Professional Documents
Culture Documents
- Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangna pribadi seseorang pada dasarnya bersifat biologis (Allport, 1957).
Perkembangan fisik berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal (mulai dari bagian
kepala menuju ekor (kaki) dan proximodistal (mulai dari bagian tengah ke tepi (tangan). Laju
perkembangnan berjalan secara berirama, yaitu pada masa bayi dan kanak-kanak mengalami
perubahan fisik secara pesat, pada usia sekolah menjadi lambat, dan saat masa remaja
perubahan terjadi sangat mencolok, kemudian pada awal masa remaja bagi wanita atau pada
akhir masa remaja bagi pria laju perkembangan mulai menurun sangat lambat. Dalam taraf-
taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dari konstitusi, struktur, dan kondisi jasmaniah
seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya, khususnya yang bertalian dengan
masalah body image, self concept, self esteem, dan harga dirinya. Perkembangan fisik ini
mencakup dua aspek lainya yaitu anatomis dan fisiologis.
1. Perkembangan Anatomis
Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur
tulang belulang. Secara rinci seperti dijelaskan dibawah ini:
a. Tulang belulang pada masa bayi berjumlah 27 yang masih lentur, berpori, dan
persambungannya longgar. Pada masa remaja menjadi 350, dan pada usia menjelang
dewasa menjadi 200 integrasi, persenyawaan, dan pergeseran. (Crow & Crow 1956: 36)
b. Berat badan pada waktu lahir pada umumnya sekitar 3-4 kg dengan tinggi 0-60 cm.
pada masa kanak-kanak berat badanya sekitar 12-15 kg dengan tinggi 90-120 cm. pada
awal masa remaja memiliki berat badan 30-40 kg dengan tinggi badan 140-160 cm.
kemudian kepesatan perkembangan akan berkurang bahkan menjadi mapan (tidak
berubah lagi).
c. Proporsi tinggi kepala dan badan pada masa bayi serta kanak-kanak sekitar 1:4, pada
saat menjelang dewasa 1:8, atau 1:10.
Jika terdapat ketidaknormalan dalam perkembangan fisik secara anatomis (misal
kretinisme, gigantisme, cebol) maka akan berpengaruh juga terhadap kepribadianya.
2. Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitaif,
kualitatif, dan fungsional dari system kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran darah,
pernafasan, syaraf, sekresi kelenjar, dan lain sebagainya.
a. Proprosi otot pada masa bayi adalah sebesar 1:5, pada usia remaja 1:3, dan pada usia
menjelang dewasa 2:5.
b. Frekuensi denyut jantung pada masa bayi sekitar 140 denyut/menit dan seiring dengan
bertambahnya usia denyut jantung akan berkurang sampai 63 denyut/menit, meskipun
normalnya denyut jantung oran dewasa adalah 72 kali/menit.
c. Presentase tingkat kesempurnaan perkembangan secara fungsional, dari korteks (otak)
sebagai pusat susunan saraf yang mempunyai fungsi pengontrol kegiatan organism:
infraganular (pengendali gerak refleks) mencapai 80%, granular (pengontrol panca
indera) mencapai 75%, supragranular (intelegensi) sebesar 50%.
d. Keaktifan dan tingkat kematangan sekresi tubuh yang berupa:
lymphatic (pembasmi bakteri) sudah aktif dan berkembang pada usia 12 tahun
kemudian saat dewasa akan semakin berkurang (bahkan tidak aktif)
kelenjar tiroid, pituari, dan adrenalin telah berkembang sempurna dan
berfungsi sejak bayi
kelenjar gonad baru aktif dan berfungsi saat memasuki masa remaja.
Jika terjadi kelainan pada perkembangan fisiologis ini juga akan berpengaruh terhadap
karakteristik perilaku individu yang bersangkutan.
Keterampilan memegang benda baru terjadi ketika usia 6 bulan, dan 6 bulan kedua
jarinya sudah dapat memegang erat benda dan memasukkannya ke dalam mulut.
Keterampilan memegang secara bebas baru dapat dikuasai setelah keterampilan
berjalan bebas dikuasai.
b. Bermain dan Bekerja
Dengan dikuasainya keterampilan berjalan, anak bergerak sepanjang hari ke segenap
ruangan dan halaman rumah seperti yang tidak mengenal lelah. Hampir setiap benda
yang ada disekitarnya akan disentuh, diremas, dilempar, dirobek, ataupun diguncang-
guncangkan. Apabila mereka diberi semacam peralatan permainan, maka mereka akan
menyusun mainan tersebut menyerupai konstruksi tertentu.
Pada usia 4-5 tahun permainan konstruksi dan fantastik dapat beralih ke bentuk
permainan yang ritmis dan dinamis, namun belum terikat dengan peraturan yang ketat.
