You are on page 1of 162

SARI

Noorrodliyah, Asri. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan


dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dan Inkuiri
pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 09 Semarang Tahun
Pelajaran 2004/ 2005. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Bahasa dan seni, Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I: Drs. Wagiran, M.Hum., Pembimbing II: Drs.
Suparyanto.
Kata kunci: keterampilan menulis, proposal kegiatan, pendekatan kontekstual
komponen inkuiri, komponen pemodelan

Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) mata pelajaran Bahasa


Indonesia merupakan refleksi atau pengkajian ulang terhadap Kurikulum 1994.
Kurikulum 2004 mengutamakan pencapaian standar kompetensi siswa. Dalam
pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif dan kreatif memperoleh pengetahuan, guru
hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa. Pembelajaran Bahasa
Indonesia lebih menekankan pada empat keterampilan berbahasa, yaitu
keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam kurikulum 2004
mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI SMA, ada beberapa kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa, untuk keterampilan menulis salah satunya adalah
menulis proposal. Mengingat pentingnya kemampuan menulis proposal, maka
kompetensi dasar menulis proposal harus benar-benar dikuasai siswa. Berdasarkan
hasil tes awal dan wawancara dengan guru kelas, keterampilan menulis proposal
kegiatan siswa kelas XI IA 2 SMA 09 Semarang masih rendah, hal ini terlihat pada
nilai rata-rata hasil tes yang belum mencapai target. Rendahnya keterampilan siswa
ini disebabkan oleh faktor dari siswa dan faktor pola pembelajaran guru yang
kurang tepat. Pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan dapat
meningkatkan keterampilan menulis proposal kegiatan. Pendekatan kontekstual
membantu guru mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong keaktifan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian tindakan kelas
dengan mengangkat masalah; 1) apakah pendekatan kontekstual komponen inkuiri
dan pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis proposal kegiatan siswa
kelas XI IA 2 SMA 09 Semarang? dan 2) apakah terjadi perubahan perilaku siswa
kelas XI IA 2 setelah mengikuti pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan
pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan? Berdasarkan masalah
yang dikaji dalam penelitian ini, tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui apakah
pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri dapat meningkatkan
keterampilan siswa kelas XI IA 2 dalam menulis proposal kegiatan, dan 2)
mengetahui apakah terjadi perubahan perilaku siswa kelas XI IA 2 dalam menulis
proposal kegiatan setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
komponen pemodelan dan inkuiri.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan
siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan

i
refleksi. Data penelitian diambil melalui tes dan nontes. Alat pengambilan data
berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto. Data yang
diperoleh dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis proposal
kegiatan siswa kelas XI IA 2 mengalami peningkatan setelah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan.
Peningkatan keterampilan siswa ini dapat dilihat dari hasil tes prasiklus, siklus I
dan siklus II. Hasil tes prasiklus nilai rata-rata siswa 53,7. Setelah dilakukan
tindakan siklus I, nilai rata-rata siswa menjadi 68,9, artinya terjadi peningkatan
sebesar 18,89% dari prasiklus. Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata
menjadi 76,1 atau meningkat sebesar 19,05%. Masing-masing aspek dalam menulis
proposal kegiatan juga mengalami peningkatan. Aspek kelengkapan unsur skor
rata-rata prasiklus sebesar 10,7, rata-rata siklus I sebesar 13,9 dan rata-rata siklus II
sebesar 17,1. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada prasiklus sebesar 5,8,
siklus I menjadi 6,7, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 8,1.
Pada prasiklus, aspek pilihan kata skor rata-rata sebesar 10,6, siklus I 12,6, dan
pada siklus II meningkat menjadi 14,7. Aspek penyusunan kalimat pada prasiklus
sebesar 9,6, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 10,6, pada siklus II menjadi
sebesar 12,9. Aspek kesesuaian tiap unsur pada prasiklus sebesar 4,9, siklus I
meningkat menjadi 5,9 dan siklus II menjadi 7,3. Aspek sistematika pada prasiklus
skor rata-rata sebesar 4,9, pada siklus I meningkat menjadi 6,4, dan pada siklus II
menjadi 7,6. Aspek kerapian tulisan untuk prasiklus sebesar 7,1, pada siklus I
meningkat menjadi 7,7 dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 8,4.
Peningkatan keterampilan menulis proposal kegiatan ini diikuti dengan
perubahan perilaku siswa keles XI IA 2. perilaku negatif siswa berubah menjadi
perilaku positif. Pada siklus II siswa terlihat menikmati pembelajaran, mereka juga
semakin aktif dan bersemangat mengikuti pembelajaran menulis proposal kegiatan
dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yaitu, (1)
pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan dapat dijadikan alternatif
untuk membelajarkan keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis
proposal kegiatan. (2) peneliti lain hendaknya termotivasi untuk melengkapi
penelitian ini dengan menerapkan pendekatan lain yang dapat meningkatkan
keterampilan menulis proposal kegiatan siswa; (3) peneliti di bidang pendidikan
maupun di bidang bahasa hendaknya selalu termotivasi untuk melakukan penelitian
tentang teknik-teknik pembelajaran sehingga diperoleh alternatif teknik
pembelajaran baru khususnya pembelajaran menulis.

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian

Skripsi.

Semarang, Agustus 2005

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Wagiran, M. Hum. Drs. Suparyanto


NIP 132050001 NIP 132238498

iii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang

pada hari : Rabu


tanggal : 31 Agustus 2005

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono Drs. Agus Yuwono, M.Si.


NIP 131281222 NIP 132049997

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Drs. Subyantoro, M.Hum. Drs. Suparyanto Drs. Wagiran, M.Hum.


NIP 132005032 NIP 130516901 NIP 132050001

iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau

dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2005

Asri Noorrodliyah

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kesabaran dan ketabahan mempunyai efek


ajaib yang bisa menghilangkan kesulitan
dan melenyapkan rintangan.
( John Quincy Adams )

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:


1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa
memanjatkan doa dan mencurahkan kasih
sayang yang tulus kepada penulis.
2. Kakak tersayang, Mba Ipung, dan Mas
Budi serta Si kecil Nasywa atas segala doa
dan dorongan semangat yang telah
diberikan
3. Embah yang senantiasa memanjatkan doa
dan belaian kasih sayangnya.
4. Eko Purnomo, yang telah memberikan
warna indah dalam perjalanan hidupku.
5. Teman-teman PBSI angkatan 2001
6. Guru-guruku atas bekal ilmu pengetahuan
yang diberikan.
7. Almamaterku tercinta.

vi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis ini dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan dengan Pendekatan

Kontekstual Komponen Pemodelan dan Inkuiri pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA

Negeri 09 Semarang. Penulisan skripsi ini sebagai upaya meningkatkan

keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan.

Penulis ini menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak

terlepas dari masukan, arahan dan bimbingan yang telah diberikan dengan tulus

ikhlas dan sabar oleh Drs. Wagiran, M.Hum., Dosen Pembimbing I dan Drs.

Suparyanto, Dosen Pembimbing II, selama penyusunan skripsi ini. Pada

kesempatan ini penulis ini juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.

2. Drs. Mukh Doyin, M.Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin penelitian dan segala kemudahan bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis selama duduk

di bangku perkuliahan.

vii
4. Kepala SMA Negeri 9 Semarang atas izin yang diberikan untuk melakukan

penelitian di SMA Negeri 9 Semarang.

5. Bu Nur, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 9 Semarang

atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.

6. Keluargaku terkasih yang senantiasa mendukung langkahku dengan iringan

doa dan belaian kasih sayang.

7. Sahabat-sahabatku Wahyul, Juleha, Mba Fajri, Arum, Hesti ‘Ndut’, Vita,

dan Erni atas segala doa dan dorongan semangat yang diberikan.

8. Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2001 atas

doa, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini

Semoga segala bantuan, dukungan dan pengorbanan yang telah diberikan

kepada saya menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah S.W.T. Penulis ini juga berharap agar skripsi ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Penulis ini

viii
DAFTAR ISI

SARI.................................................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iv

PERNYATAAN.................................................................................................. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

PRAKATA.......................................................................................................... vii

DAFTAR ISI....................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................... xii

DAFTAR GRAFIK............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 5

1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 6

1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS ......................... 9

2.1 Kajian Pustaka..................................................................................... 9

2.2 Landasan Teoretis ............................................................................... 12

2.1.1 Keterampilan Menulis....................................................................... 13

2.2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis ....................................................... 13

2.2.1.2 Tujuan Menulis ............................................................................... 14

ix
2.2.1.3 Ragam Tulisan ................................................................................ 17

2.2.1.4 Manfaat Menulis ............................................................................. 18

2.1.2 Proposal........................................................................................... 19

2.1.2.1 Pengertian Proposal ..................................................................... 20

2.1.2.2 Unsur-unsur Proposal ..................................................................... 21

2.1.2.3 Bahasa Proposal ............................................................................. 23

2.1.3 Pendekatan Kontekstual .................................................................. 25

2.1.3.1 Hakikat Pendekatan Kontekstual .................................................... 25

2.1.3.2 Komponen Inkuiri ........................................................................... 31

2.1.3.3 Komponen Pemodelan .................................................................... 33

2.1.4 Pembelajaran Menulis Proposal Kegiatan dengan Pendekatan

Kontekstual Komponen Pemodelan dan Inkuiri ............................. 34

2.2 Kerangka Berpikir........................................................................... 35

2.3 Hipotesis Tindakan ......................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 39

3.1 Desain Penelitian............................................................................... 39

3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I....................................................... 40

3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II ..................................................... 43

3.2 Subjek Penelitian............................................................................... 47

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 47

3.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 48

3.4.1 Instrumen Tes ................................................................................... 49

3.4.2 Instrumen Nontes ............................................................................. 53

3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 55

3.5.1 Teknik Tes......................................................................................... 55

x
3.5.2 Teknik Nontes ................................................................................... 55

3.6 Teknik Analisis Data......................................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 59

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................ 59

4.1.1 Kondisi Awal ................................................................................ 59

4.1.2 Hasil Siklus I ................................................................................ 69

4.1.2.1 Hasil Tes ...................................................................................... 70

4.1.2.2 Hasil Nontes .................................................................................. 82

4.1.3 Hasil Siklus II................................................................................ 91

4.1.3.1 Hasi Tes......................................................................................... 92

4.1.3.2 Hasil Nontes .................................................................................. 106

4.2 Pembahasan................................................................................... 115

4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siswa

Kelas IX IA 2 SMA Negeri 9 Semarang Setelah Mengikuti

Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual Komponen

Pemodelan dan Inkuiri .................................................................... 115

4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 9

Semarang Setelah mengikuti Pembelajaran dengan Pendekatan

Kontekstual Komponen Pemodelan dan Inkuiri ............................. 118

BAB V PENUTUP.............................................................................................. 123

5.1 Simpulan ............................................................................................... 123

5.2 Saran...................................................................................................... 125

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 126

LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 128

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Penilaian ....................................................................................... 49


Tabel 2 Kriteria Penilaian Proposal Kegiatan .................................................... 50
Tabel 3 Penilaian Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan............................. 52
Tabel 4 Hasil Tes Kognitif ................................................................................. 60
Tabel 5 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus............. 60
Tabel 6 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus Aspek
Kelengkapan Unsur............................................................................... 63
Tabel 7 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ...................................................... 64
Tabel 8 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus Aspek
Pilihan Kata........................................................................................... 65
Tabel 9 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus Aspek
Penyusunan Kalimat ............................................................................. 66
Tabel 10 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus Aspek
Kesesuaian Tiap Unsur ......................................................................... 67
Tabel 11 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus Aspek
Sistematika Penulisan ........................................................................... 68
Tabel 12 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus Aspek
Kerapian Tulisan ................................................................................... 69
Tabel 13 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I............... 70
Tabel 14 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Kelengkapan Tiap Unsur ...................................................................... 72
Tabel 15 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ...................................................... 74
Tabel 16 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Pilihan Kata........................................................................................... 75
Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Penyusunan Kalimat ............................................................................. 77
Tabel 18 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Kesesuaian Tiap Unsur ......................................................................... 78
Tabel 19 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Sistematika Penulisan ........................................................................... 80
Tabel 20 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Kerapian Tulisan ................................................................................... 81
Tabel 21 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II.............. 93
Tabel 21 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Kelengkapan Tiap Unsur ...................................................................... 96
Tabel 22 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ...................................................... 98
Tabel 23 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Pilihan Kata......................................................................................... 100
Tabel 24 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Penyusunan Kalimat ........................................................................... 102

xii
Tabel 25 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Kesesuaian Tiap Unsur ....................................................................... 104
Tabel 26 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Sistematika Penulisan ......................................................................... 105
Tabel 27 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Kerapian Tulisan ................................................................................. 107
Tabel 28 Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan...................... 118
Tabel 29 Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II ................................................ 122

xiii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus........... 61


Grafik 2 Pencaran Nilai Tes Pratindakan .......................................................... 62
Grafik 3 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I ............ 71
Grafik 4 Pencaran Nilai Tes Siklus I ................................................................. 71
Grafik 5 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Kelengkapan Unsur ............................................................................ 73
Grafik 6 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca .................................................... 75
Grafik 7 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Pilihan Kata......................................................................................... 76
Grafik 8 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Penyusunan Kalimat ........................................................................... 78
Grafik 9 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Kesesuaian Tiap Unsur ....................................................................... 79
Grafik 10 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Sistematika Penulisan ......................................................................... 81
Grafik 11 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I Aspek
Kerapian Tulisan ................................................................................. 82
Grafik 12 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II............ 94
Grafik 13 Pencaran Nilai Tes Siklus II................................................................ 95
Grafik 14 Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek Kelengkapan
Unsur ................................................................................................... 97
Grafik 15 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca .................................................... 99
Grafik 16 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Pilihan Kata......................................................................................... 100
Grafik 17 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Penyusunan Kalimat ........................................................................... 103
Grafik 18 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Kesesuaian Tiap Unsur ....................................................................... 104
Grafik 19 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Sistematika Penulisan ......................................................................... 106
Grafik 20 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II Aspek
Kerapian Tulisan ................................................................................. 107
Grafik 21 Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan ..................... 120

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus I.................................................. 90

Gambar 2 Kegiatan Siswa Mengamati Model Siklus I......................................... 91

Gambar 3 Kegiatan Siswa Berdiskusi Siklus I ..................................................... 91

Gambar 4 Kegiatan Menempelkan Hasil Karya di Dinding Kelas Siklus I.......... 92

Gambar 5 Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus II ................................................ 114

Gambar 6 Kegiatan Mengamati Model Siklus II .................................................. 115

Gambar 7 Kegiatan Diskusi Siswa Siklus II ......................................................... 116

Gambar 8 Kegiatan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II .................................... 116

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Penilaian Tes Menulis Proposal Kegiatan ......................... 130


Lampiran 2 Kriteria Penilaian .............................................................................. 131
Lampiran 3 Pedoman Observasi .......................................................................... 133
Lampiran 4 Lembar Jurnal .................................................................................... 138
Lampiran 5 Pedoman Wawancara ........................................................................ 139
Lampiran 6 Rencana Pembelajaran Siklus I ......................................................... 140
Lampiran 7 Rencana Pembelajaran Siklus I ......................................................... 141
Lampiran 8 Model Proposal Kegiatan .................................................................. 142
Lampiran 9 Daftar Subjek Penelitian.................................................................... 146
Lampiran 10 Hasil Prasiklus ................................................................................. 150
Lampiran 11 Hasil Siklus I ................................................................................... 162
Lampiran 12 Hasil Siklus II .................................................................................. 163
Lampiran 13 Proposal Kegiatan Pratindakan........................................................ 164
Lampiran 14 Proposal Kegiatan Siklus I .............................................................. 165
Lampiran 15 Proposal Kegiatan Siklus II ............................................................. 166
Lampiran 16 Hasil Observasi Siklus I .................................................................. 186
Lampiran 17 Hasil Observasi Siklus II ................................................................ 187
Lampiran 18 Hasil Jurnal Siklus I......................................................................... 188
Lampiran 19 Hasil Jurnal Siklus II ....................................................................... 191
Lampiran 20 Hasil Wawancara Siklus I................................................................ 194
Lampiran 21 Hasil Wawancara Siklus II .............................................................. 197
Lampiran 22 Surat Izin Penelitian......................................................................... 200
Lampiran 23 Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................................ 201

xvi
SARI

Noorrodliyah, Asri. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal


Kegiatan dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inkuiri
dan Pemodelan pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 09
Semarang Tahun Pelajaran 2004/ 2005. Skripsi. Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan seni,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Wagiran,
M.Hum., Pembimbing II: Drs. Suparyanto.
Kata kunci: keterampilan menulis, proposal kegiatan, pendekatan kontekstual
komponen inkuiri, komponen pemodelan

Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) mata pelajaran


Bahasa Indonesia merupakan refleksi atau pengkajian ulang terhadap
Kurikulum 1994. Kurikulum 2004 mengutamakan pencapaian standar
kompetensi siswa. Dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk aktif dan kreatif
memperoleh pengetahuan, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan
motivator bagi siswa. Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih menekankan pada
empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Dalam kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas XI SMA, ada beberapa kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa, untuk keterampilan menulis salah satunya adalah menulis proposal.
Mengingat pentingnya kemampuan menulis proposal, maka kompetensi dasar
menulis proposal harus benar-benar dikuasai siswa. Berdasarkan hasil tes
awal dan wawancara dengan guru kelas, keterampilan menulis proposal
kegiatan siswa kelas XI IA 2 SMA 09 Semarang masih rendah, hal ini terlihat
pada nilai rata-rata hasil tes yang belum mencapai target. Rendahnya
keterampilan siswa ini disebabkan oleh faktor dari siswa dan faktor pola
pembelajaran guru yang kurang tepat. Pendekatan kontekstual komponen
inkuiri dan pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis proposal
kegiatan. Pendekatan kontekstual membantu guru mengaitkan materi dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong keaktifan siswa untuk
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian tindakan
kelas dengan mengangkat masalah; 1) apakah pendekatan kontekstual
komponen inkuiri dan pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis
proposal kegiatan siswa kelas XI IA 2 SMA 09 Semarang? dan 2) apakah
terjadi perubahan perilaku siswa kelas XI IA 2 setelah mengikuti
pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual
komponen inkuiri dan pemodelan? Berdasarkan masalah yang dikaji dalam
penelitian ini, tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui apakah pendekatan
kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri dapat meningkatkan
keterampilan siswa kelas XI IA 2 dalam menulis proposal kegiatan, dan 2)
mengetahui apakah terjadi perubahan perilaku siswa kelas XI IA 2 dalam

1
2

menulis proposal kegiatan setelah dilakukan pembelajaran dengan


pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I
dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Data penelitian diambil melalui tes dan nontes. Alat
pengambilan data berupa pedoman observasi, wawancara, jurnal, dan
dokumentasi foto. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis proposal
kegiatan siswa kelas XI IA 2 mengalami peningkatan setelah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan
pemodelan. Peningkatan keterampilan siswa ini dapat dilihat dari hasil tes
prasiklus, siklus I dan siklus II. Hasil tes prasiklus nilai rata-rata siswa 53,7.
Setelah dilakukan tindakan siklus I, nilai rata-rata siswa menjadi 68,9, artinya
terjadi peningkatan sebesar 18,89% dari prasiklus. Setelah dilakukan
tindakan siklus II, nilai rata-rata menjadi 76,1 atau meningkat sebesar
19,05%. Masing-masing aspek dalam menulis proposal kegiatan juga
mengalami peningkatan. Aspek kelengkapan unsur skor rata-rata prasiklus
sebesar 10,7, rata-rata siklus I sebesar 13,9 dan rata-rata siklus II sebesar
17,1. Aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada prasiklus sebesar 5,8,
siklus I menjadi 6,7, dan pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi
8,1. Pada prasiklus, aspek pilihan kata skor rata-rata sebesar 10,6, siklus I
12,6, dan pada siklus II meningkat menjadi 14,7. Aspek penyusunan kalimat
pada prasiklus sebesar 9,6, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 10,6,
pada siklus II menjadi sebesar 12,9. Aspek kesesuaian tiap unsur pada
prasiklus sebesar 4,9, siklus I meningkat menjadi 5,9 dan siklus II menjadi
7,3. Aspek sistematika pada prasiklus skor rata-rata sebesar 4,9, pada siklus I
meningkat menjadi 6,4, dan pada siklus II menjadi 7,6. Aspek kerapian
tulisan untuk prasiklus sebesar 7,1, pada siklus I meningkat menjadi 7,7 dan
pada siklus II meningkat lagi menjadi 8,4.
Peningkatan keterampilan menulis proposal kegiatan ini diikuti
dengan perubahan perilaku siswa keles XI IA 2. perilaku negatif siswa
berubah menjadi perilaku positif. Pada siklus II siswa terlihat menikmati
pembelajaran, mereka juga semakin aktif dan bersemangat mengikuti
pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual
komponen inkuiri dan pemodelan.
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian yaitu, (1)
pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan dapat dijadikan
alternatif untuk membelajarkan keterampilan menulis khususnya
keterampilan menulis proposal kegiatan. (2) peneliti lain hendaknya
termotivasi untuk melengkapi penelitian ini dengan menerapkan pendekatan
lain yang dapat meningkatkan keterampilan menulis proposal kegiatan siswa;
(3) peneliti di bidang pendidikan maupun di bidang bahasa hendaknya selalu
termotivasi untuk melakukan penelitian tentang teknik-teknik pembelajaran
sehingga diperoleh alternatif teknik pembelajaran baru khususnya
pembelajaran menulis.
3

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

Ujian Skripsi.

Semarang, Agustus 2005

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Wagiran, M. Hum. Drs. Suparyanto


NIP 132050001 NIP 132238498
4

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Semarang

pada hari : Rabu


tanggal : 31 Agustus 2005

Panitia Ujian Skripsi

Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Rustono Drs. Agus Yuwono, M.Si.


NIP 131281222 NIP 132049997

Penguji I, Penguji II, Penguji III,

Drs. Subyantoro, M.Hum. Drs. Suparyanto Drs. Wagiran, M.Hum.


NIP 132005032 NIP 130516901 NIP 132050001
5

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2005

Asri Noorrodliyah
6

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kesabaran dan ketabahan mempunyai efek ajaib yang bisa menghilangkan


kesulitan dan melenyapkan rintangan.

( John Quincy Adams )

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:


1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa
memanjatkan doa dan mencurahkan
kasih sayang yang tulus kepada penulis.

2. Kakak tersayang, Mba Ipung, dan Mas

Budi serta Si kecil Nasywa atas segala

doa dan dorongan semangat yang telah

diberikan

3. Embah yang senantiasa memanjatkan

doa dan belaian kasih sayangnya.

4. Eko Purnomo, yang telah memberikan

warna indah dalam perjalanan hidupku.

5. Teman-teman PBSI angkatan 2001

6. Guru-guruku atas bekal ilmu

pengetahuan yang diberikan.

7. Almamaterku tercinta.
7

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis ini dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan dengan

Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dan Inkuiri pada Siswa Kelas

XI IA 2 SMA Negeri 09 Semarang. Penulisan skripsi ini sebagai upaya

meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan.

Penulis ini menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini

tidak terlepas dari masukan, arahan dan bimbingan yang telah diberikan

dengan tulus ikhlas dan sabar oleh Drs. Wagiran, M.Hum., Dosen

Pembimbing I dan Drs. Suparyanto, Dosen Pembimbing II, selama

penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ini juga menyampaikan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Rustono, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian

kepada penulis.

2. Drs. Mukh Doyin, M.Si., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang yang telah

memberikan izin penelitian dan segala kemudahan bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis selama

duduk di bangku perkuliahan.


8

4. Kepala SMA Negeri 9 Semarang atas izin yang diberikan untuk

melakukan penelitian di SMA Negeri 9 Semarang.

5. Bu Nur, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 9

Semarang atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada penulis.

6. Keluargaku terkasih yang senantiasa mendukung langkahku dengan

iringan doa dan belaian kasih sayang.

7. Sahabat-sahabatku Wahyul, Juleha, Mba Fajri, Arum, Hesti ‘Ndut’,

Vita, dan Erni atas segala doa dan dorongan semangat yang diberikan.

8. Teman-teman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2001

atas doa, bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah membantu terselesaikannya skripsi ini

Semoga segala bantuan, dukungan dan pengorbanan yang telah

diberikan kepada saya menjadi amal yang dapat diterima dan mendapat

balasan yang setimpal dari Allah S.W.T. Penulis ini juga berharap agar

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis ini
9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi sudah

dilaksanakan di Indonesia mulai tahun ajaran 2004/ 2005. Kurikulum 2004

merupakan refleksi atau pengkajian ulang terhadap kurikulum 1994.

Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi mengutamakan

pencapaian standar kompetensi setiap siswa. Melalui penerapan kurikulum

berbasis kompetensi diharapkan mutu pendidikan di Indonesia dapat

meningkat, yang pada akhirnya menghasilkan lulusan-lulusan yang

berkualitas sebagai generasi penerus bangsa yang dapat dihandalkan.

Di Semarang saat ini, Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis

Kompetensi) sudah dilaksanakan di sekolah-sekolah negeri maupun swasta,

mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan

Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat. SMA Negeri 9

Semarang adalah salah satu sekolah yang sudah menggunakan kurikulum

2004. Tentu saja kurikulum ini mencakup semua mata pelajaran termasuk

mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) mata pelajaran

Bahasa Indonesia menitikberatkan pada pencapaian kompetensi siswa yang

meliputi penguasaan empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa


10

Indonesia yang berpedoman pada kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis

Kompetensi), dalam pelaksanaannya guru bertindak sebagai fasilitator dan

motivator bagi siswa, jadi guru tidak menyampaikan materi-materi secara

langsung melalui ceramah kepada siswa, melainkan siswa yang dituntut

untuk aktif dan kreatif memperoleh pengetahuan dengan bimbingan guru.

