You are on page 1of 16

PAPER FISIKA DASAR

MODUL 7
MOMEN INERSIA

Nama : Andita Mega Priantiwi


NPM : 240110090018
Asisten : Dicky Maulana

TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
MOMEN INERSIA
A. Pengertian
Momen inersia (Satuan dalam SI : kg m2 )dapat didefinisikan hasil kali
massa partikel (m) dengan kuadrat jarak tegak lurus partikel dari titik
poros.pengertian secara luas adalah ukuran ketahanan objek terhadap perubahan
laju rotasinya. atau Satuan ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi
terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa. Momen
inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, dan
menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen gaya
dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan skalar
terhadap momen inersia, pembahasan menggunakan pendekatan tensor
memungkinkan analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik..
Besaran ini adalah analog rotasi dari massa. Dengan kata lain besaran ini adalah
kelembaman sebuah benda tegar yang berputar terhadap rotasinya. Momen inersia
berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, dan
menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut, momen gaya
dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain. Lmbang I atau J digunakan
untuk merujuk kepada momen Inersia.

 Momen inersia partikel


Torsi berpengaruh terhadap gerakan benda yang berotasi. semakin besar torsi,
semakin besar pengaruhnya terhadap gerakan benda yang berotasi. dalam hal ini,
semakin besar torsi, semakin besar perubahan kecepatan sudut yang dialami
benda. Perubahan kecepatan sudut = percepatan sudut. Jadi kita bisa mengatakan
bahwa torsi sebanding alias berbanding lurus dengan percepatan sudut benda.
Perlu diketahui bahwa benda yang berotasi juga memiliki massa.

Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda. Massa bisa
diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kecepatan
geraknya. Apabila benda sudah bergerak lurus dengan kecepatan tertentu, benda
sulit dihentikan jika massa benda itu besar. Sebuah truk gandeng yang sedang
bergerak lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan sebuah taxi. Sebaliknya jika
benda sedang diam (kecepatan = 0), benda tersebut juga sulit digerakan jika
massanya besar. Misalnya jika kita menendang bola tenis meja dan bola sepak
dengan gaya yang sama, maka tentu saja bola sepak akan bergerak lebih lambat.

