Professional Documents
Culture Documents
HPI 10102
3 SKS
TOPO SANTOSO, SH.MH
Pengertian Hukum Pidana (1)
Prof. Moeljatno
Internasional
• Ps 15 (1) dan (2) ICCPR
• Ps 22, 23, dan 24 ICC
Ps 28i UUD 1945
• “… hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.”
UU No. 39/ 1999 ttg HAM
• Ps 18 (2) • Ps 18 (3)
Setiap orang tidak Setiap ada perubahan
boleh dituntut untuk dalam peraturan
dihukum atau dijatuhi perundang-undangan
pidana, kecuali maka berlaku ketentuan
berdasarkan suatu yang paling
peraturan perundang- menguntungkan bagi
tersangka
undangan yang
sudah ada sebelum
tindak pidana itu
dilakukan
UU No. 26/ 2000 ttg Pengadilan
HAM (bisa berlaku surut ?)
(1) Pelanggaran hak asasi • Penjelasan Ps 43 (2)
manusia yg. Berat yg. “ Dalam hal DPR Indonesia
Terjadi sebelum mengusulkan
diundangkannya UU ini, dibentuknya Pengadilan
diperiksa dan diputus HAM ad hoc, DPR
oleh pengadilan HAM ad Indonesia mendasarkan
hoc. pada dugaan telah
(2) Pengadilan HAM ad hoc terjadinya pelanggaran
sebagaimana dimaksud HAM yang berat yg
dalam ayat (1) dibentuk dibatasi pada locus dan
atas usul DPR Indonesia tempus delicti tertentu yg
berdasarkan peristiwa terjadi sebelum
tertentu dg. Keputusan diundangkannya undang-
presiden. undang ini.
UU Anti Terorisme dan Putusan
MK
Mis.
• Mengambil = mengadakan suatu perbuatan yang bermaksud
memindahkan sesuatu benda dari tangan yang satu ke tangan
yang lain
Pendapat Scholten
(dan juga Utrecht) (2)
• PENAFSIRAN • ANALOGI
EKSTENSIF
• Hakim meluaskan • Hakim membawa
lingkungan kaidah perkara yang harus
yang lebih tinggi diselesaikan ke dalam
sehingga perkara lingkungan kaidah
yang bersangkutan yang lebih tinggi
termasuk juga di
dalamnya
Pasal 1 ayat (2) KUHP
-+-----------+---------------+---->
UU Perbuatan Perubahan UU
• Perubahan UU ? …………….
Teori : (1) Teori formil (2) Teori materiil terbatas (3)
Teori materiil tidak terbatas
• Kaitannya dg Ps 1 KUHP
• Kaitannya dg aturan tentang Daluwarsa
• Kaitannya dg ketentuan mengenai pelaku
tindak pidana anak : Ps 45,46,47 KUHP
atau UU Pengadilan Anak
Teori2 Tempus Delicti
• 1. Teori Perbuatan fisik (de leer van
de lichamelijke daad)
• 2. Teori bekerjanya alat yg digunakan
(de leer van het instrumen)
• 3. Teori Akibat (de leer van het
gevolg)
• 4. Teori waktu yg jamak (de leer van
de meervoudige tijd)
Teori2 Locus Delicti
• disebutkan kualifikasinya
tanpa disebut unsur-unsurnya
--> mis. Ps 184, Ps 297, Ps
351
• disebutkan unsur-unsurnya,
tidak disebut kualifikasinya -->
mis. Ps 106, Ps 167, Ps 209
Tindak Pidana (6)
Unsur-unsur (van Bemmelen)
• Di dalam perumusan (bagian)
• dimuat dalam surat dakwaan
• Di luar
• semua syarat yg dimuat dalam rumusan
perumusan
delik merup-akan bagian-bagian, (unsur) :
sebanyak itu pula, yg apabila dipenuhi syarat dapat
membuat tingkah laku menjadi tindakan dipidana
yg melawan hukum
1. Secara
1. Tingkah laku yg dilarang melawan
2. Bagian subyektif : kesalahan, maksud, hukum
tujuan, niat, rencana, ketakutan
2. Dapat
3. Bagian obyektif : secara melawan hukum,
kausalitas, bagian2 lain yg menentukan
dipersalahkan
dapat dikenakan pidana (syarat 3. Dapat
tambahan; keadaan) dipertanggungj
4. Bagian yg mempertinggi dapatnya awabkan
dikenakan pidana
Tindak Pidana (7)
Unsur-unsur (Prof. Moeljatno)
B. Unsur Subyektif
- kesalahan :
(a) sengaja
(b) kealpaan
- keadaan
Contoh unsur2 dalam rumusan
tindak pidana (1)
Pasal 362 KUHP Pasal 338 KUHP
• barangsiapa • barangsiapa
• mengambil
• barang • dengan sengaja
- yg sebagian/ seluruhnya • menghilangkan
kepunyaan orang lain
nyawa orang lain
• dengan maksud memiliki
• secara melawan hukum
Contoh unsur2 dalam rumusan tindak
pidana (2)
Pasal 285 Pasal 259
• barangsiapa • barangsiapa
• dengan kekerasan atau • karena kealpaannya
• ancaman kekerasan • menyebabkan orang lain
• memaksa mati
• seorang wanita
• bersetubuh dengan dia
• di luar perkawinan
Contoh unsur2 dalam rumusan tindak
pidana (3)
• Pasal ……. • Pasal …...