Siswa tidak hanya menerima dan menghafal materi tentang tata bahasa,

pemajasan, dan sebagainya, tetapi lebih ditekankan pada penguasaan empat

keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca

dan menulis. Begitu juga dengan pembelajaran sastra, siswa harus mampu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sastra, bukan sekadar

menghafalkan sejarah sastra atau teori sastra. Siswa harus aktif dan kreatif

menerapkan teori-teori kebahasaan maupun kesusastraan dalam kehidupan

nyata.

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah mempelajari bagaimana

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Seseorang bisa dikatakan

berhasil jika dia mampu memanfaatkan bahasa untuk berkomuniukasi, bukan

sekadar menghafalkan teori-teori kebahasaan. Mempelajari bahasa meliputi

empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Bersama dengan empat keterampilan tadi kita juga

belajar mengenai kosa kata dan tata bahasa.

Keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa

merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis juga merupakan

kegiatan komunikasi tidak langsung. Ada dua istilah yang berhubungan


11

dengan kegiatan menulis, yaitu mengarang dan menulis. Kegiatan mengarang

akan menghasilkan sebuah karangan, sedangkan kegiatan menulis akan

menghasilkan tulisan. Perbedaan dari keduanya yaitu, tulisan dilandasi fakta,

pengalaman, pengamatan, penelitian, pemikiran, atau analisis suatu masalah.

Contoh tulisan antara lain: makalah, proposal, artikel, buku umum dan buku

pelajaran. Sebaliknya karangan banyak dipengaruhi oleh imajinasi dan

perasaan pengarang, misalnya cerpen, novel, puisi (Wiyanto 2004:3). Jadi

dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis memiliki cakupan yang luas,

tidak hanya yang disebutkan di atas, membuat surat, pengumuman atau

laporan juga termasuk kegiatan menulis. Pada kenyataannya keterampilan-

keterampilan menulis surat, proposal, pengumuman, atau laporan sering

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh kemampuan menulis proposal, proposal merupakan

suatu bentuk rencana atau rancangan yang tertuang dalam bahasa tulis. Jika

kita akan menyelenggarakan suatu kegiatan, biasanya terlebih dahulu kita

harus menyusun sebuah proposal kegiatan untuk keperluan permohonan izin

atau permohonan bantuan dana. Begitu juga ketika kita akan melakukan

penelitian ilmiah.

Dalam kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI,

terdapat kompetensi dasar menulis proposal. Mengingat pentingnya

kemampuan menulis proposal, maka kompetensi dasar menulis proposal

harus benar-benar dikuasai oleh siswa. Guru harus pandai memilih

pendekatan dan metode yang tepat sehingga indikator yang diharapkan dapat
12

tercapai, yaitu siswa mampu menyebutkan unsur-unsur proposal dan mampu

menulis proposal dengan baik. Pendekatan dan metode yang digunakan guru

juga harus mampu merangsang siswa untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam

proses pembelajaran.

Pendekatan kontekstual merupakan sebuah alternatif dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia yang berpedoman pada kurikulum 2004.

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru

untuk mengaitkan materi yang disampaikan dengan situasi dunia nyata siswa

dan mendorong keaktifan siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang

dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga maupun masyarakat (Depdiknas 2003:4).

Dalam pendekatan kontekstual ada beberapa komponen, di antaranya

adalah komponen inkuiri (menemukan) dan modelling (pemodelan). Inkuiri

berarti menemukan, jadi siswa lebih aktif untuk menemukan pengetahuan-

pengetahuan baru, bukan semata-mata menghafal materi dari guru.

Pemodelan (modelling) adalah pemberian contoh dalam proses pembelajaran,

sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan baru dari model atau contoh

yang dihadirkan guru.

Berdasarkan pengamatan penulis, hanya sebagian kecil siswa dalam

satu kelas yang aktif saat mengikuti pembelajaran. Selain itu, masih ditemui

guru yang memilih metode ceramah dalam menyampaikan materi, sehingga

siswa terbiasa hanya menerima pengetahuan dari guru, begitu juga yang

terjadi di SMA Negeri 9 Semarang. Pendekatan kontekstual komponen


13

pemodelan dan inkuiri dirasa tepat untuk pembelajaran menulis proposal.

Siswa tidak akan menghafalkan pengertian proposal, jenis-jenis proposal atau

bagian-bagian proposal yang didapatkan dari ceramah guru. Akan tetapi

siswa akan menemukan sendiri pengetahuan tersebut dari contoh, kemudian

mampu menulis proposal yang baik untuk berbagai keperluan.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, di SMA Negeri 9

Semarang kelas XI IA 2, kompetensi dasar menulis proposal kegiatan telah

diajarkan, tetapi hasil pembelajaran belum mencapai target nilai yang

ditetapkan, yaitu 70. Pembelajaran menulis proposal dilaksanakan melalui

ceramah dan pemberian contoh. Waktu untuk pembelajaran menulis proposal

relatif singkat sehingga belum dapat diketahui apakah seluruh siswa telah

menguasai kompetensi dasar tersebut. Proposal yang ditulis oleh siswa juga

masih terdapat banyak kesalahan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan

dan inkuiri untuk pembelajaran kompetensi dasar menulis proposal kegiatan.

Dalam penelitian ini penulis memilih judul Peningkatan Keterampilan

Menulis Proposal Kegiatan dengan Pendekatan Kontekstual Komponen

Pemodelan dan Inkuiri pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 9 Semarang.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, kompetensi

dasar menulis proposal kegiatan telah diajarkan, tetapi dari hasil kerja siswa
14

teridentifikasi beberapa masalah berkaitan dengan pembelajaran menulis

proposal kegiatan. Masalah-masalah tersebut adalah 1) siswa memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang terbatas tentang proposal kegiatan, 2)

siswa memiliki penguasaan kosa kata dan kemampuan menggunakan ejaan

yang terbatas, 3) siswa belum mampu menulis proposal kegiatan dengan baik.

Masalah lain dalam pembelajaran menulis proposal kegiatan adalah

penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat. Guru hanya

memberikan ceramah dan memberikan contoh dalam membelajarkan menulis

proposal kegiatan, tetapi dalam waktu yang singkat sehingga kurang optimal.

Kemudian siswa menulis proposal kegiatan secara berkelompok. Pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri paling tepat digunakan dalam

membelajarkan menulis proposal kegiatan karena dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri dihadirkan model yang dapat

dilihat dan dipelajari secara langsung oleh siswa, selain itu siswa juga

dituntut aktif menemukan sendiri pengetahuan tentang proposal kegiatan.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

ada beberapa masalah yang muncul dalam pembelajaran menulis. Tetapi pada

penelitian ini dibatasi pada penggunaan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan dan inkuiri dalam membelajarkan keterampilan menulis proposal

kegiatan siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 9 Semarang.


15

1.4 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan

inkuiri dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas XI IA 2 dalam

menulis proposal kegiatan?

2. Apakah terjadi perubahan perilaku siswa kelas XI IA 2 dalam menulis

proposal kegiatan setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan dan inkuiri dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas

XI IA 2 dalam menulis proposal kegiatan.

2. Mengetahui apakah terjadi perubahan perilaku siswa kelas XI IA 2

setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dan inkuiri.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan

manfaat teoretis.
16

1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini yaitu dapat meningkatkan

keterampilan siswa menulis proposal kegiatan dan meningkatkan

keaktifan dalam pembelajaran karena dalam penelitian ini peserta

didiklah yang menjadi subjek penelitian. Selain itu, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi guru mata pelajaran

Bahasa Indonesia tentang pendekatan kontekstual komponen

pemodelan dan inkuiri dalam pembelajaran menulis proposal kegiatan.

2. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan teori tentang pendekatan pembelajaran khususnya

pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri bagi

pembelajaran Bahasa Indonesia.


17

BAB II

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Kenyataan bahwa keterampilan menulis siswa masih rendah sampai

saat ini masih dirasakan. Hal ini yang membuat banyak peneliti mengangkat

topik ini. Keterampilan menulis yang menjadi penelitian sampai saat ini

masih terbatas pada keterampilan menulis berbagai jenis karangan, padahal

keterampilan menulis tidak hanya keterampilan menulis karangan, menulis

laporan, surat, atau proposal juga termasuk keterampilan menulis. Untuk itu,

penelitian di bidang menulis masih cukup luas dan masih banyak yang harus

diteliti untuk menyempurnakan penelitian terdahulu.

Di bawah ini disajikan penelitian-penelitian mengenai keterampilan

menulis, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Sukris (2000), Solekhah

(2002), Suryanto (2004), Ziyadati (2004), dan Astuti (2004).

Sukris (2000) dalam penelitian yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Wacana Narasi Melalui Media Reka Cerita

Bergambar pada Kelas IIE SLTP Negeri 3 Jekulo, menyimpulkan bahwa

penggunaan media reka cerita bergambar dapat meningkatkan keterampilan

menulis wacana narasi ekspositoris dan dapat mengubah perilaku negatif

siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, menjadi perilaku positif.

Perubahan ini ditandai dengan sikap tak acuh menjadi tertarik, enggan

menjadi bersemangat, siswa yang ragu-ragu menjadi lebih percaya diri dan
18

sikap pasif menjadi aktif. Peningkatan keterampilan menulis karangan narasi

dapat dilihat dari hasil tes yang mengalami peningkatan.

Solekhah (2002) melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Metode Karya Wisata

pada Siswa Kelas II/I MA GUPPI Rakit Banjarnegara. Menyimpulkan bahwa

kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi meningkat setelah

digunakan metode karya wisata dalam pembelajaran menulis deskripsi. Hal

ini terbukti dengan hasil tes yang mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai

rata-rata 53,45 sedangkan pada siklus II menjadi 59,36. Selain itu, hasil

wawancara menunjukkan bahwa siswa lebih mudah menemukan dan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan metode karya wisata.

Suryanto (2004) melakukan penelitian dengan judul Peningkatan

Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Teknik Modelling pada

Siswa Kelas IID SLTP 1 Sukorejo Kendal. Dari hasil penelitian ini dapat

terlihat bahwa keterampilan menulis karangan narasi siswa mengalami

peningkatan setelah dihadirkan model dalam pembelajaran. Dengan adanya

model, siswa lebih mudah memahami seperti apa karangan narasi itu, mereka

juga lebih bersemangat menulis karangan, sehingga hasil tes menunjukkan

peningkatan. Berarti dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknik modelling

cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi

siswa.

Penelitian lain dilakukan oleh Ziyadati (2004). Penelitiannya diberi

judul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan


19

Elemen Bertanya Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas IIE SMP

Negeri Garung Kabupaten Wonosobo. Dari hasil penelitiannya terbukti

bahwa pendekatan kontekstual elemen bertanya dapat meningkatkan

keterampilan menulis karangan deskripsi. Sebelum dilakukan pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual elemen bertanya, nilai rata-rata kelas

keterampilan menulis karangan deskripsi sebesar 50,37 dan sebagian besar

siswa tidak bisa membedakan karangan narasi dengan karangan deskripsi.

Setelah dilakukan pembelajaran dengan elemen bertanya pendekatan

kontekstual, rata-rata nilai siswa sebesar 65,91, artinya ada peningkatan

sebesar 27,54, hasil siklus II menjadi 77,91. Perilaku siswa juga mengalami

perubahan ke arah positif. Kelemahan dari penelitian ini adalah siswa dalam

menulis karangan deskripsi terpaku pada pertanyaan-pertanyaan guru, siswa

tidak menemukan sendiri ide pokok atau gagasan dalam karangannya.

Penelitian yang dilakukan Astuti (2004) dengan judul Peningkatan

Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Pendekatan Kontekstual

Komponen Pemodelan pada Siswa Kelas II PS 4 SMK Negeri 8 Semaran,g

membahas masalah upaya peningkatan keterampilan menulis karangan narasi

siswa kelas II PS 4 SMK Negeri 8 Semarang tahun pelajaran 2003/2004.

Dengan menghadirkan model dalam pembelajaran, ternyata kemampuan siswa

dalam menulis karangan narasi mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat

setelah membandingkan hasil tes pratindakan, hasil tes siklus I dan siklus II.
20

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat diketahui bahwa penelitian

tindakan kelas tentang keterampilan menulis siswa sangat menarik dan

banyak peneliti yang mengkaji topik tersebut. Akan tetapi penelitian-

penelitian di atas hanya berkisar pada peningkatan keterampilan menulis

karangan. Padahal seperti yang telah diketahui keterampilan menulis tidak

hanya sebatas menulis berbagai jenis karangan, tetapi kita juga dituntut untuk

terampil menulis surat resmi, pengumuman, laporan maupun proposal.

Penelitian mengenai upaya peningkatan keterampilan menulis

proposal belum pernah dilakukan. Penelitian tentang penggunaan pendekatan

kontekstual berdasarkan tinjauan pustaka di atas sudah pernah dilakukan,

tetapi hanya menekankan pada salah satu komponen. Untuk itu, peneliti

mencoba untuk melakukan penelitian tentang peningkatan keterampilan

menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual penekanan pada

komponen pemodelan dan inkuiri. Penelitian ini sebagai pelengkap

penelitian-penelitian tentang upaya peningkatan keterampilan menulis yang

sudah pernah dilakukan.

2.2 Landasan Teoretis

Teori-teori yang akan dipaparkan berkaitan dengan penelitian ini

meliputi teori tentang keterampilan menulis, pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dan inkuiri, pembelajaran menulis proposal dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri. Teori-teori ini

akan menjadi landasan dalam penelitian ini.


21

2.2.1 Keterampilan Menulis

Teori tentang keterampilan menulis yang akan dipaparkan di sini

meliputi hakikat menulis, tujuan menulis, ragam tulisan, manfaat menulis dan

proposal kegiatan.

2.2.1.1 Hakikat Keterampilan Menulis

Tarigan (1986:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam

kegiatan menulis seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,

struktur bahasa dan kosa kata untuk menyampaikan maksud serta tujuan yang

ingin diungkapkan. Menulis adalah keterampilan menurunkan atau

melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa

yang dapat dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca

lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan

gambaran grafik yang dituliskan.

Akhadiah (1996:13) memberi pengertian bahwa menulis adalah suatu

aktivitas komunikasi bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya.

Tulisan itu terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna. Dalam komunikasi

tertulis paling tidak terdapat tiga unsur yang terlibat, yaitu penulis sebagai

penyampai pesan atau isi tulisan, saluran atau medium tulisan, dan pembaca

sebagai penerima pesan.

Menurut Marwoto (1987:12) menulis adalah kegiatan seseorang

mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman-


22

pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak

dibaca dan bisa dipahami orang lain. Maka dari itu, tulisan atau karangan

mempunyai teknis pengungkapan yang komunikatif dan menunjukkan

kerangka berpikir rasional. Kegiatan menulis sangat mementingkan unsur

pikiran, penalaran, dan data faktual karena itu wujud yang dihasilkan dari

kegiatan menulis berupa tulisan ilmiah atau nonfiksi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung dengan memanfaatkan

grafologi, struktur bahasa dan kosa kata sehingga menghasilkan tulisan yang

runtut, ekspresif dan mudah dipahami untuk mengungkapkan ide, pikiran

atau gagasan kepada orang lain. Keterampilan menulis menuntut pengalaman,

waktu, kesempatan, dan latihan. Melalui latihan dan praktik secara terus

menerus serta teratur akan meningkatkan keterampilan menulis.

2.2.1.2 Tujuan Menulis

Setiap kita melakukan sesuatu pasti ada tujuan tertentu yang hendak

kita capai. Begitu juga dengan kegiatan menulis. Tujuan kegiatan menulis

adalah menyampaikan ide, gagasan atau buah pikiran melalui bahasa tulis.

Tujuan lain dari kegiatan menulis adalah untuk menyampaikan informasi

secara tertulis kepada orang lain atau umum.

Hugo Hartig dalam Tarigan (1986:24) menyebutkan bahwa tujuan

kegiatan menulis ada tujuh, yaitu assigment puspose (tujuan penugasan),


23

altruistic purpose (tujuan altruistik), persuasive purpose (tujuan persuasif),

informational purpose (tujuan informasional,tujuan penerangan), self

ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri), creative purpose (tujuan

kreatif), dan problem solving purpose (tujuan pemecahan masalah).

Kegiatan menulis dengan tujuan penugasan (assigment purpose) jika

penulis melakukan kegiatan menulis karena adanya tugas, bukan atas

kemauan sendiri. Contoh kegiatan menulis yang memiliki tujuan penugasan

adalah para siswa yang merangkum buku karena tugas dari guru, sekretaris

yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat. Mereka melakukan

kegiatan menulis tetapi bukan karena kemauan sendiri.

Tujuan altruistik yaitu menulis untuk menyenangkan para pembaca

sehingga dapat menghilangkan kedukaan para pembaca, menolong para

pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya. Penulis ingin

membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan

karyanya itu. Tujuan altruistik adalah kunci keterbacaan suatu tulisan.

Seseorang tidak akan dapat menulis secara tepat guna kalau dia percaya, baik

secara sadar maupun tidak sadar bahwa pembaca sebagai penikmat karyanya

adalah lawan atau musuh.

Menulis dengan tujuan persuasif akan menghasilkan tulisan yang

mampu meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

Akan tetapi banyak penulis yang melakukan kegiatan menulis dengan tujuan

memberi informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca maka

tulisan yang dihasilkan berupa paparan atau deskripsi.


24

Tujuan lain dari kegiatan menulis yaitu pernyataan diri. Penulis ingin

memperkenalkan diri sang pengarang melalui tulisan yang ditulis sehingga

pembaca dapat mengetahui atau mengenalnya dengan jelas.Tujuan lain yang

erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri yaitu tujuan kreatif atau

kreatif purpose. Akan tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan

diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau

seni yang ideal, seni yang menjadi idaman. Hasil dari kegiatan ini berupa

tulisan-tulisan dengan nilai artistik dan mengandung nilai kesenian.

Selain tujuan-tujuan di atas, adakalanya penulis ingin memecahkan

masalah yang dihadapi dengan menulis. Melalui tulisannya, penulis ingin

menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat

pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan

diterima oleh pembaca. Kegiatan menulis seperti ini memiliki tujuan

memecahkan masalah (problem solving).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan menulis memiliki

tujuan yang beragam. Oleh karena itu, kegiatan menulis menghasilkan

beragam jenis tulisan sesuai dengan maksud dan tujuan penulis.

Dalam kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

SMA kelas XI, standar kompetensi untuk keterampilan menulis adalah siswa

mampu mengungkapkan gagasan, pendapat dan perasaan dalam bentuk

paragraf eksposisi (deduktif dan induktif), baik dari pikiran sendiri maupun

dari berbagai tulisan nonsastra, dalam berbagai bentuk (baik berupa memo,

surat, proposal, atau karya ilmiah).


25

Dari standar kompetensi tersebut, ada delapan kompetensi dasar yang

harus dikuasai siswa, yaitu (1) menulis karangan, (2) melengkapi karya tulis

dengan daftar pustaka dan catatan kaki, (3) menulis surat niaga, surat kuasa

dan memo, (4) menulis proposal, (5) menulis ringkasan isi buku, (6) menulis

rangkuman diskusi panel atau seminar, (7) menulis notulen rapat, (8) menulis

karya ilmiah.

Tentu saja kedelapan kompetensi dasar tersebut harus dikuasai siswa.

Dalam penelitian ini yang menjadi objeknya adalah keterampilan menulis

proposal. Tujuan pembelajaran menulis proposal adalah siswa mampu

mendaftar komponen atau unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah proposal,

tujuan yang utama adalah siswa mampu menulis proposal sesuai dengan

keperluan. Penelitian ini memfokuskan pada penulisan proposal kegiatan.

Jadi setelah mengikuti pembelajaran diharapkan siswa mampu menulis

proposal kegiatan dengan baik dan benar.

2.2.1.3 Ragam Tulisan

Banyak ahli yang telah membuat klasifikasi mengenai tulisan, Tarigan

(1986:26) memberikan contoh beberapa klasifikasi yang pernah dibuat oleh

para ahli, yaitu klasifikasi yang dibuat Salisbury dan Chenfeld. Salisbury

dalam Tarigan (1986:26) membedakan ragam tulisan berdasarkan bentuk

tulisan, yaitu, a) bentuk-bentuk objektif yang mencakup: penjelasan yang

terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dokumen. b) bentuk-bentuk

subjektif, yang mencakup: otobiografi, surat-surat, penilaian pribadi, esai

informal, potret/ gambaran, satire.


26

Chenfeld dalam Tarigan (1986:28) membuat klasifikasi atas: 1) tulisan

kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi, 2) tulisan

ekspositori yang mencakup penulisan surat, laporan, resensi buku, rencana

penelitian.

Berdasarkan uraian tentang ragam tulisan yang telah dikemukakan di

atas, dapat disimpulkan bahwa tulisan itu beragam, dapat dilihat dari

bentuknya maupun sifat tulisan tersebut. Berdasarkan bentuknya dikenal

tulisan yang berupa penjelasan yang terperinci, laporan atau dokumen, surat-

surat, otobiografi, esai. Berdasarkan sifat tulisannya ada tulisan kreatif

misalnya artikel, karya ilmiah, cerpen, novel dan tulisan ekspositori yang

mencakup penulisan surat, laporan, resensi buku, rencana penelitian.

Proposal merupakan salah satu contoh tulisan yang berdasarkan bentuknya

termasuk jenis tulisan objektif. Dilihat dari sifat tulisan, proposal termasuk

tulisan ekspositori.

2.2.1.4 Manfaat Menulis

Banyak sekali manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh dari

kegiatan menulis. Menurut Akhadiah dalam Suriamiharja, dkk. (1996:4) ada

delapan manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan menulis, yaitu:

Pertama, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengenali

kemampuan dan potensi dirinya. penulis dapat mengetahui sampai di mana

pengetahuannya mengenai suatu topik karena menulis berarti

mengembangkan suatu topik tertentu dan proses pengembangan tersebut

membutuhkan keterampilan berpikir dan menggali pengetahuannya.


27

Kedua, penulis dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan.

Seorang penulis harus bernalar, menghubungkan serta membanding-

bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. Manfaat yang

ketiga yaitu, penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai

informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Penulis juga dapat

memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang

berhubungan.

Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan

secara sistematis kemudian mengungkapkannya secara tersurat. Dengan

demikian, melalui tulisannya penulis dapat menjelaskan permasalahan yang

semula masih samar menjadi lebih jelas dan dimengerti oleh pembaca.

Kelima, penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara

lebih objektif. Keenam, dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan

lebih mudah memecahkan permasalahan karena dapat menganalisis tulisan

tersebut secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret.

Manfaat yang ketujuh adalah dengan menulis akan mendorong kita

untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah

masalah, bukan sekedar penyadap informasi dari orang lain. Manfaat yang

terakhir yaitu, menulis akan membiasakan kita berfikir serta berbahasa secara

tertib dan teratur jika kegiatan menulis tersebut dilakukan secara terencana.

2.2.2 Menulis Proposal

Istilah proposal sudah bukan hal yang asing dalam keseharian kita,

dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar kata proposal, membaca

proposal, bahkan menulis sebuah proposal. Lalu apa sebenarnya proposal itu?
28

2.2.2.1 Pengertian Proposal

Proposal merupakan rencana yang disusun untuk kegiatan tertentu

atau bisa juga dikatakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan

kerja (Hasnun 2004:84). Proposal bersifat memberitahukan yang disertai

harapan dan permohonan. Oleh karena itu, dalam sebuah proposal diuraikan

dengan jelas tentang apa yang direncanakan dan dibutuhkan. Untuk lebih

meyakinkan pembaca kadang sebuah proposal dilengkapi dengan gambar,

foto, jadwal kegiatan, peta, grafik atau hal-hal lain yang dibutuhkan agar

orang lain yang dikirimi tahu dan paham kegiatan-kegiatan yang akan

dilaksanakan.

Pengertian lain diberikan oleh Hamilton (2002:67) yang

mengemukakan bahwa proposal adalah sebuah instrumen penjualan. Proposal

yang dimaksud di sini adalah proposal proyek.

Menyusun sebuah proposal harus jelas, transparan dan membutuhkan

ketelitian serta kecermatan. Seorang penulis proposal harus teliti dan cermat

dalam merumuskan masalah serta cermat mendesain kegiatan yang

disesuaikan dengan dana dan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut (Hasnun

2004: 84).

Priyonggo dan Fanani (2004:7) mengemukakan bahwa keberhasilan

sebuah proposal perlu ditunjang dengan keahlian seseorang dalam

menuliskannya, bukan saja dasar pemikiran dan tujuan proyek atau kegiatan

yang jelas, namun juga kepiawaian dalam menjelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan kegiatan tersebut.


29

Proposal yang menarik akan memancing minat orang untuk

membacanya. Jika orang yang berminat itu benar-benar tertarik, maka inilah

keberhasilan penulisan proposal (Hamilton 2002: 215).