Dalam gerak rotasi, “massa” benda tegar dikenal dengan julukan Momen Inersia
alias MI. Momen Inersia dalam Gerak Rotasi tuh mirip dengan massa dalam gerak
lurus. Kalau massa dalam gerak lurus menyatakan ukuran kemampuan benda
untuk mempertahankan kecepatan linear (kecepatan linear = kecepatan gerak
benda pada lintasan lurus), maka Momen Inersia dalam gerak rotasi menyatakan
ukuran kemampuan benda untuk mempertahankan kecepatan sudut (kecepatan
sudut = kecepatan gerak benda ketika melakukan gerak rotasi. Disebut sudut
karena dalam gerak rotasi, benda bergerak mengitari sudut). Makin besar Momen
inersia suatu benda, semakin sulit membuat benda itu berputar alias berotasi.
sebaliknya, benda yang berputar juga sulit dihentikan jika momen inersianya
besar.
Momen Inersia Partikel
sebelum kita membahas momen inersia benda tegar, terlebih dahulu kita pelajari
Momen inersia partikel.Konsep partikel ini yang kita gunakan dalam membahas
gerak benda pada Topik Kinematika (Gerak Lurus, Gerak Parabola, Gerak
Melingkar) dan Dinamika (Hukum Newton). Jadi benda-benda dianggap seperti
partikel.
Konsep partikel itu berbeda dengan konsep benda tegar. Dalam gerak lurus dan
gerak parabola, misalnya, kita menganggap benda sebagai partikel, karena ketika
bergerak, setiap bagian benda itu memiliki kecepatan (maksudnya kecepatan
linear) yang sama. Ketika sebuah mobil bergerak, misalnya, bagian depan dan
bagian belakang mobil mempunyai kecepatan yang sama. Jadi kita bisa
mengganggap mobil seperti partikel alias titik.
Ketika sebuah benda melakukan gerak rotasi, kecepatan linear setiap bagian benda
berbeda-beda. Bagian benda yang ada di dekat sumbu rotasi bergerak lebih pelan
(kecepatan linearnya kecil), sedangkan bagian benda yang ada di tepi bergerak
lebih cepat (kecepatan linear lebih besar). Jadi , kita tidak bisa menganggap benda
sebagai partikel karena kecepatan linear setiap bagian benda berbeda-beda ketika
ia berotasi. Btw, kecepatan sudut semua bagian benda itu sama. Mengenai hal ini
sudah dijelaskan dalam Kinematika Rotasi.
terlebih dahulu kita tinjau Momen Inersia sebuah partikel yang melakukan gerak
rotasi. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kita memahami konsep momen
inersia. Setelah membahas Momen Inersia Partikel, kita akan berkenalan dengan
momen inersia benda tegar.
 Momen Inersia Benda Tegar
Benda tegar adalah sistem benda yang terdiri atas sistem benda titik yang
jumlahnya tak-hinggadan jika ada gaya yang bekerja, jarak antara titik-titik
anggota sistem selalu tetap. Benda tegar bisa kita anggap tersusun dari banyak
partikel yang tersebar di seluruh bagian benda itu. Setiap partikel-partikel itu
punya massa dan tentu saja memiliki jarak r dari sumbu rotasi. jadi momen inersia
dari setiap benda merupakan jumlah total momen inersia setiap partikel yang
menyusun benda itu.
Ini hanya persamaan umum saja. Bagaimanapun untuk menentukan
Momen Inersia suatu benda tegar, kita perlu meninjau benda tegar itu ketika ia
berotasi. Walaupun bentuk dan ukuran dua benda sama, tetapi jika kedua benda
itu berotasi pada sumbu alias poros yang berbeda, maka Momen Inersia-nya juga
berbeda.

 Momen inersia benda tegar yang massanya terdistribusi kontinu


Jika kita menampilkan benda tegar sebagai massa dari berbagai partikel(titik
materi), dan momen inersia kita peroleh dengan cara menjumlahkan. Jika benda
tegar memiliki distribusi massa yang continue,seperti silinder pejal atau pelat,kita
perlu menghitung momen inersia dengan metode intergrasi.
 Perhitungan momen inersia benda tegar dengan distribusi massa
kontinu dengan metode integrasi.
Jika suatu benda tegar tidak dapat ditampilkan sebagai kumpulan partikel,
melainkan merupakan distribusi massa yang kontinu, pejumlahan dengan tanda
sigma (∑ ❑),harus diganti engan tanda integral.Bayangkan membagi benda
menjadi berbagai elemen massa kecil dm yang berjarak r dari poros
rotasi,sehingga momen inersia I dapat dinyatakan oleh
B. Definisi Skalar
Definisi sederhana momen inersia (terhadap sumbu rotasi tertentu) dari
sembarang objek baik massa, titik atau struktur tiga dimensi diberikan oleh
rumus:

Dimana m adalah massa dan r adalah jarak tegak lurus terhadap sumbu rotasi.

C. Analisis
Momen inersia (skalar) sebuah massa titik yang berputar pada sumbu yang
diketahui didefinisikan oleh

Momen inersia adalah aditif. Jadi, untuk sebuah benda tegar yang terdiri
atas N massa titik mi dengan jarak ri terhadap sumbu rotasi, momen inersia
total sama dengan jumlah momen inersia semua massa titik:

Untuk benda pejal yang dideskripsikan oleh fungsi kerapatan massa ρ(r),
momen inersia terhadap sumbu tertentu dapat dihitung dengan
mengintegralkan kuadrat jarak terhadap sumbu rotasi, dikalikan dengan
kerapatan massa pada suatu titik di benda tersebut:

di mana:

V adalah volume yang ditempati objek

ρ adalah fungsi kerapatan spasial objek


r = (r,θ,φ), (x,y,z), atau (r,θ,z) adalah vektor (tegak lurus terhadap sumbu
rotasi) antara sumbu rotasi dan titik di benda tersebut.