KESALAHAN
Pengertian
• 1. Dapat dipersalahkan
• 2. Arti luas : Dolus & culpa
• 3. Arti sempit : culpa
Dolus/ opzet/ sengaja (1)
• Apakah sengaja itu ?
Sengaja = willens (dikehendaki) en wetens (diketahui) (MvT- 1886)
• Teori2 “sengaja” :
(a) teori kehendak (wils theorie)
“ opzet ada apabila perbuatan & akibat suatu delik dikehendaki si
pelaku”
• Istilah2 :
- culpa - schuld - nalatigheid - sembrono
- teledor
• istilah 2 yg digunakan dalam rumusan :
- kelalaian
- kealpaan
- kesalahan
- seharusnya diketahuinya
- sepatutnya diketahuinya
Culpa (2)
pengertian, jenis, syarat
• KUHP : tidak ada definisi
• MvT : kealpaan di satu pihak berlawanan benar2 dg
kesengajaan dan di fihak lain dengan hal yg kebetulan
• Macam2 Culpa :
(a) culpa levis ; culpa lata
(b) culpa yg disadari (bewuste) : culpa yg tidak disadari (on
bewuste)
• Syarat adanya kealpaan :
(a) Hazewinkel-Suringa : 1) kekurangan menduga-duga; 2)
kekurangan berhati-hati
(b) van Hamel : 1) tidak menduga-duga sebagaimana diharuskan
hukum; 2) tidak berhati-hati sebagaimana diharuskan hukum
( c) Simons : pada umumnya “schuld” (kealpaan) mempunyai 2
unsur : 1) tidak berhati-hati; 2) dapat diduganya akibat.
KESALAHAN
Beberapa masalah !
• Apa beda dolus eventualis dg culpa yg
disadari ?
• Apa yg dimaksud dg :
(a) pro parte dolus proparte culpa
(b) dolus directus; dolus indirectus
(c ) dolus determinatus; dolus
indeterminatus
(d) dolus premeditatus; dolus repentinus
(e) dolus malus
• Di Indonesia sebagaimana di Belanda
dianut pendapat bahwa sengaja itu
tidak berwarna. Apa maksudnya ?
KAUSALITAS
• 1. Pengertian ?
• 2. Kapankah diperlukan ajaran kausalitas ?
• 3. Ajaran Kausalitas ?
Ilustrasi :
B pinjam uang ke rumah A, karena kedatangan B, maka A
terlambat ; karena terlambat A mengendarai mobil
dengan kecepatan tinggi; A menubruk C sehingga luka-
luka; C dibawa ke RS dan dioperasi oleh dokter D; D
meminta E merawat dengan suntikan tertentu; E salah
memberikan obat pada C; C mati.
Pengertian Kausalitas
• Hal sebab-akibat
• Hubungan logis antara sebab dan akibat
• Persoalan filsafat yang penting
• Setiap peristiwa selalu memiliki penyebab sekaligus
menjadi sebab peristiwa lain
• Sebab dan akibat membentuk rantai yang bermula di
suatu masa lalu
• Yang menjadi fokus perhatian ahli hukum pidana (bukan
makna di atas), tetapi makna yang dapat dilekatkan
pada pengertian kausalitas agar mereka dapat
menjawab persoalan siapa yang dapat dimintai
pertanggungjawaban atas suatu akibat tertentu
Kapankah diperlukan ajaran
Kausalitas ?
• Delik Materiil : perbuatan yang menyebabkan konsekuensi-
konsekuensi tertentu, dimana perbuatan tersebut kadang tercakup
dan kadang tidak tercakup sebagai unsur dalam perumusan delik,
mis. Ps. 338, Ps 359, Ps 360
• Delik Omisi tak murni/semu (delicta commissiva per omissionem/
Oneigenlijke Omissiedelicten) : Pelaku tidak melakukan kewajiban
yang dibebankan padanya dan dengan itu menciptakan suatu akibat
yang sebenarnya tidak boleh ia ciptakan. Ia sekaligus melanggar
suatu larangan dan perintah; ia sesungguhnya harus menjamin
bahwa suatu akibat tertentu tidak timbul.
