You are on page 1of 51

Teknologi pendidikan di indonesia

Diajukan sebagai salah satu syarat

Untuk mengikuti ujian

Semester ganjil

oleh

Siti ramadani

X-u
KEMENTRIAN AGAMA RI
MADRASAH ALIYAH NEGERI BINJAI
2010

DAFTAR ISI
i

Kata
Pengantar..........................................
..........................................................
.. i
Daftar
Isi .....................................................
..........................................................
ii
Bab I.
Pendahuluan ....................................
..........................................................
1
Latar
Belakang .........................................
.....................................................1

Tujuan .............................................
..........................................................
....1

Manfaat ...........................................
..........................................................
....1
Bab II. Kajian
teori..................................................
............................................ 2
Pengertian pendidikan
menurut para
ahli…………………………………
2
Mutu pendidikan di
Indonesia…………………………
…………………. 3
Sejarah perkembangan definisi
teknologi
pendidikan…………………… 6
Bab III. Kesimpulan dan
Saran................................................
.............................8

Kesimpulan .....................................
..........................................................
... 8

Saran ...............................................
..........................................................
.... 8
Daftar
Pustaka ............................................
.........................................................
9
KATA
PENGANTAR
ii

Asalamualaikum wr.wb,
Ucapan syukur kepada Allah
SWT karena berkat Nya karya
ilmiah ini dapat terselesaikan.
Karya ilmiah ini di susun
sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti
Ujian semester ganjil yang
dilaksanakan di sekolah
Madrasah aliyah negeri
binjai, dan karya ilmiah ini juga
disusun agar para pembaca
mempunyai
Pemikiran kedepan untuk
pendidikan di masa yang akan
datang nanti
Dimana pemikiran itu adalah
tentang luasnya teknologi di
Indonesia dan di
Seluruh dunia.
Ucapan terima kasih kepada
bapak Amnal yang mau
membantu dan
Memberi arahan dalam Menyusun
karya ilmiah ini,
Semoga karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca
Dan
Penyusun karya ilmiah ini,
sebelumnya saya mohan maaf
apabila terdapat kekurangan atau
Kesalahan di dalam karya Ilmiah
ini.
Dan akhir kata saya ucapkan
Terimakasih.

Binjai, September 2010


Penulis.
BAB I
1

PENDAHULUAN

Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan sebuah
Pengetahuan yang dasar menuju
ketingkat yang tinggi. Dengan
adanya
Pengetahuan dan teknologi,
seseorang dapat menguasai ilmu
pengetahuan
Dan teknologi (IPTEK), selain dapat
menguasainya, seseorang juga dapat
Mengambil manfaat dari
pengetahuan dan teknologi tersebut.
Oleh karena itu, ilmu pengetahuan
jangan sampai terbatas atau jangan
Sampai disini saja, mengembangkan
pengetahuan dan teknologi membuat
Pendidikan menjadi berkembang
dan maju.

B.tujuan
Pendidikan teknologi membuat
seseorang menambah wawasan yang
luas,
Dan mampu bersaing dengan
Negara luar. Dengan adanya
teknologi
Umumnya sekolah tersebut dapat
dikatakan dengan sekolah yang
maju.
Dan dapat meningkatkan mutu
pendidikan.

C.manfaat
Khususnya bagi siswa dapat
memperoleh pengetahuan yang luas,
pada
Umumnya Tentang pendidikan.
selain pengetahuannya luas,
ilmupun dapat
meningkat, dan yang pastinya tidak
ketinggalan berbagai informasi
tentang
dunia pendidikan.
Bagi guru dapat membantu
proses mengajar pada siswa dan
membantu
Dalam pencarian materi-materi
dengan mudah dan cepat untuk
bahan mengajar.
Dan yang terakhir itu bagi
sekolah manfaatnya mempunyai
nilai tambah
Pada teknologi pendidikan..
BAB II 2

