You are on page 1of 13

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERILAKU DAN PRIBADI

1. Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik

- Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangna pribadi seseorang pada dasarnya bersifat biologis (Allport, 1957).
Perkembangan fisik berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal (mulai dari bagian
kepala menuju ekor (kaki) dan proximodistal (mulai dari bagian tengah ke tepi (tangan). Laju
perkembangnan berjalan secara berirama, yaitu pada masa bayi dan kanak-kanak mengalami
perubahan fisik secara pesat, pada usia sekolah menjadi lambat, dan saat masa remaja
perubahan terjadi sangat mencolok, kemudian pada awal masa remaja bagi wanita atau pada
akhir masa remaja bagi pria laju perkembangan mulai menurun sangat lambat. Dalam taraf-
taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dari konstitusi, struktur, dan kondisi jasmaniah
seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya, khususnya yang bertalian dengan
masalah body image, self concept, self esteem, dan harga dirinya. Perkembangan fisik ini
mencakup dua aspek lainya yaitu anatomis dan fisiologis.
1. Perkembangan Anatomis
Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada struktur
tulang belulang. Secara rinci seperti dijelaskan dibawah ini:
a. Tulang belulang pada masa bayi berjumlah 27 yang masih lentur, berpori, dan
persambungannya longgar. Pada masa remaja menjadi 350, dan pada usia menjelang
dewasa menjadi 200 integrasi, persenyawaan, dan pergeseran. (Crow & Crow 1956: 36)
b. Berat badan pada waktu lahir pada umumnya sekitar 3-4 kg dengan tinggi 0-60 cm.
pada masa kanak-kanak berat badanya sekitar 12-15 kg dengan tinggi 90-120 cm. pada
awal masa remaja memiliki berat badan 30-40 kg dengan tinggi badan 140-160 cm.
kemudian kepesatan perkembangan akan berkurang bahkan menjadi mapan (tidak
berubah lagi).
c. Proporsi tinggi kepala dan badan pada masa bayi serta kanak-kanak sekitar 1:4, pada
saat menjelang dewasa 1:8, atau 1:10.
Jika terdapat ketidaknormalan dalam perkembangan fisik secara anatomis (misal
kretinisme, gigantisme, cebol) maka akan berpengaruh juga terhadap kepribadianya.
2. Perkembangan Fisiologis
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara kuantitaif,
kualitatif, dan fungsional dari system kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran darah,
pernafasan, syaraf, sekresi kelenjar, dan lain sebagainya.
a. Proprosi otot pada masa bayi adalah sebesar 1:5, pada usia remaja 1:3, dan pada usia
menjelang dewasa 2:5.
b. Frekuensi denyut jantung pada masa bayi sekitar 140 denyut/menit dan seiring dengan
bertambahnya usia denyut jantung akan berkurang sampai 63 denyut/menit, meskipun
normalnya denyut jantung oran dewasa adalah 72 kali/menit.
c. Presentase tingkat kesempurnaan perkembangan secara fungsional, dari korteks (otak)
sebagai pusat susunan saraf yang mempunyai fungsi pengontrol kegiatan organism:
infraganular (pengendali gerak refleks) mencapai 80%, granular (pengontrol panca
indera) mencapai 75%, supragranular (intelegensi) sebesar 50%.
d. Keaktifan dan tingkat kematangan sekresi tubuh yang berupa:
 lymphatic (pembasmi bakteri) sudah aktif dan berkembang pada usia 12 tahun
kemudian saat dewasa akan semakin berkurang (bahkan tidak aktif)
 kelenjar tiroid, pituari, dan adrenalin telah berkembang sempurna dan
berfungsi sejak bayi
 kelenjar gonad baru aktif dan berfungsi saat memasuki masa remaja.
Jika terjadi kelainan pada perkembangan fisiologis ini juga akan berpengaruh terhadap
karakteristik perilaku individu yang bersangkutan.