(Gambar 1)

Diagram perhitungan momen inersia sebuah piringan. Di sini k adalah 1/2


dan adalah jari-jari yang digunakan untuk menentukan momen inersia.

Berdasarkan analisis dimensi saja, momen inersia sebuah objek bukan titik
haruslah mengambil bentuk:

di mana:

M adalah massa

R adalah jari-jari objek dari pusat massa (dalam beberapa kasus, panjang
objek yang digunakan)
k adalah konstanta tidak berdimensi yang dinamakan "konstanta inersia",
yang berbeda-beda tergantung pada objek terkait.

Konstanta inersia digunakan untuk memperhitungkan perbedaan letak


massa dari pusat rotasi. Contoh:

 k = 1, cincin tipis atau silinder tipis di sekeliling pusat


 k = 2/5, bola pejal di sekitar pusat
 k = 1/2, silinder atau piringan pejal di sekitar pusat.
Diumpamakan partikel bermassa M bergerak melingkar dengan jari-jari R.
hukum Newton kedua tetap berlaku:

F = Ma

F (R) = Ma (R)

F (R) = M (αR) (R)

Г = (MR2). α ……………………. (1)

Dimana Г = momen gaya dan α = percepatan sudut

persamaan (1) identik dengan F = Ma dalam arti F analog dengan Γ, begitu


juga a dengan α. jika pada gerak translasi dikenal besaran massa M untuk
menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda yang sedang
bertranslasi, maka dalam gerak melingkar dikenal adanya besaran massa
lembam (inert mass) yang diberi simbol I = MR². Di beberapa literatur disebut
juga momen inersia I. karena massa yang berotasi umumnya tidak berupa
partikel, namun terdiri dari tak terhingga partikel, sehingga momen inersianya
adalah penjumlahan dari momen inersia tiap partikel yang bermassa dM dan
dituliskan:

I = ʃ R2 dM

Misalkan ingin mencari momen Inersia piringan/disc terhadap sumbu


pusatnya dengan jari-jari R dan elemen massa dM = ρR dR dθ

ρ = kerapatan piringan

θ = sudut pusat lingkaran


 Tabel 1: momen inersia berbagai benda yang diputar terhadap sumbu
yang melalui pusat massanya
 Keterangan :
 I adalah momen inersia benda
 m adalah massa benda
 L adalah panjang benda

Benda Poros Gambar Momen inersia

Batang
Pusat
silinder

Batang
Ujung
silinder

Silinder
berongga
Melalui sumbu I = mR2

Silinder
Melalui sumbu
pejal
Silinder
Melintang sumbu
pejal

Bola pejal Melalui diameter

Melalui salahsatu
Bola pejal
garis singgung

Bola
Melalui diameter
berongga

1. Momen inersia batang pejal


Anggap suatu batang bermassa m dan panjang l diputar terhadap suatu
sumbu yang melalui pusat massanya (Gambar 2). Pada batang ini ada 2
variabel yaitu massa dan panjang batang. Jika kita anggap momen inersia
batang ini (Ipm) tergantung pada kedua variabel ini maka dengan analisa
dimensi kita bisa memperoleh bahwa momen inersia batang sebanding dengan
massa batang dan sebanding dengan kuadrat panjang batang, atau secara
matematika dapat ditulis:
Ipm ∝ ml2 ………….(1)
Atau kita boleh tuliskan:

Ipm = cml2 (batang) ……………(2)

Dimana c adalah suatu konstanta.

l
Gambar 2. Batang yang diputar terhadap sumbu yang melalui pusat
massanya (titik A)
Sekarang perhatikan potongan batang sebelah kiri yang mempunyai
panjang ½ l dan massa ½ m. Momen inersia potongan batang ini terhadap
sumbu yang melalui pusat massanya dapat ditulis sebagai:

1 1 1
(Ipm)1 = c ( m )( l )2 = c ml2
2 2 8

2. Momen inersia segitiga pejal sama sisi


Anggap suatu segitiga pejal sama sisi dengan panjang sisi a dan massa m
diputar terhadap sumbu yang melalui titik pusat massa A (Gambar 3).