KAJIAN TEORI
A.pengertian pendidikan menurut
beberapa para ahli

1. Pendidikan Menurut Carter


V. Good(1977,1), Pendidikan adalah
proses perkembangan kecakapan
seseorang dalam bentuk sikap dan
prilaku yang berlaku dalam
masyarakatnya. Proses sosial
dimana seseorang dipengaruhi oleh
sesuatu lingkungan yang terpimpin
(khususnya di sekolah) sehingga iya
dapat mencapai kecakapan sosial
dan mengembangkan
kepribadiannya.
2. Pendidikan Menurut
Godfrey Thomson (1977,2),
Pendidikan adalah pengaruh
lingkungan atas individu untuk
menghasilkan perubahan yang tepat
didalam kebiasaan tingkah lakunya,
pikirannya dan perasaannya.
3. Pendidikan Menurut
UNESCO (1999,2), UNESCO
menyebutkan bahwa: “education is
now engaged is preparinment for a
tife Society which does not yet
exist” atau bahwa pendidikan itu
sekarang adalah untuk
mempersiapkan manusia bagi suatu
tipe masyarakat yang masih belum
ada. Konsep system pendidikan
mungkin saja berubah sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan
pengalihan nilai-nilai kebudayaan
(transfer of culture value). Konsep
pendidikan saat ini tidak dapat
dilepaskan dari pendidikan yang
harus sesuai dengan tuntutan
kebutuhan pendidikan masa
lalu,sekarang,dan masa datang.
4. Pendidikan Menurut
Thedore Brameld (1999,2)
‘’Education as power means
copetent and strong enough to
enable us,the majority of people,to
decide what kind of a world‘’.
(Pendidikan sebagai kekuatan
berarti mempunyai kewenangan dan
cukup kuat bagi kita, bagi rakyat
banyak untuk menentukan suatu
dunia yang macam apa yang kita
inginkan dan macam mana
mencapai tujuan semacam itu).
5. Pendidikan Menurut Ki
Hajar Dewantara, Menurut Ki Hajar
Dewantara mengartikan pendidikan
sebagai daya upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran
serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup
yaitu hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya.
6. Pendidikan menurut
Ahmad D. Marimba(1987,19),
Education is guidace manner
conscius by to teach toward change
bodily and spiritual natalis clestiny
formend personality who excellent.
Pendidikan adalah bimbingan.
Pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.
Mutu Pendidikan Indonesia
3
KUALITAS PENDIDIKAN
INDONESIA SUATU REFLEKSI
Oleh: Yohanes Sudaryono FIC.
Perkembangan kualitas pendidikan
di Indonesia telah berlangsung
dalam empat era yaitu : 1). Era
kolonial, 2). Era Orde Lama, 3). Era
Orde Baru. 4). Era Reformasi.

A. Era Kolonial

Pada jaman kolonial


pendidikan hanya diberikan kepada
para penguasa serta kaum feodal.
Pendidikan rakyat cukup diberikan
untuk memenuhi kebutuhan dasar
penguasa kolonial. Pendidikan
diberikan hanya terbatas kepada
rakyat di sekolah-sekolah kelas 2
atau ongko loro tidak diragukan
mutunya. Sungguhpun standar yang
dipakai untuk mengukur kualitas
rakyat pada waktu itu diragukan
karena sebagian besar rakyat tidak
memperoleh pendidikan, namun
demikian apa yang diperoleh
pendidikan seperti pendidikan
rakyat 3 tahun, pendidikan rakyat 5
tahun, telah menghasilkan
pemimpin masyarakat bahkan
menghasilkan pemimpin-pemimpin
gerakan nasional.
Pendidikan kolonial untuk golongan
bangsawan serta penguasa tidak
diragukan lagi mutunya. Para
pemimpin nasional kita kebanyakan
memperoleh pendidikan di sekolah-
sekolah kolonial bahkan beberapa
mahasiswa yang dapat melanjutkan
di Universitas terkenal di Eropa.
Dalam sejarah pendidikan kita dapat
katakana bahwa intelegensi bangsa
Indonesia tidak kalah dengan kaum
penjajah. Masalah yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia pada waktu
itu adalah kekurangan kesempatan
yang sama yang diberikan kepada
semua anak bangsa. Oleh sebab itu
di dalam Undang Undang Dasar
1945 dinyatakan dengan tegas
bahwa pemerintah akan menyusun
suatu sistem pendidikaan nasional
untuk rakyat, untuk semua bangsa.

