Professional Documents
Culture Documents
PEMBELAJARAN BIOLOGI
Abstrak
Studi ini mencoba mengimplementasikan program multimedia interaktif (MMI) dalam pembelajaran
biologi di kelas IX. Program MMI Reproduksi Hewan yang disertai berbagai gambar, animasi, dan
video menjadi alternatif pemecahan masalah untuk bahan ajar yang banyak memuat konsep-konsep
yang sulit untuk divisualisasikan.
I. PENDAHULUAN
Tentu saja, sebelum memutuskan untuk menerapkan metode dan media tertentu
dalam pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu mengenali karakteristik siswa
dan karakteristik bahan ajar. Seringkali guru menghadapi kendala ketika merancang
kegiatan pembelajaran yang banyak memuat konsep abstrak. Sebagai contoh kasus
ialah pembelajaran konsep reproduksi hewan di kelas IX, yang meliputi materi
tentang reproduksi aseksual, ovulasi, dan fertilisasi.
Ketiga materi tersebut merupakan materi yang sulit dipahami oleh siswa SMP
karena di dalamnya terkandung konsep yang bersifat abstrak dan sulit dijelaskan,
sehingga tak ayal lagi pemahaman siswa terhadap konsep ini masih belum optimal.
Walaupun anak yang berusia di atas 11 tahun berada pada tahap berpikir
operasional formal (Piaget dalam Setiono, 1983), namun siswa SMP seringkali
masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak.
Ovulasi dan fertilisasi di dalam organ reproduksi wanita sulit untuk dieksplorasi
secara detil karena tidak ada obyek langsung yang dapat dipelajari. Reproduksi
aseksual hewan vertebrata sulit dipraktekkan di sekolah, sebab terkendala dengan
sumber belajar yang terbatas dari lingkungan. Kondisi demikian dapat menyebabkan
kesulitan bagi siswa untuk menguasai dan memahami konsep-konsep abstrak
tersebut yang dapat memancing terjadinya miskonsepsi (Surbakti, 2000). Dengan
demikian, untuk memahami suatu konsep yang abstrak anak memerlukan benda-
benda yang kongkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasi (Arifin et al., 2003). Oleh
sebab itu, pembelajaran konsep reproduksi pada hewan perlu dibantu dengan
menggunakan alat visualisasi.
Di era teknologi dan informasi ini, komputer bukan menjadi barang yang asing,
bahkan komputer sudah dipergunakan dalam pembelajaran. Hanya saja,
penggunaan komputer di kelas masih terbatas pada pembelajaran bidang studi
tertentu. Padahal dengan berbagai fasilitas yang tersedia di dalam komputer,
suasana belajar dapat menjadi menyenangkan (Universitas Negeri Jakarta, 2005).
Multimedia juga dapat menjadi alat, metode dan pendekatan yang digunakan
untuk membuat komunikasi di antara guru dengan siswa selama proses
pembelajaran sehingga pembelajaran lebih berkesan dan bermakna. Kemampuan
multimedia memberi pengajaran secara individu (melalui sistem tutor) bukan berarti
tidak ada pengajaran secara khusus dari guru, melainkan siswa memiliki kebebasan
untuk belajar mandiri tanpa harus selalu didampingi guru. Pengajaran langsung dari
guru tetap dilestarikan, dan program ini bisa lebih memudahkan pengajaran. Guru tidak
perlu mengulangi penjelasannya jika siswa tidak paham, sebab program bisa dilihat
berulangkali sampai siswa benar-benar memahaminya. Sedangkan bagi siswa,
penggunaan multimedia dapat lebih memacu motivasi belajar, dapat memberikan
penjelasan yang lebih lengkap terhadap suatu permasalahan, dan memudahkan untuk
mengulang pelajaran. Oleh karena itu, kehadiran multimedia dalam proses belajar
dapat dirasakan manfaatnya. (Munir 2001 dalam Salmiyati, 2007).
MMI setidaknya memiliki dua elemen penting. Keduanya adalah animasi dan
video (Reiber, 1994 dalam Nurtjahjawilasa, 2004; Chia, 2003). Animasi merupakan
kumpulan gambar yang diolah sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan
bahwa gambar-gambar yang ditampilkan bergerak (Suheri, 2006; Utami, 2007). Di
sisi lain, video ‘menangkap’ citra yang bergerak untuk selanjutnya disimpan dalam
rangkaian foto yang diam dan diputar kembali menjadi gerak sesuai durasi yang
dikehendaki (Ariasdi, 2008). Menurut Ariasdi (2008), video cocok untuk menyajikan
realita sedangkan animasi sesuai untuk menciptakan realita dari sesuatu yang tidak
dapat ‘ditangkap’ oleh realita dalam citra visual.