A
Gambar 3. Segitiga yang diputar terhadap sumbu yang melalui titik pusat
massa A.

Seperti pada perhitungan momen inersia batang, dengan analisa dimensi


kita peroleh momen inersia segitiga terhadap sumbu yang melalui pusat
massanya adalah:

I pm= cma2 (segitiga)

disini c adalah konstanta, m massa segitiga dan a adalah sisi segitiga.

3. Momen inersia segiempat pejal


Anggap suatu segiempat pejal dengan panjang sisi a dan massa m diputar
terhadap titik pusat massa A (Gb. 4).

Gambar 4. Segiempat yang diputar terhadap sumbu yang melalui titik


pusat massa A.
Seperti pada perhitungan sebelumnya, momen inersia segiempat terhadap
sumbu yang melalui pusat massanya kita tulis sebagai (dengan analisa
dimensi):

I pm = cma2 (segiempat)
disini c adalah konstanta, m massa segiempat dan a adalah sisi segiempat.

4. Momen inersia segienam


Anggap suatu segienam pejal dengan panjang sisi a dan massa m diputar
terhadap titik pusat massa A (Gb. 5).

Gambar 5. Segienam yang diputar terhadap titik pusat massa A.

5. Momen Inersia Silinder


Momen inersia silinder dapat dihitung dengan menghitung momen inersia
dari benda bersegi n kemudian ambil limit n mendekati tak hingga. Atau
dengan menggunakan metode berikut ini:
Anggap sebuah silinder pejal berjari-jari R. momen inersia silinder ini
(dengan analisa dimensi boleh ditulis:

I pm = cmR2
dengan c adalah konstanta dan m massa selinder.

6. Momen inersia bola tipis


Ide penurunan rumus ini diperoleh dari Waldemar Gorzkowski. Kita
anggap sejumlah massa dengan massa total m, tersebar merata pada bola tipis
berjari-jari R. Anggap pusat massa bola terletak pada pusat koordinat dan bola
diputar terhadap sumbu z. Anggap massa mi terletak pada koordinat (xi, yi, zi).
Dari definisi momen inersia besarnya momen inersia massa ini terhadap sumbu
z adalah Ii = mi ( xi2 + xi2). Jika massa mi tersebar merata di seluruh permukaan
bola, maka momen inersia bola tersebut adalah:
I =Σmi ri2 =Σmi ( xi2 + yi2)

7. Momen inersia bola pejal


Anggap sebuah bola pejal berjari-jari R. Momen inersia bola ini (dengan
analisa dimensi) boleh ditulis:
I pm = cmR2
dengan c adalah konstanta dan m massa bola.