B. Era Orde Lama


Masa revolusi pendidikan
nasional mulai meletakkan dasar-
dasarnya. Pada masa revolusi sangat
terasa serba terbatas, tetapi bangsa
kita dapat melaksanakan pendidikan
nasional sebagaimana yang
diamanatkan dalam UUD 1945. Kita
dapat merumuskan Undang Undang
Pendidikan No. 4/1950 junto no. 12/
1954. Kita dapat membangun sistem
pendidikan yang tidak kalah
mutunya. Para pengajar, pelajar
melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya walaupun serba
terbatas. Dengan segala keterbatasan
itu memupuk pemimpin-pemimpin
nasional yang dapat mengatasi masa
pancaroba seperti rongrongan
terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sayang sekali pada akhir
era ini pendidikan kemudian
dimasuki oleh politik praktis atau
mulai dijadikan kendaraan politik.
Pada masa itu dimulai pendidikan
indoktrinasi yaitu menjadikan
pendidikan sebagai alat untuk
mempertahankan kekuasaan Orde
Lama. Pada Orde Lama sudah mulai
diadakan ujian-ujian negara yang
terpusat dengan sistem kolonial
yang serba ketat tetapi tetap jujur
dan mempertahankan kualitas. Hal
ini didukung karena jumlah sekolah
belum begitu banyak dan guru-guru
yang ditempa pada zaman kolonial.
Pada zaman itu siswa dan guru
dituntut disiplin tinggi. Guru belum
berorientasi kepada yang material
tetapi kepada yang ideal. Citra guru
sebagai pahlawan tanpa tanda jasa
yang

4
diciptakaan era Orde Baru
sebenarnya telah dikembangkan
pada Orde Lama.
Kebijakan yang diambil pada Orde
Lama dalam bidang pendidikan
tinggi
yaitu mendirikan universitas di
setiap provinsi. Kebijakan ini
bertujuan untuk lebih memberikan
kesempatan memperoleh pendidikan
tinggi. Pada waktu itu pendidikan
tinggi yang bermutu terdapat di
Pulau Jawa seperti UI, IPB, ITB,
Gajah Mada, dan UNAIR,
sedangkan di provinsi-provinsi
karena kurangnya persiapan dosen
dan keterbatasaan sarana dan
prasarana mengakibatkan
kemerosotan mutu pendidikan tinggi
mulai terjadi.

C. Era Orde Baru


Dalam era ini dikenal sebagai
era pembangunan nasional. Dalam
bidang pembangunan pendidikan,
khususnya pendidikan dasar terjadi
suatu loncatan yang sangat
signifikan dengan adanya INPRES
Pendidikan Dasar. Tetapi sayang
sekali INPRES Pendidikan Dasar
belum ditindaklanjuti dengan
peningkatan kualitas tetapi baru
kuantitas. Selain itu sistem ujian
negara (EBTANAS) telah berubah
menjadi bumerang yaitu penentuan
kelulusan siswa menurut rumus-
rumus tertentu. Akhirnya di tiap-tiap
lembaga pendidikan sekolah
berusaha untuk meluluskan
siswanya 100%. Hal ini berakibat
pada suatu pembohongan publik dan
dirinya sendiri dalam masyarakat.
Oleh sebab itu era Orde Baru
pendidikan telah dijadikan sebagai
indikator palsu mengenai
keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan.
Dalam era pembangunan nasional
selama lima REPELITA yang
ditekankan ialah pembangunan
ekonomi sebagai salah satu dari
TRILOGI pembangunan. Maka
kemerosotan pendidikan nasional
telah berlangsung.
Dari hasil manipulasi ujian nasional
sekolah dasar kemudian meningkat
ke sekolah menengah dan kemudian
meningkat ke sekolah menengah
tingkat atas dan selanjutnya
berpengaruh pada mutu pendidikan
tinggi. Walaupun pada waktu itu
pendidikan tinggi memiliki otonomi
dengan mengadakan ujian masuk
melalui UMPTN, tetapi hal tersebut
tidak menolong. Pada akhirnya hasil
EBTANAS juga dijadikan indikator
penerimaan di perguruan tinggi.
Untuk meningkatkan mutu
pendidikan tinggi maka pendidikan
tinggi negeri mulai mengadakan
penelusuran minat dari para siswa
SMA yang berpotensi. Cara tersebut
kemudian diikuti oleh pendidikan
tinggi lainnya. Di samping
perkembangan pendidikan tinggi
dengan usahanya untuk
mempertahankan dan meningkatkan
mutunya pada masa Orde Baru
muncul gejala yaitu tumbuhnya
perguruan tinggi swasta dalam
berbagai bentuk. Hal ini berdampak
pada mutu perguruan semakin
menurun walaupun dibentuk
KOPERTIS-KOPERTIS sebagai
bentuk birokrasi baru.
D. Era Reformasi
Indonesia sejak tahun 1998
merupakan era transisi dengan
tumbuhnya proses demokrasi.
Demokrasi juga telah memasuki
dunia pendidikan nasional antara
lain dengan lahirnya Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dalam
bidang pendidikan bukan lagi
merupakan tanggung jawab
pemerintah pusat tetapi diserahkan
kepada tanggung jawab pemerintah
daerah

