Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Ifah Chasanah
NIM 3101403038
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia
Ujian Skripsi pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 13 Juli 2007
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. H. Sunardi, M. M
NIP. 130 367 998
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Ifah Chasanah
NIM. 3101403038
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Hidup yang berlebih-lebihan adalah sebuah ketenangan yang terrenggut. Kebutuhan yang
melampaui batas adalah beban yang memberatkan. Menahan diri dalam kecukupan lebih baik
dari pada berlebih-lebihan” (Dr.’Aidh Al Qarni)
“Sabar dalam menghadapi musibah itu sulit tapi hilangnya kesabaran itu lebih sulit
“Jangan menganggap kritik sebagai permusuhan, ambillah hikmahnya karena kita lebih
membutuhkan perbaikan daripada pujian” (penulis)
sayangnya.
doanya.
dukungannya.
v
PRAKATA
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai
kepada :
skripsi.
vi
7. Bapak/ Ibu Dosen di jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial yang telah
menyelesaikan studi.
10. Bapak, Ibu, dan adik-adikku tercinta yang telah memberikan doa,
12. Ari dan Wayenk, makasih atas bantuannya. Galuh, Zaman dan Chupu
13. Para informan dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
Skripsi ini.
Penulis
vii
SARI
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... ii
PERNYATAAN.................................................................................................. iv
PRAKATA ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
ix
A. Pengertian Pasar ............................................................................ 29
1. Rotasi Pasar.............................................................................. 33
a. Sistem Produksi.................................................................. 72
x
b. Sistem Distribusi ................................................................ 78
c. Hiburan .............................................................................. 96
1. Produksi ................................................................................... 99
LAMPIRAN........................................................................................................ 121
xi
BAB I
PENDAHULUAN
manusia itu ada. Salah satu kegiatan manusia dalam usaha memenuhi
martabat.
Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli
(Chourmain, 1994 : 231). Pasar merupakan pusat dan ciri pokok dari jalinan
:98). Pasar di dalamnya terdapat tiga unsur, yaitu: penjual, pembeli dan barang
atau jasa yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan. Pertemuan antara penjual
dan pembeli menimbulkan transaksi jual-beli, akan tetapi bukan berarti bahwa
setiap orang yang masuk ke pasar akan membeli barang, ada yang datang ke
pasar hanya sekedar main saja atau ingin berjumpa dengan seseorang guna
1
2
Pembahasan mengenai pasar tidak bisa dipisahkan dari pola yang terjadi
berdagang di pasar adalah pedagang ikan kering (ikan asin) dari Semarang,
pengrajin perhiasan emas dari Kota Gede, pedagang batik dari Solo dan
Pasar secara harfiah berarti tempat berkumpul antara penjual dan pembeli
untuk tukar menukar barang, atau jual beli barang. Pasar dalam konsep urban
Jawa adalah kejadian yang berulang secara ritmik dimana transaksi sendiri
bukan merupakan hal yang utama, melainkan interaksi sosial dan ekonomi yang
desa ini dikaitkan dengan sistem klasifikasi hari-hari pasar yang lima atau
pancawara1, yaitu Manis/Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon. Satu rotasi yang
lamanya lima hari pada masyarakat Jawa sekarang disebut sepasar (Nastiti,
2003 : 54-55).
Pasar desa hanya terselenggara pada hari tertentu menurut konsep panatur
desa yang kemudian dikenal dengan konsep macapat, yaitu satu desa dikelilingi
oleh empat desa yang terletak di arah empat penjuru mata angin. Ikatan macapat
(pusat) terhadap empat desa lainnya (Saraswati, 2000: 141). Menurut Nastiti
dengan keempat desa tetangga yang letaknya kira-kira di arah keempat mata
1
Pancawara adalah nama dari sebuah pekan atau minggu yamg terdiri dari lima hari, dalam
budaya Jawa dan Bali. Pancawara juga disebut sebagai hari pasaran dalam bahasa Jawa. Dalam
sistem penanggalan Jawa dan Bali terdapat 2 macam siklus waktu yaitu mingguan dan pasaran.
3
angin. Rasa kerukunan antar desa-desa kemudian meluas lebih jauh letaknya.
Konsep macapat tidak hanya sekedar tanda kerukunan saja, akan tetapi
pasar tradisional atau dikenal dengan nama pasar desa di Jawa hanya
Wage Wadaslintang yang terselenggara pada hari pasaran Wage dan dikelilingi
masyarakat. Pasar sudah dikenal sejak masa Jawa Kuno yaitu sebagai tempat
berlangsungnya transaksi jual beli atau tukar menukar barang yang telah teratur
dan terorganisasi. Hal ini berarti pada masa Jawa Kuno telah ada pasar sebagai
fungsi secara keseluruhan, atau dapat pula diartikan pasar yang telah
jual-beli, misalnya adanya lokasi atau tempat, adanya ketentuan pajak bagi para
Menurut Nastiti dalam Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-IX
sebagai tempat untuk memperoleh barang atau jasa yang diperlukan tetapi
pusat perekonomian.
sering dikaitkan dengan pengertian kuno atau sesuatu yang bersifat luhur
hidupnya suatu masyarakat senantiasa didukung oleh tradisi, namun tradisi itu
bukanlah statis. Arti paling dasar dari kata tradisi yang berasal dari kata tradium
adalah sesuatu yang diberikan atau diteruskan dari masa lalu ke masa kini
2
Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran,dsb) yang turun
temurun dari nenek moyang dan masih dijalankan di masyarakat (Poerwadarminta. 2002 :959)
5
Hal ini dapat dimengerti mengingat kebudayan pada dasarnya merupakan hasil
kebudayaan yang ketiga adalah sebagai benda-benda hasil karya manusia. Jadi
dengan adanya pasar maka akan terjadi perubahan nilai, gagasan, norma,
Pasar memiliki multi peran, yaitu tidak hanya berperan sebagai tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi pasar juga memiliki fungsi
sebagai tempat bertemunya budaya yang dibawa oleh setiap mereka yang
6
Pasar tradisional memegang peranan yang amat penting pada masa ini,
dengan dunia luar. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mempunyai peranan
Pasar desa di Jawa atau peken 3(Bahasa Jawa halus/ bahasa Jawa krama),
biasanya letaknya tidak jauh. Jarak dari rumah seorang petani ke pasar, yang
letaknya biasanya di tepi jalan besar, hanya kira-kira tiga sampai lima kilometer
yang strategis di dalam desa dan seringkali juga mengambil nama dari tempat
atau daerah di mana pasar tersebut berada, misalnya Pasar Tradisional Wage
sebagai tempat interaksi, komunikasi dan informasi serta tempat keramain dan
3
Menurut Wiryomartono peken adalah kata lain dari pasar, yang kata kerjanya mapeken, artinya
berkumpul. Berkumpul dalam arti saling bertemu muka dan berjual beli pada hari pasaran
(Saraswati, 2000 : 140. Dalam Paramita. No. 2)
7
hiburan. Pasar dengan kata lain juga mempunyai peranan dalam kegiatan sosial
“Pasar pada prinsipnya adalah tempat dimana para penjual dan pembeli
bertemu. Tetapi apabila pasar telah terselenggara dalam arti para pembeli
dan penjual sudah bertemu serta barang-barang kebutuhan sudah
disebarluaskan, maka pasar memperlihatkan peranannya bukan hanya
sebagai pusat kegiatan ekonomi tetapi juga sebagai pusat kebudayaan”
Salah satu ciri untuk dapat melihat setiap usaha yang dilakukan oleh
masyarakat telah berorientasi kepada untung dan rugi atau diukur dengan uang
2005”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
penunjuk arah penelitian agar tidak membias pada bidang lain. Sehubungan
dengan ini maka tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam penelitian ini
adalah :
Wonosobo.
9
D. Manfaat Penelitian
berikut:
nasional
Agar penelitian ini terfokus perlu adanya batasan ruang lingkup yaitu
ruang lingkup wilayah (scope spacial) dan ruang lingkup waktu (scope
temporal). Ruang lingkup wilayah membahas suatu daerah atau wilayah dimana
peristiwa itu terjadi. Lingkup wilayah dalam penelitian ini yaitu di Pasar
10
budaya sejak adanya Pasar Wage tersebut. Selain itu didasarkan pula pada
pemerintahan terdahulu dipegang oleh seorang Kepala Desa yang dipilih secara
Pemilihan tahun 2005 didasarkan pada alasan bahwa pada tahun 2005
atau tepatnya pada tanggal 3 Maret 2005, status Pasar Tradisional Wage
Wadaslintang telah berubah status secara resmi dari pasar Kelurahan menjadi
Wonosobo. Selain itu pada tahun tersebut, keberadaan pasar telah menyebabkan
F. Tinjauan Pustaka
mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas, yaitu pikiran, karya, dan hasil
karya manusia akan keindahan. Padahal banyak para ahli yang mengartikan
Konsep kebudayaan dalam arti yang sangat luas yaitu seluruh total dari
dari pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya,
dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses
sekalian merupakan isi dari semua kebudayaan di dunia ini, yaitu: (1) sistem
religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi masyarakat, (3) sistem
pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian hidup, dan
hidup. Adanya pasar maka terjadi pertemuan atau tatap muka antara penjual atau
produsen dan konsumen pasar juga memiliki fungsi sebagai tempat bertemunya
berbagai budaya yang dibawa oleh setiap masyarakat yang memanfaatkan pasar.