Momen inersia dapat dimiliki oleh setiap benda, manusiapun memiliki


momen inersia tertentu. Besarnya momen inersia bergantung pada berbagai
bentuk benda, pusat rotasi, jari-jar rotasi, dan massa benda. Pada penentuan
momen inersia bentuk tertentu seperti bola silinder pejal, plat segi empat, atau
bentuk yang lain cenderung lebih mudah dari pada momen inersia benda yang
memiliki bentuk yang tidak beraturan. Bentuk yang tidak beraturan ini tidak bias
dihitung jari-jarinya, sehingga terdapat istilah jari-jari girasi. Jari-jari girasi ini
adalah jari-jari dari benda yang bentuknya tak beraturan dihitung dari pusat
rotasinya. Jari-jari girasi inilah yang membantu pada proses perhitungan jari
momen inersia benda, tetapi pada setiap sisi benda yang tidak beraturan ini yang
menyebabkan momen inersia yang tidak beraturan sulit untuk dihitung.(Giancolli,
1989, hal 226)
Benda tegar yang berotasi terdiri dari massa yang bergerak, sehingga memiliki
energi kinetik. Hal ini dapat dinyatakan energi kinetik ini dalam bentuk kecepaian
sudut benda dan sebuah besaran baru yang disehut momen inersia. Untuk
mengembangkan hubungan ini, misalkan sebuah benda yang lerdiri dari sejumlah
besar partikel dengan massa m1, m2, m3,.....pada jarak r1,r2,r3.....dari sumbu
putar. Apabila diberi nama masing-masing partikel dengan subskrip i, massa
partikel ke-i adalah mi, dan jaraknya dari sumbu pular adalah ri. Partikel tidak
harus seluruhnya berada pada satu bidang, sehingga dapat ditunjukkan bahwa rt
adalah jarak tegak lurus dari sumbu terhadap partikel ke-i dinyatakan sebagai.
Ketika benda tegar berotasi di sekitar sebuah sumbu tetap, laju Vi dari partikel ke-
i diberikan oleh Persamaan v, = ri ω, di mana ω adalah laju sudut benda. Setiap
partikel memiliki nilai r yang bcrbeda. Tetapi ω yang sama untuk semua (kalau
tidak. benda tidak akan tegar). Energi kinelik uniuk partikel ke-i dinyatakan
sebagai

Energi kinetik total benda adalah jumlah energi kinetik dari semua partikelnya
adalah

Dengan mengeluarkan faktor ω^2/2 dari persamaan, didapat :

Besaran di dalam kurung , di dapat dengan mengalikan massa masing-masing


partikel dengan kuadrat jarakn ya dari sumbu putar dan menambahkan hasilnya,
dinyatakan dengan I dan disebut sebagai momen inersia. Sehingga momen inersia
dapat di nyatakan sebagai
I=m1r12+m1r12+…=imiri2

(zemansky.1991, 293-294)

Dalam persamaan ini, jarak ri adalah jarak dari partikel ke-i ke sumbu rotasi.
Biasanya, jarak ini tidak sama dengan jarak partikel ke-i ke titik asal, walaupun
untuk sebuah cakram dengan titik asakbya di pusat sumbu, jarak-jarak ini adalah
sama. Momen inersia adalah ukuran resistansi atau kelembaman sebuah benda
terhadap perubahan dalam gerak rotasi. Momen inersia ini tergantung pada
distribusi massa benda relatif terhadap sumbu rotasi benda. Momen inersia adalah
sifat benda ( dan sumbu rotasi ), seperti massa m yang merupakan sifat benda
yang mengukur kelembamannya terhadap perubahan dalam gerak translasi.
Untuk sistem yang terdiri dari sejumlah kecil partikel-partikel diskrit, dapat
dihitung momen inersia terhadap sumbu tertentu langsung berdasarkan persamaan
di atas. Untuk kasus benda kontinu yang lebih sederhana, seperti cincin momen
inersia terhadap sumbu tertentu dapat dihitung dengan menggunakan kalkulus.
(Tipler. 2001,267-268) .

DAFTAR PUSTAKA
Giancoly, Douglas. 2001. Fisika. Erlangga: Jakarta.
Tippler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik (Terjemahan). Jilid I. Erlangga.
Jakarta.

http://www.scribd.com/doc/21281435/Momen Inersia (Senin,15 November 2010


pukul 10.00).

Kanginan, Marthen. Fisika SMA. Jakarta: Penerbit Erlangga.

(3) Waldemar Gorzkowski, “Application of Symmetry and Dimensional Analysis


to
Solving Problems”. disajikan pada Seminar Guru Fisika Jakarta 2000

You might also like