5
sebagaimana diatur dalam Undang –
Undang No 32 tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, hanya beberapa
fungsi saja yang tetap berada di
tangan pemerintah pusat.
Perubahan dari sistem yang
sentralisasi ke desentralisasi akan
membawa konsekuensi-
konsekuensi yang jauh di dalam
penyelenggaraan pendidikan
nasional.
Selain perubahan dari sentralisasi ke
desentralisasi yang membawa
banyak perubahan juga bagaimana
untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia dalam menghadapi
persaingan bebas abad ke-21.
Kebutuhan ini ditampung dalam
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, serta
pentingnya tenaga guru dan dosen
sebagai ujung tombak dari reformasi
pendidikan nasional. Sistem
Pendidikan Nasional Era Reformasi
yang diatur dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 diuraikan dalam
indikator-indikator akan
keberhasilan atau kegagalannya,
maka lahirlah Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang kemudian
dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Di dalam masyarakat Indonesia
dewasa ini muncul banyak kritikan
baik dari praktisi pendidikan
maupun dari kalangan pengamat
pendidikan mengenai pendidikan
nasional yang tidak mempunyai arah
yang jelas. Dunia pendidikan
sekarang ini bukan merupakan
pemersatu bangsa tetapi merupakan
suatu ajang pertikaian dan
persemaian manusia-manusiaa yang
berdiri sendiri dalam arti yang
sempit, mementingkan diri dan
kelompok. Menurut H.A.R. Tilaar,
hal tersebut disebabkan adanya dua
kekuatan besar yaitu kekuatan
politik dan kekuatan ekonomi.
Kekuatan Politik : Pendidikan
masuk dalam subordinasi dari
kekuatan-kekuatan politik praktis,
yang berarti pendidikan telah
dimasukkan ke dalam perebutan
kekuasaan partai-partai politik,
untuk kepentingan kekuatan
golongannya. Pandangan politik
ditentukan oleh dua paradigma yaitu
paradigma teknologi dan paradigma
ekonomi. Paradigma teknologi
mengedepankan pembangunan fisik
yang menjamin kenyaman hidup
manusia. Paradigma ekonomi lebih
mengedepankan pencapaian
kehidupan modern dalam arti
pemenuhan-pemenuhan kehidupan
materiil dan mengesampingkan
kebutuhan non materiil duniawi.
Contoh pngmbangan dana 20 %.
Kekuatan Ekonomi: Manusia
Indonesia tidak terlepas dari
modernisasi seperti teknologi
informasi dan teknologi komunikasi.
Neoliberalisme pendidikan
membawa dampak positif dan
negatif. Positifnya yaitu pendidikan
menunjang perbaikan hidup dan
nilai negatifnya yaitu mempersempit
tujuan pendidikan atas pertimbangan
efisiensi, produksi, dan
menghasilkan manusia-manusia
yang dapat bersaing, yaitu pada
profit orientit yang mencari
keuntungan sebesar-besarnya
terhadap investasi yang
dilaksanakan dalam bidang
pendidikan. Demi mencapai
efisiensi dan kualitas pendidikan
maka disusunlah beberapa upaya
standardisasi. Untuk usaha tersebut
maka muncul konsep-konsep seperti
: Ujian Nasional. Dalam menyusun
RENSTRA Departemen Pendidikan
Nasional tahun 2005 – 2009 lebih
menekankan pada manajemen dan
kepemeimpinan bukan masalah
pokok yaitu pengembangan anak
Indonesia. Anak Indonesia dijadikan
obyek, anak Indonesia bukan
merupakan suatu proses humanisasi
atau pemanusiaan. Anak Indonesia
dijadikan alat untuk menggulirkan
suatu tujuan ekonomis yaitu
pertumbuhan, keterampilan,
penguasaan skil yang dituntut dalam
pertumbuhan ekonomi [Millist
CFBE]

