rendah dengan skor 0 .
110. Teknik Pemilihan Alternatif - 2 Matriks SFF : Kecocokan, Kemungkinan &
Kelenturan ( Suitability, Feasibility &  Flexibility )
o Harga setiap alternatif dengan skala 1-3

o Kecocokan (keserasian): mengacu pada Alternatif itu sendiri, apakah etis atau
praktis. Apakah tepat atau penting di dalam skala? Suatu jawaban yang
memadai? Terlalu ekstrim?
o Kemungkinan : mengacu pada Berapa banyak sumber yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah? (misalnya, apakah memberikan hasil); Bagaimana
kemungkinan menyelesaikan masalah?
o Kelenturan : mengacu pada Kemampuan Anda menanggapi akibat yang tidak
disengaja, atau terbuka terhadap kemungkinan baru? Alternatif itu sendiri,
apakah Anda dapat mengontrol hasil awal?

Alternatif D Alternatif C Alternatif B Alternatif A Total Kelenturan Kemungkinan


Kecocokan

111. Teknik Pemilihan Alternatif - 3


o Bobot setiap alternatif dengan skala 1-5.

o Kriteria dapat ditambah dengan ”R” (keterkaitan: relatedness, relevancy )

Matriks USG : Kepentingan, Keseriusan & Pertumbuhan ( Urgency, Seriousness


& Growth ) Alternatif D Alternatif C Alternatif B Alternatif A Total Tumbuh Serius
Urgensi

112.
o Penerapan solusi dilakukan pada saat tepat dan dalam urutan yg benar.

o Penerapan solusi dilakukan dengan menggunakan strategi "sedikit-demi


sedikit" dengan tujuan untuk meminimalkan terjadinya resistensi dan
meningkatkan dukungan.
o Proses penerapan solusi meliputi juga proses pemberian umpan balik. Berhasil
tidaknya penerapan solusi, harus dikomunikasikan sehingga terjadi proses
pertukaran informasi.
o Keterlibatan dari orang-orang yg akan terkena dampak dari penerapan solusi
dianjurkan dengan tujuan untuk membangun dukungan dan komitmen.
o Adanya sistim monitoring yg dapat memantau penerapan solusi secara
berkesinambungan. Dampak jangka pendek, maupun jangka panjang diukur.
o Penilaian terhadap keberhasilan penerapan solusi didasarkan atas
terselesaikannya masalah yg dihadapi, bukan karena adanya manfaat lain yg
diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini. Sebuah solusi tidak dapat
dianggap berhasil bila masalah yg menjadi pertimbangan utama tidak
terselesaikan dengan baik, walaupun mungkin muncul dampak positif lainnya.

Karakteristik Penerapan & Tindak Lanjut yg Baik

113. Teknik Analisis Dalam Rangka Pemecahan Masalah & Pengambilan


Keputusan
o ANALISIS SWOT

o POLA KERJA TERPADU

o PENDEKATAN DAYA DORONG


o PRO KONTRA (Pro’s n Con’s)

114. ANALISIS SWOT


115. Analisis Lingkungan Strategis (SWOT ANALYSIS)
o SWOT is acronym for the internal S trengths and W eaknesses of a firm and
the environmental O pportunities and T hreats facing that firm (Pearce &
Robinson, 2000).
o Proses kreatif dalam merencanakan strategi, kebijakan dan program kerja
suatu organisasi dengan memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan
internal dan eksternal organisasi tersebut, baik pada sisi positif maupun sisi
negatifnya . Jadi, analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan/organisasi, dengan cara
memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun pada saat bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman (Freddy Rangkuti, 1997: 19).
116. LINGKUNGAN ORGANISASI & SIFATNYA Threat (Ancaman)
Weakness / Limitation (Kelemahan) Negatif Opportunity (Peluang) Strength
(Kekuatan) Positif Eksternal Internal + / -
117. MATRIKS SWOT PELUANG (+) (-) ANCAMAN KELEMAHAN (-) (+)
KEKUATAN +/- +/+ -/- -/+ MENUNJANG STRATEGI YANG BERSIFAT
AGRESIF MENUNJANG STRATEGI UNTUK MELAKUKAN DIVERSIFIKASI
MENUNJANG STRATEGI YANG BERSIFAT KONSERVATIF MENUNJANG
STRATEGI YANG BERSIFAT BERTAHAN
118.
o Identifikasikan faktor internal & eksternal.

o Tentukan nilai urgensi (NU) dan bobot faktor (BF) dari setiap faktor
lingkungan internal & eksternal.
o Tentukan nilai dukungan (ND) dan nilai bobot dukungan (NBD) dari setiap
faktor lingkungan internal & eksternal.
o Menghitung nilai keterkaitan.

o Menghitung total nilai bobot (TNB).

o Menentukan peta posisi kekuatan organisasi .

o Memformulasikan strategi SWOT organisasi .

o Menentukan alternatif tujuan organisasi .