Tujuan penulisan proposal bisa bermacam-macam. Di antaranya

adalah untuk mendapatkan persetujuan dan mendapatkan bantuan dana

maupun sarana (Hasnun 2004: 84). Proposal ditulis dan diajukan misalnya

saat siswa akan mengadakan pameran atau studi banding, karang taruna akan

menyelenggarakan pelatihan komputer dan lain sebagainya. Tujuan yang

berbeda tersebut mempengaruhi bentuk proposal. Antara proposal kegiatan

studi banding tentu berbeda dengan proposal penelitian, meskipun dibuat

oleh orang atau kelompok yang sama dan ditujukan kepada pihak yang sama

pula (Hasnun 2004: 85). Perbedaan-perbedan tersebut meliputi (1) perbedaan

unsur proposal, (2) sasaran dan tujuan, (3) perbedaan bahasa yang digunakan.

2.2.2.2Unsur-unsur Proposal

Menurut Hasnun (2004:86) unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah

proposal adalah pendahuluan, dasar, maksud dan tujuan, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, faktor penghambat, faktor pendorong, kegiatan

dan tema kegiatan, masalah, visi dan misi, manfaat, populasi dan sampel,

sasaran dan target kegiatan, waktu dan tempat kegiatan, jadwal pelaksanaan,

peserta, teknik pelaksanaan, biaya yang diperlukan (anggaran), kesimpulan

dan saran, lampiran.


30

Tidak semua unsur dicantumkan dalam proposal, tergantung jenis dan

tujuan penulisan proposal. Untuk proposal kegiatan unsur-unsur yang harus

dicantumkan adalah (1) latar belakang, (2) dasar kegiatan (3) tujuan, (4)

kegiatan dan tema, (5) manfaat, (6) sasaran, (7) waktu dan tempat

pelaksanaan, (8) anggaran dana, dan (9) penutup.

Dalam latar belakang diuraikan dengan jelas dan singkat tentang

pokok permasalahan yang tentu saja berdasarkan isi dan tujuan proposal.

Misalnya proposal tentang pelaksanaan studi banding oleh OSIS SMA A,

maka dalam latar belakang harus dipaparkan secara singkat namun jelas hal-

hal yang melatarbelakangi pelaksanaan studi banding tersebut.

Dasar pelaksanaan juga perlu dicantumkan dalam proposal kegiatan.

Apa yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan tersebut. Misalnya dasar

pelaksanaan studi banding adalah program kerja OSIS SMA A periode 2004/

2005. Begitu juga dengan tujuan yang ingin dicapai serta manfaat yang ingin

dan akan diperoleh dari pelaksanaan kegiatan tersebut perlu dicantumkan

dalam proposal kegiatan. Selain tujuan dan manfaat, sasaran kegiatan yang

akan dilaksanakan juga bagian penting dalam proposal kegiatan. Kegiatan

tersebut dilaksanakan dengan sasaran siapa? Antara sasaran dan tujuan

berbeda tetapi keduanya saling mendukung.

Dalam proposal harus dituliskan dengan jelas bentuk kegiatan dan

tema kegiatan, juga kapan waktu pelaksanaan kegiatan, jika perlu

dilampirkan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan.


31

Anggaran adalah biaya yang direncanakan akan digunakan dalam

pelaksanaan kegiatan. Dalam menyusun anggaran disesuaikan dengan dana

yang diharapkan akan didapatkan dari pengajuan proposal tersebut. Jadi

dalam membuat anggaran dana tidak bisa dikira-kira atau dikarang, artinya

dana disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi objektif yang diperlukan.

Biaya yang dibutuhkan dirinci berdasarkan jenis kegiatan dan diperhatikan

harga yang sesuai. Oleh karena itu, kematangan dan ketelitian dalam

perhitungan sangat penting.

Bagian akhir dari proposal kegiatan adalah penutup. Penutup berisi

kesimpulan, rangkuman dan harapan terhadap apa yang disampaikan. Contoh

kalimat penutup misalnya, Demikian proposal kegiatan ini kami susun, atas

bantuan dan kerja sama Bapak kami sampaikan terima kasih.

2.2.2.3 Bahasa Proposal

Melihat dari tujuan penulisan proposal yaitu untuk permohonan

persetujuan atau permohonan dana, maka bahasa yang digunakan dalam

proposal berbeda dengan bahasa karangan atau prosa. Bahasa yang digunakan

harus jelas, jelas dalam memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan dan harus dapat meyakinkan pembaca sehingga tertarik pada

kegiatan yang akan dilaksanakan. Hasnun (2004:83) mengemukakan bahwa

dalam menulis proposal harus memperhatikan penempatan dan penggunaan

kata yang tepat, tidak menggunakan kalimat yang panjang dan

membingungkan, penggunaan paragraf serta penggunaan ejaan.


32

Menempatkan kata yang mempunyai arti sama secara bersamaan tidak

tepat, sebaiknya salah satu kata dihilangkan, misalnya penggunaan kata agar

dan supaya secara bersamaan menjadi agar supaya atau kata merupakan dan

adalah menjadi adalah merupakan. Juga perlu diperhatikan penggunaan kata

baku dan tidak baku, penggabungan kata dan sebagainya.

Dalam menulis proposal tidak ada tuntutan harus menggunakan

kalimat panjang karena kalimat yang panjang kadang membingungkan

pembaca, dampaknya isi proposal tidak terarah. Sebaiknya menggunakan

kalimat pendek dan jelas.

Paragraf yang baik harus memiliki kesinambungan dan runtut.

Keruntutan paragraf dapat dilihat dari paduan antara kalimat pertama dan

kalimat berikutnya. Dalam sebuah kalimat ada kalimat inti, dalam paragraf

ada pikiran utama. Kalimat inti tanpa dikembangkan dengan unsur

keterangan tidak akan menciptakan kalimat yang lengkap. Pikiran utama

tanpa dikembangkan dengan pikiran penjelas tidak akan menciptakan alinea

yang bulat dan padu.

Kesalahan penggunaan ejaan adalah kesalahan yang sering dijumpai

dalam berbagai tulisan di media massa, laporan, proposal dan jenis karya

ilmiah lainnya. Misalnya kesalahan penempatan tanda titik, koma, titik koma,

titik dua atau penulisan kata depan. Untuk itu, penggunaan ejaan harus benar-

benar diperhatikan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proposal merupakan

rencana kegiatan yang dituangkan dalam bahasa tulis. Bentuk dan unsur
33

proposal tergantung pada tujuan dan sasaran penulisan proposal. Proposal

disusun untuk permohonan izin atau permohonan dana, untuk itu bahasa yang

digunakan harus jelas dan mampu meyakinkan pembaca.

2.2.3 Pendekatan Kontekstual

Pada subbab ini akan dipaparkan teori-teori tentang hakikat

pendekatan kontekstual, komponen inkuiri, dan komponen pemodelan.

2.2.2.1 Hakikat Pendekatan Kontekstual

Pendekatan atau dalam Bahasa Inggris approach dalam dunia

pengajaran dapat diartikan sebagai cara memulai sesuatu. Pendekatan dalam

pengajaran bahasa dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi tentang

hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan proses belajar bahasa.

Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran diharapkan

selalu menjadikan siswa sebagai pusat perhatian. Peranan guru sebagai

fasilitator dan bukan hanya mengutamakan apa yang akan diajarkan saja,

melainkan pada bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman

belajar anak. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan

untuk mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam, lingkungan sosial, dan

lingkungan buatan serta berkonsultasi dengan narasumber lain (Depdiknas

2003:1).

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menjadi

sebuah alternatif untuk pembelajaran di kelas. Pendekatan kontekstual (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk
34

menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep

seperti ini diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Dalam

proses pembelajaran, siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer

pengetahuan dari guru ke siswa (Depdiknas 2003:1). Dalam konteks itu siswa

perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaat bagi kehidupan mereka,

dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Siswa sadar bahwa

apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti, sehingga mereka

memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan bekal untuk hidupnya

nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya

menggapainya. Dalam proses tersebut siswa memerlukan guru sebagai

pengarah dan pembimbing (Depdiknas 2003:1).

Pendekatan kontekstual lebih mengutamakan strategi daripada hasil.

Guru dalam kelas kontekstual mempunyai tugas untuk membantu siswa

mencapai tujuan. Tugas guru lebih banyak berurusan dengan strategi

daripada memberikan informasi kepada siswa karena dalam pendekatan

kontekstual siswa dituntut untuk aktif menemukan sendiri pengetahuan

tersebut bukan dari ceramah guru, guru hanya memberikan jalan dan

mengarahkan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Untuk

itu guru harus pandai memilih strategi yang tepat yang mampu membekali

siswa dengan pengetahuan untuk diterapkan dari satu masalah ke masalah

lainnya dan dari satu konteks ke konteks lainnya (Zulaeha 2003:1). Guru juga

harus mampu mengkondisikan kelas dan mengelola kelas sebagai sebuah tim

yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota

kelas.
35

Ada lima belas kata kunci dalam pembelajaran CTL, yaitu. Real -

Worl Learning, mengutamakan pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi,

berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis dan kreatif, pengetahuan bermakna

dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, perubahan perilaku, siswa

praktek bukan menghafal, learning bukan teaching, pendidikan (education )

bukan pengajaran (instruction), pembentukan manusia.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual menghadapkan siswa

dengan dunia nyata (real world) di mana mereka berada. Sehingga materi-

materi yang mereka pelajari bukan hanya menjadi bayangan dalam pikiran

mereka. Siswa dalam kelas kontekstual akan mengalami sendiri kegiatan

belajar dan kaitannya dengan apa yang mereka pelajari, dengan begitu siswa

lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari. Siswa diajak untuk

berfikir, bukan sekadar menerima apa kata guru. Siswa menjadi subjek dalam

kelas kontekstual, artinya pusat dari proses pembelajaran adalah siswa bukan

guru sehingga siswa harus aktif, kritis, dan kreatif menemukan sendiri

pengetahuan dan pengalaman baru yang akan memberikan manfaat bagi

mereka. Siswa duduk manis mendengarkan ceramah guru tidak berlaku dalam

kelas kontekstual.

Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar harus mengetahui manfaat

yang akan mereka dapatkan dari apa yang mereka pelajari dan apakah

pengetahuan yang mereka pelajari bermakna dalam kehidupannya. Guru

sebagai fasilitator dan motivator di kelas harus mampu mengajak siswa

mengaitkan apa yang mereka pelajari dengan kehidupan nyata. Masalah-


36

masalah dalam kehidupan nyata menjadi bahan utama dalam pembelajaran

kontekstual.

Setelah mengikuti pembelajaran, siswa diharapkan mengalami

perubahan perilaku ke arah positif, misalnya semula ia tidak bisa berbahasa

dengan baik setelah mengikuti pembelajaran siswa mampu berbahasa dengan

baik. Tujuan dari pendekatan kontekstual adalah pembentukan manusia,

maksudnya di sini yaitu dengan pembelajaran kontekstual diharapkan dapat

menghasilkan output (siswa) yang menguasai kompetensi-kompetensi

tertentu yang dibutuhkan dalam kehidupannya sebagai anggota keluarga atau

anggota masyarakat.

Dalam pembelajaran kontekstual siswa tidak menghapal materi tetapi

langsung mempraktekkan materi tersebut sehingga mereka mengalami sendiri

secara langsung. Pusat pembelajaran kontekstual pada kegiatan belajar siswa

bukan kegiatan mengajar guru siswalah yang melakukan kegiatan belajar,

sedangkan guru mengarahkan dan membimbing siswa dalam kegiatannya.

Atau dapat dikatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah proses

pendidikan bukan pengajaran.

Pembelajaran kontekstual juga berusaha memecahkan masalah

kesulitan belajar yang dialami siswa. Siswa diarahkan untuk mampu

menemukan pemecahan masalahnya sendiri.

Dalam pendekatan kontekstual hasil belajar siswa tidak hanya diukur

dengan tes, tetapi juga performan atau penampilan siswa.


37

Menurut Zahorik dalam Depdiknas (2003:7) ada lima elemen yang

harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual, yaitu (1)

pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), (2)

pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara

mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

(3) pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara

menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang

lain agar mendapat tanggapan dan atas dasar tanggapan itu konsep tersebut

direvisi dan dikembangkan. (4) mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman

tersebut (applying knowledge); (5) melakukan refleksi (reflecting knowledge)

terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki karakteristik

yang berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan lain.

Dalam pembelajaran kontekstual ada kerja sama antarsiswa, antara siswa

dengan guru sebagai fasilitator dan motivator. Karakteristik yang kedua yaitu

saling menunjang dalam kegiatan pembelajaran, menyenangkan dan tidak

membosankan sehingga siswa lebih bergairah dalam belajar. Kelas

kontekstual juga merupakan kelas yang terintegrasi, materi pembelajaran

menggunakan berbagai sumber bukan satu sumber saja.

Siswa dalam kelas kontekstual aktif dan senantiasa sharing atau

diskusi dengan teman mengenai materi yang sedang mereka pelajari. Mereka

juga kritis terhadap pelajaran yang sedang dipelajari. Guru hanya sebagai

fasilitator dan motivator bagi siswa, meskipun demikian guru juga harus
38

kreatif dalam mengelola kelas agar kelas tersebut tidak membosankan dan

dapat membangkitkan gairah belajar siswa.

Dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa,

peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain yang dapat menambah

pengetahuan siswa juga memacu mereka untuk lebih kreatif. Hasil-hasil kerja

mereka juga dapat dijadikan model dalam pembelajaran bagi kelas lainnya.

Dalam pendekatan kontekstual, laporan hasil belajar siswa bukan

hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan

siswa dan hasil kerja siswa lainnya.

Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama, yaitu

kontruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya

(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment). Sebuah kelas dikatakan kontekstual jika menerapkan ketujuh

komponen tersebut dalam pembelajarannya. Untuk menerapkan itu tidak sulit

karena CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, kelas yang

bagaimanapun, bidang studi apa saja dan kelas yang bagaimanapun

keadaannya (Depdiknas 2003:10).

Dari penjelasan mengenai pendekatan kontekstual di atas, dapat

disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual merupakan salah satu alternatif

pendekatan yang sangat relevan digunakan dalam kurikulum 2004.

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan


39

nyata siswa sehingga siswa dapat menghubungkan pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Dalam pendekatan

kontekstual siswa mengetahui manfaat apa yang diperoleh dari kegiatan

belajar yang ia lakukan. Dan mereka sendiri yang mengalami proses tersebut

karena siswa sebagai subjek pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator dan

motivator yang mengarahkan dan memotivasi siswa dalam prosos

pembelajaran. Pembelajaran kontekstual diharapkan mampu menghasilkan

siswa yang kritis, kreatif, mandiri dan berkompeten.

2.2.3.2 Komponen Inkuiri

Salah satu komponen dalam pendekatan kontekstual adalah

komponen inkuiri (menemukan). Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry

berarti pertanyaan, pemeriksaan atau penyelidikan (Gulo 2002:84). Gulo

memberi pengertian tentang strategi inkuiri yaitu suatu rangkaian kegiatan

belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki sacara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga siswa dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh rasa percaya diri.

Dalam pendekatan kontekstual salah satu komponennya adalah

inkuiri (menemukan). Menemukan menjadi bagian inti dari pembelajaran

berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan dari hasil menemukan sendiri bukan hasil mengingat atau

menghafal seperangkat fakta-fakta. Apapun materi yang diajarkan, guru

harus selalu kreatif dalam merancang kegiatan dalam kelas sehingga dapat
40

merangsang siswa untuk ,menemukan sendiri pengetahuan bukan semata-

mata mendengarkan apa yang disampaikan guru (Depdiknas 2003: 12)

Komponen inkuiri dalam pendekatan kontekstual merupakan sebuah

siklus belajar yang harus dilalui siswa. Siklus dalam pendekatan kontekstual

komponen inkuiri yaitu observasi (observation), bertanya (questioning),

mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data (data gathering), dan

penyimpulan (conclussion).

Kegiatan pertama yang harus dilakukan siswa dalam siklus inkuiri

adalah merumuskan masalah, setelah merumuskan masalah siswa melakukan

observasi terhadap objek dari masalah yang telah dirumuskan itu. Setelah

mengamati, siswa menanyakan hal-hal yang belum ia mengerti berkaitan

dengan masalah yang telah ia rumuskan kepada sumber-sumber yang

mengetahui tentang masalah tersebut. Salah satu sumber yang ada di kelas

adalah guru atau teman. Setelah mengobservasi dan bertanya selanjutnya

siswa dapat mengajukan dugaan (hipotesis). Untuk menjawab hipotesis

tersebut siswa melakukan pengumpulan data (data gathering). Setelah

hipotesis tersebut terjawab atau terbukti, langkah akhir dalam siklus inkuiri

adalah menarik kesimpulan berdasarkan apa yang telah mereka dapatkan.

Demikianlah kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri. Dalam

proses pembelajaran siswa secara menyeluruh dituntut untuk aktif. Guru

hanya berperan untuk mengoptimalkan kegiatan-kegiatan tersebut pada

proses belajar, sebagai motivator, fasilitator dan pengarah (Gulo 2002:94).


41

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komponen inkuiri

merupakan bagian inti dari pendekatan kontekstual karena inkuiri berarti

siswa menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan dalam proses

pembelajaran bukan hasil mengingat atau menghafal seperangkat fakta-faka.

Dengan inkuiri siswa diarahkan untuk berpikir secara sistematis. Karena

dalam pembelajaran inkuiri siswa harus melalui sebuah siklus belajar yang

terdiri atas kegiatan observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan

data dan penyimpulan.

2.2.3.3 Komponen Pemodelan

Selain inkuiri komponen pendekatan kontekstual yang lain adalah

pemodelan (modelling). Dalam pembelajaran keterampilan atau pengetahuan

tertentu, guru sering menunjukkan cara mengapresiasikan sesuatu, cara

melempar bola dalam olah raga, menunjukkan contoh karya tulis, cara

melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan

pemodelan. Jadi guru memberikan atau menunjukkan model tentang cara

belajar pada siswa (Depdiknas 2003:16). Tentu saja model yang ditampilkan

berkaitan dengan materi dan mampu membantu siswa dalam memahami

materi yang sedang dipelajari.

Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Siswa

juga dapat dilibatkan untuk merancang sebuah model pembelajaran. Misalnya

dalam pembelajaran puisi, ada siswa yang pernah menjadi juara lomba puisi,

siswa tersebut dapat dijadikan model bagi siswa lain. Model juga dapat

didatangkan dari luar (Depdiknas 2003:17).

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

komponen pemodelan dalam pendekatan kontekstual adalah pemberian model

atau contoh dalam proses pembelajaran sehingga dari model tersebut siswa
42

lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Model dalam

pembelajaran dapat berupa cara melakukan sesuatu, menunjukkan contoh

sesatu, tulisan misalnya dan lain sebagainya yang dapat membantu siswa

dalam proses pembelajaran. Guru bukan satu-satunya model dalam

pendekatan kontekstual. Akan tetapi siswa juga dapat menjadi model dalam

pembelajaran atau mendatangkan sumber dari luar yang benar-benar dapat

dijadikan model dalam pembelajaran.

2.2.4 Pembelajaran Menulis Proposal Kegiatan dengan Pendekatan

Kontekstual Komponen Pemodelan dan Inkuiri

Pembelajaran menulis proposal kegiatan di sini menggunakan

pendekatan kontekstual. Ketika melaksanakan pembelajaran kontekstual,

sebenarnya ketujuh komponen pendekatan kontekstual tidak dapat lepas satu

dengan yang lainnya. Akan tetapi kita dapat menekankan pada salah satu

komponen. Pembelajaran menulis proposal kegiatan dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kobntekstual dengan menekankan pada komponen

inkuiri dan pemodelan.

Dalam pembelajaran menulis proposal guru menghadirkan model di

kelas yang berupa contoh proposal kegiatan. Proposal yang dijadikan model

ini tidak untuk ditiru siswa, tetapi siswa harus aktif menemukan sendiri

pengetahuan tentang proposal dari model tersebut. Di sini peran guru hanya

sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi

keaktifan siswa.
43

Setelah mengamati model, siswa berdiskusi dengan temannya untuk

membahas pengetahuan yang ia temukan, misalnya mereka menemukan

pengetahuan tentang unsur-unsur proposal. Proses inkuiri terjadi saat siswa

mengamati model kemudian menemukan pengetahuan-pengetahuan tentang

proposal kegiatan. Selanjutnya siswa dapat bertanya kepada guru atau

temannya tentang hal-hal yang berkaitan dengan proposal kegiatan, lalu

membuat menyimpulkan hal yang telah mereka temukan. Hasil simpulan

yang telah mereka tulis dapat ditempelkan di dinding kelas agar kelompok

lain dapat membandingkan dengan hasil temuannya. Setelah mengetahui hal-

hal tentang proposal kegiatan, siswa menulis proposal kegiatan. Kegiatan

yang dipilih sesuai dengan keinginan mereka, guru tidak membatasi. Ketika

siswa praktik menulis proposal, guru mengarahkan kegiatan siswa.

Melalui pembelajaran seperti ini diharapkan dapat memecahkan

masalah rendahnya keterampilan siswa menulis proposal kegiatan dan

diharapkan terjadi perubahan tingkah laku siswa dari tidak biasa menulis

proposal kegiatan menjadi terbiasa dan terampil menulis proposal kegiatan.

2.3 Kerangka Berpikir

Menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung dengan

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata sehingga

menghasilkan tulisan yang runtut, ekspresif dan mudah dipahami untuk

mengungkapkan ide, pikiran atau gagasan kepada orang lain. Keterampilan

menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, dan latihan. Hugo Hartig

dalam Tarigan (1986:24) menyebutkan bahwa tujuan kegiatan menulis ada

tujuh, yaitu assigment puspose (tujuan penugasan), altruistic purpose


44

(tujuan altruistik), persuasive purpose (tujuan persuasif), informational

purpose ( tujuan informasional, tujuan penerangan), self ekspressive purpose

(tujuan pernyataan diri), creative purpose (tujuan kreatif), dan problem

solving purpose (tujuan pemecahan masalah). Jadi kegiatan menulis memiliki

tujuan yang beragam dan menghasilkan beragam jenis tulisan.

Ragam tulisan dapat dilihat dari bentuk maupun sifat tulisan tersebut.

Berdasarkan bentuknya Berdasarkan bentuknya dikenal tulisan yang berupa

penjelasan yang terperinci, laporan atau dokumen, surat-surat, otobiografi,

esai. Berdasarkan sifat tulisannya ada tulisan kreatif misalnya artikel, karya

ilmiah, cerpen, novel dan tulisan ekspositori yang mencakup penulisan surat,

laporan, resensi buku, rencana penelitian.

Berkaitan dengan tujuan dari ragam tulisan, dalam kurikulum 2004

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA kelas XI, standar kompetensi untuk

keterampilan menulis adalah siswa mampu mengungkapkan gagasan,

pendapat dan perasaan dalam bentuk paragraf eksposisi (deduktif dan

induktif), baik dari pikiran sendiri maupun dari berbagai tulisan nonsastra,

dalam berbagai bentuk (baik berupa memo, surat, proposal, atau karya

ilmiah).

Salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah

keterampilan menulis proposal kegiatan, yaitu keterampilan menyusun

rencana kegiatan yang dituangkan dalam bahasa tulis. Bentuk dan unsur

proposal tergantung pada tujuan dan sasaran penulisan proposal. Proposal

disusun untuk permohonan izin atau permohonan dana, untuk itu bahasa yang
45

digunakan harus jelas dan mampu meyakinkan pembaca. Proposal merupakan

salah satu contoh tulisan yang berdasarkan bentuknya termasuk jenis tulisan

objektif. Dilihat dari sifat tulisan termasuk tulisan ekspositori. Tujuan

pembelajaran menulis proposal adalah siswa mampu mendaftar komponen

atau unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah proposal dan mampu menulis

proposal sesuai dengan keperluan. Penelitian ini memfokuskan pada

penulisan proposal kegiatan. Jadi setelah mengikuti pembelajaran diharapkan

siswa mampu menulis proposal kegiatan dengan baik dan benar.

Tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai melalui pelaksanaan

pembelajaran yang efektif dan mengena bagi siswa. Pendekatan kontekstual

merupakan salah satu alternatif pendekatan yang sangat relevan digunakan

dalam kurikulum 2004. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan

pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan kehidupan dunia nyata siswa sehingga siswa dapat menghubungkan

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan nyata.

Dalam pendekatan kontekstual siswa mengetahui manfaat apa yang diperoleh

dari kegiatan belajar yang ia lakukan. Dan mereka sendiri yang mengalami

proses tersebut karena siswa sebagai subjek pembelajaran, guru hanya

sebagai fasilitator dan motivator yang mengarahkan dan memotivasi siswa

dalam prosos pembelajaran. Pembelajaran kontekstual diharapkan mampu

menghasilkan siswa yang kritis, kreatif, mandiri dan berkompeten.

Ada tujuh komponen penting dalam pendekatan kontekstual, yaitu

kontruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya


46

(questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modelling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment).

Dari ketujuh komponen tersebut, komponen pemodelan dan inkuiri

dirasa paling tepat dalam membelajarkan keterampilan menulis proposal

kegiatan. Pemberian model yang berupa contoh proposal kegiatan akan

memberikan pengalaman nyata bagi siswa, yaitu dapat melihat dan

mempelajari secara langsung bagaimana bentuk proposal kegiatan, unsur-

unsur apa yang dicantumkan dalam proposal kegiatan. Penghadiran model

dalam pembelajaran dapat memotivasi dan membantu siswa dalam menulis

proposal kegiatan. Proses inkuiri yang dilalui siswa mendorong mereka untuk

aktif menemukan sendiri pengetahuan tentang proposal kegiatan dan

membiasakan siswa berpikir sistematis dan kritis yang pada akhirnya dapat

meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan.