Pasar Tradisional Wage Wadaslintang ini. Interaksi tersebut tanpa mereka sadari
hiburan.
ekonomi penduduk Jawa Tengah yang paling dominan yaitu pada sektor
pengrajin dan lain-lain. Adanya pedagang dan pengrajin ini tentunya mereka
dagangan mereka.
Pasar dilihat dari segi pengertian ekonomi ialah suatu tempat menetap
Pengertian yang lebih luas dikemukakan oleh Geertz dalam buku Penjaja dan
Raja (1977) bahwa “pasar sebagai suatu pranata ekonomi sekaligus cara hidup,
suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai segala aspek”. Geertz
Pasar dapat dilihat dari tiga sudut pandangan : pertama, sebagai arus
barang dan jasa menurut pola tertentu; kedua sebagai rangkaian mekanisme
ekonomi untuk memelihara dan mengatur arus barang dan jasa tersebut; dan
ketiga sebagai sistem sosial dan kebudayaan dimana mekanisme itu tertanam.
Ciri khas pasar yang paling menonjol dari arus barang dan jasa adalah jenis
barang yang diperjualbelikan, yaitu bahan pangan, sandang dan lain-lain serta
dan berkembang dalam suatu masyarakat yang berbeda struktur dan budayanya.
Pedagang yang ada di pasar terdiri dari berbagai etnis yang memiliki sifat dan
adat yang berbeda sehingga bisa terjadi perilaku dalam jual beli mempunyai cara
yang berbeda pula, seperti halnya yang terjadi di Pasar Tradisional Wage
Prembun Kebumen dan Banjarnegara. Adanya pedagang yang berasal dari luar
yang berbeda dan etnis yang berbeda pula. Hal ini tidak dapat dipungkiri, akan
tetapi sebagian besar dari para pelaku pasar di Pasar Tradisional Wage
Kuna Abad VIII-IX Masehi (2003) antara lain membahas tentang Peranan Pasar
dalam kegiatan Ekonomi dan peranan Pasar dalam kegiatan Sosial Budaya.
rotasi.
15
masing-masing yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, umpamanya faktor
produksi sangat tergantung pada faktor distribusi dan untuk lancarnya suatu
produksi dapat mencapai pasar. Jalur transportasi tidak dapat dilepaskan dari
lokasi pasar karena suatu pasar dianggap baik jika lokasinya mudah dicapai.
yang penting kaitannya dengan sistem pasar ialah rotasi pasar yang merupakan
kerjasama antar beberapa desa yang tentunya melibatkan warga masyarakat dari
desa-desa bersangkutan.
sosial, pasar terlihat pula sebagai tempat interaksi, komunikasi dan informasi
serta tempat keramaian dan hiburan. Interaksi yang terjadi di antara warga
Kontrak diadik yang terjadi dapat bersifat simetris dan asimetris. Kontrak
kalangan, baik antara orang-orang yang berasal dari desa sama maupun interaksi
16
yang terjadi antara orang-orang dari desa yang berlainan yang datang di Pasar
pada umumnya dan masyarakat pedesaan pada umumnya dan hal ini tidak dapat
Buku ini juga membahas mengenai Peranan pasar sebagai pusat kegiatan
ekonomi dan sosial budaya. Pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi mengenal
sistem produksi, sistem distribusi dan sistem konsumsi. Pasar sebagai kegiatan
sosial dijelaskan bahwa peranan pasar yaitu sebagai tempat interaksi masyarakat
di pasar, pasar sebagai arena pembauran, pasar sebagai pusat informasi serta
adalah seperangkat nilai-nilai dan keyakinan, pilihan hidup dan alat komunikasi.
Pasar sebagai pintu gerbang diperkirakan akan terjadi perubahan nilai, gagasan,
dan keyakinan.
Pasar dapat pula diartikan sebagai sentral dari masyarakat pedesaan yang
berada disekitarnya. Pasar di dalamnya bukan saja akan terjadi saling interaksi
perangkat yang ada di dalamnya dapat pula menjadi panutan masyarakat. Hal ini
masyarakat. Kajian dalam buku ini penting dalam kaitannya untuk memahami
Tradisional Wage Wadaslintang sebagai sarana jual-beli, baik ditinjau dari segi
masuknya modal Barat, akan tetapi dalam sistem pasar di Pasar Wage
Wadaslintang belum dikenal adanya modal Barat. Sistem pasar yang ada di
18
G. Metode Penelitian
sejarah disini adalah suatu proses menguji dan menganalisa secara kritis
menyajikan suatu hasil sinthese (yang biasanya dalam bentuk tertulis) dari hasil-
perspektif sejarah berdasarkan dokumen dan literatur yang ada. Empat langkah
1. Heuristik
bahan-bahan sejarah atau jejak-jejak masa lampau yang otentik dengan cara
19
bahan penulisan sejarah. Diartikan pula sebagai usaha yang dilakukan untuk
Sumber sejarah yang dipakai adalah sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber asli dalam arti kesaksiannya tidak berasal dari
sumber lain melainkan berasal dari tangan pertama. Sumber primer adalah
sumber yang diperoleh melalui kesaksian daripada seorang saksi dengan mata
kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat
mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang
(Gottschalk,1985:35).
saksi pandangan pertama yakni seseorang yang tidak hadir dalam peristiwa
kisahnya (Gottschalk, 1985 : 35). Sumber sekunder dengan kata lain adalah
sumber yang berasal dari seseorang yang bukan saksi hidup atau tidak sejaman
pengertian luas. Sumber ini bersifat tua karena waktu pikiran manusia yang
20
mulai tumbuh waktu kebudayaan mulai lahir dan serempak dengan itu bahasa
mulai digunakan. Warisan atau sumber lisan masih dipakai sebagai bahan
tentang hal yang telah berlalu dalam penulisan metode ilmiah. Peneliti
menggunakan sumber lisan berupa cerita sejarah dari para tokoh masyarakat
Wadaslintang.
berikut:
a. Studi Pustaka
dengan permasalahan yang akan diteliti (Gottschalk, 1985: 46). Studi pustaka ini
banyak bersumber pada buku. Buku yang telah ditemukan oleh peneliti antara
lain dalah tentang Pasar atau yang ada kaitannya dengan pasar. Buku Pasar di
Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-IX Masehi (Nastiti : 2003) yang
membahas tentang Peranan Pasar dalam kegiatan Ekonomi dan peranan Pasar
b. Studi Lapangan
Studi Lapangan yaitu suatu upaya untuk menghimpun jejak dengan cara
antara data dari berbagai sumber tertulis dengan keadaan yang sesungguhnya di
c. Wawancara
yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan dari para
pelaku sejarah atau saksi sejarah. Wawancara selain itu juga merupakan alat
Penulis dalam hal ini mencari sumber berupa informasi dari para pelaku sejarah
terjadi pada kehidupan masyarakat sekitarnya meliputi segi ekonomi, sosial dan
Pasar Wadaslintang dan beberapa pedagang sebagai pelaku ekonomi pasar yang
yang relevan.
2. Kritik Sumber
data yang terkumpul. Kritik sumber in terbagi menjadi dua, yaitu kritik sumber
Kritik ekstern adalah kritik yang menilai apakah sumber yang didapat
merupakan sumber yang dikehendaki, sumber asli, atau turunan, sumber itu
tentang keaslian dari sumber sejarah. Kritik intern adalah kritik yang menilai
dapat diterima sebagai sebuah kebenaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara
23
membandingkan antara sumber satu dengan sumber yang lain dimana sumber
informasi yang benar dan dapat dipercaya berkaitan dengan masalah yang dikaji.
3. Interpretasi
mengkaitkan peristiwa atau fakta satu sama lain sedemikian rupa sehingga fakta
yang satu dengan yang lainnya kelihatan sebagai satu rangkaian yang masuk
akal menunjukkan kecocokan satu sama lain. Fakta sejarah dalam proses ini
tidak semua dapat dimasukkan, tetapi harus dipilih mana yang relevan dan mana
kritis, perlu diperhatikan sasaran karangan yang logis menurut urutan yang
kronologis dan tema yang jelas dan mudah dimengerti ( Gottschalk, 1985: 131).
4. Historiografi
disusun secara logis menurut urutan kronologis dan sistematis yang jelas dan
urutan kronologis dan tematis. Hal ini disebabkan penelitian sejarah sekurang-
kurangnya harus memenuhi empat hal yaitu : detail faktuil yang akurat, struktur
yang logis, dan penyajian yang terang dan halus (Gottschalk, 1985: 131).
