You are on page 1of 5

m

Nama : Iskandar Daulima


Kelas : Kar B 3
NIM : H 11 07 067
Tugas : Hukum & HAM

÷    
 (lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965 ±
meninggal di Jakarta jurusan ke Amsterdam, 7 September 2004 pada umur 38
tahun) adalah pria keturunan Arab yang juga seorang aktivis HAM Indonesia.
Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi
Manusia Indonesia Imparsial.
Saat menjabat Koordinator Kontras namanya melambung sebagai seorang
pejuang bagi orang -orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela
para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus. Setelah
Soeharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus
Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota tim Mawar.
Jenazah Munir dimakamkan di Taman Pemakaman Umum, Kota Batu.
Istri Munir, Suciwati, bersama aktivis HAM lainnya terus menuntut pemerintah agar
mengungkap kasus pembunuhan ini.
Penyelesaian kasus HAM yang dialami oleh Munir meru pakan kasus HAM
yang sampai saat ini masih alot diperbincangkan dibanyak kalangan publik. Kasus in
bermula saat Munir melakukan perjalanan ke Belanda dan harus kehilangan
nyawanya pada saat menuju Belanda
Munir Said Thalib, pejuang HAM Indonesia, 4 tahun s ilam tewas diracun
M  dalam perjalanannya menuju Amsterdam dari Jakarta. Berbagai
kemungkinan pihak dibalik pembunuhan sampai saat ini belumlah terungkap
sepenuhnya. Aksi-aksi perjuangan pendiri KontraS (Komosi untuk Orang Hilang dan
Korban Kekerasan) ini, Munir, menjadi µmusuh berbahaya¶ bagi lawan -lawannya.
Kebencian para penguasa orde baru terhadap gerakan µhuman right¶ Munir
sangatlah beralasan. Mereka [penguasa] yang telah semena -mena menindas,
membunuh, dan membantai rakyat kecil mendapat perlawa nan keras dari Munir.
Munir tanpa lelah terus mencari fakta dan realita untuk mengungkap kasus-kasus
pembantaian orang dan rakyat yang tidak berdosa. Meskipun dirinya dan

m
m

keluarganya menerima berbagai ancamam pembunuhan, Munir tetap melangkahkan


perjuangannya dengan darah jadi taruhannya.
Kematian Munir di pesawat Garuda pada 7 September 2004, menjadi
kemenangan terbesar para penjahat kemanusiaan di negeri ini. Ada begitu banyak
deretan nama-nama penguasa Orde Baru yang masih µberkeliaran bebas¶ di negeri
ini. Tidak hanya berkeliaran, bahkan tidak sedikit dari mereka menjadi µpahlawan¶
yang dinantikan oleh masyarakat kita yang masih µmelek realitas¶.

   ÷ 
Tiga jam setelah pesawat GA-974 take off dari Singapura, awak kabin
melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama
Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir bolak balik ke toilet.
Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun
dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter
yang juga berusaha menolongnya. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh
waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat 7 September 2004, pukul 08.10
waktu Amsterdam di bandara Schipol Amsterdam, saat diperiksa, Munir telah
meninggal dunia.
Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda
(Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah
otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang
telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu
memang ingin menyingkirkannya.
Pada 20 Desember 2005 Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun
hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa
Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan
Munir, karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut
Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan Pollycarpus menerima beberapa
panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi
tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden Susilo juga membentuk tim
investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah
diterbitkan ke publik.
Pada 19 Juni 2008, Mayjen (purn) Muchdi Pr, yang kebetulan juga orang
dekat Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, ditangkap dengan

m
m

dugaan kuat bahwa dia adalah otak pemb unuhan Munir [1]. Beragam bukti kuat dan
kesaksian mengarah padanya [2].Namun demikian, pada 31 Desember 2008, Muchdi
divonis bebas. Vonis ini sangat kontroversial dan kasus ini tengah ditinjau ulang,
serta 3 hakim yang memvonisnya bebas kini tengah diperiks a

x 
   ÷  

  
Orang pertama yang menjadi tersangka pertama pembunuhan Munir (dan
akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto. Selama persidangan,
terungkap bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang cuti. Lalu
ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi
pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala Pollycarpus µmeminta¶ Munir agar
berpindah tempat duduk dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus
menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen
intelijen senior. Dan pada akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis
20 tahun hukuman penjara.
Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai
pembunuh Munir, berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat tugas dan hal -
hal yang janggal, membuktikan Pollycarpus adalah pihak yang telah menghabiskan
nyawa µpahlawan HAM Indonesia´. Namun, timbul pertanyaan, untuk apa
Pollycarpus membunuh Munir?? Apakah dia bermusuhan atau bertengkar dengan
Munir?? Tidak ada historis yang menggambarkan hubungan mereka berdua.