- Perkembanga Perilaku Psikomotorik


Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular
system dan psikis (kognitif, afektif, dan konatif). Dua prinsip perkembangan utama yang tampak
dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu berlangsung
dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang kasar dan global kepada yang
halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan.
a. Berjalan dan Memegang Benda
Keterampilan berjalan diawali dengan gerakan-gerakan psikomotorik dasar
(locomotion) yang harus dikuasainya selama tahun pertama dari kehidupannya.
Perkembangan psikomotorik dasar berlangsung secara sekuensial sebagai berikut:
1. Keterampilan berguling dari telentang menjadi telungkup (5:8 bulan)
2. Gerak duduk yang bebas (8 bulan)
3. Berdiri bebas (9 bulan)
Gerakan psikomotorik dasar tersebut sudah dapat diprediksi kapan terjadinya, sehingga
jika terjadi kelambatan perkembangan psikomotorik dasar dari waktu normal hal itu
menunjukkan adanya kelainan tertentu.

Keterampilan memegang benda baru terjadi ketika usia 6 bulan, dan 6 bulan kedua
jarinya sudah dapat memegang erat benda dan memasukkannya ke dalam mulut.
Keterampilan memegang secara bebas baru dapat dikuasai setelah keterampilan
berjalan bebas dikuasai.
b. Bermain dan Bekerja
Dengan dikuasainya keterampilan berjalan, anak bergerak sepanjang hari ke segenap
ruangan dan halaman rumah seperti yang tidak mengenal lelah. Hampir setiap benda
yang ada disekitarnya akan disentuh, diremas, dilempar, dirobek, ataupun diguncang-
guncangkan. Apabila mereka diberi semacam peralatan permainan, maka mereka akan
menyusun mainan tersebut menyerupai konstruksi tertentu.

Pada usia 4-5 tahun permainan konstruksi dan fantastik dapat beralih ke bentuk
permainan yang ritmis dan dinamis, namun belum terikat dengan peraturan yang ketat.

Pada usia sekolah mulai berkembang permainan-permainan realistik yang melibatkan


gerakan-gerakan yang lebih kompleks disertai peraturan yang ketat.

Pada usia remaja kegiatan motorik sudah tertuju ke persiapan-persiapan untuk dunia
kerja.
c. Proses Perkembangan Motorik
Disamping faktor hereditas (keturunan), faktor lingkungan alamiah, sosial, kultural, gizi,
serta kesempatan dan latihan merupakan hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap
proses dan produk perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik.

2. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif

 Perkembangan Bahasa
Bahasa dapat berbentuk lisan maupun tulisan dengan menggunakan tanda, huruf, bilangan,
bunyi, ataupu cahaya yang berupa kata-kata maupun kalimat. Bahasa juga mungkin berupa
gambar, lukisan, gerak-gerik, mimik, dan bentuk simbol ekspresif lainnya.

Kemampuan berbahasa inilah yang membedakan manusia denga hewan. Dengan bahasa
manusia dapat:
a. Menyimpan berbagai hasil pengalaman observasinya berupa kesan dan tanggapan,
informasi, fakta dan data, konsep, kaidah atau hukum dalam bentuk ilmu pengetahuan, dan
sistem-sistem nilai.
b. Mentransformasikan dan mengolah berbagai bentuk informasi tersebut diatas melalui
proses berpikir dan dengan menggunakan kaidah-kaidah logika (diferensiasi, asosiasi,
proporsi, kausalitas, prediksi, konklusi, generalisasi, interpretasi, dan inferensi) untuk
memecahkan masalah dan menemukan hal-hal baru.
c. Mengkoordinasikan dan mengekspresikan cita-cita, sikap, penilaian, dan penghayatan.
d. Mengkomunikasikan berbagai informasi, buah pikiran, opini, sikap, penilaian, aspirasi,
kehendak, dan rencana kepada orang lain.