24
sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana kita memandangnya,
dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan lain
kita perlu bertolak dari konsep sejarah sebagai sistem. Konsep sistem sendiri
mencakup prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Suatu sistem terdiri atas unsur-
unsur atau aspek-aspek yang merupakan satu kesatuan; (2) Fungsi-fungsi unsur-
disebabkan karena setiap unsur memiliki dimensi-dimensi unsur lain; (4) Dalam
mendeskripsi unsur-unsur serta saling pengaruhnya tidak ada satu faktor atau
dimensi yang deterministik; (5) Dalam studi sejarah pendekatan sistem yang
produksi dan konsumsi dalam pendekatan sistem, maka jelaslah bahwa pola itu
25
Korelasinya faktor sosial itu lebih lanjut jelas pula dengan sistem politik atau
dengan demikian fungsi ekonomi tidak terlepas dari fungsi-fungsi sosial dan
subspesialisasi, antara lain dengan timbulnya: (1) sejarah pertanian, (2) sejarah
kota, (3) sejarah bisnis, (4) sejarah perburuhan, dan (5) formasi kapital.
tingkatan yang sepadan. Perubahan dari ekonomi pasar ke ekonomi warung dan
laju yang sama di setiap lokalitas. Bahkan di suatu lokalitas ciri-ciri ekonomi
penguasaan dari pasar yang didominasi oleh usaha-usaha besar dan kapital besar
jika dibandingkan dengan operasi dari usaha kecil dengan kapital rendah.
Burger bahwa lalu lintas pasar yang ada di Jawa, mengenal pekan pasar
tradisional lima hari adalah sesuatu yang tua, lebih tua daripada kapitalisme
tinggi. Pasar-pasar erat hubungannya satu sama lain dan merupakan suatu
jaringan pasar yang meliputi seluruh Jawa, serta mempunyai hubungan pula
26
dengan pulau-pulau lain dan dengan pasar dunia. Lalu lintas ini bukan bersifat
kapitalis tinggi saja, ada juga lalu lintas non-kapitalis dan kapitalisme
perdagangan. Berbeda dengan Boeke yang melihat pasaran dalam negeri terlalu
sepihak, yaitu sebagai lalu lintas dalam batas desa, ditambah lalu lintas dengan
proses sosial, yaitu interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama
aktivitas dan interaksi yang terjadi di pasar, baik perubahan yang terjadi secara
sosial di satu pihak dan pendekatan sejarah dilain pihak. Antropologi ekonomi
yang dikenal dalam ekonomi pedesaan tentu saja yang berhubungan pertanian,
ekonomi seperti kredit, koperasi, lumbung desa, bank sudah banyak dikenal
ekonomi maka akan membantu penelitian ini dalam bidang produksi, distribusi
budayanya.
H. Sistematika Penulisan
Bab II. Sejarah Pasar Tradisional Wage Wadaslintang, bab ini berisi:
Pengertian Pasar, meliputi Latar Belakang Pasar dan Jenis Pasar; Komponen
Pasar yang mencakup: Rotasi Pasar, Jenis Pedagang Pasar, Arus Barang dan
Wadaslintang tahun 1998-2005, bab ini terdiri dari Kondisi Geografis Kelurahan
Bagi Masyarakat Wadaslintang tahun 1998-2005, bab ini berisi: Pengaruh Pasar
Bab V. Simpulan.
BAB II
A. Pengertian Pasar
pasar terjadi akibat terciptanya hubungan antara dua pihak karena adanya
pasar juga begitu karena tidak semua barang disalurkan melalui pasar.
Ekonomi pasar memiliki ciri : 1) Harga barang tidak pasti, orang dapat tawar-
menawar; 2) Barang beralih dari pedagang yang satu ke pedagang yang lain
29
30
Menurut Jacob dan Stern, tukar menukar secara sederhana mulai terdapat
kelebihan produksinya itu disalurkan dengan cara ditukar, baik secara barter
maupun dengan memakai kulit kerang sebagai alat tukar atau dipertukarkan
dengan hadiah (gift) dari satu komunitas dengan komunitas lain (Nastiti,
2003:52).
masyarakat pemakainnya.
ini yang mendorong timbulnya pasar. Timbulnya pasar tidak terlepas dari
jasa yang disebut pasar (Nastiti, 2003: 11-12). Timbulnya Pasar Tradisional
Wage Wadaslintang juga begitu, pasar ini timbul karena adanya surplus atau
2. Jenis Pasar
Menurut jenisnya pasar dibedakan atas pasar yang terdapat di kota dan
pasar yang terdapat di desa. Sekalipun ada dua jenis pasar, namun keduanya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain dalam hal kepentingan ekonomi
masyarakat kota. Adanya pasar kota maupun pasar desa maka terjadi
hubungan yang timbal balik antara masyarakat kota dengan masyarakat desa.
(Saraswati, 2000:140).
pasar harian. Hal ini berbeda dengan pasar yang terdapat di desa (pasar desa).
dan jauh dari pantai meskipun di Wadaslintang terdapat sebuah waduk, namun
B. Komponen Pasar
1. Rotasi Pasar
tertulis dikenal tiga konsep minggu, yaitu Saptawara (satu minggu terdiri dari
tujuh hari atau padewan) yaitu Ahad/Minggu (Raditya), Senin (Soma), Selasa
Sabtu (Saniscara/tumpek); Sadwara (satu minggu terdiri dari enam hari atau
Tungleh; dan Pancawara (satu hari terdiri dari lima hari atau pasaran). Hal ini
mengenal triwara (satu minggu terdiri dari tiga hari) yakni, pasah, beteng
atau galang tegeh dan kajeng (Nastiti 2003: 55; Purwadi 2006: 24).
dapat diketahui bahwa para pedagang yang berjualan di pasar ini menerapkan
lima hari pasar kecuali hari pasaran pon. Pasar Kelurahan Wadaslintang yang
lima atau pancawara, yaitu dibuka setiap hari “wage”. Pasar Kelurahan
yang kemudian dikenal dengan konsep macapat atau mancalima yaitu satu
desa induk dikelilingi oleh empat desa yang terletak di arah delapan penjuru
mata angin. Kenyataannya letak desa-desa tersebut tidak selalu tepat di arah
34
empat atau penjuru mata angin. Ada beberapa alasan yang menguatkan
hari-hari pasar itu mempunyai watak yang berbeda. Watak hari-hari pasar ini
perhitungan baik buruk yang dilukiskan dalam lambang dan watak suatu hari,
tanggal, bulan dan tahun. Petungan Jawi dengan kelengkapannya itu dapat
mempunyai rupa merah dan bertempat di sebelah selatan; (2) Pon, wataknya
pamer artinya suka memamerkan harta miliknya, mempunyai rupa kuning dan
bertempat di sebelah barat; (3) Wage, wataknya kedher artinya kaku hati/
teguh bicara, mempunyai rupa hitam dan bertempat di sebelah utara; (4)
Jadi menurut watak atau karakter dari uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pasar Wage mempunyai watak yang kedher artinya kaku
hati/ teguh bicara, mempunyai rupa hitam dan bertempat di sebelah utara.
35
Akan tetapi kurang diketahui, mengapa Pasar Wadaslintang jatuh pada hari
pasaran “wage” padahal menurut karakter hari pasar, hari wage terletak di
sebelah utara. Hal ini berbeda dengan Pasar Wadaslintang yang terletak di
Wadaslintang) .
mengatur rotasi hari-hari pasar yang ada di Wadaslintang dapat dilihat pada
Tabel 1
Hari-hari Pasar di Kecamatan Wadaslintang
Hari Pelaksanaan Tempat Pasar
Pasar
Hari Wage Pasar Kelurahan Wadaslintang
Hari Kliwon Pasar Sikapat (Desa Besuki) dan Pasar Desa Lancar
Hari Manis/ Legi Pasar Desa Erorejo dan Pasar Desa Ngalian
Hari Pahing Pasar Desa Kaligowong dan Pasar Desa Panerusan
Sumber : pribadi
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa pada hari pasarana pon tidak
dilakukan atau terselenggara pasar. Jadi konsep panatur desa yang dikaitkan
yaitu dapat di lihat pada denah lokasi pasar-pasar desa yang berada di
pasar desa di Kecamatan Wadaslintang, tidak selalu tepat dengan arah penjuru
mata angin. Pasar Wage yang seharusnya terletak di sebelah utara namun
desa lainnya yang tidak sesuai dengan konsep pancawara terhadap sistem
Wadaslintang yang digunakan sebagai desa induk dan pasar induk serta
Wadaslintang dan tentu saja mempunyai pendapatan yang lebih besar dari
misalnya pasar Ngalian dan pasar Erorejo yang secara bersamaan melakukan
perekonomian pasar pada hari pon. Pada hari pon pasar Wadaslintang sudah
mulai ramai dikunjungi masyarakat walaupun pada hari pasaran pon tidak ada
para pedagang yang berasal dari luar Wadaslintang yang akan berdagang
Luas Pasar Wadaslintang adalah 5.400 m2, yang meliputi Pasar Atas
Tabel 2
Data Potensi Pasar KelurahanWadaslintang Tahun 1998-2005
dan pada tahun 2004/2005 naik menjadi 608 orang. Pada tahun 1998/1999
para pedagang kaki lima belum terdaftar di data potensi pasar sehingga
yaitu sekitar 321 orang pedagang. Luas lahan yang digunakan pada tahun
1998/1999 adalah seluas luas 2.139 m2 sedangkan pada tahun 2004/2005 lahan
pasar yang terpakai sekitar 2.462 m2, sehingga terjadi perluasan pasar sekitar
323 m2. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dalam penggunaan Pasar
Wadaslintang lebih dari jumlah tersebut. Hal ini dapat diketahui dari
dapat dilihat dari luas pasar yang ada yaitu seluas 5.400m2. Dari lahan seluas
5.400m2, pedagang tetap yang menempati kios/ los pada tahun 2004/2005
hanya seluas 2.462 m2, sedangkan sisanya seluas 2.938 m2 ditempati para
pedagang yang tidak terdaftar pada daftar pedagang di Pasar Tradisional Wage
Tabel 3
Data Los/ Kios Pasar Tradisional Wage Wadaslintang
dan Balai Kelurahan Wadaslintang karena Tanah Kantor Kelurahan dan Balai
Kelurahan adalah tanah Kas (Bondo Desa). Status desa yang berubah menjadi
42
kelurahan maka beralih pula status pasar desa menjadi pasar daerah, sehingga
tanah desa beralih status menjadi tanah milik Pemerintah Daerah Kabupaten
sehari sebelum pasar dibuka yaitu pada hari pasaran pon. Mereka
pedagang yang tidur diatas barang itu sekaligus untuk menjaganya dan kadang
pula mereka sudah menggelar barang dagangannya pada hari pon tersebut.