 
   ÷ ÷    
Selidik demi selidik, akhirnya terungkap nomor yang pernah menghubungi
Pollycarpus dari agen Intelinjen Senio r adalah seorang mantan petinggi TNI, yakni
Mayor Jenderal (Purn) Muchdi Purwoprandjono. Mayjen (Purn) Muchdi PR pernah
menduduki jabatan sebagai Komandan Koppassus TNI Angkatan Darat yang
ditinggali Prabowo Subianto (pendiri Partai Gerindra). Selain itu, ia juga pernah
menjabat sebagai Deputi Badan Intelijen Indonesia (CIA -nya Indonesia)
Muchdi PR ditangkap pada 6 Juni 2008. Lalu ia disidangkan di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan dan pada awal Desember 2008, jaksa penuntut umum (JPU)
kasus pembunuhan Munir menuntut Muchdi PR dihukum 15 tahun penjara. Muchdi
PR terbukti menganjurkan dan memberikan sarana kepada terpidana Pollycarpus
Budihari Priyanto untuk membunuh Munir.

m
m

Jaksa juga memaparkan sejumlah fakta yang terungkap dari keterangan


saksi, barang bukti, dan keterangan terdakwa selama 17 kali sidang. Di antaranya
adalah surat dari Badan Intelijen Negara yang ditujukan kepada Garuda Indonesia
pada Juni 2004 yang merekomendasikan Pollycarpus sebagai petugas aviation
security. [MM MM   M
M   M
   M  M M M M
 MM
 M  MM ]
Budi Santoso [sebagai saksi] yang menyatakan pernah mendengar
Pollycarpus disuruh Muchdi membunuh Munir. Jaksa juga menunjuk bukti transaksi
panggilan dari nomo r telepon yang diduga milik Pollycarpus ke nomor yang diduga
milik Muchdi, atau sebaliknya, yang tercatat dalam call data record. Selain itu, dalam
persidangan Muchdi PR memberikan keterangan berubah -ubah dan beberapa kali
bertindak tidak sopan.
Usaha para jaksa membongkar kasus pembunuhan dan menuntut pelaku
pembunuh kandas ditangan majelis hakim PN Jakarta Selatan yang diketuai
Suharto. Tanggal tanggal 31 Desember 2008, majelis hakim menvonis bebas
Muchdi Pr atas keterlibatannya dalam pembunuhan aktivis HAM ± Munir. Kurangkah
bukti di pengadilan? Ataukah ada rupiah atau ancaman yang diterima oleh para
µpenegak hukum¶ di institusi peradilan kita??? Inikah keputusan yang adil bagi
perjuangan keadilan dan hak asasi manusia, tatkala Pollycarpus BP terbukti
membunuh atas µbimbingan¶ BIN dan telah divonis 20 tahun penjara?

    
Meski ditengah krisis kepercayaan institusi hukum di negeri ini, pihak berwajib
harus mengajukan kasasi ke lembaga hukum lebih tinggi atas putusan bebas
tersebut. Karena jika putusan bebas, dapatkah kita mencari dalang pembunuh
sebenarnya?
Menurut saya, yang pasti Pollycarpus hanyalah µalat¶ yang digunakan oleh
pihak penguasa, dalam hal ini mantan terdakwa Muchdi PR. Disisi lain, saya melihat
bahwa Muchdi PR bukanlah satu-satunya orang dibalik pembunuhan Munir. Saya
berkeyakinan bahwa Muchdi PR hanyalah rekanan dari penguasa lain yang
menginginkan agar Munir dieksekusi. Siapakah itu?
Untuk menelusuri hal tersebut, saya akan berusaha mencari referensi kasus -
kasus besar dan penting yang ditangani oleh Munir, terutama kasus pelanggaran
HAM yang dilakukan pihak penguasa Orde Baru.

m
m

Ada beberapa kasus penting yang pernah ditangani oleh (alm) Munir yang
memungkinkan [menurut opini saya] mereka/pihak yang berseberangan dengan
Munir memiliki niat untuk menghabisi nyawa Munir. Dan kita tahu bahwa, banyak
saksi, pembela, jaksa dinegeri ini ditindas, diancam bahkan dibunuh oleh para
tersangka µpenjahat, perampok,pembunuh¶. Sebut saja, hakim Agung, M. Syafiuddin
Kartasasmita, yang dibunuh atas perintah Tommy Soeharto, karena sedang
mengadili kasus korupsinya.

       !÷ " 


a. Penasehat Hukum masyarakat Nipah, Madura, dalam kasus permintaan
pertanggungjawaban militer atas pembunuhan tiga petani Nipah Madura,
Jawa Timur; 1993
b. Penasehat Hukum dalam kasus hilangnya 24 aktifis dan mahasiswa di
Jakarta; 1997-1998
c. Penasehat Hukum dalam kasus pembunuhan besar -besaran terhadap
masyarakat sipil di Tanjung Priok 1984; sejak 1998
d. Penasehat Hukum kasus penembakan mahasiswa di Semangg i, Tragedi 1
dan 2; 1998-1999
e. Anggota Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM di Timor Timur; 1999

You might also like