Memperhatikan penjelasan diatas, maka kita dapat memahami perkembangan bahasa denga
mengidentifikasikan beberapa indikatornya seperti: jumlah perbendaharaan kata, jenis,
struktur, bentuk kalimat, isi, gambar, dan bentuk gerakan-gerakan tertentu yang ekspresif.
Dengan indikator tersebut dapat dideskripsikan perkembanga bahasa pada manusia sebagai
berikut:
a. Pada bulan pertama individu berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkunganya secara
spontan dan instingtif positif (menerima benda atau suara yang menyenangkan seperti
botol susu yg hangat, suara ibu, dan lain sebagainya), ataupun gerakan negatif (misal
menolak benda yang dingin), mimik, bahasa emosional ekspresif (menanis).
b. Pada enam bulan kedua bahasa sensorimotorik tersebut berangsur berkurang, sedang
bahasa merabanya semakin terarah dan berbentuk dengan dapat meniru kata-kata yang
diucapkan orang disekitarnya.
c. Pada masa kanak-kanak individu sudah mengenal dan menguasai sejumlah
perbendaharaan kata. Pada usia 3-4 tahun perbendaharaan katanya sekitar 300 kata dan
pada usia 6-7 tahun sudah mencapai 2500 kata atau bahkan lebih. (Lefrancois, 1975:186;
Crow & Crow, 1956:65)
d. Pada masa anak sekolah yakni pada usia 6-8 tahun individu akan dengan senang hati
mendengarkan cerita fantasi dan pada usia 10-12 tahun gemar cerita yang bersifat kritis
(misal tentang perjalanan, riwayat pahlawan, dsb).
e. Pada masa awal remaja mereka senang menggunakan bahasa sandi atau bahasa rahasia
yang berlaku di kelompoknya sehingga akan menimbulkan rasa penasaran dari orang lai
diluar kelompoknya. Pada usia ini perhatianya untuk mempelajari bahasa asing mulai
berkembang.

Para ahli berpendapat bahwa pembentukan bahasa pada anak-anak sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor latihan dan motivasi untuk belajar dengan melalui proses conditioning and
reinforcement (Lefrancois, 1975).

Meskipun isi dan jenis bahasa yang dipelajari manusia berbeda-beda, namun terdapat pola
urutan perkembangan yang universal dalam proses perkembangan bahasa itu, mulai dari
meraba, kemudian bicara monolog, haus nama-nama, dan kemudian senang bertanya,
membuat kalimat sederhana, dan bahasa ekspresif (dengan belajar menulis, membaca, dan
menggambar permulaan).

- Perkembangan Perilaku dan Fungsi-Fungsi Kognitif


Terdapat hubungan yang sangat erat antara perkembangan bahasa dan perilaku kognitif. Taraf-
taraf penguasaan keterampilan berbahasa dipengaruhi, bahkan bergantung pada tingkat
kematangan dalamn kemampuan intelektual. Sebaliknya bahasa merupakan sarana dan alat
strategis bagi lajunya perkembangan perilaku kognitif.

Perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu menurut Loreee (1970:77), dapat
dideskripsikan dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.

Perkembangan Fungsi Kognitif Secara Kuantitatif


Deskripsi perkembangan fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan
hasil laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes intelegensi sebagai alat
ukurnya. Tes dilakukan dengan cara longitudinal terhadap kelompok subjek dari dan sampai
tingkatan usia tertentu (3-5 tahun sampai usia 30-35 tahun) secara test-retest yang alat
ukurnya disusun sekuensial (Standford Revision Binet Test).
Dengan menggunakan hasil pengukuran tes intelegensi yang mencakup General Information
and Verbal Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970:78) telah mengembangkan sebuah kurva
perkembangan intelegensi yang dapat ditafsirkan sebagai berikut:
a. Laju perkembangan intelegensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja awal,
setelah itu kepesatanya secara berangsur berkurang.
b. Puncak perkembangan pada umumnya dicapai di penghujung masa remaja akhir (sekitar
usia 20-an tahun), perubahan-perubahan yang amat tipis sampai usia 50 tahun, setelah itu
terjadi plateau (mapan) sampai usia 60 tahun, untuk selanjutnya berangsur menurun.
c. Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis kecakapan
khusus tertentu.

Bloom (1964) melukiskan berdasarkan hasil studi longitudinalnya, bahwa denga berpatokan
pada hasil tes IQ dari masa sebelumnya yang ditempuh oleh subjek yang sama, kita akan dapat
melihat perkembangan presentase taraf kematangan dan kesempurnaanya sebagai berikut:
Usia Perkembangan
1 tahun Berkembang sampai + 20%
4 tahun + 50% nya
8 tahun + 80% nya
13 + 92% nya
tahun

Hasil studi bloom ini tampaknya menunjang hasil studi Jones dan Conrad diatas.

Witherington (1952:150) dan Loree (1970:79) juga menegaskan bahwa laju perkembangan IQ
bersifat constant propostional.