2.4 Hipotesis Tindakan

Dengan digunakannya pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan

pemodelan, diharapkan keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan

dapat meningkat.
47

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian mengenai pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri ini merupakan

penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk memperbaiki

pelaksanaan pembelajaran. Dengan PTK diharapkan kualitas pembelajaran

menjadi lebih baik.

Penelitian ini menggunakan desain PTK model Kemmis dan Taggart

dalam Arikunto (2002:84) yang merupakan bentuk kajian yang bersifat

reflektif. Tiap siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan, dan refleksi.

Siklus tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:


Siklus I Siklus II

P1 P2
R T R T

O O

Keterangan:

P1: Perencanaan siklui 1


P2: Perencanaan siklus 2
T :Tindakan
O : Observasi
R : Refleksi
48

3.1.1 Prosedur Tindakan pada Siklus I

Prosedur tindakan pada siklus I dilakukan dalam empat tahap, yaitu

tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

3.1.1.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan dilakukan persiapan pembelajaran menulis

proposal kegiatan. Langkah awal yang dilakukan adalah menyusun rencana

pembelajaran yang merupakan program kerja guru dalam melaksanakan

pembelajaran untuk mencapai tujuan.

Pada tahap ini selain menyusun rencana pembelajaran juga membuat

instrumen nontes yang berupa lembar observasi, wawancara, jurnal dan

model yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selain menyiapkan

instrumen nontes juga menyiapkan perangkat tes yang berupa kisi-kisi soal

dan pedoman skoring. Tentu saja penyusunan instrumen ini dikonsultasikan

dengan guru mata pelajaran dan dosen pembimbing.

3.1.1.2 Tindakan

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah

dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah

pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual

komponen inkuiri dan pemodelan. Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses

belajar mengajar, yaitu apersepsi, proses pembelajaran, dan evaluasi.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses

pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan


49

pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran tersebut.

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran, selanjutnya

proses pembelajaran menulis proposal kegiatan dilaksanakan. Siswa

berkelompok, kemudian merumuskan masalah tentang apa dan bagaimana

proposal kegiatan itu. Guru membagikan contoh proposal kegiatan kepada

masing-masing kelompok untuk diamati dan dipelajari siswa. Dalam

mengamati model tersebut, siswa menemukan hal-hal yang berkaitan dengan

masalah yang telah dirumuskan, kemudian berdiskusi dengan kelompoknya.

Pengetahuan tentang proposal kegiatan yang telah mereka temukan dari

model mereka analisis dan dituliskan pada selembar kertas dan dibacakan di

depan kelas untuk mendapatkan masukan dari teman dan guru. Setelah

disajikan di depan kelas, hasil pekerjaan siswa ditempelkan di dinding kelas

agar siswa dari kelompok lain dapat membacanya.

Kegiatan yang selanjutnya adalah siswa merumuskan masalah tentang

akan membuat proposal untuk kegiatan apa? Untuk menjawab masalah

tersebut, mereka dapat mengamati contoh atau melihat program kerja OSIS

untuk memilih salah satu kegiatan, atau jika mereka ikut dalam organisasi di

luar sekolah misalnya Karang Taruna atau organisasi lainnya, dapat dijadikan

pilihan. Mereka juga dapat bertanya kepada teman untuk mendapatkan

masukan. Setelah mendapatkan kegiatan, siswa mulai menulis proposal

kegiatan. Proposal yang telah ditulis disajikan di depan kelas untuk

ditanggapi teman yang lain. Berdasarkan masukan dari teman atau guru,
50

siswa melakukan perbaikan terhadap proposal yang telah ditulis. Agar hasil

karyanya dapat dilihat oleh teman-teman yang lain, proposal yang telah

mereka buat ditempelkan di dinding kelas

Hasil tulisan siswa yang berupa proposal kegiatan dinilai guru untuk

mengetahui sampai di mana keterampilan siswa dalam menulis proposal

kegiatan.

3.1.1.3 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah mengamati kegiatan dan tingkah

laku siswa selama penelitian berlangsung untuk mengetahui dampak

pelaksanaan tindakan dan respon siswa terhadap pembelajaran yang

dilakukan. Pengamatan dilakukan melalui data tes dan nontes. Pengamatan

melalui data tes dilakukan dengan mengamati hasil tes untuk mengetahui

tingkat keberhasilan tindakan. Pengamatan melalui data nontes dilakukan

dengan pelaksanaan observasi dan dokumentasi foto saat proses pembelajaran

berlangsung. Sasaran yang diamati meliputi keseriusan siswa mengikuti

pembelajaran, keaktifan dalam mengamati model, komunikasi antar anggota

kelompok, dan keaktifan mengerjakan tugas menulis proposal kegiatan.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal

kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap

pembelajaran yang baru saja dilakukan, baik terhadap materi, teknik maupun

cara mengajar guru. Wawancara dilaksanakan setelah diketahui nilai hasil tes

untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai pada siklus I ini.


51

3.1.1.4 Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I, dilakukan refleksi dengan

menganalisis hasil tes dan nontes yang telah diperoleh pada siklus I ini.

Analisis hasil tes dilakukan dengan menganalisis nilai tes keterampilan

menulis proposal kegiatan siswa. Analisis hasil nontes dilakukan dengan

menganalisis hasil observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi foto.

Berdasarkan analisis hasil tes dan nontes, diketahui bahwa

pelaksanaan tindakan siklus I memberi dampak positif terhadap siswa, yang

terbukti dengan meningkatnya nilai tes menulis proposal kegiatan dari

sebelum pelaksanaan tindakan. Akan tetapi nilai rata-rata kelas belum

memenuhi target nilai yang ditetapkan, yaitu 70. Selain itu, siswa masih

menunjukkan perilaku-perilaku negatif selama pembelajaran. Dari hasil

refleksi tersebut kemudian dilakukan perbaikan rencana pembelajaran untuk

memecahkan masalah-masalah yang terjadi pada siklus I..

3.1.2 Prosedur Tindakan pada Siklus II

Prosedur tindakan pada siklus II juga dilakukan dalam empat tahap,

yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

3.1.2.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana

pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan. Dalam tahap ini

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I diperbaiki dengan

menambah model dalam pembelajaran. Jadi pada tahap perencanaan ini

peneliti menyiapkan model baru untuk menambah model yang telah


52

dihadirkan pada siklus I. Guru juga menyiapkan soal tes dan nontes untuk

siklus II dan mengkoordinasikan kembali dengan guru mata pelajaran.

3.1.2.2 Tindakan

Tindakan pada siklus II adalah penyempurnaan tindakan pada siklus I.

Pada tahap apersepsi, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses

pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan

pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti

kegiatan pembelajaran tersebut.

Setelah siswa siap mengikuti kegiatan pembelajaran, selanjutnya

proses pembelajaran menulis proposal kegiatan siklus II dilaksanakan.

Pembelajaran masih dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan dan inkuiri. Siswa berkelompok, kemudian merumuskan masalah

tentang apa dan bagaimana proposal kegiatan itu. Guru menghadirkan model

proposal kegiatan kepada masing-masing kelompok untuk diamati dan

dipelajari siswa, pada siklus II ini guru menambah model dari siklus I.

Dalam mengamati model tersebut, siswa menemukan hal-hal yang berkaitan

dengan masalah yang telah dirumuskan, kemudian berdiskusi dengan

kelompoknya. Pengetahuan tentang proposal kegiatan yang telah mereka

temukan dari model mereka analisis dan dituliskan pada selembar kertas dan

dibacakan di depan kelas untuk mendapatkan masukan dari teman dan guru.

Setelah disajikan di depan kelas, hasil pekerjaan siswa ditempelkan di

dinding kelas agar siswa dari kelompok lain dapat membacanya.


53

Pada siklus II ini guru juga memberikan latihan-latihan, antara lain

latihan menulis latar belakang, latihan menyusun kalimat efektif dan latihan

menggunakan ejaan yang baik dan benar. Tindakan ini dilakukan untuk

mengatasi masalah rendahnya kemampuan siswa menyusun kalimat yang

efektif dan kurang mampunya siswa menulis sesuai dengan ejaan yang benar,

sehingga berdampak pada rendahnya keterampilan mereka dalam menyusun

proposal kegiatan, khususnya pada bagian latar belakang.

Kegiatan yang selanjutnya adalah siswa merumuskan masalah tentang

akan membuat proposal untuk kegiatan apa? Untuk menjawab masalah

tersebut, mereka dapat mengamati contoh atau melihat program kerja OSIS

untuk memilih salah satu kegiatan, atau jika mereka ikut dalam organisasi di

luar sekolah misalnya Karang Taruna atau organisasi lainnya, dapat

dijadikan pilihan. Mereka juga dapat bertanya kepada teman untuk

mendapatkan masukan. Setelah mendapatkan kegiatan, siswa mulai menulis

proposal kegiatan. Proposal yang telah ditulis disajikan di depan kelas untuk

ditanggapi teman yang lain. Berdasarkan masukan dari teman atau guru,

siswa melakukan perbaikan terhadap proposal yang telah ditulis. Agar hasil

karyanya dapat dilihat oleh teman-teman yang lain, proposal yang telah

mereka buat ditempelkan di dinding kelas

Hasil tulisan siswa yang berupa proposal kegiatan dinilai guru untuk

mengetahui apakah terjadi peningkatan keterampilan siswa dalam menulis

proposal kegiatan setelah dilakukan tindakan siklus II.


54

3.1.2.3 Observasi

Pada siklus II ini masih dilakukan pengamatan untuk melihat

peningkatan keterampilan menulis proposal kegiatan dan perubahan perilaku

siswa setelah dilakukan tindakan siklus II. Observasi yang dilakukan pada

siklus II hampir sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I.

Pengamatan dilakukan melalui data tes dan nontes. Pengamatan

melalui data tes dilakukan dengan mengamati hasil tes siklus II untuk

mengetahui tingkat keberhasilan tindakan pada siklus II. Pengamatan melalui

data nontes dilakukan dengan pelaksanaan observasi dan dokumentasi foto

saat proses pembelajaran berlangsung. Sasaran yang diamati meliputi

keseriusan mengikuti pembelajaran, keaktifan dalam mengamati model,

komunikasi antar anggota kelompok, dan keaktifan mengerjakan tugas

menulis proposal kegiatan.

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, guru membagikan jurnal

kepada siswa untuk mengetahui kesan, tanggapan dan saran siswa terhadap

pembelajaran yang baru saja dilakukan, baik terhadap materi, teknik maupun

cara mengajar guru. Wawancara dilaksanakan setelah diketahui nilai hasil tes

siklus II untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai pada siklus II ini.

3.1.2.4 Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan

nontes siklus II untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan

tindakan pada siklus II. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes

keterampilan menulis proposal kegiatan dan hasil nontes yang dilakukan pada

siklus II. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa perbaikan pembelajaran


55

yang dilakukan pada siklus II berhasil meningkatkan keterampilan menulis

proposal kegiatan siswa yang terbukti dengan meningkatnya nilai tes pada

silklus II. Rata-rata kelas juga telah memenuhi target nilai yang telah

ditetapkan, yaitu 70. Analisis hasil nontes yang berupa hasil observasi,

jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto menunjukkan perubahan perilaku

siswa ke arah positif.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis proposal

kegiatan siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 9 Semarang tahun pelajaran

2004/ 2005. Kelas XI IA 2 terdiri atas 46 siswa. Penulis memilih kelas ini

karena kompetensi menulis proposal kegiatan belum dikuasai siswa

meskipun sudah diajarkan. Selain itu, kelas ini memiliki kemampuan

menulis yang lebih rendah dari kelas lainnya.

3.3 Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu.

3.3.1 Variabel Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan

Variabel keterampilan menulis proposal kegiatan merupakan

keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan, yaitu penyusunan

rencana kegiatan. Target keterampilan yang diharapkan adalah siswa mampu

menulis proposal kegiatan sesuai aspek penilaian. Aspek-aspek tersebut yaitu

kelengkapan bagian proposal, penggunaan ejaan dan tanda baca, pilihan kata,

penyusunan kalimat, kesesuaian tiap unsur, sistematika penulisan, dan


56

kerapian tulisan. Siswa dikatakan berhasil dalam pembelajaran menulis

proposal apabila telah mencapai nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 70.

3.3.2 Variabel Penggunaan Pendekatan Kontekstual Komponen

Pemodelan dan Inkuiri.

Variabel pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri

adalah pembelajaran menulis proposal dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dan inkuiri. Pendekatan kontekstual komponen

pemodelan dan inkuiri adalah pemberian model dalam pembelajaran dan

dorongan pada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan, konsep-konsep

atau prinsip-prinsip tentang materi yang dipelajari sehingga siswa

dimungkinkan untuk menemukan sendiri pengetahuan yang bermanfaat bagi

diri mereka sendiri. Melalui pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

khususnya komponen inkuiri diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran.

Pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri merupakan

pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran menulis proposal kegiatan.

Untuk membelajarkan menulis proposal kegiatan, penghadiran model yang

berupa contoh proposal kegiatan dapat memotivasi dan membantu siswa

menemukan pengetahuan tentang proposal kegiatan dan meningkatkan

keterampilan mereka dalam menulis proposal kegiatan.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua bentuk instrumen, yaitu instrumen tes

dan nontes.
57

3.4.1 Soal Tes

Penelitian ini diawali dengan pelaksanaan tes awal atau pretest untuk

mengetahui sampai sejauhmana pengetahuan siswa tentang proposal. Pada tes

awal ini siswa juga menulis proposal kegiatan untuk mengetahui

keterampilan siswa menulis proposal. Setelah proses pembelajaran, diadakan

tes menulis proposal kegiatan, tes ini dilaksanakan untuk mengetahui

sejauhmana kemampuan siswa menulis proposal kegiatan setelah mengikuti

proses pembelajaran.

Ada enam aspek pokok yang dijadikan kriteria penilaian, yaitu

kelengkapan unsur atau bagian-bagian proposal kegiatan, penggunaan ejaan

dan tanda baca, pilihan kata, penyusunan kalimat, kesesuaian tiap unsur,

sistematika penulisan, dan kerapian tulisan.

Tabel 1. Skor Penilaian


No Aspek Penilaian Skor Maksimal
1. Kelengkapan unsur/ bagian-bagian proposal 20
2. Penggunaan ejaan dan tanda baca 10
3. Pilihan kata 20
4. Penyusunan kalimat 20
5. Kesesuaian tiap unsur 10
6. Sistematika penulisan 10
7. Kerapian tulisan 10
Jumlah 100

Pada tabel berikut dapat dilihat aspek-aspek yang dinilai dengan

rentangan skor dan kategori penilaian.


58

Tabel 2. Kriteria Penilaian Proposal Kegiatan

No. Aspek penilaian Rentang skor

1. Kelengkapan unsur/ bagian-bagian proposal


a. sangat baik 15<skor≤20
b. baik 10<skor≤15
c. cukup 5<skor≤10
d. kurang 0<skor≤5
2. Ejaan dan tanda baca
a. sangat baik 7<skor≤10
b. baik 5<skor≤7
c. cukup 2<skor≤5
d. kurang 0<skor≤2
3. Pilihan kata
a. sangat baik 15<skor≤20
b. baik 10<skor≤15
c. cukup 5<skor≤10
d. kurang 0<skor≤5
4. Penyusunan kalimat
a. sangat baik 15<skor≤20
b. baik 10<skor≤15
c. cukup 5<skor≤10
d. kurang 0<skor≤5
6. Kesesuaian tiap unsur
a. sangat baik 7<skor≤10
b. baik 5<skor≤7
c. cukup 2<skor≤5
d. kurang 0<skor≤2
7. Sistematika
a. sangat baik 7<skor≤10
b. baik 5<skor≤7
c. cukup 2<skor≤5
d. kurang 0<skor≤2
8. Kerapian
a. sangat baik 7<skor≤10
b. baik 5<skor≤7
c. cukup 2<skor≤5
d. kurang 0<skor≤2
59

Keterangan pedoman penilaian sebagai berikut.

1. Kelengkapan bagian-bagian proposal

sangat baik : semua bagian-bagian proposal kegiatan tercantum

dan benar.

baik : 1-2 bagian tidak tercantum

cukup : 3-4 bagian proposal kegiatan belum tercantum

kurang : lebih dari lima bagian proposal kegiatan tidak

tercantum

2. Penggunaan ejaan dan tanda baca

Sangat baik : jumlah kesalahan 1-10

baik : jumlah kesalahan 11-30

cukup : jumlah kesalahan 31-50

kurang : penggunaan ejaan dan tanda baca salah

3. Pilihan kata

Sangat baik : pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud 0-5

baik : pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud 6-10

cukup : pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud 11-15

kurang : pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud lebih

dari 15

4. Penyusunan kalimat

sangat baik : semua kalimat urut dan efektif

baik : kalimat tidak efektif 1-3

cukup : kalimat tidak efektif 4-6

kurang : kalimat tidak efektif lebih dari 6


60

6. Kesesuaian tiap bagian

sangat baik : tiap bagian diungkapkan dengan tepat

baik : tiap bagian cukup tepat pengungkapannya

cukup : tiap bagian kurang tepat pengungkapannya

kurang : tiap bagian tidak tepat pengungkapannya.

7. Sistematika penulisan

sangat baik : sistematika penulisan benar.

baik : penulisan sesuai dengan sistematika, tetapi ada yang

kurang tepat.

cukup : ada penulisan yang tidak sesuai dengan sistematika

kurang : penulisan kurang sesuai sistematika.

8. Kerapian tulisan

sangat baik : tulisan terbaca, jelas bentuknya dan rapi

baik : tulisan terbaca, jelas dan cukup rapi

cukup : tulisan terbaca tapi kurang jelas dan tidak rapi

kurang : tulisan kurang bisa dibaca, tidak jelas dan tidak rapi

Dari pedoman di atas, guru dapat mengetahui kemampuan menulis

proposal siswa berhasil mencapai kategori sangat baik, baik, cukup dan

kurang.

Tabel 3. Penilaian Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan

No. Kategori Rentang Skor


1. Sangat baik 85-100
2. Baik 70-84
3. Cukup baik 55-69
4. Kurang baik 0-54
61

3.4.2 Nontes

Bentuk instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pedoman observasi, lembar jurnal, pedoman wawancara, dan dokumentasi

foto.

3.4.2.1 Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa

selama proses pembelajaran. Hal yang diamati meliputi keaktifan dan

keseriusan siswa dalam berdiskusi, kerja sama dengan kelompoknya,

keseriusan mengamati model dan menemukan pengetahuan tentang proposal

kegiatan. Apakah siswa di kelas ramai membahas materi yang sedang

dipelajari atau justru mengobrol sendiri. Apakah siswa aktif bertanya kepada

guru dan temannya atau hanya diam saja.

3.4.2.2 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang

pembelajaran menulis proposal kegiatan. Wawancara dilakukan terhadap

siswa yang nilai tesnya tinggi dan rendah. Wawancara ini untuk mengetahui

minat siswa terhadap pembelajarn menulis, khususnya menulis proposal

kegiatan, untuk mengetahui permasalahan yang dialami siswa dalam menulis

proposal kegiatan dan keinginan siswa dalam pembelajaran menulis proposal

kegiatan. Dari wawancara ini juga digali saran siswa untuk memperbaiki

pembelajaran, saran perbaikan model serta saran untuk memperbiki

pembelajaran inkuiri.
62

3.4.2.3 Jurnal

Jurnal digunakan untuk mendapatkan data tentang respon siswa

sebagai subjek penelitian selama proses pembelajaran. Siswa memberikan

respon positif atau negatif terhadap pembelajaran menulis proposal

menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri.

Jurnal berisi empat pertanyan yang berkenaan dengan 1) minat siswa

terhadap pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan

kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan, 2) kesulitan-kesulitan yang

dialami siswa dalam menulis proposal kegiatan, 3) pendapat siswa tentang

pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dan inkuiri, 4) keinginan-keinginan siswa terhadap

pembelajaran yang telah diikuti.

3.4.2.4 Dokumentasi Foto

Foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa saat proses

pembelajaran. Dari foto-foto yang diambil, dapat mempermudah peneliti

untuk mendeskripsikan hasil penelitiannya, khususnya yang berkaitan dengan

tingkah laku siswa saat proses pembelajaran. Dokumentasi foto ini

merupakan wujud nyata yang dapat dilihat dari pedoman observasi. Jadi

dengan adanya dokumentasi foto akan membantu peneliti mengingat data

kualitatif yang mungkin terlewatkan dan tidak teramati saat penelitian.

Kegiatan siswa yang akan didokumentasikan antara lain (1) keadaan siswa

pada awal pembelajaran, (2) sikap siswa saat mendengarkan penjelasan guru,

(3) aktivitas saat memberi tanggapan maupun pertanyaan, (4) aktivitas siswa
63

saat berdiskusi dengan kelompoknya, (5) saat siswa mengamati model

pembelajaran, dan (6) saat siswa mengerjakan tugas dari guru untuk menulis

proposal.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu

teknik tes dan teknik nontes.

3.5.1 Teknik tes

Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan tes

awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan sekali pada awal siklus I untuk

mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa tentang proposal kegiatan dan

sampai di mana kemampuan mereka menulis proposal kegiatan. Setelah itu

pada akhir siklus I dan II diadakan tes akhir. Tes akhir dilakukan dengan

memberikan tugas menulis proposal kegiatan kepada siswa. Tes ini untuk

mengetahui kemampuan siswa menulis proposal kegiatan dalam hal

kelengkapan bagian-bagian proposal, penggunaan ejaan dan tanda baca,

pilihan kata, penyusunan kalimat, kesesuaian tiap unsur, sistematika

penulisan serta kerapian tulisan.

3.5.2 Teknik Nontes

Teknik nontes yang digunakan adalah observasi, jurnal, wawancara,

dan dokumentasi foto.


64

3.5.2.1 Observasi

Saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan terhadap

perilaku siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku

siswa terhadap pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri. Pengamatan dilakukan oleh

peneliti dengan bantuan salah seorang rekan. Pelaksanaan pengamatan mulai

awal pembelajaran ketika guru melakukan apersepsi sampai akhir

pembelajaran.

3.5.2.2 Wawancara

Wawancara dilakukan setelah diketahui nilai tes keterampilan menulis

proposal kegiatan, untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai. Siswa

yang diwawancarai adalah siswa yang nilai tesnya tinggi, sedang, dan rendah.

Wawancara dilakukan terhadap 18 orang siswa. Pada siklus I ada sembilan

siswa yang diwawancarai, yaitu tiga siswa dengan nilai tinggi, tiga siswa

dengan nilai sedang, dan tiga siswa dengan nilai rendah. Pada siklus II juga

dilakukan wawancara terhadap sembilan orang siswa, tiga siswa dengan nilai

tinggi, tiga siswa dengan nilai sedang, dan tiga siswa dengan nilai rendah.

Pelaksanaan wawancara menggunakan teknik bebas, artinya responden bebas

menjawab pertanyaan yang telah diajukan peneliti tanpa terikat. Wawancara

dilakukan oleh peneliti di luar jam pelajaran dengan menggunakan alat

perekam. Dari hasil wawancara ini diharapkan dapat diketahui respon siswa

terhadap pembelajaran dan kesulitan-kesulitan dalam menulis proposal

kegiatan.
65

3.5.2.3 Jurnal

Jurnal dibagikan kepada siswa pada akhir pembelajaran, tetapi pada

awal pembelajaran siswa diberitahu bahwa pada akhir pembelajaran seluruh

siswa wajib menjawab pertanyaan dalam jurnal. Guru menjelaskan kepada

siswa bahwa pengisian jurnal sesuai dengan pendapat mereka sendiri, mereka

tidak perlu takut untuk menuliskan pendapat, kritik maupun saran terhadap

pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dan inkuiri.

3.5.2.4 Dokumentasi foto

Pengambilan data melalui dokumentasi foto dilakukan saat proses

pembelajaran berlangsung, peneliti meminta bantuan rekan untuk mengambil

foto. Pengambilan foto dilakukan tanpa sepengetahuan siswa, jadi tidak

terjadi perubahan perilaku siswa saat pengambilan foto. Peneliti yang

sekaligus mengajar memusatkan perhatian siswa pada pelajaran, baik ketika

berdiskusi maupun bertanya jawab, sehingga ketika dilakukan pengambilan

foto, siswa tidak berpose atau bergaya.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

3.6.1 Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisis data kuantitatif yang

diperoleh dari hasil tes menulis proposal pada siklus I dan II. Nilai dari
66

masing-masing siklus kemudian dihitung jumlahnya dalam satu kelas

selanjutnya jumlah tersebut dihitung dalam persentase dengan rumus:

Persentase keterampilan menulis proposal kegiatan =


∑N × 100%
s

Keterangan:

∑N : jumlah nilai dalam satu kelas

s : banyaknya siswa dalam satu kelas

Hasil perhitungan tersebut dari masing-masing siklus kemudian

dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase

peningkatan keterampilan menulis proposal kegiatan dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri.

3.6.2 Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang

diperoleh dari hasil nontes. Hasil analisis digunakan untuk mengetahui siswa

yang mengalami kesulitan dalam menulis proposal kegiatan dengan

pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan. Hasil ini sebagai

dasar untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai selain hasil nilai tes.

Hasil wawancara dipakai untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan

menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual komponen

pemodelan dan inkuiri. Hasil analisis tersebut sebagai dasar untuk

mengetahui peningkatan kemampuan menulis proposal kegiatan.


67

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang berupa hasil tes dan

nontes. Hasil tes meliputi prasiklus, siklus I dan siklus II. Hasil prasiklus

adalah hasil tes keterampilan menulis proposal kegiatan sebelum dilakukan

tindakan. Hasil tes siklus I dan II adalah hasil tes menulis proposal kegiatan

setelah pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan

dan inkuiri. Hasil nontes berupa hasil observasi, jurnal, wawancara dan

dokumentasi foto.