• Delik yang terkualifikasi/dikwalifisir : tindak pidana yang karena
situasi dan kondisi khusus yang berkaitan dengan pelaksanaan
tindakan yang bersangkutan atau karena akibat-akibat khusus yang
dimunculkannya, diancam dengan sanksi pidana yang lebih berat
ketimbang sanksi yang diancamkan pada delik pokok tersebut.
(pengkualifikasian delik juga dapat dilakukan atas dasar akibat yang
muncul setelah delik tertentu dilakukan, mis. Ps 351 (1) Æ Ps 351
(2)/ Æ Ps 351 (3)
Ajaran Kausalitas
• Conditio Sine Qua Non/ Ekuivalensi (Von
Buri)
• Teori-teori Individualisasi / Causa Proxima
: Birkmeyer , Mulder
• Teori-teori menggeneralisasi : teori
Adekuat (Von Kries, Simons, Pompe,
Rumelink)
• Teori Relevansi : Langemeyer
Ajaran Conditio Sine Qua Non
• Semua faktor yaitu semua syarat, yang
turut serta menyebabkan suatu akibat dan
yang tidak dapat dihilangkan dari
rangkaian faktor-faktor ybs. Harus
dianggap causa (sebab) akibat itu.
• Semua syarat nilainya sama (ekuivalensi)
• Ada beberapa sebab
• Syarat = sebab
Pembatasan Ajaran Von Buri
• Pembatasan ajaran Von Buri oleh Van Hamel
[dibatasi dg ajaran kesalahan (dolus/culpa)]
• Pengkesampingan semua sebab yang terletak
di luar dolus atau culpa; dalam banyak
kejahatan dolus atau culpa merupakan unsur-
unsur perumusan delik.
• Jika hal itu bukan merupakan unsur delik, maka
solusinya harus dicari dengan bantuan alasan
atau dasar-dasar yang meniadakan pidana.
Teori-teori Individualisasi / Causa
Proxima
• Birkmeyer :
Teori ini berpangkal dari teori Conditio Sine Qua
Non . Di dalam rangkaian syarat-syarat yang
tidak dapat dihilangkan untuk timbulnya akibat,
lalu dicari syarat manakah yang dalam keadaan
tertentu itu, yang paling banyak membantu
untuk terjadinya akibat.
• G.E Mulder :
• Sebab adalah syarat yang paling dekat dan
tidak dapat dilepaskan dari akibat.
Teori-teori menggeneralisasi (1)
• Von Bar : teori ini tidak menyoal tindakan
mana atau kejadian mana yang in
concreto memberikan pengaruh
(fisik/psikis) paling menentukan. Yang
dipersoalkan adalah apakah satu syarat
yang secara umum dapat dipandang
mengakibatkan terjadinya peristiwa seperti
yang bersangkutan mungkin ditemukan
dalam rangkaian kausalitas yang ada
Teori-teori menggeneralisasi (2)
• Von Kries (Teori Adequat Subjectif) : Sebab adalah keseluruhan
faktor positif & negatif yang tidak dapat dikesampingkan tanpa
sekaligus meniadakan akibat. Namun pembatasan demi
kepentingan penetapan pertanggungjawaban pidana tidak dicari
dalam nilai kualitatif/kuantitatif atau berat/ringannya faktor dalam
situasi konkret, tetapi dinilai dari makna semua itu secara umum,
kemungkinan dari faktor-faktor tersebut untuk memunculkan akibat
tertentu. Sebab = syarat-syarat yang dalam situasi dan kondisi
tertentu memiliki kecenderungan untuk memunculkan akibat
tertentu, biasanya memunculkan akibat itu, atau secara objectif
memperbesar kemungkinan munculnya akibat tersebut.
• Apakah suatu tindakan memiliki kecenderungan memunculkan
akibat tertentu hanya dapat diselesaikan apabila kita memiliki 2
bentuk pengetahuan :
(a) hukum umum probabilitas dalam peristiwa yg terjadi /
pengetahuan Nomologis yg memadai
(b) situasi faktual yg melingkupi peristiwa yg terjadi/ pengetahuan
Ontologis/ pemahaman fakta (empirik)
Teori-teori menggeneralisasi (3)
• Rumelink (Teori Adequat Objectif) :
Faktor yang ditinjau dari sudut objektif , harus (perlu) ada untuk
terjadinya akibat. Ihwal probabilitas tidak berdasarkan pada apa
yang diketahui atau mungkin diketahui pada waktu melakukan
tindakannya, melainkan pada fakta yang objektif pada waktu itu ada,
entah diketahuinya atau tidak – jadi pada apa yang kemudian
terbukti merupakan situasi dan kondisi yang melingkupi peristiwa
tersebut.
• Simons :
Sebab adalah tiap-tiap kelakuan yang menurut garis-garis umum
pengalaman manusia dapat menimbulkan akibat
• Pompe :
Sebab adalah hal yang mengandung kekuatan untuk dapat
menimbulkan akibat
Teori Relevansi
• Langemeijer
Teori ini ingin menerapkan ajaran von Buri
dengan memilih satu atau lebih sebab dari
sekian yang mungkin ada, yang dipilih
sebab-sebab yang relevan saja , yakni
yang kiranya dimaksudkan sebagai sebab
oleh pembuat undang-undang.
Sifat Melawan Hukum
• Arti :
- tanpa hak sendiri (zonder eigen recht)
- bertentangan dg hak orang lain (tegen eens anders recht)
- tanpa alasan yg wajar
- Bertentangan dengan hukum positif
• PASAL 53
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah
ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak
selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan
karena kehendaknya sendiri.
(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal
percobaan dikurangi sepertiga.
(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup, dijatuhkan pidana penjara paling lama
15 tahun.
(4) Pidana tambahan bagi percobaan sama dengan kejahatan
selesai.
• Pasal 54
Mencoba melakukan pelanggaran tidak dipidana
POGING (PERCOBAAN)
• “Permulaan kejahatan yang belum selesai”
• Poging bukan suatu delik, tetapi poging dilarang dan diancam
hukuman oleh undang-undang
• Poging adalah perluasan pengertian delik
• Suatu perbuatan dilarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang-undang sebab perbuatan itu melanggar kepentingan hukum
atau membahayakan kepentingan hukum
• KUHP tidak memberi perumusan/ definisi
• Harus diketahui kapan suatu delik dianggap selesai
• Delik selesai berbeda antara delik formil dan delik materiil
• Pada delik formil : delik selesai apabila perbuatan yang dilarang
telah dilakukan
• Pada delik materiil : delik selesai apabila akibat yang dilarang dan
diancam dengan hukuman oleh undang-undang telah timbul atau
terjadi
Percobaan Menurut KUHP:
• Percobaan sebagai Suatu Delik
yang Telah Selesai (voltooid delict)
• Percobaan Melakukan Tindak
Pidana yang Tidak Dilarang
• Percobaan Melakukan Pelanggaran
• Percobaan terhadap Delik Kealpaan
Percobaan sebagai Suatu Delik
yang Telah Selesai
(voltooid delict)
• Perbuatan dibedakan :
• 1. tindakan atau perbuatan persiapan
(belum dapat dihukum)
• 2. tindakan atau perbuatan pelaksanaan
(sudah dapat dihukum)
• Tetapi, pertanyaannya : mana yang
merupakan “perbuatan persiapan” dan
mana yang merupakan “perbuatan
pelaksanaan” ?
PENDAPAT PARA AHLI DALAM MASALAH TSB
1.Van Hamel : “apabila dari perbuatan itu telah terbukti kehendak yang
kuat dari si pelaku untuk melaksanakan perbuatannya”
2.Simons melihat dari jenis deliknya : delik materiil atau delik formil.
• Pada delik formil apabila perbuatan itu merupakan perbuatan yang
dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU, apabila perbuatan
itu merupakan sebagian dari perbuatan yang dilarang; jika ada
beberapa unsur maka jika sudah melakukan salah satu unsur
• Pada delik materril apabila perbuatan itu dianggap sebagai
perbuatan yang menurut sifatnya adalah sedemikian rupa ,
sehingga secara langsung dapat menimbulkan akibat yang dilarang
dan diancam dengan hukuman oleh UU
3.Vos : ada “permulaan pelaksanaan” apabila perbuatan itu
mempunyai sifat terlarang terjadap suatu kepentingan hukum.
4.Pompe : ada “permulaan pelaksanaan” apabila suatu perbuatan yang
bagi orang normal memungkinkan terjadinya suatu delik.
Pendapat Hoge Raad
Ada “permulaan pelaksanaan” apabila antara
perbuatan yang dilakukan dan kejahatan yang
dkehendaki oleh seseorang itu terdapat
hubungan erat langsung; yaitu apabila seorang
melakukan sesuatu perbuatan untuk
melaksanakan kejahatan , perbuatan itu baru
dianggap sebagai permulaan pelaksanaan
apabila disamping perbuatan itu tidak
dibutuhkan lagi perbuatan-perbuatan yang lain
untuk menyelesaikan kejahatan.
Macam2 Percobaan (Doktrin)