Perkembangan Perilaku Kognitif Secara Kualitatif


Studi yang intensif mengenai hal ini pernah dilakukan oleh Piaget (1920-1964) dan rekan-
rekan. Piaget membagi proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu kedalam
empat tahap utama yang secara kualitatif setiap tahapan menunjukkan perbedaan karakteristik
yang berbeda. Secara ringkas, tahapan perkembangan secara kognitif adalah sebagai berikut:
a. Sensorimeter period (0-2 tahun). Periode ini ditandai dengan penggunaan sensorimotorik
yang intensif terhadap dunia sekitarnya.
b. Preoperational period (2-7 tahun). Periode ini terbagi kedalam dua tahapan:
- Preconceptual (2-4 tahun) yang ditandai dengan cara berpikir yang lebih transduktif
- Periode intuitif (4-7 tahun) yang ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat
egocentric.
c. Concrete operational (7-11 atau 12 tahun). Pada periode ini ditandai dengan anak sudah
mampu mengklasifikasikan angka atau bilanga serta dapat mengkonservasi pengetahuan
tertentu.
d. Formal operation period (11 atau 12-14-15 tahun). Periode ini ditandai dengan
kemampuan untuk untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat
lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit.

Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa perkembangan bahasa dan perilaku fungsi kognitif
memiliki implikasi yang sangat penting bagi pengembangan sistem dan praktik pendidikan
seperti yang disarankan oleh Gage & Berliner (1975:375-378), antara lain para pendidik
seyogyanya mampu untuk melaksanakan hal berikut:
- Intellectual empathy
- Using concrete object
- Using inductive approach
- Sequencing instruction
- Taking amount of fit of new experience
- Applying student self regulation principle
- Developing cognitive values of interaction.

3. Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas, dan Keagamaan


 Perkembangan Perilaku Sosial
Menurut Plato, pada dasarnya manusia terlahir sebagai makhluk sosial. Namun untuk
mewujudkanya ia harus berada dalam interaksi dengan lingkungan manusia yang lain.

Proses Sosialisasi dan Perkembangan Sosial


Secepat individu mulai menyadari bahwa selain dirinya ada orang lain, maka dia juga akan
mulai menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seharusnya ia perbuat seperti yang
diharapkan orang lain. Proses ini disebut juga sosialisasi.

Loree (1970:86) dengan merujuk pendapat English & English (1958) menjelaskan lebih lanjut
bahwa sosialisasi merupakan suatu proses dimana individu (terutama anak) melatih kepekaan
dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan
kehidupan, belajar bergaul dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah laku di dalam
lingkungan sosio-kulturalnya.

Perkembangan sosial, dengan demikian dapat diartikan sebagai suatu rangkaian perubahan
yang berkesinambungan dalam perilaku individu untuk menjadi makhluk sosial yang dewasa.
Charlotte Buhler mengidentifikasikan perkembangan sosial ini dalam term kesadaran
hubungan “aku-kamu” atau hubungan subjektif-objektif. Proses perkembanganya berlangsung
secara berirama.
Masa/Periode Proses perkembangan
Masa kanak-kanak awal (0-3 Subjektif
tahun)
Masa krisis I (3-4 tahun) Troz-alter (anak degil)
Masa anak-anak akhir (4-6 tahun) Subjektif menuju objektif
Masa krisis II (12/13 tahun) Pra-puber
Masa awal remaja (13-16 tahun) Subjektif menuju objektif
Masa remaja akhir (16-18 tahun) Objektif

Kecenderungan Pola Orientasi Sosial


Branson (Loree, 1970:87:89) mengidentifikasikan berdasakan hasil studi longitudinalnya
terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga pola kecenderungan sosial pada anak, yaitu
withdrawal expansive, reactivity placidity, dan passivity dominance. Jika seseorang telah
memperlihatkan orientasi nya pada salah satu pola tersebut, maka cenderung diikutinya
sampai dewasa.

 Perkembangan Moralitas
Secara individu menyadari bahwa ia merupakan bagaian anggota kelompoknya, secepat itu
pula pada umumnya individu menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompoknya, dan
secepat itu pula individu menyadari bahwa terdapat aturan-aturan yang harus, boleh, ataupun
tidak boleh sama sekali untuk melakukanya.