TAHAPAN SWOT

119. PENDEKATAN DAYA DORONG Analisis Pembandingan Berpasangan


120. PENDEKATAN DAYA DORONG
o DEFINISI: Faktor utama yg berdampak terhadap semua keputusan besar yg
mempengaruhi masa depan organisasi. Faktor lainnya menjadi bahan
pertimbangan penting, tetapi ketika keputusan akhir dibuat, harus ada satu
faktor yang paling menentukan . Itulah daya dorong organisasi Anda.
o TAHAPAN:

 Mendefinisikan dan Menentukan Faktor Strategis , yakni faktor yang


mungkin mempunyai dampak besar terhadap pengambilan keputusan
organisasi di masa depan. Beberapa contoh faktor: 1) Produk yang
ditawarkan ; 2) Kebutuhan pasar ; 3) Laba ; 4) Ukuran / pertumbuhan ;
5) Teknologi ; 6) SDM.
 Menetapkan Faktor Strategis Anda Sesuai Urutan Prioritas , dapat
dilakukan dengan menggunakan proses pembandingan berpasangan .
121. PETUNJUK PENGGUNAAN MATRIKS PEMBANDINGAN
BERPASANGAN
o Evaluasi # 1 terhadap # 2. Bila # 1 dianggap lebih penting , berilah tanda X
pada kotak dibawah # 2. Bila # 1 dianggap kurang penting , biarkan kotak itu
kosong. Ulang hal yg sama thd setiap nomor lainnya. Setelah itu, lanjutkan
dengan nomor berikutnya & ulangi hal yg sama.
o Jumlahkan banyaknya X mendatar pada setiap nomor, isi pada kotak
horisontal yang ada di bagian bawah ; jumlahkan kotak-kotak hitam ke
bawah , isi pada kotak vertikal di bagian bawah ; jumlahkan horizontal dengan
vertikal untuk mendapatkan total .
o Angka terbesar pada total akan menjadi # 1 pada Urutan ranking , yg terbesar
berikutnya menjadi # 2, dst. Bila dua atau lebih mempunyai total yg sama,
bandingkan masing-masing secara subyektif.
122.  
123.  
124. PRO'S n CON'S For n Against; Advantages n Disadvantages
125. 1   decision option: should I buy a new car?   total 5 con's, total score 16   total
6 pro's, total score 20       it'll be a load off my mind (2) big decisions like this scare &
upset me (4)  better reliability (5) disposal or sale of old car (2) better for family use
(3) time and hassle to choose and buy it (2) lower servicing costs (4) higher insurance
(3) lower fuel costs (3) cost outlay will mean making sacrifices (5) better comfort (3)
con's pro's     decision : buy a new car !!
126. DEBATE ON SPECIAL AUTONOM Proponent Opponent 2   decision
option:  Does Yogya need Special Autonomy? Unitary State  Enriching Cultural
Diversity Avoid Regional Disparity  Distributive Equity Effective Dev’t &
Management Promoting Democracy 
127. COMPARATIVE ANALYSIS ACEH YOGYA   decision option:  Does
Yogya need Special Autonomy? Not Enacted Yet Enacted as Special Autonomous
Legal & Sociological Paths People’s Political Pressure Independent State in The
Past Part of RI from Beginning 
128.  
129. Studi Kasus – Wilayah Sebring
o Petunjuk: Bacalah kasus berikut ini. Selagi membaca, cobalah untuk
mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat oleh manajer penanganan
keadaan darurat atau manajemen penanganan keadaaan darurat resmi lainnya.
Sebelum Anda lanjutkan, catatlah terlebih dahulu ide-ide Anda.
o Latar Belakang: Telah terjadi hujan badai yang cukup parah sehingga
mengakibatkan sejumlah wilayah di Negara bagian dilanda bencana banjir
bandang dengan tingkat yang berbeda-beda. Kota Westfield, yang terletak di
wilayah Sebring, merupakan salah satu kota yang dilanda banjir paling parah
sebenarnya terletak di dataran tinggi dan jauh dari bantaran sungai, sehingga
banjir bukanlah merupakan suatu masalah yang mendapat perhatian cukup
besar. Tahun lalu, sebuah katup baru telah dibangun untuk menambah
kapasitas waduk kota menjadi 44 juta gallon. Dua daerah di bagian hilir,
Ambry dan Gilson, merupakan kota terdekat dari Westfield, yang berjarak
kurang dari lima menit perjalanan dari Westfield. Masing-masing kota tersebut
berpenduduk kira-kira 2400 jiwa yang sebagian besar dari mereka berdomisili
di Rute 270 US.
130. Kronologi Kejadian:
o Sore hari. Hujan mulai turun dan ramalan cuaca memprediksikan akan adanya
badai besar dengan kecepatan rendah yg akan mengakibatkan hujan deras.
o 7:41 p.m. Badan Pelayanan Cuaca Nasional menyarankan kpd masyarakat
untuk waspada terhadap datangnya banjir bandang.
o 8:00 p.m. Hujan mulai turun.

o 9:30 p.m. Kantor Insinyur wilayah dan petugas pengawas bendungan


ditugaskan untuk mengawasi dan melaporkan adanya masalah yg mungkin
terjadi. Petugas kemudian melihat air mulai memenuhi katup setinggi 2 kaki
(kemudian diperkirakan waduk telah menampung 65 juta galon selama dan
sesudah badai).
o 11.00 p.m. Air hujan telah menggenangi kota setinggi 5 inci sejak 3 jam
terakhir.
o 12.30 a.m. Petugas pengawas melihat sebagian lumpur meluap dari
bendungan.
o 1:00 a.m. Ketika air mulai berkurang di bawah puncak bendungan, petugas
pengawas mendapati air telah mengikis katub dan meretakkan sisi bendungan.
Langkah pertama untuk menutup lubang katub dengan kantung pasir gagal
karena dorongan air menyeret kantung-kantung pasir tersebut.
o 1:30 a.m. Manajer program penanganan keadaan darurat mengadakan
pertemuan dengan Walikota Westfield, insyinyur wilayah, Dinas PU, Kepala
Pemadam Kebakaran dan Kepala Polisi untuk mendiskusikan masalah yg
sedang terjadi.
131. Tugas Anda
o Identifikasikan, apa masalah yang dihadapi oleh warga Sebring?

o Pertimbangan 2 apa yang penting untuk digunakan dalam pengambilan


keputusan pada kasus diatas?
o Apa keputusan terbaik yang harus diambil menurut analisis Anda?

132.
o Auburn, Maine, sebuah kota berpenduduk 24.000 jiwa terletak di bantaran
sungai Androscoggin, 50 mil sebelah utara Portland. Sebagaimana kebanyakan
daerah di bagian selatan, Maine, Auburn memiliki sejumlah populasi yang
sebagian besar penduduknya adalah pensiunan dan para lanjut usia.
o Di awal Desember, sebagian besar wilayah Barat Daya Maine telah berada
dalam pengaruh suhu bertekanan rendah. Tidak seperti angin timur laut yang
umumnya tiba secara rutin tahun ini. Bagaimanapun, keadaan ini diiringi
dengan aliran udara hangat dengan suhu permukaan di bawah titik beku.
Sehingga hujan yang turun membeku di jalan-jalan, di pohon dan saluran
listrik. Aliran listrik terganggu
o Pada pukul 11.00 p.m., manajer keadaan darurat daerah menerima panggilan
mengenai keadaan darurat yang mengabarkan bahwa generator di Rumah
Perawatan(Penampungan) Owl’s Nest tidak berfungsi. Owl’s Nest merupakan
tempat penampungan bagi masyarakat yang memerlukan bantuan dengan
jumlah kurang lebih 250 penduduk yang tinggal di tempat itu. Dimana 80
orang diantara mereka sangat terpengaruh akibat generator yang tidak
berfungsi tersebut. Para pasien ini berada di fasilitas rumah penampungan ini,
dimana sebagian besar dari mereka menderita sakit yang cukup parah dan
sangat mudah terpengaruh cuaca dingin dan kelembapan udara. Untuk saat ini,
pengurus Owl’s Nest telah mengumpulkan para pasien yang terkena dampak
di ruang rekreasi dan menggunakan selimut untuk menjaga mereka agar tetap
hangat. Hal seperti ini bukanlah pilihan jangka panjang yang baik, namun
bagaimanapun mereka berharap bahwa suhu udara bisa turun keesokan
harinya.

Studi Kasus – Apa Pilihan Anda?