Pada hari pon pasar Wadaslintang sudah mulai ramai dikunjungi oleh para
pembeli khususnya pembeli sayuran, karena jika mereka datang pada hari pon
4
Desa-desa lain di Kecamatan Wadaslintang kecuali kelurahan Wadaslintang, yaitu desa
Kaligowong, Sumbersari, Sumberejo, Erorejo, Karanganyar, Panerusan, Plunjaran, Kumejing,
Lancar, Somogede, Trimulyo, Tirip, Besuki, Gumelar, Ngalian dan Kalidadap.
43
Tujuan utama pedagang yang datang pada hari pon itu agar pada pagi
harinya saat hari pasaran wage, mereka sudah siap berdagang karena tempat
tinggal mereka jauh dari Wadaslintang. Pasar Wadaslintang pada hari pasaran
pon sudah mulai ramai, walaupun tidak seramai ketika hari pasaran wage
baru sebagian yang ada yaitu yang berasal dari luar daerah Wadaslintang. Para
pedagang yang berasal dari wilayah Wadaslintang baru akan datang pada
Ketika hari pasaran wage tiba, sebelum matahari terbit, para pedagang
berjualan di luar los tetapi mereka tidak kesukaran tentang tempat berjualan.
Tampaknya sudah menjadi kebiasaan/ aturan yang tidak tertulis bagi pedagang
lainpun menyadari dan tidak berusaha untuk menempati tempat dagang yang
telah ditempati pedagang lain sebelumnya. Bagi pedagang yang baru tentu
mencari tempat yang belum pernah ditempati orang lain. Hal ini ditegaskan
bahwa :
44
“Saya berjualan di pasar wage Wadaslintang ini baru dua bulan namun
saya sudah bisa langsung menempati los pakaian. Pertama kali berjualan
sebenarnya saya tidak mempunyai los tapi kemudian saya menyewa dari
pedagang lain. Ketika bulik saya yang juga seorang pedagang pakaian,
tidak berjualan lagi maka saya yang menempati losnya sekarang ini. Jadi
saya tidak serta merta menempati los orang lain” (Wawancara, 3 Maret
2007).
menawar sesuka hatinya. Jika barang dagangan yang ada di pasar sedikit maka
dan berakhir jam 14.00 siang. Waktu yang teramai di kunjungi oleh
pengunjung adalah antara jam 08.00 sampa jam 11.00 siang sehingga waktu
pengunjung tiap pasaran wage mencapai ribuan orang dan bisa berkurang jika
cuaca buruk atau turun hujan. Menjelang saat Agustusan atau bulan puasa
3 Maret 2007).
berdagang di dua atau tiga pasar dan variasinya tidak selalu sama. Ada
pedagang yang berjualan di pasar Wadaslintang dan pasar Ngalian; ada yang
berjualan di pasar Erorejo, pasar Kaligowong dan pasar Panerusan; dan ada
pula yang berjualan di pasar Lancar, pasar Wadaslintang, pasar Ngalian dan
Perputaran para pedagang itu atas dasar kemauan sendiri atau mengikuti
2. Jenis Pedagang
Pada hari pasar wage, situasi di pasar Wadaslintang sangat ramai. Para
pedagang datang dari segala penjuru sehingga yang berjualan tidak hanya di
kios-kios dan los-los yang sudah tersedia, tetapi juga meluap sampai ke
tanpa membawa uang, ia hanya membawa hasil kebun atau hasil palawija
di pasar, jika ia tidak menjualnya sendiri, biasanya telah ada pedagang yang
46
kebutuhan sehari-hari.
Pedagang yang menunggu petani yang menjual hasil kebun atau palawija
disebut bakul5. Para bakul ini datang sebelum aktivitas pasar dimulai. Mereka
menunggu para petani yang menjual hasil kebun atau hasil palawija dalam
jumlah yang tidak banyak, di pintu masuk pasar. Hasil pembelian dari
hasil bumi atau kerajinan sebanyak yang dapat mereka angkut ke pasar; 2)
para tengkulak bakul yang membeli hasil bumi maupun industri rumah dari
para petani atau tengkulak pertama tersebut diatas dan menimbun barang itu
untuk kemudian mereka jual secara eceran atau secara borongan kepada
borongan dari para bakul, dan mengangkutnya ke suatu pasar lain untuk di jual
pedesaan untuk membeli dan menghimpun hasil hasil pertanian yang kadang-
5
Bakul dalam bahasa Jawa berarti pedagang/ penjual (Koentjaraningrat, 1984:188)
47
pemilik pedati dan opelet yang menyewakan kendaraan mereka kepada para
keliling yang membeli barang dagangan mereka dari bakul dan menjajakannya
keturunan Tionghoa yang membeli dagangan dari para tengkulak, para bakul,
maupun para makelar untuk dijual ke kota-kota yang jauh letaknya; 8) para
pemilik warung makanan; 9) para tukang yang terdiri dari tukang cukur,
6
Pedagang kelontong adalah pedagang yang menjual berbagai keperluan termasuk sembilan
bahan makanan pokok (sembako)
48
atau yang bertempat tinggal dalam pasar Wadaslintang dan berjualan juga
pada hari pasaran Wage, mereka kebanyakan adalah pedagang nasi; Kedua
adalah pedagang lokal yang bersifat insidentil, yaitu pedagang yang berasal
dari daerah sekitar Wadaslintang; Ketiga adalah pedagang yang berasal dari
luar.
Ciri khas pasar dilihat dari sudut arus barang dan jasa adalah jenis barang
berasal dari beberapa daerah cukup bervariasi. Barang yang datang dari sekitar
Pasar Wadaslintang berasal dari hasil produksi tani dan hasil produksi pasar.
Maju mundurnya suatu pasar tergantung pada gerak roda ekonomi pasar
itu. Penggerak ekonomi itu antara lain pedagang. Pedagang berperan sebagai
kedai. Penjual mengharapkan barang yang dijual agar cepat laku, sebaliknya
bagi pembeli ingin memiliki barang yang ia butuhkan. Adanya barang dalam
tersebut bisa terjadi dibeli sendiri oleh pedagang atau melalui pedagang
keliling, bahkan ada yang dibuat dalam pasar (Majid, 1988: 321).
49
Ada pula hasil produksi dalam pasar selain barang dagangan yang datang
dari luar, yaitu barang yang dibuat dalam pasar, seperti makanan dan minuman
dikatakan bahwa barang produksi dalam pasar seperti halnya makanan dan
keluarga sendiri, namun ada juga yang tenaga kerjanya bukan keluarga tetapi
biasanya masih saudara. Mbah Sutrisno seorang pedagang soto di los pasar
“Saya membuka warung makan berjualan nasi rames dan soto. Saya
memasak dan mempersiapkan makanan tersebut dibantu suami dan anak
saya. Saya tidak memberi upah mereka, mereka hanya sekedar
membantu sebisanya” (Wawancara, 3 Maret 2007).
masing. Ada yang khusus memasak dan ada yang melayani pembeli. Tiap
warung nasi terdapat berbagai macam lauk makanan maupun minuman, mulai
b. Penjual Jasa
Penjual jasa pasti ada dimana disitu ada pasar, begitu juga di Pasar
Wadaslintang antara lain tukang cukur, penjahit dan para buruh-buruh jasa
50
Pasar dalam masyarakat petani, merupakan pusat dan ciri pokok dari
(1) sifat interaksi antara penjual dan pembeli; (2) sistematisasi dari nilai tukar
serta penjualan barang-barang dan jasa merupakan fungsi pasar; (4) rangkaian
masuk ke tahap produksi dari bahan mentah ke produksi atau jasa yang dapat
dikonsumsi; (6) tingkat dan persaingan jual-beli; (7) tingkat dimana jual-beli
pembeli itu bukan harga pasti, karena tidak tahu secara pasti harga sesuatu
barang, melainkan hanya perkiraan saja. Ada beberapa barang tertentu tidak
dalam tata cara tawar-menawar secara umum dapat dibagi dua bagian.
Pertama, tawar-menawar dalam bentuk pendek serta singkat dan yang kedua,
bentuk pendek dan singkat lazimnya ditujukan kepada barang yang telah
kedua, umumnya terjadi atas barang yang masih kabur, baik mengenai sifat
barang itu sendiri maupun terhadap barang yang jarang mereka beli sehingga
pedoman tentang harga sama sekali tidak ada (Majid, 1988: 330).
minyak tanah, ikan asin, rokok, tepung terigu, perhiasan emas dan lain-lain.