Proses penyadaran tersebut berangsur tumbuh melalui interaksi dengan lingkungannya


dimana ia mungkin mendapat larangan, suruhan, pembenaran, persetujuan, kecaman, celaan,
ataupun merasakan akibat-akibat tertentu yang mungkin menyenangkan atau mengecewakan
dari perbuatan-perbuatan yang dilakukanya.
Tingkat dan Tahapan Perkembangan Moralitas
Lawrence Kohlberg (Gage & Berliner, 1975:393-396) berdasarkan hasil studinya menyatakan
bahwa perkembangan moralitas pada anak-anak pada dasarnya dapat dilukiskan tingkatan,
tahapan, dan ciri-ciri perkembanganya sebagai berikut:
Tingkat Kesadaran Moral Tahapan Perkembangan Moral
I. Preconventional level: 1. The punishment obidience 2. The instrumental
Anak menyambut adanya orientation: relativist orientation:
nilai baik/buruk, hanya Anak berusaha Sesuatu itu dipandang
karena sesuatu hal maka menghindari hukuman, benar jika dapat
akan menyakiti ataupun menaruh respek karena memuaskan dirinya dan
menyenangkan atas melihat sifat yang juga orang lain.
kekuatan yang memberi aturan yang Pragmatic morality:
memberikan nilai atau bersangkutan. Hubungan insani seperti
aturan yang jual/beli, kau cubit aku
bersangkutan. maka akupun mencubit
kamu.
II. Conventional level: 3. The interpersonal 4. Authority and social
Individu memandang apa concordance orientation: order maintaining
yang diharapkan Suatu perilaku dipandang orientation:
keluarga, kelompok, baik jika menyenangkan, Perilaku benar ialah
ataupun bangsa. Setia dan membantu orang lain. menunaikan
dan mendukung aturan “kau akan disetejui jika tugas/kewajiban,
sosial bukan sekedar berbuat baik” menghargai kewajiban,
konformitas, melainkan menghargai
berharga. kewibawaan dan
mempertahankan
peraturan yang berlaku.
III. Postconventional 5. The social contract 6. The universal ethical
autonomous, or principle legalistic orientation: principle orientation:
level: Pelaksanaan undang- Kebenaran didefinisikan
Usaha dilakukan untuk undang dan hak individu atas kesesuaianya
mendefinisikan prinsip- diuji secara kritis. Aturan dengan kata hati, prinsip
prinsip moralitas yang yang diterima masyarakat etika yang logis dan
tidak terikat oleh orang penting. Prosedur komprehensif.
yang menganutnya penyusunan aturan Pengakuan atas hak dan
(universal/menyeluruh) ditekankan. Singkatnya: nilai asasi manusia dan
Rasional. individu.

Perkembangan Intelektual dan Moralitas


Seperti yang dijelaskan pada table diatas, Conger menyatakan terdapat hubungan yang sangat
erat antara perkembangan kesadaran moralitas dengna perkembangna intelektual. Ia
menunjukkan bajwa 3 level perkembangna kesadaranj moralitas (moral thought) dari Kohlberg
sejalan dengan periode 2, 3, dan 4 pada perkembangna kognitif dari Piaget.

 Perkembangan penghayatan keagamaan


Dengan kehalusan perasaan dan didorong keikhlasan itikad, pada saat tertentu seseorang akan
mengalami/mempercayai/meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa diluar dirinya ada
kekuatan Maha Agung yang melebihi apapun,bahkan dirinya sendiri. Penghayatan seperti itu
oleh William James disebut pengalaman religi atau keagamaan. Lebih jauh lagi menurut
Brightman, menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sebatas pengakuan atas
keberadaan-Nya tetapi juga mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang
mengatur tata kehidupan manusia dan alam semesta. Sehingga manusia mematuhi aturan
tersebut dengan penuh kesadaran, ikhlas disertai bentuk penyerahan diri (ritual) baik secara
individual maupun kolektif.