Dengan karakteristik yang demikian, animasi dan video dapat menjadi media
pembelajaran yang baik karena dapat memperlihatkan aspek-aspek yang dinamik
sehingga lebih informatif, lebih jelas menampilkan materi subjek sehingga siswa
mampu membuat interpretasi yang benar.
Animasi dan video tidak memerlukan pemakaian simbol tambahan (tanda panah,
garis putus-putus, dan lain-lain) seperti yang sering digunakan pada ilustrasi statis.
Dengan demikian, siswa yang belajar dengan memanfaatkan animasi dan video
tidak perlu melakukan proses dekoding untuk menginterpretasikan simbol agar
dapat memahami materi. Selain itu tampilan keduanya yang memikat dapat menarik
perhatian siswa karena pada dasarnya manusia lebih menyukai sesuatu yang
dinamis daripada statis (Rieber 1990 dalam Chan dan Black, 2005; Park dan
Gittelman 1992 dalam Chan dan Black, 2005; Lowe, 2001; Nurtjahjawilasa, 2004;
Suheri, 2006; Utami 2007).
Berikut merupakan bagan alur (flow chart) serta tampilan multimedia interaktif
yang dikembangkan.
Begin
Intro Movie
Tentang
Tujuan Materi Evaluasi Bantuan
Program
Pertunasan
Profil Konseptor Reproduksi
Aseksual
Fragmentasi Jawab Soal
Profil Programer
Quiz
Bertelur
Reproduksi
Seksual Beranak
Cek Soal
Bertelur-Beranak
Quiz
=15
Hewan Invertebrata
Hasil Akhir
Sistem Ikan
Reproduksi
Hewan
Amfibia
Reptilia
Hewan Burung
Vertebrata
Mamalia
Quiz
Pengendalian
Kelahiran &
Kontrasepsi
Penyakit Menular
Manusia
Seksual
Quiz
Gambar 10. Tampilan Soal dalam Menu Gambar 11. Tampilan Pembahasan Soal
Evaluasi dalam Menu Evaluasi
Setelah menyimak
tayangan
multimedia, siswa
dapat:
f. Membuat
pemodelan yang
berkaitan
dengan
reproduksi
manusia.
g. Menarik
kesimpulan dari
fenomena
Indikator TPK Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Pertanyaan Waktu
reproduksi
manusia.
h. Berpikir
sistematis
berdasarkan
keteraturan
fenomena
(logical frame)
mengenai
reproduksi
manusia.
i. Menjelaskan
konsep yang
berkaitan
dengan hukum
sebab akibat
mengenai
reproduksi
manusia.
IV. KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
4.1. Keunggulan
1. Pembelajaran MMI individual memberikan peluang lebih besar bagi siswa untuk
melakukan eksplorasi dan simulasi untuk mengkonstruk pemahaman
konsepnya.
2. Kendali berada di tangan siswa sehingga tingkat kecepatan belajar siswa dapat
disesuaikan dengan tingkat penguasaannya.
3. Dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena ia dapat
memberikan iklim yang lebih bersifat afektif dengan cara yang lebih individual,
tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, sangat sabar dalam menjalankan
instruksi seperti yang diinginkan.
4. MMI dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui pengulangan dan
simulasi proses yang terdapat dalam program MMI.
5. Tersedia soal-soal latihan dalam bentuk gamez.
6. Tersedia soal evaluasi yang urutannya diacak beserta pembahasannya
7. Adanya video dan animasi yang lebih eksplisit dan informatif dalam
menampilkan suatu konsep meminimalisir terjadi kesalahan dan
kesalahpahaman karena siswa mampu membuat penafsiran yang benar.
8. Penggunaan multimedia menuntut keterlibatan organ tubuh seperti telinga
(audio), mata (visual), dan tangan. Keterlibatan berbagai organ ini membuat
informasi lebih mudah diingat.
4.2. Kelemahan
1. Diperlukan dana yang tidak sedikit dalam merancang program MMI. Namun
sekarang sudah tersedia program MMI yang diperjualbelikan dengan harga
terjangkau.
2. Diperlukan komputer dalam jumlah yang banyak.
3. Pembelajaran dengan menggunakan MMI menuntut keahlian guru dan siswa
dalam menggunakan dan mengoperasikan komputer. Guru dan siswa juga
hendaknya memiliki sikap yang positif terhadap komputer.
4. Pembelajaran sedikit bersifat isolatif. Namun dapat diminimalisir dengan
keterlibatan guru dalam membimbing siswa merekonstruksi pengetahuan di
akhir pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA