Professional Documents
Culture Documents
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : GATNIDAR GEA
KELAS : VI D
NIM : 076211261
Riau saat ini masih tetap sebagai lubuk bahasa dan kebudayaan melayu. Ini
disebabkan karena pengarang di Riau tetap memperkaya dengan melahirkan hasil
karyanya dibidang sastra. Karya-karya ini mengangkat kisah hidup dan kehidupan
manusia di bumi ini, khususnya bumi melayu. Kepenjarangan Riau dari masa lalu
kini akan terus berlanjut dan menjadi kekayaan kebudayaan melayu di rantau ini.
Kita pernah mendengar pepatah lama yang berbunyi ”Tak kenal maka tak
sayang, tak sayang maka tak cinta” pepatah tersebut mengajarkan bagaimana kita
cinta pada kebudayaan kita di daerah ini dan bersedia bersama-sama mengembangkan
serta membangun negeri ini bila tidak mengenai hal-hal apa saja yang ada disini.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah mengetahui pengarang-pengarang
(sastrawan) Riau beserta hasil karya-karyanya, sebab sastrawan melalui karya-
karyanya memberikan simbol-simbol agar kita mengenal sosial budaya, pola pikir
masyarakat di daerah ini.
Salah satu hasil karya sastra yang terbentuk prose adalah cerita pendek (cerpen),
cerita pendek dalam kesusastraan Indonesia lebih dikenal dengan singkatan cerpen,
istilah ini diciptakan oleh seorang sastrawan Indonesia Ayip Rosidi namanya, sampai
sekarang penggunaan kata cerpen luas dari pada cerpen pendek (Eddy, 1991:45).
Cerita surau merupakan salah satu karya sastra tradisional yang cukup menarik
dan diminati oleh masyarakat karena ceritanya mengisahkan tentang kehidupan yang
rajin membersihkan halaman surau, kehidupannya dijalaninya dengan damai cerita ini
dikenal dan diapresiasikan oleh khalayak pendukungnya secara turun temurun.
Cerpen adalah salah satu cerita fiksi yang menjadi pembicaraan penulis dalam
kajian ini. Cerpen banyak menggambarkan masalah kehidupan yang dalam hal ini
dapat dijadika pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, walaupun cerpen
merupakan cerita pendek yang karangan belaka, akan tetapi dapat memberikan nilai
pemahaman yang tinggi melalui amanat yang disampaikan tentang kehidupan
masyarakat yang terkadang kala dapat saja terjadi dimana dan kapan saja (Soemardjo)
Jadi tema merupakan hal yang sangat penting yang di dalamnya terdapat
persoalan hidup dan kehidupan dan juga terdapat tujuan yang ingin disampaikan
kepada pembaca, tujuan yang ada pada tema cerita kata lainnya adalah amanat atau
pesan.
Cerpen selain memiliki unsur tema juga memiliki unsur gaya, di dalam unsur
gaya terdapat gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengungkapkan
pikirannya ke dalam suatu cerita. Gaya berbahasa yang digunakan oleh pengarang
dalam berkarya sastra berada di luar kaedah bahasa umumnya. Jadi pengarang bebas
mencari kata-kata yang akan dipergunakan dalam mengungkapkan pikiran, perasaan
dan pengalaman pengarang yang dituangkan ke dalam suatu karya.
Sebagai hasil karya sastra kumpulan Cerpen Surau memiliki pesan yang perlu
diketahui oleh pembacanya, sebab cerita dan permasalahan yang dikemukakan oleh
pengarang sangat sesuai dengan kehidupan pengarangnya. Dengan penelitian ini
diharapkan akan bermanfaat baik secara teoritis peneliti akan memberikan sumbangan
terhadap perkembangan ilmu sastra.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis penelitian akan memberikan sumbangan terhadap
perkembangan ilmu sastra. Manfaat praktisnya dapat berupa penerapan langsung
hasil penelitian ini dalam proses belajar mengajar bagi para guru mulai dari Sekolah
Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang terdapat
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam ”surau” ?
2. Bagaimana fungsi cerita ”surau” dalam masyarakat ?
3. Apa sajakah gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen surau
Khairul Jasmi ?
1.4.2. Hipotesis
Berdasarkan anggapan dasar penulis merumuskan dalam penelitian
ini bahwa analisis amanat gaya bahasa dalam cerita pendek Surau
berkategori cukup.
1.4.3. Teori
Penelitian ini menggunakan teori yang sesuai dengan gaya bahasa
dalam penulis yang diteliti :
1. Gaya Bahasa
Keraf mengatakan “ untuk menentukan gaya bahasa yang baik ada
beberapa kriteria :
1. Kejujuran
Hidup manusia hanya bermanfaat bagi dirinya dan bagi
semuanya. Kalau hidup itu dilandaskan sendi-sendi kejujuran
dalam bahasa, kejujuran itu berarti kita mengikuti aturan-aturan,
kaidah-kaidah yang benar dalam bahasa, pemakaian kata-kata
yang kabur dan tidak terarah serta penggunaan kalimat yang
berbelit-belit yang mengundang ketidak jujuran.
2. Sopan santun
Sopan santun ialah memberi penghargaan atau menghormati
orang yang diajak berbicara, khususnya pendengar atau pembaca.
Rasa hormat disini bukan berarti memberikan penghargaan atau
menciptakan kenikmatan melalui kata-kata, atau mempergunakan
kata-kata yang manis sesuai dengan basa-basi.
3. Menarik
Kejujuran, kejelasan dan kesingkatan harus merupakan langkah
dasar dan langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya
mengandalkan kedua atau ketiga kaidah tersebut diatas maka
gaya bahasa yang dimasih terasa tawar ( tidak menarik ) oleh
sebab itu gaya bahasa harus menarik.
Amanat merupakan pesan-pesan yang mencerminkan pengarang.
Bahasa yang digunakan oleh pengarang cerita adalah bahasa yang
disusunnya berdasarkan pemikirannya sendiri yang dalam hal ini mampu
memberi keindahan dalam bahasa cerita bukan bahasa berdasarkan
kaedah-kaedah umumnya.
Dalam menghasilkan suatu karya sastra pengarang menggunakan
bahasa yang akan dituangkan kedalam hasil karyanya, agar pembaca
dapat membacanya. Penggunaan bahasa pada sebuah karya sastra seperti
yang dinyatakan UU. Hamidy ( 1996 : 16 ) merupakan pengucapan atau
tulisan yang tergolong kreatif imajinatif.
1.5.2. Sampel
Sampel penelitaan ini adalah keseluruhan cerpen yang tergabung
dalam cerpen Surau karya Khairul Jasmi. Dalam hal ini populasi
dijadikan sampel penelitian. Dengan demikian penelitian ini
menggunakan sampel jenuh ( total ).
DAFTAR PUSTAKA
Eddy, 1991 : 45