Tahapan Perkembangan Penghayatan Keagamaan


Sejalan dengan perkembangan kesdaran moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan
(yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual disamping emosional dan volisional
(konatif). Para ahli pada umumnya berpendapat bahwa pada garis besarnya perkembangan
penghayatan keagamaan terbagi menjadi tiga tahapan yang secara kualitatif menunjukkan
karakteristik yang berbeda. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Masa kanak-kanak (sampai usia 7 tahun). Ditandai dengan hal-hal berikut:
 Sikap keagamaan reseptif, meskipun banyak bertanya
 Pandangan ketuhanan yang anthrophormoph (dipersonifikasikan)
 Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belummendalam) meskipun
mereka telah berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
 Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya)
sesuai dengan taraf kognitifnya yang masih bersifat egosentric (memandang segala
sesuatu dari sudut pandang pribadinya).
2. Masa anak sekolah (7-8 sampai 11-12 tahun) yang ditandai dengan:
 Sikap keagamaan bersifat reseptif tetapi disertai pengertian
 Pandangan dan paham ketuhanan diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah-
kaidah logika yang bersumber pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari
eksistensi dan keagungan-Nya.
 Penghayatan secara rohaniah makin mendalam.
3. Masa remaja (12-18 tahun). Masa ini terbagi lagi menjadi 2 tahapan, yaitu:
 Masa remaja awal
Masa ini ditandai dengan adanya sikap negatif yang ditimbulkan oleh alam
pikiranya yang kritis, pandangan dalam hal ketuhananya menjadi kacau sebab dia
mendengar dan membaca konsep lain (aliran lain), dan pemahaman rohaniahnya
cenderung skeptik.
 Masa remaja akhir
Masa ini ditandai dengan beberapa hal berikut:
a. Sikap kembali (pada umumnya) kearah positif
b. Pandangan dalam hal ketuhanan dalam konteks keagamaan yang
dianutnya
c. Penghayatan rohaniahnya kembali tenang.

4. Perkembangan Perilaku Afektif, Konatif, dan Kepribadian

Perkembangan fungsi konatif dan hubungannya dengan pembentukan kepribadian

Fungsi konatif atau motivasi merupakan faktor penggerak perilaku manusia yang bersumber pada
kebutuhan dasarnya. Sebagaimana yang telah kita maklumi bahwa jenis-jenis kebutuhan manusia
berkembang mulai dari sifat yang alami (misal, kebutuhan dasar biologis) sampai pada yang
bersifat dipelajari sebagai pengalaman interaksi dengan lingkungannya. Pada kenyataanya
bukanlah jenis motif atau kebutuhan yang berkembang tetapi beberapa sifatnya (misal, objek dan
caranya, intensitas, dan lain sebagainya).
Freud (Di Vesta & Thompson, 1970:50-52) memberikan contoh yang khas tentang tahap-tahap
perkembangna perilaku dan objek pemenuhan kebutuhan dasar psychosexual (yang erat
hubungannya dengan teori kepribadian yang dikembangkanya) secara hipotesis sebagai berikut:
Daerah Sensitifnya Cara pemuasan Sasaran pemuasan
A. Masa bayi dan kanak-kanak
1. Pregenital Period: Infrantile Sexuality
1.1. Oral Stage Mulut dan benda:
- Early oral Mengisap ibu jari Mulut sendiri, memilih dan
memasukkan benda kedalam mulut
- Late oral Menggigit, merusak dengan Memilih benda dan digigitnya secara
mulut sadis
1.2. Anal Stage Dubur dan benda:
- Eary anal Memeriksa dan memainkan Memilih benda dan
duburnya menyentuhkan/memasukkan
kedalam duburnya
- Late anal Memainkan dan
memerhatikan duburnya
2. Early Genital Period: Menyentuh, memegang, Ditunjukkan kepada orang tuanya
melihat, ataupun (oediphus phantaties)
menunjukkan alat
kelaminya
B. Masa anak sekolah
Tidak ada - Represi Berkembangnya perasaan sosial
daerah sensitif baru - Reksi-formasi
- Sublimasi dan
kecenderungan kasih
sayang
C. Masa Remaja
3. Late Genital Period:
- Hidup kembali Mengurangi cara-cara - Menyenangi diri sendiri
daerah sensitif waktu masa kanak-kanak - Objek pemuasan, bisa diri sendiri
waktu masa ataupun yang sejenis (homosex)
kanak-kanak ataupun yang berbeda jenis
- Akhirnya siap Munculnya cara orang
(heterosexual)
berfungsi alat dewasa untuk memperoleh
kelamin kepuasan

Menurut Abraham H Maslow bahwa teradapat lima kebutuhan dasar manusia, yaitu:
 Physiological
 Safety
 Social
 Esteem
 Self

Berdasarkan intensitasnya, hirearkinya pun berbeda-beda tergantung individunya masing-masing.

You might also like