Barang dagangan yang mendapat tawaran yang lama dan panjang seperti :
barang pecah belah, pakaian, sepatu, bahan kain, dan lain-lain. Sebaliknya
pula jika petani membawa hasil pertaniannya, seperti : kelapa, petai, cengkeh,
kopi, dan yang lainnya; mereka menjual kepada pedagang yang diawali
bisa membuat harga yang pasti hingga terjadi transaksi jual-beli, akan tetapi
Menurut Nastiti (2003 : 99), ada dua bentuk transaksi yang dikenal :
perbandingan satuan yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak; kedua
Barang yang dijual atau dibeli pada umumnya dibayar secara konstan
dengan uang, ada pula yang dilakukan dengan utang piutang, serta ada pula
yang melakukan dengan cara barter. Utang piutang dilakukan jika keduanya
yaitu antara penjual dan pembeli telah memiliki kepercayaan dan mengenal
satu sama lain. Sistem barter biasanya dilakukan antara petani yang membawa
pokok.
Penggunaan mata uang sebagai alat tukar muncul karena ada kebutuhan
akan benda-benda yang dapat dihitung untuk tujuan tukar menukar secara
tidak langsung. Uang itu sendiri didefinisikan sebagai sarana untuk melakukan
pertukaran secara tidak langsung yang dipakai sebagai alat pembayar, sebagai
satuan baku, dan sebagai alat tukar menukar (Nastiti, 2003: 99).
fisik, uang adalah kumpulan dari berbagai fungsi. Fungsi-fungsi uang tersebut
lebih dari anggapan mengenai uang tunai yaitu sebagai alat tukar dan atau alat
simpanan; daya beli; modal likuid atau jangka pendek; cadangan likuid pada
Banyaknya pedagang yang berasal dari luar pada Pasar Tradisional Wage
menyewa mobil colt atau truk selain menggunakan bus umum untuk
menaikkan barang dari dan ke mobil. Volume arus barang dengan demikian
yang berfungsi sebagai tempat ibadah lima waktu, juga sebagai tempat
sembahyang Jum’at para umat Islam yang datang dari berbagai desa sambil
54
yang terjadi tahun 1825-1830. Wilayah Wadaslintang ketika itu masih berupa
Kanoman dan Suryo Mataram. Mereka ditugaskan untuk membuka hutan dan
Wadaslintang.
wadas yang berarti batu dan lintang yang berarti bintang. Jadi kata
Wadaslintang kurang lebih berarti batu yang mirip bintang yang bersinar
Februari 2007). Bebatuan yang mempunyai ciri berwarna putih susu dan
Wadaslintang.
Dolah Sirod (1907-1910) yang merupakan Lurah yang diangkat oleh Camat
7
Dhemang adalah jabatan setingkat Lurah atau Kepala Desa pada waktu itu. Hal ini dipertegas
oleh Koentjaraningrat dalam buku Kebudayaan Jawa yang menyatakan bahwa “seorang kepala
desa yang pada umumnya disebut lurah, tetapi seringkali juga bekel, perbekel, dhemang,
penatus, atau petinggi,…” (1984, 202).
56
sekitar tahun 1827 sedang terjadi Perang Diponegoro datanglah pasukan Joko
yang pada waktu itu disebut Dhemang, akan tetapi Jaka Kanoman tidak mau
Wadaslintang.
Nama Lurah adalah jabatan yang diberikan oleh pemerintah yang ada
diatas desa, yang diangkat secara langsung oleh Camat. Lurah Dolah Sirod
adalah Lurah pertama yang diangkat oleh Camat Wadaslintang pada waktu itu
Lurah yang diangkat oleh Bupati secara langsung. Status desanya juga
57
berubah dari desa menjadi kelurahan. Lurah sekarang sudah tidak mempunyai
tanah bengkok karena statusnya adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
digaji oleh pemerintah. Hal ini berbeda dengan lurah terdahulu yang belum
Glondong adalah merupakan ketua dari lurah-lurah yang ada pada waktu
itu. Glondong Sastro Sukarno merupakan ketua lurah-lurah desa yang ada di
Sastro Sukarno, pada tahun 1955 di Indonesia ada pemilihan umum yang
oleh rakyat Wadaslintang sehingga berubah pula nama lurah menjadi Kepala
Desa. Adanya otonomi daerah, maka status kepala desa juga berubah lagi
wilayah Cangkring yang meliputi, desa Cangkring, desa Tirip dan desa
Alasan itulah yang mungkin ada dalam benak Glondong Sastro Sukarno
pada waktu itu. Pembangunan pasar desa Wadaslintang tidak lepas dari
Pembangunan pasar desa ini tidak diketahui secara pasti kapan mulai ada,
sudah ada sekitar tahun 1900-an. Pembangunan pasar desa ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat yang amat sulit pada waktu itu.
Menurut Sutaryo kepala dusun (bau) Wadaslintang sejak tahun 1962 sampai
desa Plunjaran akan tetapi setelah beberapa saat berada di desa Plunjaran,
59
Maret 2007).
Sutaryo disebabkan karena beberapa alasan antara lain karena letak desa
antara kabupaten Wonosobo dan kabupaten Kebumen sehingga pasar desa ini
pada waktu itu masih jarang, namun dengan keberadaan pasar desa ini di
yang beroperasi tiap hari pasaran wage dimana aktivitas pasar dilakukan. Jadi
selain hari pasaran wage dimana tidak ada aktivitas pasar maka tidak ada alat
Wonosobo yang berjarak 37 km pada waktu itu harus berjalan kurang lebih
bahwa :
“Sejak saya lahir, Pasar Wage Wadaslintang ini sudah ada. Desa
Wadaslintang ini sekitar tahun 1960an masih sangat sepi. Apalagi desa
Wadaslintang ini letaknya jauh dari ibukota kabupaten Wonosobo. Jadi
desa Wadaslintang ini hanya ramai pada hari-hari tertentu saja yaitu pada
hari pasaran pon dan hari pasaran wage. Alat transportasinyapun masih
sangat jarang hanya ada pada hari pasaran pon dan wage saja, itupun
hanya terdapat satu atau dua mobil angkutan saja. Sedangkan pada hari-
hari biasa tidak ada angkutan sama sekali” (Wawancara, 28 Februari
2007)
2007).
Wage, namun karena diselenggarakan setiap hari wage maka banyak orang
aktivitasnya setiap hari wage, namun pada hari pon pun pedagang dari daerah
sekitar Wadaslintang sudah banyak yang datang sehingga ada pula pedagang
yang sudah memulai aktivitas perdagangan pada hari pon. Menurut keterangan
9
Kecamatan pada waktu itu masih bernama seten belum kecamatan (wawancara dengan Heri
Susanto, tanggal 4 maret 2007)
61
Kabupaten.
Wadaslintang yang berstatus pasar desa dengan adanya Otonomi Daerah maka
beralih menjadi pasar daerah. Status Pasar Wadaslintang telah berubah status
secara resmi dari pasar desa menjadi Pasar Daerah yang berada di bawah
seorang Kepala Desa (Kades) yang dibantu oleh beberapa perangkat desa.
daerah, seorang lurah dibantu oleh suatu staff yang terdiri dari 10-15 orang
pegawai (perabot dhusun atau lebih sering disebut perangkat desa) yang pada
berdasarkan pemilihan. Perangkat desa tersebut antara lain terdiri dari wakil
(kaum) dan juru penyiar pengumuman. Selain itu juga ada beberapa kepala
Kepala desa Wadaslintang pada waktu itu dipilih secara langsung oleh
memiliki masa jabatan selama delapan tahun dan dapat dipilih kembali
rakyatnya. Seorang kepala desa yang sudah tidak dipercayai lagi oleh para
pemerintah tetapi sebagian dari penghasilan mereka diperoleh dari hak mereka
selama mereka menjabat pekerjaan mereka, dan sebagian lagi dari pajak serta
jasa yang mereka terima dari penduduk desa, yang berdasarkan adat.
pribadi selama menjabat sebagai seorang kepala desa. Carik dan Kadus juga
desa dan jika sudah tidak menjabat maka tanah bengkok tersebut akan jatuh
ketangan perangkat desa yang baru dan seterusnya. Tanah bengkok ini adalah
untuk kemajuan desanya. Jadi mereka tidak mendapatkan gaji dari desa atas
secara langsung oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini yang berwenang
halnya Kepala Desa. Lurah memiliki jabatan sama dengan Kepala Desa yaitu
selama delapan tahun dan dapat dipilih kembali. Lurah dan perangkat
dari pemerintah.