Pada usia remaja kegiatan motorik sudah tertuju ke persiapan-persiapan untuk dunia
kerja.
c. Proses Perkembangan Motorik
Disamping faktor hereditas (keturunan), faktor lingkungan alamiah, sosial, kultural, gizi,
serta kesempatan dan latihan merupakan hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap
proses dan produk perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik.
Perkembangan Bahasa
Bahasa dapat berbentuk lisan maupun tulisan dengan menggunakan tanda, huruf, bilangan,
bunyi, ataupu cahaya yang berupa kata-kata maupun kalimat. Bahasa juga mungkin berupa
gambar, lukisan, gerak-gerik, mimik, dan bentuk simbol ekspresif lainnya.
Kemampuan berbahasa inilah yang membedakan manusia denga hewan. Dengan bahasa
manusia dapat:
a. Menyimpan berbagai hasil pengalaman observasinya berupa kesan dan tanggapan,
informasi, fakta dan data, konsep, kaidah atau hukum dalam bentuk ilmu pengetahuan, dan
sistem-sistem nilai.
b. Mentransformasikan dan mengolah berbagai bentuk informasi tersebut diatas melalui
proses berpikir dan dengan menggunakan kaidah-kaidah logika (diferensiasi, asosiasi,
proporsi, kausalitas, prediksi, konklusi, generalisasi, interpretasi, dan inferensi) untuk
memecahkan masalah dan menemukan hal-hal baru.
c. Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian, dan penghayatan.
d. Mengkomunikasikan berbagai informasi, buah pikiran, opini, sikap, penilaian, aspirasi,
kehendak, dan rencana kepada orang lain.
Memperhatikan penjelasan diatas, maka kita dapat memahami perkembangan bahasa denga
mengidentifikasikan beberapa indikatornya seperti: jumlah perbendaharaan kata, jenis,
struktur, bentuk kalimat, isi, gambar, dan bentuk gerakan-gerakan tertentu yang ekspresif.
Dengan indikator tersebut dapat dideskripsikan perkembanga bahasa pada manusia sebagai
berikut:
a. Pada bulan pertama individu berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkunganya secara
spontan dan instingtif positif (menerima benda atau suara yang menyenangkan seperti
botol susu yg hangat, suara ibu, dan lain sebagainya), ataupun gerakan negatif (misal
menolak benda yang dingin), mimik, bahasa emosional ekspresif (menanis).
b. Pada enam bulan kedua bahasa sensorimotorik tersebut berangsur berkurang, sedang
bahasa merabanya semakin terarah dan berbentuk dengan dapat meniru kata-kata yang
diucapkan orang disekitarnya.
c. Pada masa kanak-kanak individu sudah mengenal dan menguasai sejumlah
perbendaharaan kata. Pada usia 3-4 tahun perbendaharaan katanya sekitar 300 kata dan
pada usia 6-7 tahun sudah mencapai 2500 kata atau bahkan lebih. (Lefrancois, 1975:186;
Crow & Crow, 1956:65)
d. Pada masa anak sekolah yakni pada usia 6-8 tahun individu akan dengan senang hati
mendengarkan cerita fantasi dan pada usia 10-12 tahun gemar cerita yang bersifat kritis
(misal tentang perjalanan, riwayat pahlawan, dsb).
e. Pada masa awal remaja mereka senang menggunakan bahasa sandi atau bahasa rahasia
yang berlaku di kelompoknya sehingga akan menimbulkan rasa penasaran dari orang lai
diluar kelompoknya. Pada usia ini perhatianya untuk mempelajari bahasa asing mulai
berkembang.
Para ahli berpendapat bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor latihan dan motivasi untuk belajar dengan melalui proses conditioning and
reinforcement (Lefrancois, 1975).
Meskipun isi dan jenis bahasa yang dipelajari manusia berbeda-beda, namun terdapat pola
urutan perkembangan yang universal dalam proses perkembangan bahasa itu, mulai dari
meraba, kemudian bicara monolog, haus nama-nama, dan kemudian senang bertanya,
membuat kalimat sederhana, dan bahasa ekspresif (dengan belajar menulis, membaca, dan
menggambar permulaan).
Perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu menurut Loreee (1970:77), dapat
dideskripsikan dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.
Bloom (1964) melukiskan berdasarkan hasil studi longitudinalnya, bahwa denga berpatokan
pada hasil tes IQ dari masa sebelumnya yang ditempuh oleh subjek yang sama, kita akan dapat
melihat perkembangan presentase taraf kematangan dan kesempurnaanya sebagai berikut:
Usia Perkembangan
1 tahun Berkembang sampai + 20%
4 tahun + 50% nya
8 tahun + 80% nya
13 + 92% nya
tahun
Hasil studi bloom ini tampaknya menunjang hasil studi Jones dan Conrad diatas.