133. Tugas Anda


o Identifikasikan, apa masalah yang dihadapi oleh warga Auburn ?

o Identifikasikan, apa alternatif / pilihan pemecahan masalah yang dapat


dilakukan?
o Apa keputusan terbaik yang harus diambil menurut analisis Anda?
134. Daftar Pustaka
o Drummond, Helga, Pengambilan Keputusan Yang Efektif (Petunjuk Praktis
dan Komprehensif Untuk Manajemen), Jakarta: Gramedia, 1995.
o FEMA, Decision Making and Problem Solving, Independent Study , 2005.

o Gordon, Judith R., Organizational Behavior: A Diagnostic Approach, New


Jersey: Prentice Hall Inc., 1996.
o Huitt, W. (1992). Problem solving and decision making: Consideration of
individual differences using the Myers-Briggs Type Indicator. Journal of
Psychological Type, 24.
o McNamara, Carter, 1997, Basic Guidelines to Problem Solving and Decision
Making , http://www.managementhelp.org/prsn_prd/prb_bsc.htm
o Radford, K.J., Analisis Keputusan Manajemen (Modern Managerial Decision
Making), Jakarta: Erlangga, 1984.
o Robbins, Stephen P., Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi ,
New Jersey: Prentice Hall Inc., 7th Edition, 1996. Terjemahan Indonesia oleh
PT. Prenhallindo.
o Siagan, S.P., Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan , Jakarta: CV Haji
Masagung, Cet,-1, 1988.
135.
o Supranto, Johannes, Teknik Pengambilan Keputusan , Jakarta: Rineka Cipta,
1991
o Stoner, James A.F., dan Charles Wankel, Perencanaan dan Pengambilan
Keputusan Dalam Manajemen , Jilid I, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
o Study Guides and Strategies, internet source on http://www.studygs.net/

o Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya , Jakarta:


Rajawali, Cet. Ke-8, 1996.
o Dunn, William N., 1995, Analisa Kebijakan Publik : Kerangka Analisa dan
Prosedur Perumusan Masalah , terjemahan Muhadjir Darwin, Cet. Kelima,
Yogyakarta : Hanindita.
o Islamy, Irfan, 1988, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara ,
Jakarta : Bina Aksara
o Jones, Charles O., 1996, Pengantar Kebijakan Publik , terjemahan Ricky
Istamto, Cet. Ketiga, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
o Sunggono, Bambang, 1994, Hukum dan Kebijaksanaan Publik , Jakarta : Sinar
Grafika.
o Suriawikarta, Bay, 1997, Pengertian Policy dan Policy Analysis , Diktat
Kuliah “Analisis Kebijakan Publik”, Bandung : PPS Unpad – LAN
o Wahab, Solichin Abdul, 1991, Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara , Jakarta : Bumi Aksara
136.  

Tri Widodo W. UTOMO + Follow

41408 views, 32 favs, 6 embeds more

Related

 Baba 1 Baru 2484 views

 04 Teori Organisasi Adm Publik 14498 views

 Tugas Proposal Kebijakan Distance+E Learning


Perguruan Tin… 3458 views

 Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan 28972 views

 Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan,…


64222 views

 Bab Dua Perencanaan 7836 views

 Pengukuran Kinerja 7370 views


 Perencanaan Partisipatif 14033 views

 Tugas Kurikulum Dan Pembelajaran 846 views

More by user

 Reformasi Kelembagaan Pemerintah Pusat Dalam Mendukung Ref…


28 views

 Penguatan Kapasitas Legislasi Anggota DPRD 104 views

 Diskusi Grand Design Reformasi Pengelolaan PNS 81 views

 Pelimpahan Wewenang & Hubungan Kerja Kecamatan 82 views

 Budaya Akuntabilitas Sebagai Soft Control Untuk Memperkuat… 262


views

 Perspektif Kebijakan Pengembangan Kecamatan di Indonesia 184


views

View all presentations from this user

About this presentation


Usage Rights

© All Rights Reserved


Stats

 32 Favorites
 5 Comments
 0 Downloads
 41,028 Views on
SlideShare
 380 Views on
Embeds
 41,408 Total Views

Embed views

 361 views on http://www.slideshare.net


 8 views on http://dzafa-smallhouse.blogspot.com
 7 views on http://webcache.googleusercontent.com
 2 views on http://74.125.153.132
 1 views on http://neojackz.blogspot.com

more

Accessibility

View text version

Additional Details

 Uploaded via SlideShare


 Uploaded as Microsoft PowerPoint

Flag as inappropriate
File a copyright complaint

Categories
 Business & Mgmt
 Education

Tags
 hari pendidikan nasional
 anal pp
 analisis
Follow SlideShare
 Twitter
 Facebook
 SlideShare Blog

21 tweets
84 shares
21 shares
WordPress
Blogger
More
options

You might also like