Lingkungan yang membawahi Rukun Rumah Tangga (RT) dan Rukun Warga
(RW).
membawahi RT dan RW. Hal ini terkait dengan berubahnya status desa
Kepala dusun yang ada di Wadaslintang saat ini mempunyai kedudukan yang
sebagai Kepala Dusun maka mereka tetap memiliki Tanah Bengkok dan tidak
Pasal 11 yang antara lain menyebutkan bahwa seluruh kekayaan dan sumber
Wonosobo.
kemudian hari akan dibongkar untuk penataan Pasar dan Areal Parkir/
Status Pasar Desa menjadi Pasar Daerah berubah secara resmi yaitu pada
dalam pasar yang merupakan tanah kas (bondo desa) maka dengan
wilayah yang udaranya cukup panas dari pada kecamatan-kecamatan lain yang
yang paling rendah dari permukaan laut. Curah hujan pada tahun 2000
jiwa yang tersebar di 16 desa dan 1 kelurahan dengan sex ratio 99,47% dengan
66
67
4.692 jiwa dengan rincian laki-laki 2.322 jiwa dan perempuan dengan jumlah
berbatasan dengan: sebelah utara berbatasan dengan Desa Trimulyo dan Hutan
Pinus milik Kehutanan Kedu Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Desa
Cangkring, Dadapgede dan Paras serta terdiri dari 39 RT dan 10 RW. Masing-
masing dusun dikepalai oleh seorang kepala dusun. Jabatan kepala dusun
sebenarnya sudah tidak berlaku lagi jika wilayahnya berstatus kelurahan karena
jika suatu desa mempunyai status kelurahan maka yang membawahi suatu
hak atas tanah bengkok yang merupakan “bondo desa” sehingga mereka tidak
1. Kehidupan Ekonomi
petani. Jenis tanah di Wadaslintang sebagian besar adalah tanah kering yang
disebabkan oleh kondisi lahan pertaniannnya yang kering dan terpengaruh pada
yang sebagian besar adalah sawah tadah hujan. Pertanian perkebunan cukup
yang dilakukan bila pekerjaan disawah sudah selesai artinya menunggu waktu
bersawah yang akan datang atau menunggu waktu panen tiba. Adapun
Para petani ini biasanya menghentikan aktivitas pertaniannya pada hari pasaran
Tabel 4
Komposisi Penduduk Kelurahan Wadaslintang Menurut Mata
Pencaharian Tahun 1998 dan Tahun 2005
adanya pasar. Pasar mempunyai peran dalam kegiatan ekonomi, sosial maupun
dilihat sebagai suatu sistem. Adapun yang dimaksud dengan sistem ialah
organisasi yang saling terkait dan tergantung antar bagiannya yang membentuk
suatu kesatuan. Pasar sebagai suatu sistem merupakan suatu kesatuan dari
keseluruhan. Sistem pasar oleh karena itu dapat dirumuskan sebagai sistem
72
fungsi ekonomi dari masyarakat yang kompleks dan diatur oleh norma-norma
yang terdapat dalam sistem pasar, misalnya faktor produksi sangat tergantung
pada faktor distribusi dan untuk lancarnya suatu distribusi sangat diperlukan
sarana transportasi yang baik sehingga hasil produksi dapat mencapai pasar,
a. Sistem Produksi
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual atau pembeli atau dapat dikatakan
transaksi jual-beli. Pasar berperan sebagai tempat pengumpulan hasil usaha tani
hasil bumi dan produksi daerah lain yang diperlukan masyarakat Wadaslintang.
73
Pelaku pasar pun yang semula hanya oleh dan untuk masyarakat
Wadaslintang.
adalah hasil produksi agraris (pertanian) seperti padi atau beras, sayur-mayur,
adalah sayur daun singkong, buah kelapa, durian, duku dan lain-lain. Sayur dan
dijualbelikan juga berbagai jenis ikan, baik ikan laut ataupun tambak10. Jenis
10
Menurut Subroto (1985: 38), pengertian tambak terdapat beberapa tafsiran antara lain : tambak
yang dapat berarti dinding dam, kolam ikan dan pintu air untuk mengatur banjir; dapat pula
berarti tanggul sungai; atau hanya terbatas pada pengertian kolam pemeliharaan ikan; serta dapat
pula berarti sebuah dam yang menyeberangi sungai dan berfungsi sebagai pengatur air sungai
agar pada waktu musim kering kebutuhan air tetap dapat terpenuhi. Sedangkan Tambak yang
dimaksud disini yaitu kolam pemeliharaan ikan. Tambak disini adalah budidaya ikan yang
dilakukan masyarakat Wadaslintang dengan memanfaatkan keberadaan Waduk Wadaslintang.
74
ikan laut berasal dari Kebumen, ikan tambak diproduksi sendiri dengan
bahan mentah lainnya; sedangkan produksi sekunder adalah suatu barang yang
dihasilkan oleh usaha industri yang berupa barang-barang yang dihasilkan oleh
1) Bidang Pertanian
sejak masa sebelum Masehi (Geertz, 1983 :38). Pertanian tanaman pangan
dengan daerah atau kecamatan lain di Wonosobo11. Hal ini disebabkan karena
iklim yang kurang mendukung, khususnya untuk lahan sawah atau padi, yang
secara umum dikenal adanya pertanian basah dan pertanian kering. Pertanian
kering tidak memerlukan irigasi baik dari sumber mata air atau sungai atau air
11
Di Wonosobo ada 13 kecamatan yaitu Wadaslintang, Kepil, Sapuran, Kaliwiro, Leksono/
Sukaharjo, Selomerto, Kalikajar, Kertek, Wonosobo, Watumalang, Mojotengah, Garung, dan
Kejajar.
75
penggunaan irigasi yang sangat teratur. Termasuk dalam jenis pertanian kering
pangan secara tetap pada daerah lahan kering dan perlu adanya pengolahan
tanah sebelum ditanami, jenis tanamannya juga lebih bervariasi; (2) pertanian
tanaman pangan, dan tanah yang akan ditanami tidak diolah sehingga tingkat
kesuburannya makin lama makin berkurang; dan (3) pertanian di kebun, yaitu
dihubungkan dengan jenis tanaman padi pada suatu lahan yang di sebut
penting di dalam pertanian sawah, baik air dari sumber mata air dan sungai
maupun air hujan. Jenis sawah yang mendapatkan air dari aliran sungai atau
76
sumber mata air disebut sawah sorotan, sedang sawah yang menggantungkan
tetapi hasil produksi bidang pertanian terutama didapat dari hasil bersawah dan
berkebun. Hasil pertanian bersawah adalah padi atau beras yang merupakan
salah satu jenis hasil bumi yang menjadi bahan komoditi di pasar Tradisional
tanaman keras12 atau tanaman tahunan seperti kelapa, cengkeh, kopi dan
pembuatan gula Jawa (gula hitam). Wadaslintang juga terkenal sebagai sentra
penghasil Gula Jawa. Penghasilan dari penjualan Gula Jawa dapat membantu
Bila musim panen tiba, maka berbagai jenis tanaman akan berpengaruh
terhadap ekonomi masyarakat. Hasil panen itu mereka jual di pasar Wage
macam barang yang dibutuhkan dapat dibeli, mulai dari kebutuhan yang kecil
12
Hasil produksi bidang pertanian terdiri atas jenis tanaman keras berumur panjang dan tanaman
muda, yaitu tanaman yang habis dalam satu kali panen (Nastiti, 2003:77)
77
sampai kebutuhan yang besar. Pada umumnya kebutuhan sehari-hari itu dapat
2) Bidang Peternakan
sangat cocok untuk beternak sapi maupun kambing. Hal ini disebabkan karena
kondisi alam yang sangat mendukung antara lain rumput tumbuh liar secara
alami cukup banyak dan rumput yang dikembangkan juga dapat tumbuh subur
3) Bidang Perikanan
bukan dari hasil laut. Hasil perikanan masyarakat Wadaslintang sebagian besar
cukup baik, sebagai contoh pada PT. Acua Pam dengan sistem pembesaran
13
Kunggres adalah sejenis rumput liar yang digunakan sebagai makanan hewan ternak khususnya
sapi dan kerbau. Rumput kunggres ini, sekarang banyak dibudidayakan oleh para peternak
hewan sapi dan kerbau. Rumput ini tingginya bisa mencapai beberapa meter berbeda dengan
rumpu-rumput liar pada umumnya yang tingginya hanya mencapai beberapa centimeter saja.
14
Waduk Wadaslintang adalah Waduk yang berada di Kecamatan Wadaslintang, waduk ini
dibangun pada tahun 1982 dan selesai tahun 1988. Pembangunan waduk tersebut menghabiskan
dana sebesar 185 Milyar dan memakan lahan seluas 1.463,08 Hektar, yang merupakan tanah
dari beberapa desa di kecamatan Wadaslintang (Muntaha, 2002 : 12).
78
ikan jenis Nila merah di Karamba dengan hasil cukup baik, rata-rata perhari
bisa meningkat 5-8 ton ikan segar (BPS Kab. Wonosobo tahun 2004).
4) Bidang Industri
Sektor indutri dan jasa masih relatif kecil, penyebabnya karena sektor
industri masih terbatas pada Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga. Indutri
ini dikelola oleh para perajin yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Jenis
usaha rumah tangga antara lain, Industri Tahu, Industri Tempe dan lain-lain.
Wadaslintang antara lain berupa 2 buah pasar, yaitu pasar umum Kelurahan
Wadaslintang serta beberapa toko atau kios dan beberapa koperasi serta Bank.
Adapun Koperasi yang ada di wilayah pasar adalah berupa kios, toko serta
wartel milik KUD Gemah Ripah Wadaslintang. Bank yang ada di dalam pasar
adalah Bank Pasar sedangkan yang berada diluar lokasi pasar adalah BRI,
2. Sistem Distribusi
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produksi dan konsumsi (Syarifuddin,
1990 : 84).
barang atau benda hasil suatu produksi sampai ketangan konsumen dari
adalah suatu distribusi barang dari produsen yang tidak langsung diterima oleh
konsumen, melainkan melalui jasa pihak ketiga. Hal ini dapat terjadi bila
sampai kepada konsumen. Pihak ketiga dalam distribusi tak langsung ini
biasanya adalah agen, distributor ataupun seorang pengecer dan untuk sampai
perantara ini baru sampai pada pengguna atau konsumen sebagai mata rantai
kerja yang ada pada masyarakat Wadaslintang dan sistem transportasi yang
ada. Lancarnya sistem transportasi dan semakin jelasnya pembagian kerja suatu
yang terlihat pada jenis produksi hasil pertanian dan produksi Industri Rumah
langsung. Hal ini terjadi karena barang-barang yang mereka jual bukan hasil
lain. Sarana distribusi merupakan unsur yang sangat penting dalam proses
menyebar sampai kepada para konsumen. Sarana distribusi ini dapat berujud
yang terutama adalah alat transportasi dan kondisi jalan, sedangkan alat tukar,
berlangsung.
dari suatu tempat ke tempat lain. Alat ini sangat berperan dalam perekonomian,
1991: 59).
Wadaslintang mempunyai kondisi jalan yang baik dan sudah beraspal serta
armada angkutan yang cukup banyak. Hal inilah yang mendukung lancarnya
barang keluar masuk dari dan ke kelurahan Wadaslintang. namun masih ada
yang masih sulit terjangkau dan rusak. Kendala ini membuat keluar masuknya
macam, yaitu adanya pasar Wadaslintang dan toko, kios serta warung. Pasar
Wadaslintang tidak setiap hari buka karena hanya buka pada hari pasaran wage
disana. Masyarakat Wadaslintang dapat berbelanja setiap hari di toko, kios dan
warung yang hampir setiap saat selalu dibuka. Kedua tempat ini merupakan
3. Sistem Konsumsi
misalnya kain, minyak tanah, garam, dan lain-lain. Kebutuhan akan barang-
barang yang dapat diproduksi di kelurahan ini adalah kelapa, beras/ padi,
ini oleh para pedagang dibelinya dari daerah lain kemudian dijual kembali di
kelurahan ini. Hal inilah yang mendorong munculnya warung pada rumah-
kebutuhan pokok.
pokok terpenuhi, oleh karena itu fungsi kebutuhan ini adalah tidak untuk
kebutuhan sekunder ini dapat berupa Televisi, Radio, Telepon/ HP, Sepeda
biasanya diperoleh dari membeli. Pasar merupakan suatu sarana yang dapat
beli tiap unit barang yang didapatkan merupakan rejeki yang diperoleh melalui
sehingga pedagang dan petani adalah dua unsur yang tak dapat dipisahkan
atas Peraturan Daerah (Perda) No. 24 Tahun 2001 tentang Karcis Pasar Daerah
Rp. 1000 rupiah tiap pedagang pada hari peuken Wage (wawancara Tri
dalam kehidupan sosial dan budaya. Sistem gotong royong ini sekarang sudah
setiap hari. Mereka tinggal di sekitar pasar, mereka saling bersaing dalam
tetapi pada saat salah satu keluarga masyarakat Wadaslintang memiliki hajat,
material (barang) maupun uang. Gotong royong dalam bentuk kerja bakti
lembaga desa yang ada di kelurahan Wadaslintang dan dipandang cukup aktif
baik. Hubungan sosial antar warga ditujukkan apabila ada diantara warga
toleransi yang terjaga sangat tinggi dan kerukunan antara umat beragama
Tabel 5
Penduduk Kelurahan Wadaslintang Dirinci Menurut Agama
Tahun 1998 dan Tahun 2005
No Agama Tahun 1998 Tahun 2005
1 Islam 4672 4.640
2 Katholik 12 24
3 Kristen Protestan 28 28
Jumlah 4.712 4.692
Sumber : Kecamatan Wadaslintang Dalam Angka Tahun 1998 dan 2005
Sarana tempat ibadah dirasa cukup memadai bila dilihat dari data akhir
tahun 2005. Jumlah masjid ada 6 buah, musholla 29 buah, dan gereja 2 buah.
Islam sehingga adat istiadat/ tradisi masyarakat mulai dari acara perkawinan,
khitanan, tujuh bulanan dan upacara kematian semua didasarkan pada ajaran
Tabel 6
Komposisi Penduduk Kelurahan Wadaslintang menurut Tingkat
Pendidikan bagi penduduk usia 5 tahun keatas tahun 1998 dan tahun 2005
ini dengan Otonomi Daerah. Hal ini dapat dilihat dari prasarana pendidikan
lalu sampai akhir tahun 2005 dengan adanya fasilitas/sarana pendidikan berupa
buah, SD 3 buah, MI 1 buah, SMP 1 buah, Mts 1 buah dan MA 1 buah serta
tidak terbatas pada kegiatan ekonomi saja, tetapi juga dalam kegiatan sosial
budaya. Setiap orang yang pergi ke pasar tidak selalu akan membeli barang,
tetapi ada yang datang hanya sekedar main saja, atau ingin berjumpa dengan
pranata yang penting, dimana secara berkala atau insidental warga masyarakat
saling berhubungan.
1. Interaksi Sosial
sehingga terjadi komunikasi dan respons di antara keduanya. Ada dua hal yang
Kontak sosial dapat bersifat positif dan ada yang bersifat negatif. Kontak sosial
yang bersifat positif mengarah pada suatu kerjasama sedangkan yang bersifat
suatu interaksi sosial. Suatu kontak dapat bersifat primer atau sekunder.
88
melalui perantara, baik oleh orang lain maupun benda-benda budaya (Nastiti,
2003 : 102).
Mengingat kontak yang terjadi baik antara penjual dan pembeli, pembeli
dan pembeli, maupun penjual dan penjual lebih mungkin berhadapan muka
dapat saja kontak itu bersifat sekunder, misalnya jika seorang menitipkan
membeli sesuatu kepada tetangganya yang pergi ke pasar, maka yang terjadi
adalah kontak tidak langsung antara si pembeli dan si penjual. Hal ini terjadi di
“Setiap kali saya pergi ke pasar wage pasti ada saja tetangga nitip
belanjaan. Biasanya yang nitip belanjaan adalah tetangga yang tidak
sempat pergi ke pasar. Mereka nitip dibelikan sayuran, bumbu dapur
atau buah-buahan” (Wawancara, 3 Maret 2007).
desa yang masuk dalam sistem panatur desa saja, tetapi yang datang dari luar
89
sistem itu. Pada sistem produksi, adanya produk pesisir yang di dapatkan di
adanya distribusi komoditi, baik yang dilakukan oleh pedagang dari pesisir,
interaksi di antara warga masyarakat yang tercakup dalam sistem pasar dengan
orang-orang dari luar sistem tersebut. Menurut penuturan Ahmad Toyib, yang
mengatakan bahwa :
menawar antara penjual dan pembeli merupakan hal yang sangat lumrah
dari masyarakat petani walaupun tidak sedikit yang merupakan pedagang. Pada
umumnya mereka mengenal satu sama lain baik antara penjual dan pembeli,
maupun antara pembeli dengan pembeli atau pejual dengan penjual. Hal ini
dalam interaksi antara penjual dan pembeli yang dibina oleh kepercayaan yang
seperti itu terjadi pula pada pedagang pakaian, hal ini terjadi pada Sa’adah
pakaian yang lain yang berjualan di Pasar Wage Wadaslintang. Pada kasus
kontrak diadik (dyadic contract) atau hubungan yang terjalin antara dua orang
dalam kurun waktu yang telah ditentukan atau pun dalam waktu yang tidak
terbatas. Kontrak diadik ini sifatnya informal dan tidak dilandasi hukum, serta
dilakukan kedua belah pihak tanpa paksaan. Kontrak diadik tersebut dapat
adalah hubungan dua pihak yang mempunyai kedudukan sama dan diantara
melakukan kontrak diadik dengan istrinya, yaitu selama mereka terikat dalam
Kontrak diadik selain itu juga dapat dilakukan dengan tetangganya yaitu saling
tolong-menolong dalam suka dan duka, juga ia, jika seorang pedagang, dapat
yang diperkirakan laku di pasar. Difusi pengetahuan dapat terjadi di dalam satu
komunitas yang tinggal dalam satu desa, atau dapat juga antara satu komunitas
dalam masyarakat dapat mempengaruhi pola pikir dan pola tingkah laku yang
misalnya, dapat diperoleh secara turun temurun, dapat diperoleh dari tetangga
dalam satu desa, atau dari warga desa tetangga. Keahlian ini kemudian
mengenal satu sama lain menjadi saling mengenal sehingga terjadi ikatan-
15
Yang dimaksud difusi pengetahuan disini adalah peminjaman pengetahun dari atau antar
komunitas.
16
Istilah inovasi biasa digunakan dalam tiga konteks yang berbeda-beda, yaitu (1) sinonim dengan
invention,dalam pengertian ini inovasi menunjuk pada suatu proses kreativitas yaitu kombinasi
dari dua konsep atau lebih sehingga melahirkan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak
diketahui oleh individu yang bersangkutan. Mereka, individu atau organisasi, yang memiliki
daya kreativitas itu disebut inovatif; (2) proses penerimaan, dalam pengertian ini inovasi
diartikan sebagai proses pengambilan dan internalisasi atau proses memasarkan ide-ide baru;
dan (3) hasil invention,inovasi dalam pengertian ini lebih menekankan pada hasil penemuannya,
yaitu ide-ide, praktek-praktek, dan alat-alat yang ditemukan (Joyomartono, 1991, 44-45).
93
ikatan yang erat diantara mereka. Apalagi interaksi ini terjadi pada masyarakat
sehingga interaksi di antara mereka lebih mudah terjadi. Interaksi ini dapat
berlanjut dalam aktivitas sosial yang terdapat di luar pasar, misalnya dalam
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial yang
dengan banyaknya teman yang dimiliki maka para teman inilah yang akan
berbagai kalangan, kelas sosial dan latar belakang budaya menjadikan fungsi
pasar tidak sekedar sebagai tempat yang berfungsi ekonomis tetapi juga
informatif. Sumber informasi tidak hanya melalui media cetak (koran, majalah)
ataupun media elektronik (televisi dan radio), tetapi juga tidak kalah
Wadaslintang, baik antara penjual dan pembeli atau antara sesama pembeli
ataupun sesama penjual, secara tidak langsung di antara mereka telah terjadi
pertukaran informasi. Informasi ini dapat berupa informasi penting atau hanya
yang menawarkan
suatu pesan atau berita walaupun dalam era sekarang ini sudah tersedia alat
3. Hiburan
pekerjaan rutin yang harus dilakukan, seperti yang dinyatakan oleh Sukirman
“ Saya setiap wage pasti pergi ke pasar Wadaslintang untuk menjual hasil
kebun, selain itu juga untuk mencari selingan hiburan. Saya jarang sekali
bahkan tidak pernah ke pasar selain wage kecuali kalau ada keperluan
mendesak” (Wawancara, 28 Februari 2007).
pasar, ada yang sengaja untuk mencari hiburan (rekreasi) di pasar. Rekreasi
untuk hiburan yang dikunjungi banyak orang sehingga yang menjadi sasaran
faktor antara lain disebabkan karena di kampung selalu dipacu dalam bekerja,
tidak waktu kosong untuk bersantai, kecuali saat tertentu seperti pada acara
Jika hari pasar tiba, para pemuda-pemudi banyak yang datang ke pasar
Wadaslintang, kendatipun tidak ada maksud apa yang dibeli, seperti yang
diutarakan oleh Ari seorang remaja putri dari desa Trimulyo yang mengatakan
bahwa :
“Saya berasal dari desa Trimulyo. Saya datang ke pasar jalan kaki. Saya
masih kuliah, jadi kalau saya di rumah ketika liburan hampir setiap hari
wage saya pasti pergi ke Pasar Wage Wadaslintang, sebab kalau saya di
rumah terus-terusan bosan tidak ada kerjaan. Saya pergi ke pasar
biasanya untuk jalan-jalan sambil cuci mata kecuali kalau dititipi belanja
sama ibu saya” (Wawancara, 3 Maret 2007).
pasar yang hanya sekedar cuci mata sehingga disana-sini terjadi desak-desakan.
Para pelajar sekolah juga tidak sedikit yang masuk pasar. Apalagi dengan
SD 2, MI, SMP, dan MTs serta SMA Maarif sehingga kalau hari pasaran Wage
tiba frekuensi pelajar yang masuk ke pasar banyak. Para pelajar biasanya
97
setelah pulang sekolah, akan tetapi dari hasil penelitian kebanyakan para
pelajar yang masuk ke pasar paling banyak ditemui pada hari jum’at. Hal ini
disebabkan pada hari Jum’at mereka pulang lebih awal sehingga pasar Wage
Wadaslintang masih ramai. Hal ini berbeda dengan pada hari peken yang jatuh
pada hari selain Jum’at, para pelajar ini pulang siang sehingga pasar sudah
sepi.
hiburan.
BAB V
SIMPULAN
bahwa :
pasar desa ini tidak diketahui secara pasti kapan mulai ada, tetapi dari
pokok rakyat yang amat sulit pada waktu itu. Pasar Wadaslintang ini terletak
Pasar Wadaslintang yang merupakan pusat pasar atau pasar induk sesuai
dengan konsep watak perhitungan Jawa, dimana pasar yang terletak di tengah-
115
116
sedikit banyak telah terpengaruh dengan adanya pasar. Pasar ternyata telah
yang utama adalah penghasil buah kelapa/kopra serta penghasil gula Jawa
budaya masyarakat sekitarnya. Pasar memiliki multi peran, yaitu tidak hanya
berperan sebagai tempat bertemunya antara penjual dan pembeli tetapi pasar
juga sebagai tempat bertemunya budaya yang dibawa oleh setiap mereka yang
jasa yang beranekaragam baik jenis, mutu maupun jumlahnya. Pasar dengan
sekitar pasar.
117
Pasar dilihat dari aspek sosial yaitu sebagai arena interaksi dari berbagai
masing pihak.
Pasar sebagai pusat kebudayaan, menawarkan ide-ide dan gagasan baru pada
pasar. Mobilitas yang tinggi juga membawa gagasan dan informasi yang baru
serta membawa pengaruh pada pola berfikir dan pola tingkah laku masyarakat.
Pasar Wage Wadaslintang yang berstatus pasar daerah milik Dinas Pasar, jelas
secara kuantitas dan kualitas pola interaksinya berbeda dengan pasar desa
yang berstatus pasar desa murni. Pasar Wage Wadaslintang sebagai pasar
daerah dimana mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada pasar-pasar
Chourmain, Imam dan Prihatin. 1994. Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta : Depdikbud.
Geertz, Clifford. 1977. Penjaja dan Raja terjemahan Supomo. Jakarta : Gramedia.
118
119
Nastiti, Titi Surti. 2003. Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII-IX Masehi.
Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya.
Majid, M. Dien. 1988. Pasar Angkup (Studi Kasus Perilaku Pasar). Dalam
Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku Pasar (Pengantar Dr. Dorodjatun
Kuntjoro-Jakti). Jakarta : PT. Pustaka Grafika Kita.
Saraswati, Ufi. 2000. ‘Peranan Pasar Bagi Kerajaan Banten’. Dalam Paramita. No.
2. Hal. 137-149.
Syamsidar (ed). 1991. Peranan Pasar pada Masyarakat Pedesaan di Daerah Riau.
Jakarta : Depdikbud.
Subroto, Ph. 1985. Sistem Pertanian Tradisional pada Masyarakt Jawa Tengah
secara Arkeologis dan Etnografis. Yogyakarta :Depdikbud Dikjen Javanologi.
Sugiyarto, Dakung (ed). 1986. Peranan Pasar Pada Masyarakat Pedesaan Jawa
Barat. Jakarta : Depdikbud.
Utomo, Cahyo Budi dan JB. Tjoek Soewarno. 1991. Peranan Pasar pada
Masyarakat Pedesaan di Daerah Jawa Tengah. Jakarta : Depdikbud.
120
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Informan
1. Nama :………………………………………….
2. Alamat :………………………………………….
3. Jenis Kelamin :………………………………………….
4. Umur :………………………………………….
5. Pendidikan :………………………………………….
6. Pekerjaan :………………………………………….
B. Sistem Kemasyarakatan
1. Desa ini terbentuk semenjak kapan?
2. Mengapa desa ini dinamakan Wadaslintang? Bagaimanakah sejarahnya?
3. Apakah mata pencaharian utama penduduk desa?
4. Pasar desa ini telah ada semenjak kapan?
5. Bagaimana sejarah terbentuknya pasar desa ini?
6. Tanah pasar ini milik siapa?
7. Mengapa pasar desa ini terselenggara pada hari Wage kenapa tidak
terselenggara pada hari Kliwon misalnya? bagaimana sejarahnya?
8. Kedai/toko disekitar los dibangun sejak tahun?
9. Fasilitas yang terdapat di pasar, apa saja?
10. Bagaimana peranan Pasar Tradisional Wage Wadaslintang sebagai Pusat
Kegiatan Ekonomi, Sosial dan Budaya bagi masyarakat Wadaslintang?
124
8. Apakah pasar ini dilengkapi dengan fasilitas seperti penerangan listrik, air
bersih, tempat parkir, gudang, dan lain-lain?
9. Pernahkah ada pertunjukan yang diselenggarakan di pasar ini? Pertunjukan
apa saja?
10. Siapa yang mengadakan pertunjukan tersebut?
11. Dalam rangka apa pertunjukan tersebut diadakan?
12. Pernahkah diadakan penyuluhan dari pemerintah? Misalnya, tentang
kebersihan lingkungan, kesehatan, dan lain-lain?
13. Menurut saudara, pengunjung pasar ini yang ramai disaat apa? Adakah
pengaruhnya bagi usaha saudara?
14. Keuntungan apa yang saudara peroleh dengan adanya pasar ini?
15. Apakah pengelolaan pasar ini sudah baik?
16. Apakah pergaulan saudara selama ini di pasar ini membawa pengaruh
dalam kehidupan anda?Jelaskan!
126
SURAT KETERANGAN
( )
126
BIODATA INFORMAN
INFORMAN