Witherington (1952:150) dan Loree (1970:79) juga menegaskan bahwa laju perkembangan IQ
bersifat constant propostional.
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa perkembangan bahasa dan perilaku fungsi kognitif
memiliki implikasi yang sangat penting bagi pengembangan sistem dan praktik pendidikan
seperti yang disarankan oleh Gage & Berliner (1975:375-378), antara lain para pendidik
seyogyanya mampu untuk melaksanakan hal berikut:
- Intellectual empathy
- Using concrete object
- Using inductive approach
- Sequencing instruction
- Taking amount of fit of new experience
- Applying student self regulation principle
- Developing cognitive values of interaction.
Loree (1970:86) dengan merujuk pendapat English & English (1958) menjelaskan lebih lanjut
bahwa sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (terutama anak) melatih kepekaan
dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan
kehidupan, belajar bergaul dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah laku di dalam
lingkungan sosio-kulturalnya.
Perkembangan sosial, dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan
yang berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial yang dewasa.
Charlotte Buhler mengidentifikasikan perkembangan sosial ini dalam term kesadaran
hubungan “aku-kamu” atau hubungan subjektif-objektif. Proses perkembanganya berlangsung
secara berirama.
Masa/Periode Proses perkembangan
Masa kanak-kanak awal (0-3 Subjektif
tahun)
Masa krisis I (3-4 tahun) Troz-alter (anak degil)
Masa anak-anak akhir (4-6 tahun) Subjektif menuju objektif
Masa krisis II (12/13 tahun) Pra-puber
Masa awal remaja (13-16 tahun) Subjektif menuju objektif
Masa remaja akhir (16-18 tahun) Objektif
Perkembangan Moralitas
Secara individu menyadari bahwa ia merupakan bagaian anggota kelompoknya, secepat itu
pula pada umumnya individu menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompoknya, dan
secepat itu pula individu menyadari bahwa terdapat aturan-aturan yang harus, boleh, ataupun
tidak boleh sama sekali untuk melakukanya.
Fungsi konatif atau motivasi merupakan faktor penggerak perilaku manusia yang bersumber pada
kebutuhan dasarnya. Sebagaimana yang telah kita maklumi bahwa jenis-jenis kebutuhan manusia
berkembang mulai dari sifat yang alami (misal, kebutuhan dasar biologis) sampai pada yang
bersifat dipelajari sebagai pengalaman interaksi dengan lingkungannya. Pada kenyataanya
bukanlah jenis motif atau kebutuhan yang berkembang tetapi beberapa sifatnya (misal, objek dan
caranya, intensitas, dan lain sebagainya).
Freud (Di Vesta & Thompson, 1970:50-52) memberikan contoh yang khas tentang tahap-tahap
perkembangna perilaku dan objek pemenuhan kebutuhan dasar psychosexual (yang erat
hubungannya dengan teori kepribadian yang dikembangkanya) secara hipotesis sebagai berikut:
Daerah Sensitifnya Cara pemuasan Sasaran pemuasan
A. Masa bayi dan kanak-kanak
1. Pregenital Period: Infrantile Sexuality
1.1. Oral Stage Mulut dan benda:
- Early oral Mengisap ibu jari Mulut sendiri, memilih dan
memasukkan benda kedalam mulut
- Late oral Menggigit, merusak dengan Memilih benda dan digigitnya secara
mulut sadis
1.2. Anal Stage Dubur dan benda:
- Eary anal Memeriksa dan memainkan Memilih benda dan
duburnya menyentuhkan/memasukkan
kedalam duburnya
- Late anal Memainkan dan
memerhatikan duburnya
2. Early Genital Period: Menyentuh, memegang, Ditunjukkan kepada orang tuanya
melihat, ataupun (oediphus phantaties)
menunjukkan alat
kelaminya
B. Masa anak sekolah
Tidak ada - Represi Berkembangnya perasaan sosial
daerah sensitif baru - Reksi-formasi
- Sublimasi dan
kecenderungan kasih
sayang
C. Masa Remaja
3. Late Genital Period:
- Hidup kembali Mengurangi cara-cara - Menyenangi diri sendiri
daerah sensitif waktu masa kanak-kanak - Objek pemuasan, bisa diri sendiri
waktu masa ataupun yang sejenis (homosex)
kanak-kanak ataupun yang berbeda jenis
- Akhirnya siap Munculnya cara orang
(heterosexual)
berfungsi alat dewasa untuk memperoleh
kelamin kepuasan
Menurut Abraham H Maslow bahwa teradapat lima kebutuhan dasar manusia, yaitu:
Physiological
Safety
Social
Esteem
Self