4.1.1 Kondisi Awal

Kondisi awal adalah kondisi siswa sebelum dilaksanakan

pembelajaran kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan. Untuk

mengetahui keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan dilakukan

tes awal sebelum dilaksanakan pembelajaran menulis proposal kegiatan

dengan pendekatan inkuiri dan pemodelan. Pada tes awal ini, guru

memberikan empat soal untuk dikerjakan siswa secara individu. Empat soal

tersebut terdiri atas tiga soal untuk menguji kemampuan kognitif siswa dan

satu soal untuk menguji keterampilan menulis proposal kegiatan siswa.

Dari hasil tes ternyata pengetahuan siswa tentang proposal kegiatan

masih terbatas. Hasil ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
68

Tabel Tabel 4. Hasil Tes Kognitif Siswa


No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Boot Skor % Rata-rata

1. Sangat baik 84<Nilai≤100 2 172 4% 3146/46

2. Baik 69<Nilai≤84 26 1843 57% 68.4

3. Cukup 54<Nilai≤69 18 1131 39%

4. Kurang - - -
0<Nilai≤54

Jumlah 46 3146 100%

Data pada tabel di atas menunjukkan nilai rata-rata siswa untuk

kemampuan kognitif sebesar 68,4 atau masih dalam kategori cukup. Hasil tes

ini menunjukkan tidak ada siswa yang memperoleh kategori kurang dengan

rentang nilai 0<Nilai≤54. Untuk kategori cukup dengan rentang nilai

54<Nilai≤69 diperoleh 18 siswa atau 39%. Kategori baik dengan rentang nilai

69<Nilai≤84 dicapai 26 siswa atau 57%. Untuk kategori sangat baik dengan

rentang skor 84<Nilai≤100 diraih 2 siswa atau sebesar 4%.

Sedangkan keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan

sebelum dilakukan tindakan dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus


No Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor
1. Sangat baik 84<Nilai≤100 0 0 0,00% 3499/46

2. Baik 69<Nilai≤84 0 0 0,00% 53,7

3. Cukup 54<Nilai≤69 19 1087 41,30%

4. Kurang 0<Nilai≤54 27 1385 58,70%

Jumlah 46 2472 100% 53,7


69

Data pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis

proposal kegiatan siswa kelas II IA 2 sebelum dilakukan tindakan siklus I

untuk kategori kurang dengan nilai 0<Nilai≤54 diperoleh 27 siswa atau

58,70%. Kategori cukup dengan rentang nilai 54<Nilai≤69 dicapai 19 siswa

atau 41,30%. Untuk kategori baik dengan rentang nilai 84<Nilai≤100 belum

mampu diraih siswa atau 0,00%. Rata-rata nilai prasiklus adalah 53,7 atau

dengan kategori kurang.

Untuk lebih jelasnya, perolehan kategori nilai hasil tes pada prasiklus

dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini.

100%

80%
58,70%
60%
41,30%

40%

20%
0,00% 0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang

Grafik 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus

Grafik 1 di atas terlihat batang untuk kategori cukup paling tinggi,

yaitu pada angka 58,70%. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa

menulis proposal kegiatan sebagian besar berada pada kategori cukup,

sisanya berada pada kategori baik, yaitu 41,30%. Kategori sangat baik dan

kurang berada pada angka 0,00%.


70

Hasil ini juga dapat dilihat pada Grafik 2 berikut ini.

Grafik 2. Grafik Pencaran Nilai Tes Prasiklus

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

memperoleh nilai antara 50-60, yaitu sebanyak 39 siswa. Tiga siswa

memperoleh nilai lebih dari 60 dan 4 siswa mendapatkan nilai di bawah 50.

Nilai prasiklus ini berasal dari skor masing-masing aspek, yaitu aspek

kelengkapan unsur, penggunaan ejaan dan tanda baca, pilihan kata,

penyusunan kalimat, kesesuaian tiap unsur, serta bentuk dan kerapian. Hasil

masing-masing aspek akan dijelaskan sebagai berikut.

4.1.1.1 Aspek Kelengkapan Unsur

Penilaian aspek kelengkapan unsur difokuskan pada lengkap tidaknya

unsur-unsur yang harus tercantum dalam proposal kegiatan. Hasil tes pada

aspek kelengkapan unsur dapat dilihat pada tabel 6 berikut.


71

Tabel 6. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus


Aspek Kelengkapan Unsur
No Kategori Rentang skor Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor
1. Sangat baik 15<Skor≤20 - 0 0,00% 494/46

2. Baik 10<Skor ≤15 23 277 50,00% 10,7

3. Cukup 5< Skor ≤10 23 217 50,00%

4 Kurang - 0 0,00%
0< Skor ≤5

Jumlah 46 494 100%

Data pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa keterampilan siswa

menulis proposal kegiatan aspek kelengkapan unsur untuk kategori sangat

baik dengan skor 15<Skor≤20 belum ada siswa yang mencapainya atau

0,00% . Kategori baik dicapai 23 siswa atau 50%. Untuk kategori cukup

dengan rentang skor 5< Skor ≤10 dicapai 23 siswa atau 50%. Tidak ada

siswa yang mendapatkan skor 0< Skor ≤5 atau kategori kurang. Jadi rata-

rata keterampilan siswa kelas XI IA 2 dalam menulis proposal kegiatan

aspek kelengkapan unsur adalah 10,7 atau berada pada kategori baik.

4.1.1.2 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Pada aspek penggunaan ejaan dan tanda baca penilaiannya difokuskan

pada penggunaan huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan dan

tanda baca. Hasil tes untuk aspek ini dapat dilihat pada tabel berikut.
72

Tabel 7. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus


Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
No. Kategori Rentang Skor Frekuensi Bobot % Rata-rata
Skor
1. Sangat baik 7<Nilai≤10 1 8 2,17% 268/46

2. Baik 5<Nilai≤7 20 135 43,48% 5,8

3. Cukup 2<Nilai≤5 25 125 54,35%

4 Kurang - 0 0,00%
0<Nilai≤2

46 268 100% 5,8

Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam

menggunakan ejaan dan tanda baca tidak ada yang berkategori kurang.

Kategori cukup dengan skor rentang skor 2<Nilai≤5 diperoleh 25 siswa atau

54,35%. Kategori baik dengan rentang skor 5<Nilai≤7 diperoleh 20 siswa

atau 43,48%.Sisanya 1 orang siswa memperoleh kategori sangat baik dengan

rentang skor 7<Nilai≤10. Jadi skor rata-rata kelas untuk aspek penggunaan

ejaan dan tanda baca prasiklus sebesar 5,8 atau kategori baik.

4.1.1.3 Aspek Pilihan Kata (Diksi)

Aspek pilihan kata panilaiannya difokuskan pada kesesuaian kata yang

dipilih untuk menyampaikan ide atau gagasannya. Hasil aspek ketepatan

pilihan kata dapat dilihat pada tabel berikut.


73

Tabel 8. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus


Aspek Pilihan Kata
No. Kategori Rentang Skor Frekueensi Bobot % Rata-
Skor rata
1. Sangat baik 15<Nilai≤20 - 0 0,00% 488/46

2. Baik 10<Nilai≤15 19 228 41,30% 10,6

3. Cukup 5<Nilai≤10 27 260 58,70%

4 Kurang - 0 0,00%
0<Nilai≤5

Jumlah 46 488 100% 10,6

Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam

memilih kata yang sesuai untuk menyusun proposal tidak ada yang

berkategori kurang. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 5<Nilai≤10

diperoleh 27 siswa atau 58,70%. Kategori baik dengan rentang skor

10<Nilai≤15 19 siswa atau 41,30%. Untuk kategori sangat baik dengan

rentang skor 15<Nilai≤20 belum ada yang mencapainya. Jadi rata-rata

keterampilan siswa pada aspek pilihan kata sebesar 10,6 atau berkategori

baik.

4.1.1.4 Aspek Penyusunan Kalimat

Aspek penyusunan kalimat penilaiannya difokuskan pada kemampuan

siswa dalam menyusun kalimat yang efektif. Hasil tes untuk keterampilan

menyusun kalimat efektif dapat dilihat pada tabel berikut.


74

Tabel 9. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus


Aspek Penyusunan Kalimat
No. Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-
Skor Skor rata
1. Sangat baik 15< skor ≤20 - 0 0,00% 442/46

2. Baik 10< skor ≤15 3 37 6,52% 9,6

3. Cukup 5< skor ≤10 43 405 93,48%

4 Kurang - 0 0,00%
0< skor ≤5

Jumlah 46 442 100%

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam

menyusun kalimat efektif untuk kategori kurang dengan rentang skor 0< skor

≤5 tidak dicapai siswa atau sebesar 0,00%. Kategori cukup dengan skor 5<

skor ≤10 dicapai 43 siswa atau 93,48%. Untuk kategori baik dengan rentang

skor 10< skor ≤15 diperoleh 3 siswa atau 6,52%.Untuk kategori sangat baik

dengan skor 15< skor ≤20 belum ada siswa yang mencapainya atau 0,00%.

Rata-rata kelas untuk aspek penyusunan kalimat adalah sebesar 9,6 atau berada

pada kategori cukup.

4.1.1.5 Aspek Kesesuaian Unsur

Fokus penilaian untuk aspek kesesuaian unsur adalah tingkat

kesesuaian penjelasan masing-masing unsur proposal kegiatan. Hasil tes aspek

ini dapat dilihat pada tabel berikut.


75

Tabel 10. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus


Aspek Kesesuaian Tiap Unsur
No. Kategori Rentang Skor Frekuensi Bobot % Rata-
Skor rata
1. Sangat baik 7< skor ≤10 - 0 0,00% 454/46

2. Baik 5< skor ≤7 7 44 15,22% 4,9

3. Cukup 2< skor ≤5 39 181 84,78%

4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 225 100% 4,9

Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis

proposal kegiatan siswa aspek kesesuaian tiap unsur untuk kategori kurang

dengan rentang skor 0< skor ≤2 tidak dicapai siswa atau sebesar 0,00%.

Kategori cukup dengan rentang skor 2< skor ≤5 dicapai 39 siswa atau

84,78%.Untuk kategori baik dengan rentang skor 5< skor ≤7 diperoleh 7 siswa

atau 15,22%.Untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 7< skor ≤10

belum ada siswa yang mencapainya atau 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek

kesesuaian tiap unsur adalah sebesar 4,9 atau berada pada kategori cukup.

4.1.1.6 Aspek Sistematika Penulisan

Aspek sistematika tulisan penilaiannya difokuskan pada benar

tidaknya cara penulisan proposal kegiatan yang ditulis siswa. Apakah sudah

sesuai dengan sistematika atau belum. Hasil tes prasiklus untuk aspek

sistematika penulisan dapat dilihat pada tabel 11 berikut.


76

Tabel 11. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus


Aspek Sistematika Penulisan
No. Kategori Rentang Skor Frekuensi Bobot % Rata-
Skor rata
1. Sangat baik 7< skor ≤10 - 0 0,00% 227/ 46

2. Baik 5< skor ≤7 9 55 19,57% 4,9

3. Cukup 2< skor ≤5 37 172 80,43%

4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 227 100% 4,9

Data pada tabel 11 di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis

proposal kegiatan siswa aspek kesesuaian tiap unsur untuk kategori kurang

dengan skor 0< skor ≤2 tidak dicapai siswa atau sebesar 0,00%. Kategori

cukup dengan skor 2< skor ≤5 dicapai 37 siswa atau 80,43%.Untuk kategori

baik dengan rentang skor 5< skor ≤7 diperoleh 9 siswa atau 19,57%.Untuk

kategori sangat baik dengan skor 7< skor ≤10 belum ada siswa yang

mencapainya atau 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek kesesuaian tiap unsur

adalah sebesar 4,9 atau berada pada kategori baik.

4.1.1.7 Aspek Kerapian Tulisan

Pada aspek kerapian tulisan, fokus penilaiannya adalah pada kejelasan

dan kerapian tulisan. Hasil tes keterampilan menulis proposal kegiatan

prasiklus aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini.
77

Tabel 12. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Prasiklus


Aspek Kerapian Tulisan
No. Kategori Rentang Skor Frekuensi Bobot % Rata-
Skor rata
1. Sangat baik 7< skor ≤10 8 75 17,39% 326/ 46

2. Baik 5< skor ≤7 29 208 63,04% 7,1

3. Cukup 2< skor ≤5 9 43 19,57%

4 Kurang - 0 0,00%
0< skor ≤2

Jumlah 46 326 100% 7,1

Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa aspek bentuk dan kerapian

untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 7< skor ≤10 dicapai 8 siswa

atau 17,39%. Kategori baik dengan rentang skor 5< skor ≤7 dicapai 29 siswa

atau 63,04%. Sisanya 9 siswa atau 19,57% mendapat kategori cukup dengan

rentang skor 2< skor ≤5. Pada prasiklus ini sudah tidak ada siswa yang

mendapat kategori kurang. Jadi rata-rata untuk aspek bentuk dan kerapian

adalah 7,1 atau berada pada kategori sangat baik.

4.1.2 Hasil Siklus I

Siklus I adalah pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri tahap pertama. Hasil

siklus I meliputi hasil tes dan nontes. Hasil tes yaitu nilai tes keterampilan

menulis proposal kegiatan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri. Hasil nontes

meliputi data hasil observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi foto.


78

4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I

Hasil tes siklus I adalah hasil tes setelah dilaksanakan pembelajaran

dengan pendekatan kontakstual komponen inkuiri dan pemodelan . Hasil tes

siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Bobot
No Kategori Rentang Nilai Frekuensi % Rata-rata
Skor
1. Sangat baik 84<Nilai≤100 - 0 0,00% 2939/46

2. Baik 69<Nilai≤84 7 514 15,22% 63,9

3. Cukup 54<Nilai≤69 38 2371 82,61%

4 Kurang 1 54 2,17%
0<Nilai≤54

Jumlah 46 2939 100% 63,9

Data pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis

proposal kegiatan siswa kelas XI IA 2 setelah dilakukan tindakan siklus I

untuk kategori kurang dengan rentang skor 0< Nilai ≤54 diperoleh satu siswa

atau 2,17%. Kategori cukup dengan rentang nilai 54< Nilai ≤69 dicapai 38

siswa atau 82,61%. Untuk kategori baik dengan rentang nilai 69< Nilai ≤84

diraih oleh 7 siswa atau 15,22%. Sedangkan untuk kategori sangat baik

dengan rentang nilai 69< Nilai ≤84 belum ada yang mencapainya atau

sebesar 0,00%. Jadi rata-rata nilai keterampilan menulis proposal kegiatan

siklus I adalah sebesar 63,9 atau berada pada kategori cukup. Untuk lebih

jelasnya, perolehan nilai keterampilan menulis proposal kegiatan siswa kelas

XI IA 2 pada siklus I dapat dilihat pada grafik 3 di bawah ini.


79

100%
82,61%

80%

Persentase siswa
60%

40%

15,22%
20%
0,00% 2,17%

0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 3. Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan Siklus I

Grafik 3 di atas memperlihatkan bahwa keterampilan menulis proposal

siswa pada siklus I ini sebagian besar berkategori cukup, yaitu sebesar

82,61% kemudian kategori baik 15,22% dan kategori kurang sebesar 2,17%.

Hasil ini juga dapat dilihat pada grafik pencaran nilai berikut ini.

90

80

70

60

50

40

30
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46

Grafik 4 Pencaran Nilai Hasil Tes Siklus I

Grafik 4 menunjukkan perolehan nilai siswa pada siklus I. Setelah

dilaksanakan tindakan siklus I nilai yang diperoleh siswa lebih variatif. Nilai

pada siklus I antara 50-80. 11 siswa mendapatkan nilai kurang dari 60, 6
80

siswa mendapatkan nilai lebih dari 70 dan sisanya 29 siswa mendapatkan

nilai 60-70.

Nilai pada siklus I ini merupakan akumulasi dari skor masing-masing

aspek yang dinilai, yaitu 1)aspek kelengkapan unsur, 2) aspek penggunaan

ejaan dan tanda baca, 3) aspek pilihan kata, 4) aspek penyusunan kalimat, 5)

aspek kesesuaian tiap unsur, 6) aspek sistematika penulisan, dan 7) aspek

kerapian tulisan. Hasil masing-masing aspek dapat dilihat sebagai berikut.

4.1.2.1.1 Aspek Kelengkapan Unsur

Pada aspek kelengkapan unsur ini penilaian dipusatkan pada lengkap

tidaknya unsur-unsur yang harus tercantum dalam proposal kegiatan. Hasil

tes pada aspek kelengkapan unsur dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

Tabel 14. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Aspek Kelengkapan Unsur
Rentang Bobot
No Kategori Frekuensi % Rata-rata
Skor Skor
1. Sangat baik 15< skor ≤20 3 55 6,52% 640/46

2. Baik 10< skor ≤15 34 495 73,91% 13,9

3. Cukup 5< skor ≤10 9 90 19,57%

4 Kurang 0< skor ≤5 - 0 0,00%

Jumlah 46 640 100% 13,9

Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa keterampilan siswa menulis

proposal kegiatan aspek kelengkapan unsur pada siklus I untuk kategori

sangat baik dengan rentang skor 15< skor ≤20 dicapai 3 siswa atau 6,52% .

Untuk kategori baik dengan rentang skor 10< skor ≤15 dicapai 34 siswa atau
81

73,91%. Kategori cukup dengan rentang skor 5< skor ≤10 dicapai 9 siswa

atau 19,57%. Pada siklus I ini tidak ada siswa yang memperoleh kategori

kurang. Jadi rata-rata keterampilan siswa kelas II IA 2 dalam menulis

proposal kegiatan aspek kelengkapan unsur berada pada kategori baik dengan

rata-rata skor 13,9. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik 5 berikut ini.

100%

73,91%
80%
Persentase siswa

60%

40%
19,57%
20% 6,52%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 5. Hasil tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Aspek Kelengkapan Unsur

Pada grafik 5 di atas dapat dilihat bahwa kategori baik yang paling

tinggi, yaitu 73,91%. Artinya sebanyak 73,91% siswa dari jumlah

keseluruhan memperoleh kategori baik. 6,52% mencapai kategori sangat baik

dan sisanya 19,57% mendapat kategori cukup. Untuk kategori kurang berada

pada angka 0,00%, atau tidak ada siswa yang menapatkan kategori kurang.

4.1.2.1.2 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Pada aspek penggunaan ejaan dan tanda baca penilaiannya difokuskan

pada penggunaan huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan ejaan dan

tanda baca. Hasil tes untuk aspek ini dapat dilihat pada tabel 15 berikut.
82

Tabel 15. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Rentang Bobot
No. Kategori Frekuensi % Rata-rata
Skor Skor
1. Sangat baik 7< skor ≤10 6 60 13,04% 310/46
2. Baik 5< skor ≤7 25 75 54,35% 6,7
3. Cukup 2< skor ≤5 15 175 32,61%
4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 310 100% 6.7

Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam

menggunakan ejaan sudah tidak ada yang memperoleh kategori kurang dengan

rentang skor 0< skor ≤2 atau 0,00%. Kategori cukup dengan rentang skor 2<

skor ≤5 diperoleh 15 siswa atau 32,61%. 25 siswa atau 54,35% mendapat skor

5< skor ≤7 dengan kategori baik. Untuk kategori sangat baik dengan rentang

skor 7< skor ≤10 dicapai 6 siswa atau sebesar 13,04% . Jadi rata-rata

kemampuan siswa kelas II IA 2 untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

pada siklus I adalah 6,7 atau berada pada kategori baik.

Hasil tes keterampilan menulis proposal kegiatan aspek penggunaan

ejaan dan tanda baca juga dapat dilihat pada grafik 6 berikut ini.
83

100%

80%

Persentase siswa
54,35%
60%

32,61%
40%

13,04%
20%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 6. Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Aspek


Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa kategori baik paling tinggi,

yaitu 54,35%. Artinya sebanyak 54,35% siswa dari jumlah keseluruhan

memperoleh kategori baik. 13,04% mencapai kategori sangat baik dan

sisanya 32,61% mendapat kategori cukup. Untuk kategori kurang berada pada

angka 0,00%, atau tidak ada siswa yang menapatkan kategori kurang.

4.1.2.1.3 Aspek Pilihan Kata (Diksi)

Aspek pilihan kata panilaiannya difokuskan pada kesesuaian kata yang

dipilih untuk menyampaikan ide atau gagasannya. Hasil aspek ketepatan

pilihan kata dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Aspek Pilihan Kata
Bobot Rata-
No. Kategori Skor Frekuensi %
Skor rata
1. Sangat baik 15< skor ≤20 - 0 0,00% 580/4
2. Baik 10< skor ≤15 28 400 60,87% 6
3. Cukup 5< skor ≤10 18 180 39,13% 12,6
4 Kurang 0< skor ≤5 - 0 0,00%

Jumlah 46 580 100% 12,6


84

Tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam memilih kata

yang sesuai untuk menyusun proposal kegiatan mencapai kategori baik

dengan skor rata-rata 12,6. Berdasarkan hasil tes belum ada siswa yang

mencapai skor pada rentang 15< skor ≤20 atau kategori sangat baik.

Kategori baik dengan rentang skor 10< skor ≤15 dicapai 28 siswa atau

60,87%. Kategori cukup dengan rentang skor 5< skor ≤10 dicapai oleh 18

siswa atau 39,13%. Pada siklus I ini tidak ada siswa yang mendapatkan skor

di bawah 55 atau kategori kurang. Untuk lebih jelasnya, hasil tersebut dapat

dilihat pada grafik 7 berikut ini.

100%

80%
Persentase siswa

60,87%
60%
39,13%
40%

20%
0,00% 0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 7. Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Grafik di atas memperlihatkan bahwa kategori baik paling tinggi,

yaitu berada pada angka 60,87%. Artinya sebanyak 60,87% siswa dari jumlah

keseluruhan memperoleh kategori baik. 39,13% mencapai kategori cukup.

Untuk kategori sangat baik dan kurang berada pada angka 0,00%, atau tidak

ada siswa yang mendapatkan kategori sangat baik dan kurang.


85

4.1.2.1.4 Aspek Penyusunan Kalimat

Aspek penyusunan kalimat penilaiannya difokuskan pada kemampuan

siswa dalam menyusun kalimat yang efektif. Hasil tes untuk keterampilan

menyusun kalimat efektif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Aspek Penyusunan Kalimat
Bobot Rata-
No Kategori Rentang Skor Frekuensi %
Skor rata
1. Sangat baik 15< skor ≤20 - 0 0,00% 486/46

2. Baik 10< skor ≤15 8 106 17,39% 10,6

3. Cukup 5< skor ≤10 38 380 82,61%

4 Kurang - 0 0,00%
0< skor ≤5

Jumlah 46 486 100% 10,6

Data pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa keterampilan siswa

dalam menyusun kalimat efektif berada pada kategori baik dengan rata-rata

skor 10,6. Pada siklus I ini, tidak ada siswa yang memperoleh skor dengan

rentang skor 0< skor ≤5 dengan kategori kurang. Untuk kategori cukup

dengan rentang skor 5< skor ≤10 dicapai 38 siswa atau 82,61%. Sisanya 8

siswa atau 17,39% memperoleh kategori baik dengan rentang skor 10< skor

≤15. Untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 15< skor ≤20 tidak ada

siswa yang mencapainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 8

berikut ini.
86

100%
82,61%

80%

Persentase siswa
60%

40%
17,39%
20%
0,00% 0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 8. Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Penyusunan Kalimat
Grafik di atas memperlihatkan bahwa kategori cukup paling tinggi,

yaitu berada pada angka 82,61%. Artinya sebanyak 82,61% siswa dari jumlah

keseluruhan memperoleh kategori baik. Sisanya 17,39% mencapai kategori

baik. Untuk kategori sangat baik dan kurang berada pada angka 0,00%, atau

tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat baik dan kurang.

4.1.2.1.5 Aspek Kesesuaian Unsur

Fokus penilaian untuk aspek kesesuaian unsur adalah tingkat

kesesuaian penjelasan masing-masing unsur proposal kegiatan. Hasil tes aspek

ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 18. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Aspek Kesesuaian Tiap Unsur
Bobot Rata-
No. Kategori Rentang Skor Frekuensi %
Skor rata
1. Sangat baik 7< skor ≤10 5 40 10,87% 275/46

2. Baik 5< skor ≤7 21 150 45,65% 6,0

3. Cukup 2< skor ≤5 20 85 32,61%

4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 275 100% 6,0


87

Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam

menulis proposal aspek kesesuaian unsur setelah dilakukan tindakan siklus I

mencapai kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor aspek ini

yaitu 6,0. Untuk kategori kurang dengan rentang skor 0< skor ≤2 tidak ada

yang memperolehnya. Kategori cukup dengan rentang skor 2< skor ≤5

dicapai 20 siswa atau 43,48%. Kategori baik dengan rentang skor 5< skor ≤7

dicapai 21 siswa atau 45,65%. Untuk kategori sangat baik dengan rentang

skor 7< skor ≤10 dicapai 5 siswa atau 10,87%. Untuk lebih jelasnya, hasil

tersebut dapat dilihat pada grafik 8 berikut.

100%

80%
Persentase siswa

60% 45,65% 43,48%

40%

20% 10,87%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 9. Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Kesesuaian Tiap Unsur
Grafik di atas memperlihatkan bahwa kategori baik paling tinggi,

yaitu berada pada angka 56,52%. Artinya sebanyak 56,52% siswa dari jumlah

keseluruhan memperoleh kategori baik. Sisanya 43,48% mencapai kategori

cukup. Untuk kategori sangat baik dan kurang berada pada angka 0,00%, atau

tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat baik dan kurang.
88

4.1.2.1.6 Aspek Sistematika Penulisan

Aspek sistematika tulisan penilaiannya difokuskan pada benar

tidaknya cara penulisan proposal kegiatan yang ditulis siswa. Apakah sudah

sesuai dengan sistematika atau belum. Hasil tes prasiklus untuk aspek

sistematika penulisan dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 19. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Aspek Sistematika Penulisan
Rentang Bobot
No Kategori Frekuensi % Rata-rata
Skor Skor
1. Sangat baik 7< skor ≤10 10 81 21,74% 303/46

2. Baik 5< skor ≤7 21 147 45,65% 6,4

3. Cukup 2< skor ≤5 15 75 32,61%

4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 303 100% 6,4

Data pada tabel 19 di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis

proposal kegiatan siswa aspek kesesuaian tiap unsur untuk kategori kurang

dengan skor 0< skor ≤2 tidak dicapai siswa atau sebesar 0,00%. Sedangkan

untuk kategori cukup dengan skor 2< skor ≤5 dicapai 37 siswa atau

80,43%.Untuk kategori baik dengan rentang skor 5< skor ≤7 diperoleh 9 siswa

atau 19,57%.Untuk kategori sangat baik dengan skor 7< skor ≤10 belum ada

siswa yang mencapainya atau 0,00%. Rata-rata kelas untuk aspek kesesuaian

tiap unsur adalah sebesar 4,9 atau berada pada kategori baik. Hasil ini juga

dapat dilihat pada grafik 10 berikut.


89

100%

80%

Persentase siswa 60% 45,65%


32,61%
40%
21,74%

20%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 10. Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Sistematika Penulisan

Grafik 10 di atas memperlihatkan bahwa kategori baik paling tinggi,

yaitu berada pada angka 45,65%. Artinya sebanyak 45,65% siswa dari jumlah

keseluruhan memperoleh kategori baik. Kategori sangat baik mencapai angka

21,74%. Kategori cukup dicapai 32,61%. Untuk kategori kurang berada pada

angka 0,00%, atau tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat baik

dan kurang.

4.1.2.1.7 Aspek Kerapian Tulisan


Aspek kerapian tulisan fokus penilaiannya adalah pada format proposal,
kejelasan dan kerapian tulisan.
Tabel 20. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I
Aspek Kerapian Tulisan
Rentang Bobot Rata-
No. Kategori Frekuensi %
Skor Skor rata
1. Sangat baik 7< skor ≤10 17 170 36,96% 355/46
2. Baik 5< skor ≤7 20 140 43,48% 7,7
3. Cukup 2< skor ≤5 9 45 19,57%
4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 355 100% 7,7


90

Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa aspek bentuk dan kerapian untuk

kategori sangat baik dengan rentang skor 7< skor ≤10 dicapai 17 siswa atau

36,96%. Kategori baik dicapai 20 siswa atau 43,48%. Sisanya 9 siswa atau

19,57% mendapat kategori cukup dengan rentang skor 0< skor ≤2. Jadi aspek

kerapian tulisan pada siklus I ini mencapai nilai rata-rata 7,7 atau kategori

sangat baik. Hasil tersebut dapat dilihat pada grafik 11 berikut.

100%

80%
Persentase siswa

60%
43,48%
36,96%
40%
19,57%
20%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 11. Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Kerapian Tulisan

Grafik 11 di atas memperlihatkan bahwa kategori baik paling tinggi,

yaitu berada pada angka 43,48%. Artinya sebanyak 43,48% siswa dari jumlah

keseluruhan memperoleh kategori baik. 36,96% mencapai kategori sangat

baik. Kategori cukup berada pada angka 19,57%.Untuk kategori kurang

berada pada angka 0,00%, artinya tidak ada siswa yang mendapatkan kategori

kurang.
91

4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus I

Data nontes siklus I berupa data hasil observasi yang dilakukan

selama proses pembelajaran, jurnal dan wawancara.

4.1.2.2.1 Observasi

Pada siklus I ini terdapat beberapa perilaku yang terdeskripsi melalui

observasi. Selama dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dan inkuiri, tidak semua siswa dapat mengikuti dengan

baik. Peneliti menyadari bahwa peneliti sendiri baru 3 kali masuk kelas

tersebut, jadi masih perlu penyesuaian.

Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa untuk jenis perilaku

keaktifan mendengarkan penjelasan guru mencapai 48% atau pada kategori

cukup. Observasi ini diperoleh dari kelima aspek yang diamati, yaitu semangat

siswa dalam mendengarkan penjelasan guru berada pada kategori cukup

dengan skor 3. Pada siklus I ini siswa cukup semangat dalam mendengarkan

penjelasan guru, meskipun ada beberapa siswa yang kurang bersemangat

mendengarkan penjelasan guru pada saat pembelajaran, lebih dari 50% siswa

cukup perhatian terhadap penjelasan guru, jadi untuk perilaku ini berada pada

kategori baik dengan skor 4. Pada siklus I ini hanya ada 2 siswa yang berani

bertanya pada guru, berarti masih dalam kategori kurang. Begitu juga dengan

jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan guru masih ada dalam

kategori kurang dengan skor 2.

Jenis perilaku kedua yang diamati adalah keaktifan siswa selama

pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual


92

komponen inkuiri dan pemodelan. Ada 10 aspek yang menjadi sasaran

observasi. Sasaran pertama yaitu kerjasama antarsiswa saat pembelajaran

menulis proposal. Berdasarkan pengamatan, pada siklus I kerjasama siswa baik

dengan skor 4. Sasaran kedua yaitu keaktifan siswa dalam bekerja kelompok

mendapat skor 4 atau dalam kategori baik. Ini menunjukkan bahwa pada siklus

I masing-masing kelompok aktif bekerja. Pembelajaran menulis proposal ini

menggunakan berbagai sumber, dari buku paket dan contoh proposal yang

sudah ada. Jadi untuk aspek ini berada pada kategori cukup dengan skor 3.

Ketika guru menghadirkan model dalam pembelajaran, perhatian siswa

terhadap model sudah cukup baik dengan skor 4. artinya sebagian besar siswa

tertarik dan serius dalam mengamati model. Meskipun mereka memperhatikan

model, hanya beberapa siswa yang bertanya tentang model. Siswa melalui

kerja kelompok mulai merumuskan hipotesis tentang proposal kegiatan yang

baik, sehingga untuk aspek ini berada pada kategori kurang dengan skor 2.

untuk menjawab hipotesis tersebut, siswa terlihat mengumpulkan data dari

model, keseriusan siswa untuk mengumpulkan data berada pada kategori baik

dengan skor 4.

Setelah mengumpulkan data, terlihat siswa membuat simpulan untuk

menjawab hipotesis yang telah mereka ajukan. Simpulan yang dilakukan siswa

dapat dikategorikan kurang dengan skor 2. Peran guru sebagai fasilitator dan

motivator tergolong baik dengan skor 4. Artinya guru mampu membantu siswa

dalam belajar menulis proposal kegiatan.


93

Penyajian hasil karya siswa tergolong baik dengan skor 4. Karena hasil

karya siswa ditempel di depan kelas sehingga siswa lain dapat melihat dan

membandingkan dengan proposal kegiatan yang telah mereka tulis. Dari

sepuluh aspek tersebut, untuk keaktifan siswa selama pembelajaran menulis

proposal kegiatan mencapai 35 atau 78%.

Perilaku ketiga yang diamati adalah keaktifan siswa dalam mengerjakan

tugas menulis proposal kegiatan. Untuk perilaku ini mencapai skor 11 atau

73.3%. Sasaran yang diobservasi ada tiga, yaitu keseriusan siswa dalam

menyelesaikan tugas menulis proposal kegiatan yang mencapai kategori baik

dengan skor 3. Sebagian siswa tampak serius dalam mengerjakan tugas

menulis proposal kegiatan. Perilaku siswa dalam mengerjakan tugas menulis

proposal kegiatan dapat dikategorikan baik dengan skor 4, karena sebagian

besar siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh tugas menulis proposal

yang diberikan guru. Sasaran yang ketiga yaitu ketepatan waktu, siswa dalam

mengerjakan tugas yang diberikan belum semuanya dapat selesai tepat waktu,

jadi masih pada kategori cukup dengan skor 3. artinya ada siswa yang mampu

menyelesaikan tugas tepat waktu dan ada yang tidak mampu menyelesaikannya

pada waktu yang telah ditentukan.

Dari ketiga jenis perilaku yang di amati dan beberapa sasaran observasi

diperoleh skor 58 atau 64,44%.

4.1.2.2.2 Jurnal

Jurnal yang digunakan pada siklus I ini adalah jurnal siswa dan jurnal

guru. Penggunaan jurnal dimaksudkan untuk mendapatkan data nontes yang


94

berkenaan dengan respon siswa terhadap pembelajaran menulis proposal

kegiatan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri.

A. Jurnal Siswa

Jurnal siswa dibagikan pada akhir pembelajaran menulis proposal

kegiatan dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan.

Jurnal diisi secara individu untuk mengetahui respon siswa tarhadap

pembelajaran yang telah diikuti. Jurnal siswa berisi empat pertanyaan

berkenaan dengan 1) minat siswa terhadap pembelajaran menulis proposal

kegiatan dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan, 2)

kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menulis proposal kegiatan, 3)

pendapat siswa tentang pembelajaran menulis proposal egiatan dengan

pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan, 4) keinginan-

keinginan siswa terhadap pembelajaran yang telah diikuti.

Dari hasil jurnal siswa pada siklus I ini diketahui bahwa sebagian

besar siswa senang mengikuti pembelajaran menulis proposal kegiatan

dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan. Menurut

mereka pembelajaran cukup menyenangkan meskipun mereka masih bingung

dengan pola pembelajaran yang diterapkan guru. Kebebasan yang diberikan

guru untuk menemukan sendiri pengetahuan tentang proposal dan kebebasan

untuk berdiskusi membuat mereka tidak jenuh.

Pada siklus I ini mereka masih mengalami kesulitan dalam menulis

proposal kegiatan. Kesulitan yang dialami adalah saat menentukan jenis

kegiatan dan tema kegiatan, kesulitan dalam menyusun latar belakang, sulit
95

memilih kosa kata yang tepat dan kesulitan menyusun kalimat yang efektif.

Mereka juga sulit membiasakan diri menulis dengan ejaan yang baik dan

benar.

Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa merupakan hal yang wajar,

mengingat keterampilan menulis merupakan hal yang rumit karena menuntut

keterampilan mengolah kata untuk menyampaikan gagasan atau ide, dan

tidak semua siswa menguasainya. Selain itu, materi proposal kegiatan adalah

hal yang baru bagi sebagian besar siswa, meskipun ada beberapa siswa yang

sudah berpengalaman menulis proposal kegiatan karena mereka aktif dalam

kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan keorganisasian lain. Meski demikian,

pembelajaran menulis proposal kegiatan dapat memberikan pengetahuan baru

yang bermakna bagi siswa.

Setelah mengikuti pembelajaran menulis proposal dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri mereka berpendapat bahwa

pembelajaran ini dapat menambah pengetahuan mereka tentang proposal

kegiatan, karena guru menghadirkan model yang sangat membantu mereka

untuk menemukan pengetahuan tentang proposal. Proses inkuiri yang telah

dilakukan membuat mereka mampu berpikir sistematis dan meningkatkan

kemampuan mereka menulis proposal. Meskipun demikian, menurut mereka

guru harus menjelaskan lebih dalam teori tentang proposal, menjelaskan

langkah-langkah dalam menyusun proposal kegiatan dan menmberikan

latihan menyusun kalimat. Contoh proposal kegiatan yang dihadirkan guru

sebagai model pembelajaran juga perlu ditambah agar lebih variatif.


96

B. Jurnal guru

Jurnal guru ditulis guru saat pembelajaran menulis proposal kegiatan

dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan selesai.

Jurnal guru merupakan catatan-catatan kejadian dalam proses pembelajaran

yang berkenaan dengan hal yang dialami siswa dan keberhasilan

pembelajaran.

Dari hasil jurnal guru diketahui bahwa pada siklus I kegiatan

pembelajaan sudah berlangsung cukup baik, guru dalam menyampaikan

pelajaran cukup baik, hanya saja guru masih kurang tegas dalam menghadapi

siswa yang tidak disiplin. Pada siklus I ini memang ada beberapa siswa yang

kurang disiplin saat mengikuti pembelajaran, misalnya terlambat masuk

kelas, keluar kelas tanpa izin dan membicarakan sesuatu di luar materi

pelajaran dengan temannya.

4.1.2.2.3 Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti setelah didapatkan nilai hasil tes untuk

siklus I ini. Peneliti mewawancarai sembilan orang siswa, tiga siswa dengan

nilai rendah, tiga siswa dengan nilai sedang, dan tiga siswa dengan nilai

tinggi. Wawancara dilakukan sendiri oleh peneliti di luar pembelajaran

dengan menggunakan alat perekam. Peneliti mengajukan sebelas pertanyaan

kepada masing-masing responden. Wawancara yang dilakukan pada siklus I

ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menulis

proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan

dan inkuiri yang telah dilaksanakan. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa
97

tiga siswa yang memperoleh nilai tinggi dan tiga siswa yang memperoleh

nilai sedang, selama ini sangat berminat dengan pembelajaran menulis.

Sedangkan tiga siswa yang nilainya rendah selama ini memang kurang

berminat pada pembelajaran menulis karena cukup rumit dan sulit dalam

menuangkan gagasan dalam bahasa tulis. Dari kesembilan siswa tersebut, dua

orang siswa yang sudah pernah belajar menulis proposal kegiatan

sebelumnya. Bahkan di antara mereka sudah berpengalaman menulis

proposal kegiatan, karena mereka adalah pengurus OSIS dan aktif dalam

kegiatan karang taruna di kampungnya. Dengan dihadirkannya model dalam

pembelajaran, mereka merasa termotivasi dan terbantu dalam menyusun

proposal kegiatan. Ketika diminta untuk menulis proposal kegiatan mereka

mengaku agak malas mengingat proposal yang penulisannya sulit. Kesulitan

yang dialami saat menulis proposal kegiatan adalah dalam menentukan

kegiatan, tema kegiatan, membuat latar belakang dan menyusun kalimat yang

baik dan benar.

Setelah mewawancarai kesembilan siswa tersebut, terungkap

keinginan mereka dalam pembelajaran menulis proposal kegiatan, yaitu

keinginan untuk menambah model pembelajaran. Mereka juga menginginkan

agar guru menjelaskan langkah-langkah menulis proposal kegiatan. Mengenai

pembelajaran inkuiri yang telah dilaksanakan, menurut pendapat mereka

sangat membantu mereka untuk berpikir secara runtut dan sistematis, karena

melalui beberapa langkah.


98

4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto dilakukan saat proses pembelajaran menulis

proposal kegiatan berlangsung. Fokus pengambilan dokumentasi foto adalah

kegiatan diskusi, keaktifan siswa, dan kegiatan tes. Dokumentasi foto ini

sebagai bukti pelaksanaan kegiatan pembelajaran selama penelitian

berlangsung . Deskripsi hasil dokumentasi foto pada siklus satu adalah

sebagai berikut.

Gambar 1. Kegiatan Awal Pembelajaran

Gambar 1 di atas menunjukkan kegiatan siswa saat pembelajaran

berlangsung, yaitu pada awal pembelajaran saat guru melakukan apersepsi

dan menyampaikan tujuan pembelajaran . Dari gambar di atas terlihat kondisi

kelas dan siswa yang bermacam-macam terlihat sebagian siswa

memperhatikan guru, tetapi ada juga siswa yang kurang semangat, terlihat

salah seorang siswa yang menyandarkan kepalanya di atas meja. Salah

seorang siswa bertanya kepada guru tentang pembelajaran yang akan

dilaksanakan.
99

Gambar 2. Aktivitas Siswa Mengamati Model


Gambar 2 di atas memperlihatkan aktivitas siswa saat mengamati

model pembelajaran yang dihadirkan guru. Dari gambar tersebut terlihat

bahwa siswa tertarik terhadap model yang dihadirkan guru. Masing-masing

kelompok mendapatkan satu model yang dapat diamati bersama anggota

kelompoknya pada gambar tersebut. Seorang siswa pada satu kelompok

terlihat serius mengamati model, meskipun belum terlihat kekompakan atau

kerjasama saat mengamati model.


100

Gambar 3. Kegiatan Diskusi Siswa

Setelah mengamati model, masing-masing kelompok berdiskusi untuk

menemukan pengetahuan tentang proposal pada model tersebut. Kemudian

mereka mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menyimpulkan apa

yang mereka rumuskan. Selanjutnya mereka menyusun proposal kegiatan.

Gambar 4. Aktivitas Siswa Menempelkan Hasil Karya pada Dinding Kelas

Gambar 4 memperlihatkan aktivitas siswa memperlihatkan hasil

karyanya. Salah satu anggota kelompok menempelkan hasil karyanya di

dinding kelas sehingga dapat diamati oleh kelompok lain.

4.1.2 Hasil Siklus II

Hasil tes siklus I menunjukkan bahwa keterampilan siswa menulis

proposal kegiatan siswa kelas II IA 2 baru dalam kategori cukup dan belum

memenuhi target maksimal pencapaian nilai rata-rata kelas yang telah

ditetapkan. Selain itu perubahan tingkah laku siswa masih tergolong normal,

artinya belum tampak perubahan yang berarti. Untuk itu, tindakan siklus II
101

ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah tersebut. Penelitian pada siklus II

ini dilaksanakan dengan rencana dan persiapan yang lebih matang daripada

siklus I. Pembelajaran pada siklus II ini masih menggunakan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri, tetapi telah dilakukan

perbaikan-perbaikan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada

siklius I. Berikut ini hasil tes dan nontes pada siklus II.

4.1.2.1 Hasil Tes Siklus II

Hasil tes siklus II adalah hasil tes menulis proposal kegiatan dengan

pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri yang kedua setelah

dilaksanakan perbaikan-perbaikan pembelajaran. Kriteria penilaiannya masih

sama, yaitu meliputi enam aspek, 1) aspek kelengkapan unsur, 2) aspek

penggunaan ejaan dan tanda baca, 3) aspek pilihan kata, 4) aspek penyusunan

kalimat, 5) aspek kesesuaian tiap unsur, 6) aspek sistematika penulisan, dan

7) aspek kerapian tulisan. Tabel 21 berikut akan menunjukkan hasil tes

keterampilan menulis proposal kegiatan pada siklus II.

Tabel 21. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


Bobot
No Kategori Rentang Nilai Frekuensi % Rata-rata
Skor
1. Sangat baik 84<Nilai≤100 6 511 13,04% 76,1

2. Baik 69<Nilai≤84 32 2453 69,57%

3. Cukup 54<Nilai≤69 8 536 17,39%

4 Kurang - 0 0,00%
0<Nilai≤54

Jumlah 46 3500 100%


102

Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa pada siklus II keterampilan

siswa kelas XI IA 2 SMA Negeri 9 Semarang dalam menulis proposal

kegiatan yang pembelajarannya menggunakan pendekatan kontekstual

komponen inkuiri dan pemodelan untuk kategori sangat baik dengan skor

84<Nilai≤100 dicapai 6 siswa atau 13,04%. Untuk kategori baik dengan skor

69<Nilai≤84 dicapai 32 siswa atau 69,57%. Kategori cukup dengan skor

54<Nilai≤69 dicapai 8 siswa atau 17,39%. Pada siklus II ini tidak ada siswa

yang memperoleh nilai kurang dari 55 atau pada kategori kurang. Jadi rata-

rata keterampilan siswa kelas XI IA 2 dalam menulis proposal kegiatan

adalah 76,1 atau mencapai kategori sangat baik.

Hasil tes keterampilan menulis proposal kegiatan siklus II ini juga

dapat diamati pada grafik 12 berikut.

100%

80% 69,57%
Persentase siswa

60%

40%
17,39%
13,04%
20%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 12 Hasil Tes Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


103

Grafik di atas memperlihatkan bahwa pada siklus II kategori baik

paling tinggi, yaitu berada pada angka 69,57%. Artinya sebanyak 69,57%

siswa dari jumlah keseluruhan memperoleh kategori baik. 13,04% memperoleh

kategori angat baik. Kategori cukup berada pada angka 17,39%. Untuk

kategori kurang berada pada angka 0,00%, artinya tidak ada siswa yang

mendapatkan kategori kurang pada siklus II ini.

Hasil tes menulis proposal kegiatan siklus II juga dapat dilihat pada

grafik pencaran nilai berikut ini.

90

80

70

60

50

40

30
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46

Grafik 13. Pencaran Nilai Hasil Tes


Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II

Grafik 13 di atas menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada

siklus II berada antara 60-90. 8 siswa berada pada rentang 60-70, 13 siswa

berada pada rentang 80-90 dan sisanya 25 siswa berada pada rentang 70-80.

Peningkatan keterampilan siswa menulis proposal kegiatan tersebut

dapat disebabkan dua faktor, yaitu faktor dari siswa dan faktor strategi.

Faktor yang berasal darin siswa yaitu siswa sudah mampu memahami dan

menulis proposal kegiatan dengan baik, sehingga nilainya memenuhi target


104

yang ditentukan, meskipun beberapa siswa ada yang belum mencapai target

nilai yang ditentukan. Faktor yang kedua, yaitu strategi yang digunakan guru

dalam pembelajaran. Penerapan pendekatan kontekstual komponen inkuiri

dan pemodelan, guru berhasil meningkatkan kemampuan siswa dalam

menulis proposal kegiatan.

Hasil tersebut menunjukkan keberhasilan guru dalam menerapkan

pendekatann kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri. Setelah

mengikuti pembelajaran, siswa sudah mampu menulis proposal kegiatan

dengan baik, yang terbukti dari kelengkapan unsur-unsur dalam proposal

yang ditulis siswa, sedikitnya kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca

dalam tulisan siswa, pilihan kata yang diigunakan tepat, meningkatnya

kemampuan menyusun kalimat, meningkatnya kemampuan mengungkapkan

tiap unsur dengan sesuai, meningkatnya kemampuan menulis proposal

kegiatan sesuai dengan sistematika dan meningkatnya kerapian tulisan siswa.

4.1.2.1.1 Aspek Kelengkapan Unsur

Pada aspek kelengkapan unsur siklus II ini penilaian masih dipusatkan

pada lengkap tidaknya unsur-unsur yang harus tercantum dalam proposal

kegiatan. Hasil tes pada aspek kelengkapan unsur dapat dilihat pada tabel 22

berikut.

Tabel 22. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


Aspek Kelengkapan Unsur
Bobot Rata-
No. Kategori Rentang Skor Frekuensi %
Skor rata
1. Sangat baik 15< skor ≤20 27 509 58,70% 787/46
2. Baik 10< skor ≤15 19 278 41,30% 17,1
105

3. Cukup 5< skor ≤10 - 0 0%


4 Kurang 0< skor ≤5 - 0 0%

Jumlah 46 787 100% 17,1


Data pada tabel 22 di atas menunjukkan bahwa pada siklus II

keterampilan siswa menulis proposal kegiatan aspek kelengkapan unsur

untuk kategori sangat baik dengan skor 15< skor ≤20 dicapai 27 siswa atau

58,70%. Untuk kategori baik dengan skor 10<skor≤15 dicapai 19 siswa atau

41,30%. Kategori cukup dengan skor 5<skor≤10 dan kategori kurang dengan

rentang skor 0<skor≤5 tidak diperoleh siswa atau 0%. Jadi rata-rata

keterampilan siswa kelas XI IA 2 dalam menulis proposal kegiatan aspek

kelengkapan unsur pada siklus II ini adalah 17,1 atau sudah mencapai

kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 14

berikut ini.

100%

80%
Persentase siswa

58,70%
60%
41,30%
40%

20%
0,00% 0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 14 Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


Aspek Kelengkapan Unsur Proposal Kegiatan
106

Grafik 14 di atas memperlihatkan bahwa pada siklus II kategori sangat

baik paling tinggi, yaitu berada pada angka 58,70%. Artinya sebanyak 58,70%

siswa dari jumlah keseluruhan memperoleh kategori sangat baik. Sisanya

41,30% memperoleh kategori baik. Kategori cukup dan kurang berada pada

angka 0,00%, artinya tidak ada siswa yang mendapatkan kategori cukup dan

kurang pada siklus II ini.

4.1.2.1.2 Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Pada siklus II ini, untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

penilaiannya masih difokuskan pada penggunaan huruf kapital, pemenggalan

kata, penggunaan ejaan dan tanda baca. Hasil tes untuk aspek ini dapat dilihat

pada tabel 23 berikut.

Tabel 23 Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca
Rentang Bobot
No. Kategori Frekuensi % Rata-rata
Skor Skor
1. Sangat baik 7< skor ≤10 17 170 36,96% 371/46
2. Baik 5< skor ≤7 28 196 60,87% 8,1
3. Cukup 2< skor ≤5 1 5 2,17%
4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 371 100% 8,1

Data pada tabel 23 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam

menggunakan ejaan sudah tidak ada yang memperoleh kategori kurang atau

0,00%. Kategori cukup dengan rentang skor 2< skor ≤5 diperoleh 1 siswa atau

2,17%. 28 siswa atau 60,87% mendapat kategori baik dengan rentang skor

5< skor ≤7. Untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 7< skor ≤10
107

dicapai 17 siswa atau sebesar 36,96% . Jadi rata-rata kemampuan siswa kelas

XI IA 2 untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada siklus II adalah

8,1 atau berada pada kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada grafik 12 berikut ini.

100%

80%
Persentase siswa

60,87%
60%
36,96%
40%

20%
2,17%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 15. Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Grafik 15 di atas memperlihatkan bahwa aspek penggunaan ejaan dan

tanda baca pada siklus II kategori baik paling tinggi, yaitu berada pada angka

60,87%. Artinya sebanyak 60,87% siswa dari jumlah keseluruhan memperoleh

kategori baik. Sisanya 36,96% memperoleh kategori sangat baik. Kategori

cukup hanya 2,17% dan kategori kurang berada pada angka 0,00%, artinya

tidak ada siswa yang mendapatkan kategori kurang pada siklus II ini.

4.1.2.1.3 Aspek Pilihan Kata

Aspek pilihan kata pada siklus II panilaiannya masih difokuskan pada

kesesuaian kata yang dipilih untuk menyampaikan ide atau gagasannya. Hasil

aspek ketepatan pilihan kata dapat dilihat pada tabel berikut.


108

Tabel 24. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


Aspek Pilihan Kata
Bobot Rata-
No. Kategori Rentang Skor Frekuensi %
Skor rata
1. Sangat baik 15< skor ≤20 3 52 6,52% 677/46
2. Baik 10< skor ≤15 43 625 93,48% 14,7
3. Cukup 5< skor ≤10 - 0 0,00%
4 Kurang 0< skor ≤5 - 0 0,00%

Jumlah 46 677 100% 14,7

Tabel 24 menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam memilih kata

yang sesuai untuk menyusun proposal kegiatan pada siklus II mencapai

kategori baik dengan skor rata-rata 14,7. Berdasarkan hasil tes 3 siswa

berhasil mencapai skor pada rentang 15< skor ≤20 atau kategori sangat baik.

Kategori baik dengan rentang skor 10< skor ≤15 dicapai 43 siswa atau

93,48%. Sudah tidak ada siswa yang mendapatkan kategori cukup dengan

rentang skor 5< skor ≤10 atau 0,00%. Begitu juga dengan rentang skor 0<

skor ≤5 atau kategori kurang sudah tidak ada siswa yang berada pada

kategori tersebut.
109

93,48%
100%

80%

Persentase siswa 60%

40%

20% 6,52%
0,00% 0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 16. Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan Aspek Pilihan Kata (Diksi)
Grafik 16 di atas memperlihatkan bahwa aspek pilihan kata pada siklus

II kategori baik paling tinggi, yaitu berada pada angka 93,48%. Artinya

sebanyak 93,48% siswa dari jumlah keseluruhan memperoleh kategori baik.

Sisanya 6,52% memperoleh kategori sangat baik. Kategori cukup dan kategori

kurang berada pada angka 0,00%, artinya tidak ada siswa yang mendapatkan

kategori cukup dan kurang untuk aspek pilihan kata (diksi) pada siklus II ini.

4.1.2.1.4 Aspek Penyusunan Kalimat

Aspek penyusunan kalimat penilaiannya masih difokuskan pada

kemampuan siswa dalam menyusun kalimat yang efektif. Hasil tes untuk

keterampilan menyusun kalimat efektif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 25. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


Aspek Penyusunan Kalimat
Rentang Bobot Rata-
No. Kategori Frekuensi %
Skor Skor rata
1. Sangat baik 15<skor≤20 - 0 0,00% 593/46
2. Baik 10<skor≤15 37 503 80,43% 12,9
3. Cukup 5<skor≤10 9 90 19,57%
110

4 Kurang 0<skor≤5 - 0 0,00%

Jumlah 46 593 100% 12,9

Data pada tabel 23 di atas menunjukkan bahwa keterampilan siswa

dalam menyusun kalimat efektif berada pada kategori baik dengan rata-rata

skor 12,9. Pada siklus II ini, tidak ada siswa yang memperoleh skor di bawah 5

dengan kategori kurang. Untuk kategori cukup dengan rentang skor 5< skor

≤10 dicapai 9 siswa atau 19,57%. 37 siswa atau 80,43% memperoleh kategori

baik dengan rentang skor 10< skor ≤15. Jadi pada siklus II ini untuk aspek

penyusunan kalimat masih belum ada siswa yang mencapai skor sangat baik.

Hasil ini juga dapat dilihat pada grafik 15 berikut.

100%
80,43%
80%
Persentase siswa

60%

40%
19,57%
20%
0,00% 0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 17. Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Penyusunan Kalimat

Grafik 17 di atas memperlihatkan bahwa aspek penyusunan kalimat

pada siklus II kategori baik paling tinggi, yaitu berada pada angka 80,43%.

Artinya sebanyak 80,43% siswa dari jumlah keseluruhan memperoleh kategori

cukup. Sisanya 19,57% memperoleh kategori cukup. Kategori sangat baik dan

kategori kurang berada pada angka 0,00%, artinya tidak ada siswa yang
111

mendapatkan kategori sangat baik dan kurang untuk aspek penyusunan kalimat

pada siklus II ini.

4.1.2.1.5 Aspek Kesesuaian Tiap Unsur

Fokus penilaian untuk aspek kesesuaian unsur adalah tingkat

kesesuaian penjelasan masing-masing unsur proposal kegiatan. Hasil tes aspek

ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 26. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


Aspek Kesesuaian Tiap Unsur

Rentang Bobot Rata-


No. Kategori Frekuensi %
Skor Skor rata
1. Sangat baik 7< skor ≤10 16 131 34,78% 336/46
2. Baik 5< skor ≤7 28 195 60,87% 7,3
3. Cukup 2< skor ≤5 2 10 4,35%
4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 336 100% 7,3

Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis

proposal dengan kesesuaian unsur setelah dilakukan tindakan siklus II

mencapai kategori baik dengan skor rata-rata 7,3. Pada siklus II ini tidak ada

siswa yang mendapat rentang skor 0< skor ≤2 atau kategori kurang. Kategori

cukup dengan rentang skor 2< skor ≤5 diperoleh 2 siswa atau 4,35%. Kategori

baik dengan rentang skor 5< skor ≤7 dicapai 28 siswa atau 60,87%. Dan 4

siswa atau 34,78% memperoleh kategori sangat baik dengan rentang skor 7<

skor ≤10. Hasil tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut.
112

100%

80%

Persentase siswa
60,87%
60%

34,78%
40%

20% 4,35%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 18. Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Penyusunan Kalimat

Grafik di atas memperlihatkan bahwa aspek kesesuaian tiap unsur pada

siklus II kategori baik paling tinggi, yaitu berada pada angka 60,87%. Artinya

sebanyak 60,87% siswa dari jumlah keseluruhan memperoleh kategori cukup.

34,78% memperoleh kategori sangat baik. Kategori cukup 4,35% dan kategori

kurang untuk aspek penyusunan kalimat pada siklus II ini tidak ada siswa yang

mendapatkannya.

4.1.2.1.6. Aspek Sistematika Penulisan

Aspek sistematika Penulisan penilaiannya difokuskan pada benar

tidaknya cara penulisan proposal kegiatan yang ditulis siswa. Apakah sudah

sesuai dengan sistematika atau belum. Hasil tes prasiklus untuk aspek

sistematika penulisan dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 27. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus I


Aspek Sistematika Penulisan
113

Rentang Bobot
No Kategori Frekuensi % Rata-rata
Skor Skor
1. Sangat baik 7< skor ≤10 29 81 63,04% 303/46
2. Baik 5< skor ≤7 16 147 34,78% 7,6
3. Cukup 2< skor ≤5 1 75 2,17%
4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 303 100% 7,6

Data pada tabel 27 di atas menunjukkan bahwa keterampilan menulis

proposal kegiatan siswa aspek kesesuaian tiap unsur untuk kategori kurang

dengan skor 0< skor ≤2 tidak dicapai siswa atau sebesar 0,00%. Sedangkan

untuk kategori cukup dengan skor 2< skor ≤5 hanya diperoleh 1 siswa atau

2,17%.Untuk kategori baik dengan rentang skor 5< skor ≤7 diperoleh 16 siswa

atau 34,78%.Untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 7< skor ≤10

dicapai 29 siswa atau 63,04%. Rata-rata kelas untuk aspek kesesuaian tiap

unsur adalah sebesar 7,6 atau berada pada kategori sangat baik. Hasil ini juga

dapat dilihat pada grafik berikut.


114

100%

80%

Persentase siswa
63,04%

60%

34,78%
40%

20%
2,17% 0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 19. Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Sistematika Penulisan

Grafik 19 di atas memperlihatkan bahwa aspek sistematika penulisan

pada siklus II untuk kategori sangat baik paling tinggi, yaitu berada pada

angka 63,04%. Kategori baik dicapai 34,78% siswa. Kategori cukup 2,17%

siswa dan kategori kurang untuk aspek sistematika penulisan pada siklus II ini

tidak ada siswa yang mendapatkannya atau 0,00%.

4.1.2.1.7 Aspek Kerapian Tulisan

Pada aspek kerapian tulisan, fokus penilaiannya adalah pada, kejelasan

dan kerapian tulisan.

Tabel 28. Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siklus II


Aspek Kerapian Tulisan
No. Kategori Rentang Frekuensi Bobot % Rata-
Skor Skor rata
1. Sangat baik 7< skor ≤10 22 295 47,83% 385/46
2. Baik 5< skor ≤7 21 167 45,65% 8,4
3. Cukup 2< skor ≤5 3 15 6,52%
4 Kurang 0< skor ≤2 - 0 0,00%

Jumlah 46 385 100% 8,4


115

Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa pada siklus II, aspek kerapian

tulisan untuk kategori sangat baik dengan rentang skor 7< skor ≤10 dicapai

22 siswa atau 47,83%. Kategori baik dicapai 21 siswa atau 45,65%. Sisanya 3

siswa atau 6,52% mendapat kategori cukup dengan rentang skor 2< skor ≤5.

Jadi aspek bentuk da kerapian pada siklus II ini mencapai nilai rata-rata 8,4

atau kategori sangat baik.

100%

80%
Persentase siswa

60% 47,83% 45,65%

40%

20% 6,52%
0,00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang
Kategori

Grafik 20. Hasil Tes Menulis Proposal Kegiatan


Aspek Kerapian Tulisan
116

Grafik 20 di atas memperlihatkan bahwa aspek kerapian tulisan pada

siklus II untuk kategori sangat baik paling tinggi, yaitu berada pada angka

47,83%. Kategori baik dicapai 45,65% siswa. Kategori cukup 6,52% siswa dan

kategori kurang untuk aspek kerapian tulisan pada siklus II ini tidak ada siswa

yang mendapatkannya atau 0,00%.

4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus II

Hasil penelitian nontes pada siklus II ini masih diperoleh dari

observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil dari ketiganya

adalah sebagai berikut.

4.1.2.2.1 Observasi

Pada siklus II ini observasi dilakukan selama proses pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan.

Berdasarkan hasil observasi, terlihat adanya perubahan perilaku siswa dari

perilaku pada siklus I. Untuk jenis perilaku keaktifan mendengarkan

penjelasan guru mencapai 76% atau pada kategori sangat baik.

Pada siklus II ini siswa semakin bersemangat mendengarkan

penjelasan guru, kalau pada siklus I semangat siswa pada kategori cukup,

pada siklus II ini menjadi baik dengan skor 4. Perhatian siswa terhadap

penjelasan guru masih berkategori baik dengan skor 4. Artinya lebih dari

70% siswa mendengarkan penjelasan guru.

Pada siklus II ini tangggapan siswa terhadap penjelasan guru masih

pada kategori cukup dengan skor 3. Siswa yang memberikan tanggapan


117

terhadap penjelasan guru ada 5 siswa, empat orang siswa putri dan seorang

siswa putra.

Pertanyaan siswa terhadap penjelasan guru termasuk baik dengan skor

4. Pertanyaan yang mereka lontarkan seputar kesulitan mereka tentang

penyusunan proposal kegiatan. Siswa yang aktif bertanya pada siklus II ini

ada 5 siswa, dua orang siswa putra dan tiga orang siswa putri.

Jenis perilaku kedua yang diamati adalah keaktifan siswa selam

pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual

komponen pemodelan dan inkuiri. Ada 10 aspek yang menjadi sasaran

observasi. Sasaran pertama yaitu kerjasama antarsiswa saat pembelajaran

menulis proposal. Berdasarkan pengamatan pada siklus I kerjasama siswa

sangat baik dengan skor 5. Sasaran kedua yaitu keaktifan siswa dalam

bekerja kelompok mendapat skor 5 atau dalam kategori sangat baik. Ini

menunjukkan bahwa pada siklus I masing-masing kelompok aktif bekerja.

Pembelajaran menulis proposal ini menggunakan berbagai sumber, sumber

dari buku paket dan contoh proposal yang sudah ada. Jadi untuk aspek ini

berada pada kategori baik dengan skor 4.

Ketika guru menghadirkan model dalam pembelajaran, perhatian siswa

terhadap model sudah sangat baik dengan skor 5, artinya sebagian besar siswa

memperhatikan model. Meskipun mereka memperhatikan model, hanya

beberapa siswa yang bertanya tentang model. Siswa melalui kerja kelompok

mulai merumuskan hipotesis tentang proposal kegiatan yang baik, sehingga


118

untuk aspek ini berada pada kategori baik dengan skor 4. Untuk menjawab

hipotesis tersebut, siswa terlihat mengumpulkan data, keseriusan siswa untuk

mengumpulkan data berada pada kategori sangat baik dengan skor 5.

Setelah mengumpulkan data, terlihat siswa membuat simpulan untuk

menjawab hipotesis yang mereka susun. Simpulan yang dilakukan siswa dapat

dikategorikan cukup. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator tergolong

baik dengan skor 4. Ini berarti bahwa guru mampu membantu siswa dalam

belajar menulis proposal kegiatan.

Penyajian hasil karya siswa tergolong baik dengan skor 4. Karena hasil

karya siswa ditempel di depan kelas sehingga siswa lain dapat melihat dan

menilainya. Dari sepuluh aspek tersebut, untuk keaktifan siswa selama

pembelajaran menulis proposal kegiatan mencapai 44 atau 88%.

Perilaku ketiga yang diobservasi adalah keaktifan siswa dalam

mengerjakan tugas menulis proposal kegiatan. Untuk perilaku ini mencapai

skor 13 atau 86%. Sasaran yang diobservasi ada tiga, yaitu keseriusan siswa

dalam menyelesaikan tugas menulis proposal kegiatan yang mencapai kategori

sangat baik dengan skor 5, sebagian siswa tampak serius dalam mengerjakan

tugas menulis proposal kegiatan. Perilaku siswa dalam mengerjakan tugas

menulis proposal kegiatan dapat dikategorikan baik dengan skor 4, karena

sebagian besar siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh tugas menulis

proposal yang diberikan guru. Sasaran yang ketiga yaitu ketepatan waktu siswa

dalam mengerjakan tugas yang diberikan mencapai kategori baik dengan skor
119

4, artinya ada siswa yang mampu menyelesaikan tugas tepat waktu dan ada

yang tidak mampu menyelesaikannya pada waktu yang telah ditentukan.

Dari ketiga jenis perilaku yang di amati dan beberapa sasaran observasi

diperoleh skor 76 atau 86%.

4.1.2.2.2 Jurnal

Jurnal yang digunakan pada siklus II ini masih sama dengan siklus I,

yaitu jurnal siswa dan jurnal guru, yang bertujuan untuk mengetahui respon

siswa terhadap pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan

kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan.

A. Jurnal Siswa

Jurnal siswa pada siklus II menunjukkan bahwa mereka cukup senang

mengikuti pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan

kontekstual komponen pemodelan dan inkuiri. Mereka juga semakin

menguasai materi tentang proposal kegiatan, kesulitan yang dialami pada

siklus I mulai dapat diatasi pada siklus II ini.

Setelah mengikuti pembelajaran menulis proposal dengan pendekatan

kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan mereka berpendapat bahwa

pembelajaran ini dapat menambah pengetahuan mereka tentang proposal

kegiatan, karena guru menghadirkan model yang sangat membantu mereka

untuk menemukan pengetahuan tentang proposal. proses inkuiri yang telah

dilakukan membuat mereka mampu berpikir sistematis dan meniungkatkan

kemampuan mereka menulis proposal. Meskipun demikian, menurut mereka

guru harus menjelaskan lebih dalam teori tentang proposal, menjelaskan

langkah-langkah dalam menyusun proposal kegiatan dan menjelaskan tentang


120

penyusunan kalimat efektif karena mereka masih kesulitan menyusun sebuah

kalimat yang efektif dan runtut. Hal lain yang diinginkan siswa dalam

pembelajaran kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan adalah

dihadirkan lebih dari satu model sehingga mereka dapat membandingkannya.

B. Jurnal Guru

Jurnal guru ditulis guru saat pembelajaran menulis proposal kegiatan

dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan selesai.

Jurnal guru merupakan catatan-catatan kejadian dalam proses pembelajaran

yang berkenaan dengan hal yang dialami siswa dan keberhasilan

pembelajaran.

Dari hasil jurnal guru diketahui bahwa pada siklus II kegiatan

pembelajaan berlangsung lebih baik dari siklus I, guru dalam menyampaikan

pelajaran cukup baik dan sudah mampu memotivasi siswa. Komunikasi

antara guru dengan siswa maupun antarsiswa berlangsung dengan sangat

baik, sehingga kelas terlihat hidup. Pada siklus II ini siswa sudah semakin

disiplin, sudah tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas, tidak ada siswa

yang keluar kelas tanpa izin dan perhatian siswa terpusat pada materi

pembelajaran yang sedang dipelajari.

4.1.2.2.3 Wawancara

Wawancara pada siklus II ini dilaksanakan setelah hasil tes siklus II

diketahui. Wawancara masih dilaksanakan oleh peneliti di luar pembelajaran

dan dilakukan terhadap sembilan siswa, 3 siswa dengan nilai tinggi, 3 siswa

dengan nilai sedang, dan 3 siswa dengan nilai rendah.


121

Hasil wawancara siklus II menunjukkan bahwa pada dasarnya mereka

berminat terhadap pembelajaran menulis. Salah satu siswa mengaku sering

menulis essai untuk dikirimkan ke majalah-majalah remaja. Tiga siswa yang

nilainya rendah mengaku baru pertama belajar proposal. Siswa yang lain

mengaku pernah melihat bentuk proposal di luar pembelajaran yang

dilakukan.

Kesembilan siswa mengaku senang mengikuti pembelajaran menulis

proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan

inkuiri. Tetapi tiga siswa yang mendapatkan nilai rendah merasa kurang jelas

terhadap penjelasan guru karena mereka duduk di belakang. Mereka juga

merasa kurang berkonsentrasi saat pembelajaran.

Model yang telah di hadirkan guru saat pembelajaran sangat

memotivasi dan membantu mereka dalam menulis proposal kegiatan. Dengan

ditambahnya model pembelajaran pada siklus II ini, mereka mengaku

semakin jelas pengetahuan mereka tentang proposal, dan mereka tidak

kesulitan lagi dalam menyusun proposal kegiatan.

Pada siklus II ini mereka merasa senang ketika diminta menulis

proposal kegiatan oleh guru. Mereka juga memiliki kesempatan untuk

memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada proposal yang telah ditulis

sebelum dikumpulkan. Akan tetapi, mereka mengaku masih kesulitan dalam

mengolah kata menjadi kalimat yang efektif, serta sulit membiasakan menulis

sesuai dengan ejaan yang benar.


122

Mengenai pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan

kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan yang telah dilaksanakan,

mereka berpendapat bahwa pembelajaran tersebut sangat menyenangkan dan

tidak membosankan untuk diikuti karena mereka tidak harus duduk manis

mendengarkan ceramah guru. Hanya saja bagi siswa yang memperoleh nilai

rendah merasa kesulitan menyelesaikan proposal dengan waktu yang relatif

singkat.

Model yang telah dihadirkan pada siklus II ini menurut mereka lebih

menarik daripada siklus I, sehingga sangat memotivasi dan membantu

mereka dalam menulis proposal kegiatan. Proses inkuiri yang meliputi

observasi, bertanya, pengajuan hipotesis, pengumpulan data dan penyimpulan

membuat mereka belajar untuk berpikir sistematis.

4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto

Dokumentasi foto pada siklus II masih dilakukan saat pembelajaran

menulis proposal kegiatan dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri

dan pemodelan dilaksanakan. Deskripsi dokumentasi foto pada siklus II dapat

dilihat sebagai berikut.


123

Gambar 5. Kegiatan Awal Pembelajaran

Gambar 5 di atas memperlihatkan kegiatan siswa pada awal

pembelajaran. Untuk mengingat kembali materi tentang proposal yang telah

dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Guru meminta siswa untuk

menuliskan unsur-unsur proposal di papan tulis. Pada gambar di atas seorang

siswa putra menunjuk seorang siswa putri untuk maju menuliskan unsur-

unsur proposal, dan siswa lain menertawakannya. Dengan cara ini ternyata

dapat meningkatkan semangat siswa dan tidak membuat siswa bosan atau

jenuh.

Gambar 6 di atas menunjukkan kegiatan siswa saat mengamati model

Pada siklus II ini guru menghadirkan satu model lagi. Jadi ada dua

proposal yang diamati oleh siswa. Pada siklus II ini terlihat siswa lebih serius
124

dan lebih teliti dalam mengamati model. Juga terlihat adanya kerjasama yang

baik dalam kelompok saat mengamati model pembelajaran. Pada gambar di

atas salah seorang siswa memegang model, dan siswa lain mengamati sambil

menulis hal-hal yang dapat ditemukan dari model.

Gambar 7. Kegiatan diskusi siswa

Gambar 7 di atas memperlihatkan kegiatan diskusi yang lebih hidup

pada siklus II. Setiap kelompok terlihat antusias dalam berdiskusi. Proses

inkuiri terjadi pada gambar ini. Siswa pada masing-masing kelompok

melakukan observasi kemudian bertanya pada teman yang lain, mengajukan

hipotesis, mengumpulkan data, dan menyimpulkan.


125

Gambar 8. Aktivitas siswa menulis proposal kegiatan

Gambar 8 menunjukkan aktivitas siswa saat mengerjakan tes menulis

proposal kegiatan yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus II.

di atas terlihat seluruh siswa sangat serius dalam menulis proposal

kegiatan.

4.2 Pembahasan

Pembahasan dalam skripsi ini meliputi pembahasan tentang

peningkatan keterampilan menulis proposal kegiatan siswa kelas XI IA 2

SMA Negeri 9 Semarang dan perubahan perilaku siswa kelas XI IA 2 setelah

mengikuti pembelajaran menulis proposal kegiatan dengan pendekatan

kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan

4.2.1 Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan Siswa

Kelas XI IA 2 SMA Negeri 09 Semarang Setelah Mengikuti

Pembelajaran Menulis Proposal Kegiatan dengan Pendekatan

Kontekstual Komponen Inkuiri dan Pemodelan


126

Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan hasil penelitian yang

telah diperoleh, meliputi hasil pratindakan, siklus I dan siklus II. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas XI IA 2 dalam

menulis proposal kegiatan meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan. Peningkatan

keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan dapat dilihat pada tabel

29 berikut ini.

Tabel 29. Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan


Skor Rata-rata Kelas Peningkatan (%)
No Aspek Penilaian
PT SI S II PT-SI SI-SII PT-SII
1 Kelengkapan Unsur 10,7 13,9 17,1 29,55% 22,97% 59,31%
2 Penggunaan Ejaan dan 5,8 6,7 8,1 15,67% 19,68% 38,43%
Tanda Baca
3 Pilihan Kata 10,6 12,6 14,7 18,85% 16,72% 38,73%
4 Penyusunan Kalimat 9,6 10,6 12,9 9,95% 22,02% 34,16%
5 Kesesuaian Tiap Unsur 4,9 5,9 7,3 22,22% 22,18% 49,33%
6 Sistematika Penulisan 4,9 6,4 7,6 29,07% 19,80% 54,63%
7 Kerapian Tulisan 7,1 7,7 8,4 8,90% 8,45% 18,10%
Jumlah 53,7 63,9 76,1 18,89% 19,05% 41,55%

Data pada tabel 29 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes

keterampilan menulis proposal kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II. Dari

tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata nilai mengalami peningkatan dari

prasiklus, siklus I dan siklus II. Pada prasiklus skor rata-rata kelas sebesar

53,7 termasuk kategori kurang. Skor rata-rata tersebut dari jumlah rata-rata

masing-masing aspek. Aspek kelengkapan unsur proposal kegiatan pada

pratindakan skor rata-rata sebesar 10,7, setelah dilakukan tindakan siklus I

meningkat menjadi 13,9 atau meningkat sebesar 29,55%. Pada siklus II skor

rata-rata aspek kelengkapan unsur meningkat 22,97% menjadi 17,1.


127

Peningkatan dari pratindakan ke siklus II sebesar 59,31%. Aspek ejaan dan

tanda baca pratindakan sebesar 5,8. pada siklus I mengalami peningkatan

15,67% menjadi 6,7. setelah dilakukan perbaikan pada siklus II skor rata-rata

aspek ejaan dan tanda baca menjadi 8,1 atau meningkat sebesar 19,68%.

Peningkatan dari pratindakan sampai siklus II sebesar 38,43%. Aspek pilihan

kata pada pratindakan sebesar 10,6, pada siklus I mengalami peningkatan

18,85% menjadi 12,6. setelah dilakukan perbaikan pada siklus II skor rata-

rata aspek pilihan kata menjadi 14,7 atau meningkat sebesar 16,72%.

Peningkatan dari pratindakan sampai siklus II sebesar 38,73%. Aspek

penyusunan kalimat pratindakan sebesar 9,6, setelah dilakukan tindakan

siklus I meningkat sebesar 9,95% menjadi 10,6. Kemudian dilakukan

perbaikan pada siklus I sehingga skor rata-rata meningkat lagi sebesar

16,72% menjadi 12,9. Peningkatan dari pratindakan sampai siklus II sebesar

34,16%. Aspek kesesuaian tiap unsur pada pratindakan sebesar 4,9, pada

siklus I mengalami peningkatan 22,22% menjadi 5,9. setelah dilakukan

perbaikan pada siklus II skor rata-rata aspek kesesuaian tiap unsur menjadi

7,3 atau meningkat sebesar 22,18%. Peningkatan dari pratindakan sampai

siklus II sebesar 49,33%. Aspek sistematika penulisan pratindakan sebesar

4,9 setelah dilakukan tindakan siklus I meningkat sebesar 29,07% menjadi

6,4. Kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II sehingga skor rata-rata

meningkat lagi sebesar 19,80% menjadi 7,6. Peningkatan dari pratindakan

sampai siklus II sebesar 54,63%. Aspek kerapian tulisan pratindakan sebesar


128

7,1 setelah dilakukan tindakan siklus I meningkat sebesar 8,90% menjadi 7,7.

Kemudian dilakukan perbaikan pada siklus II sehingga skor rata-rata

meningkat lagi sebesar 8,45% menjadi 8,4. Peningkatan dari pratindakan

sampai siklus II sebesar 18,10%. Peningkatan keterampilan menulis proposal

kegiatan siswa kelas XI IA 2 juga dapat dilihat pada grafik 20 berikut ini.

70%
59,31%
60% 54,63%
49,33%
50%
Peningkatan (%)

38,43% 38,73%
40% 34,16%

29,55%
30% 22,18%
29,07%
19,68% 22,02% 18,10%
18,85%
20% 22,97%
22,22%
19,80%
16,72%
10% 15,67% 9,95% 8,90%
8,45%

0%
1 2 3 4 5 6 7
Aspek Penilaian

PS-S I S I - S II PS - S II

Grafik 20. Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan

Peningkatan keterampilan menulis proposal kegiatan siswa ini

merupakan bukti keberhasilan pendekatan kontekstual komponan inkuiri dan

pemodelan dalam meningkatkan keterampilan siswa menulis proposal

kegiatan. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan, keterampilan menulis proposal

kegiatan ssiwa masih kurang, setelah diberlakukan pendekatan kontekstual

komponen inkuiri dan pemodelan pada siklus I dan II keterampilan siswa

mengalami peningkatan. Pada siklus I masih pada kategori cukup, setelah

dilakukan perbaikan pada siklus II keterampilan menulis proposal kegiatan

siswa menjadi baik.


129

4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas XI IA 2 Setelah Mengikuti

Pembelajaran Menulis Proposal Kegiatan dengan Pendekatan

Kontekstual Komponen Inkuiri dan Pemodelan

Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis proposal kegiatan

diikuti pula dengan perubahan perilaku siswa. Sebelum dilakukan tindakan,

kondisi awal menunjukkan lebih dari 50% siswa kurang bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran. Ketika diberi soal tes awal mereka mengeluh

meskipun pada akhirnya dikerjakan. Mereka cukup berminat dengan

pembelajaran menulis, tetapi untuk menulis proposal menurut mereka cukup

rumit. Perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran dapat dilihat

dari hasil observasi. Hasil observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus

II dapat dilihat pada tabel 30 berikut.

Tabel 30. Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II


Persentase Aktifitas Siswa
No Jenis Perilaku
Siklus I Siklus II
1. Keaktifan siswa mendengarkan 48% 76%
penjelasan guru
2. Keaktifan siswa dan peran guru 70% 88%
selama proses pembelajaran menulis
proposal kegiatan
3. Keakrifan siswa dalam mengerjakan 73,3% 86%
tugas menulis proposal kegiatan

Data pada tabel 30 di atas menunjukkan perubahan perilaku siswa dari

siklus I ke siklus II. Ketiga jenis perilaku yang diamati mengalami perubahan
130

pada siklus II, hal ini merupakan bukti bahwa terjadi perubahan perilaku

siswa setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan pendekatan

kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan. Untuk jenis perilaku keaktifan

mendengarkan penjelasan guru, pada siklus I mencapai 48% dan pada siklus

II meningkat menjadi 76%. Jenis perilaku ini ada lima sasaran observasi.

Siswa yang terlihat bersemangat pada siklus I hanya 20 orang, sedangkan

pada siklus II semua siswa terlihat bersemangat mengikuti pembelajaran.

Siswa juga semakin serius dalam memperhatikan penjelasan guru . Hal ini

disebabkan guru setiap memberikan penjelasan pada siswa selalu diselingi

humor sehingga menarik perhatian siswa. Beberapa siswa juga mulai aktif

menanggapi penjelasan guru dan menanyakan hal-hal yang belum mereka

pahami dari apa yang telah disampaikan guru. Komunikasi yang dilakukan

guru dengan siswa berhasil meningkatkan keaktifan siswa dalam

pembelajaran. Pertanyaan-pertanyan yang diberikan oleh guru dapat dijawab

dengan baik oleh siswa karena mereka selalu memperhatikan penjelasan

guru.

Keaktifan siswa dan peran guru selama proses pembelajaran menulis

proposal kegiatan meningkat. Pada siklus II untuk jenis perilaku ini mencapai

88%, artinya ada peningkatan sebesar 18 % dari jumlah siklus I. Hal iji

menunjukkan adanya perubahan ke arah positif untuk jenis perilaku ini.

Berdasarkan hasil observasi, sepuluh sasaran observasi pada jenis perilaku ini
131

berkategori sangat baik dan baik. Kerja sama antar siswa saat pembelajaran

berlangsung dengan sangat baik. Seluruh siswa terlihat mau bekerja sama

dengan siswa lain dalam memecahkan masalah yang telah mereka

temukan.Kebebasan yang diberikan guru membuat siswa dapat leluasa

bekerja sama dengan temannya. Adanya penilaian pada masing-masing

kelompok dan reward yang diberikan guru meningkatkan keaktifan siswa

dalam bekerja kelompok. Guru selain menggunakan buku sebagai sumber

pembelajaran, juga contoh proposal kegiatan dan pendapat-pendapat dari

siswa yang aktif dalam keorganisasian, baik di lingkungan sekolah maupun di

lingkungan tempat tinggalnya.

Perubahan perilaku juga terlihat pada keaktifan siswa mengerjakan

tugas menulis proposal kegiatan. Siswa terlihat serius mengerjakan tugas

menulis proposal kegiatan karena mereka semakin paham dan ingin

memperbaiki kesalahan untuk mendapatkan nilai terbaik. Siswa juga tidak

menunjukkan perilaku negatif seperti menyontek atau melihat pekerjaan

temannya saat menulis proposal kegiatan. Hasilnya siswa dapat

menyelesaikan proposal kegiatan pada waktu yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil jurnal dan wawancara ternyata pada siklus I siswa

masih bingung dengan pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan

pemodelan yang diterapkan guru, khususnya proses inkuiri yang baru mereka

lalui. Model pembelajaran yang dihadirkan guru menurut siswa juga perlu

ditambah dengan kegiatan yang berbeda. Pada siklus II siswa mengaku lebih
132

senang mengikuti pembelajaran karena pembelajaran lebih menyenangkan,

guru dalam menyampaikan pelajaran lebih menyenangkan dan sering

diselingi humor jadi tidak membosankan. Penambahan model dan pemberian

latihan sangat membantu siswa dalam memahami dan menguasai materi.

Perubahan perilaku siswa yang dijelaskan di atas menunjukkan bahwa

pendekatan kontekstual komponen inkuiri dan pemodelan dapat mengubah

perilaku siswa dalam menulis proposal kegiatan. Hasil observasi, jurnal,

wawancara, dan dokumentasi foto menunjukkan adanya perubahan perilaku

siswa. Perilaku-perilaku negatif yang ditunjukkan pada kondisi awal dan

siklus I berubah menjadi perilaku positif pada siklus II setelah dilakukan

perbaikan-perbaikan pembelajaran.
133
PEDOMAN PENILAIAN
KETERAMPILAN MENULIS PROPOSAL KEGIATAN

No. Kategori Rentang Skor


1. Sangat baik 85<skor≤100

2. Baik 70<skor≤84

3. Cukup baik 55<skor≤69


4. Kurang baik
0<skor≤54
KRITERIA PENILAIAN PROPOSAL KEGIATAN

Aspek Kelengkapan Unsur/ bagian proposal


No Kriteria Kategori Skor
1. Semua bagian-bagian proposal kegiatan Sangat baik 15<skor≤20
tercantum dan benar. 10<skor≤15
2. Unsur yang tidak tercantum 1-2 Baik 5<skor≤10
3. Unsur yang tidak tercantum 3-4 Cukup 0<sor≤5
4. Lebih dari lima bagian proposal kegiatan tidak Kurang
tercantum

Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca


No Kriteria Kategori Skor
1. Jumlah kesalahan 1-10 Sangat baik 7<skor≤10
2. Jumlah kesalahan 11-30 Baik 5<skor≤7
3. Jumlah kesalahan 31-50 Cukup 2<skor≤5
4. Penggunaan ejaan dan tanda baca salah Kurang 0<skor≤2

Aspek Pilihan Kata


No Kriteria Kategori Skor
1. Pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud Sangat baik 15<skor≤20
0-5
2. Pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud Baik 10<skor≤15
6-10
3. Pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud Cukup 5<skor≤10
11-15
4. Pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud Kurang 0<sor≤5
lebih dari 15

Aspek Penyusunan Kalimat


No Kriteria Kategori Skor
1. Semua kalimat urut dan efektif Sangat baik 15<skor≤20
2. Kalimat tidak efektif 1-3 Baik 10<skor≤15
3. Kalimat tidak efektif 4-6 Cukup 5<skor≤10
4. Kalimat tidak efektif lebih dari 6 Kurang 0<sor≤5
Aspek Kesesuaian Tiap Unsur

No Kriteria Kategori Skor


1. Tiap bagian diungkapkan dengan tepat Sangat baik 7<skor≤10
2. Tiap bagian cukup tepat pengungkapannya Baik 5<skor≤7
3. Tiap bagian kurang tepat pengungkapannya Cukup 2<skor≤5
4. Tiap bagian tidak tepat pengungkapannya Kurang 0<skor≤2

Aspek Sistematika Penulisan


No Kriteria Kategori Skor
1. Sistematika penulisan benar. Sangat baik 7<skor≤10
2. Penulisan sesuai dengan sistematika, tetapi ada Baik 5<skor≤7
yang kurang tepat.
3. Ada penulisan yang tidak sesuai dengan Cukup 2<skor≤5
sistematika
4. Penulisan kurang sesuai sistematika Kurang 0<skor≤2

Aspek Kerapian Tulisan


No Kriteria Kategori Skor
1. Tulisan terbaca, jelas bentuknya dan rapi Sangat baik 7<skor≤10
2. Tulisan terbaca, jelas dan cukup rapi Baik 5<skor≤7
3. Tulisan terbaca tapi kurang jelas dan tidak rapi Cukup 2<skor≤5
4. Tulisan kurang bisa dibaca, tidak jelas dan Kurang 0<skor≤2
tidak rapi
PEDOMAN OBSERVASI SIKLUS I DAN II

Jenis Perilaku Sasaran Observasi SB B C K SK Skor


Keaktifan 1. Semangat siswa dalam
mendengarkan mendengarkan penjelasan guru
penjelasan 2. Perhatian siswa saat
Guru mendengarkan penjelasan guru.
3. Tanggapan siswa terhadap
penjelasan guru
4. Pertanyaan siswa terhadap
penjelasan guru
5. Jawaban siswa atas pertanyaan
yang diberikan guru
Keaktifan 1. Kerja sama antar siswa saat
siswa dan proses pembelajaran menulis
peran guru proposal kegiatan
selama proses 2. Keaktifabn siswa dalam
pembelajaran bekerja kelompok.
menulis 3. Penggunaan berbagai sumber
proposal dalam proses pembelajaran
kegiatan menulis proposal kegiatan.
4. Perhatian siswa terhadap model
yang dihadirkan guru.
5. Pertanyaan siswa tentang
model yang diamati
6. Pengajuan hipotesis oleh siswa.
7. Keseriusan siswa dalam
mengumpuljkan data tentang
proposal kegiatan.
8. Simpulan yang dilakukan oleh
siswa.
9. Peran guru sebagai fasilitator
dan motivator.
10. Penyajian hasil karya siswa
Keaktifan 1. Keseriusan siswa dalam
siswa dalam mengerjakan tugas menulis
mengerjakan proposal kegiatan.
tugas menulis 2. Perilaku siswa dalam
prop[osal mengerjakan tugas menulis
kegiatan proposal kegiatan.
3. Ketepatan waktu siswa dalam
mengerjakan tugas menulis
proposaal kegiatan.
Jumlah
1. Semangat siswa dalam mendengarkan penjelasan guru
Sangat Baik : Semua siswa semangat mengikuti pembelajaran
Baik : Siswa yang bersemangat mengikuti pembelajaran 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang semangat mengikuti pembelajaran 18-24
Kurang : Siswa yang semangat mengikuti pembelajaran 10-17
Sangat kurang: Siswa yang semangat mengikuti pembelajaran kurang dari 10

2. Perhatian siswa saat mendengarkan penjelasan guru.


Sangat baik : Semua siswa semangat mengikuti pembelajaran
Baik : Siswa yang bersemangat mengikuti pembelajaran 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang semangat mengikuti pembelajaran 18-24
Kurang : Siswa yang semangat mengikuti pembelajaran 10-17
Sangat kurang: Siswa yang semangat mengikuti pembelajaran kurang dari 10

3. Tanggapan siswa terhadap penjelasan guru


Sangat baik : lebih dari 10 siswa menanggapi penjelasan guru
Baik : Siswa yang menanggapi penjelasan guru 6-10
Cukup : Siswa yang menanggapi penjelasan guru 3-5 siswa
Kurang : Siswa yang menanggapi penjelasan guru hanya 6 orang.
Sangat kurang: Tidak sioswa yang menanggapi penjelasan guru

4. Pertanyaan siswa terhadap penjelasan guru


Sangat baik : lebih dari 10 siswa menanggapi penjelasan guru
Baik : Siswa yang bertanya kepada penjelasan guru 6-10
Cukup : Siswa yang menanggapi penjelasan guru 3-5 siswa
Kurang : Siswa yang menanggapi penjelasan guru hanya 6 orang.
Sangat kurang : Tidak sioswa yang menanggapi penjelasan guru

5. Jawaban siswa atas pertanyaan yang diberikan guru


Sangat baik : Semua siswa dapat menjawab pertanyaan yang diajukan guru
dengan tepat dan lengkap
Baik : Semua siswa dapat menjawab pertanyaan guru tetapI kurang
tepat.
Cukup : Ada siswa yang tidak bisa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru
Kurang : Banyak Siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan guru
Sangat kurang : Siswa yang semangat mengikuti pembelajaran kurang dari 10
siswa.

6. Kerja sama antar siswa saat proses pembelajaran menulis proposal kegiatan
Sangat baik : Semua siswa bekerja sama dengan baik di kelas
Baik : Lebih dari 50% siswa bekerja sama dengan baik dalam
proses pembelajaran
Cukup : 50% siswa bekerja sama dengan baik saat proses
pembelajaran
Kurang : kurang dari 50% siswa yang mu bekerja sama
Sangat kurang: Kerja sama antar siswa belum terjalin dengan baik.

7. Keaktifan siswa dalam bekerja kelompok.


Sangat Baik : Semua siswa aktif bekerja kelompok
Baik : Siswa yang aktif bekerja kelompok 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang aktif bekerja kelompok 18-24
Kurang : Siswa yang aktif bekerja kelompok 10-17
Sangat kurang: Siswa yang aktif bekerja kelompok kurang dari 10 siswa.

8. Penggunaan berbagai sumber dalam proses pembelajaran menulis proposal


kegiatan.
Sangat baik : Guru menggunakan berbagai sumber dalam pembelajaran, dari
guru, buku-buku Bahasa Indonesia dan siswa yang aktif di
organisasi.
Baik : Sumber pembelajaran dari guru, buku-buku Bahasa Indonesia
Cukup : Sumber pembelajaran dari guru, buku paket
Kurang : Sumber pembelajaran dari guru dan satu buku paket.
Sangat kurang: Sumber pembelajaran hanya dari guru saja

9. Perhatian siswa terhadap model yang dihadirkan guru.


Sangat Baik : Semua siswa memperhatikan model
Baik : Siswa yang memperhatikan model 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang memperhatikan model 18-24
Kurang : Siswa yang memperhatikan model 10-17
Sangat kurang: Siswa yang memperhatikan model kurang dari 10 siswa.

10. Pertanyaan siswa tentang model yang diamati


Sangat baik : Pertanyaan yang diajukan siswa sangat baik
Baik : pertanyaan yang diajukan siswa baik
Cukup : pertanyan yang diajukan siswa cukup baik
Kurang : pertanyaan yang diajukan siswa kurang baik
Sangat kurang: tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan

11. Pengajuan hipotesis oleh siswa.


Sangat Baik : Semua siswa dapat mengajukan hipotesis dengan baik
Baik : Siswa yang dapat mengajukan hipotesis 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang dapat mengajukan hipotesis 18-24
Kurang : Siswa yang dapat mengajukan hipotesis 10-17
Sangat kurang: Siswa yang dapat mengajukan hipotesis kurang dari 10 siswa.

12. Keseriusan siswa dalam mengumpulkan data tentang proposal kegiatan.


Sangat baik : Semua siswa serius dalam mengumpulkan data tentang
proposal kegiatan
Baik : Siswa yang serius dalam mengumpulkan data tentang proposal
kegiatan 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang serius dalam mengumpulkan data tentang proposal
kegiatan 18-24
Kurang : Siswa yang serius dalam mengumpulkan data tentang proposal
kegiatan 10-17
Sangat kurang: Siswa yang serius dalam mengumpulkan data tentang proposal
kegiatan kurang dari 10 siswa.

13. Simpulan yang dilakukan oleh siswa.


Sangat baik : Semua siswa dapat membuat simpalan dengan baik
Baik : Siswa yang dapat membuat simpalan dengan baik 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang dapat membuat simpalan dengan baik 18-24
Kurang : Siswa yang dapat membuat simpalan dengan baik 10-17
Sangat kurang: Siswa yang dapat membuat simpalan dengan baik kurang dari
10

14. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator.


Sangat baik : Guru dapat membantu siswa dan merangsang keaktifan siswa
Baik : Guru dapat membantu siswa dan memotivasi siswa.
Cukup : Guru dapat membantu siswa tetapi kurang memotivasi siswa
Kurang : Guru kurang membantu siswa dan kurang mampu memotivasi
siswa untuk aktif.
Sangat kurang: Guru belum mampu membantu dan memotivasi siswa.

15. Penyajian hasil karya siswa


Sangat baik : Semua siswa dapat menyajikan hasil karya dengan baik.
Baik : Siswa yang dapat menyajikan hasil karya dengan baik 25-35
siswa.
Cukup : Siswa yang dapat menyajikan hasil karya dengan baik 18-24
Kurang : Siswa yang dapat menyajikan hasil karya dengan baik 10-17
Sangat kurang: Siswa yang dapat menyajikan hasil karyanya dengan baik
kurang dari 10 siswa.

16. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas menulis proposal kegiatan.


Sangat baik : Semua siswa serius dalam mengerjakan tugas menulis proposal
kegiatan
Baik : Siswa yang serius dalam mengerjakan tugas menulis proposal
kegiatan 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang serius dalam mengerjakan tugas menulis proposal
kegiatan 18-24
Kurang : Siswa yang serius dalam mengerjakan tugas menulis proposal
kegiatan 10-17
Sangat kurang: Siswa yang serius dalam mengerjakan tugas menulis proposal
kegiatan kurang dari 10
17. Perilaku siswa dalam mengerjakan tugas menulis proposal kegiatan.
Sangat baik : Semua siswa menunjukkan perilaku baik dalam mengerjakan
tugas menulis proposal kegiatan
Baik : Siswa yang menunjukkan perilaku baik dalam mengerjakan
tugas menulis proposal kegiatan 25-35 siswa.
Cukup : Siswa yang menunjukkan perilaku baik dalam mengerjakan
tugas menulis proposal kegiatan 18-24
Kurang : Siswa yang menunjukkan perilaku baik dalam mengerjakan
tugas menulis proposal kegiatan 10-17
Sangat kurang: Siswa yang menunjukkan perilaku baik dalam mengerjakan
tugas menulis proposal kegiatan kurang dari 10

19. Ketepatan waktu siswa dalam mengerjakan tugas menulis proposal kegiatan.
Sangat baik : Semua siswa dapat menyelasaikan tugasnya tepat waktu
Baik : Siswa yang dapat menyelasaikan tugasnya tepat waktu 25-35
Cukup : Siswa yang dapat menyelasaikan tugasnya tepat waktu 18-24
Kurang : Siswa yang dapat menyelasaikan tugasnya tepat waktu 10-17
Sangat kurang: Siswa yang dapat menyelasaikan tugasnya tepat waktu dari 10
PROPOSAL KEGIATAN
PERINGATAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE 59
WARGA RT 07 RW I
Jln. Ngesrep Timur V Kelurahan Sumurboto, Banyumanik Semarang 50229

A. LATAR BELAKANG
Kemerdekaan merupakan sesuatu yag tak ternilai harganya. Selain itu
kemerdekaan merupakan anugerah Allh SWT yang sangat besar dan harus
senantiasa kita syukuri. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu
menghargai para jasa pahlawan yang telah banyak berberjasa dalam meraih
kemerdekaan negaranya. Kemerdekaan haruslah kita isi dengan hal-hal yang
membangun dan dalam rangka memajukan warga agar senantiasa kemerdekaan
yang telah diraih bisa terjaga dan dapat terus dinikmati oleh generasi- generasi
selanjutnya.
Tentunya dalam era Globalisasi yang makin pesat ini kita harus mampu
bersaing dan tidak hanya menjadi penonton saja. Namun kita harus bangkit untuk
berperan serta langsung dalam meningkatkan kemajuan bangsa kita. Melalui
kemerdekaan yang telah dicapai oleh para pendahulu kita , kita harus senantiasa
melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan mental dan jiwa
patriotisme dalam melindungi bangsa ini dari ancaman pihak luar maupun
ancaman dari dalam yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Dalam rangka memperingati proklamasi kemerdekaan Indobnesia yang
ke 60, perlu diadakan kegiatan-kegiatan sebagai sarana pemersatu antar warga
negara dan meningkatkjan kemajuan masyarakat.

B. NAMA KEGIATAN DAN TEMA


Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke-59

C. DASAR KEGIATAN
1. Program Kerja Perkumpulan Warga Rt 07/I
2. Peringatan HUT RI ke 59
E. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Perlombaan:
Hari, tanggal: Minggu, 10 Agustus 2003
Waktu: pukul 08.00-selesai
2. Jalan Santai
Hari, tanggal: Minggu, 11 Agustus 2003
3. Tasyakuran dan Pentas Seni
Hari, tanggal: Minggu, 11 Agustus 2003

F. SASARAN KEGIATAN
Kegiatan ini diperuntukan bagi seluruh warga RT 07/I

G. SUSUNAN PANITIA
(Terlampir)

H. RINCIAN DANA
(Terlampir )

I. PENUTUP
Demikian proposal ini kami ajukan, besar harapan kami untuk partisispasi
dan bantuan semua pihak agar kegiatan ini dapat berjalan lancar dan sukses. Atas
perhatian dan partisipasi semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Semarang, Juli 2003


Ketua, Sekretaris,

Edward Fajar Sari Diana Y.


Mengetahui,
Ketua RT 07 RW I

Budi Santoso
Lampiran 1.
SUSUNAN PANITIA

Pembina : Ketua RT 07 RW I
Ketua : Edward Fajar Sari
Sekretaris : Diana Y
Bendahara : Nina
Uut
Seksi-seksi:
Humas dan Perijinan : Paryono
Dana Usaha : Imam,
Eko
Perlengkapan : Edi
Wawan
Koordinator Lomba : Heri
Nanang
Acara : Fani
Erni
Dekdok : Sofyan
Acara : Fani
Erni
Dekdok : Sofyan
Yuda
Konsumsi : Ibu Haryati
Lampiran 2
ANGGARAN DANA

Pemasukan:
Kas Remaja Rp 200.000,-
Kas RT Rp 500.000,-
Donatur Rp 970.000,-
Jumlah Pemasukan Rp 1.670.000,-

Pengeluaran :
Keskretariatan Rp 500.000,-
Perlengkapan lomba Rp 150.000
Hadiah Rp 400.000,-
Dekorasi Rp 100.000,-
Dokumentasi Rp 75.000,-
Konsumsi
Tumpeng Tasyakuran Rp 25.000,-
Snack Jalan Santai Rp 100.000,-
Makan Rp 500.000
Minum Rp 50.000
Dorprice Jalan Santai Rp 120.000,-
Jumlah Pengeluaran Rp 1.670.000,-
PROPOSAL KEGIATAN
PERINGATAN PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI KE 59
WARGA RT 07 RW I
Jln. Ngesrep Timur V Kelurahan Sumurboto, Banyumanik Semarang 50229

PERKUMPULAN WARGA RT 07 RW I
KELURAHAN BANYUMANIK
SEMARANG

You might also like