6
Sejarah perkembangan definisi
Teknologi Pendidikan
Definisi awal Teknologi
Pendidikan dipandang sebagai
media
Teknologi Pendidikan adalah suatu
cara yang sistematis dalam
mendesain, melaksanakan, dan
mengealuasi proses keseluruhan dari
belajar dan pembelajaran dalam
betuk tujuan pembelajaran yang
spesifik, berdasarkan penelitian
dalam teori belajar dan komunikasi
pada manusia dan menggunakan
kombinasi sumber-sumber belajar
dari manusia maupun non manusia
untuk membuat pembelajaran lebih
efektif.
Definisi teknologi pendidikan pada
awal tahun 1920 dipandang sebagai
media. Akar terbentuknya
pandangan ini terjadi ketika pertama
kali diproduksi media pendidikan
pada awal abad dua puluhan. Media
ini, sebagai media pembelajaran
visual yang berupa film, gambar dan
tampilan yang mulai ramai pada
tahun 1920. definisi formal
pembelajaran visual terfokus pada
media yang digunakan untuk
menampilkan sebuah pelajaran.
Pandangan ini berlanjut sampai
1950.
Tahun 1960 dan 1970 Teknologi
Pendidikan diapandang sebagai
suatu proses.
Awal tahun 1950, khususnya selama
tahun 1960 dan 1970 sejumlah ahli
dalam bidang pendidikan mulai
mendiskusiakan teknologi
pendidikan dalam suatu yang
berbeda. Mereka membahasnya
sebagai suatu proses. Contohnya
Finn (1960) mengatakan bahwa
teknologi pendidikan harus
dipandang sebagai suatu cara untuk
melihat masalah pendidikan dan
mneguji kemungkinan solusi dari
masalah tersebut. Sedangkan
Lumsdaine (1964) mengatakan
bahwa teknologi pendidikan dapat
dijadikan aplikasi ilmu pengetahuan
pada praktek pendidikan. Pada tahun
1960an dan 1970 banayak definisi
teknologi pendidikan yang
dipandang sebagai suatu proses.
Definisi 1963
Di tahun 1963, definisi teknologi
pendidikan digambarkan bukan
hanya sebagai sebuah media.
Definisi ini (Ey, 1963)
menghasilkan dengan suatu komisi
pengawas yang dibentuk olep
Departemen Pendidikan
Audiovisual (sekarang dikenal
sebagai Asosiasi Teknologi dan
Komunikasi Pendidikan). Hal ini
merupakan suatu hal yang berangkat
dari pandangan “tradisional”
terhadap teknologi pendidikan.
Definisi kini lebih memusat pada
desain pembelajaran dan
penggunaan media sebagai
pengendalian proses belajar (p. 38).
Lebih dari itu pengertian kini lebih
menganali serangkaian langkah-
langkah penerapan, perancangan,
dan penggunaan. Langkah-langkah
ini mencakup perencanaan,
produksi, pemilihan, pemanfaatan,
dan manajemen. Perubahan disini
mencerminkan bahwa, bagaimana
lingkungan dan kemajuan zaman
dapat mengubah sebuah definisi dan
praktek dari teknologi pendidikan.
Definisi 1970
Definisi selanjutnya merupakan
definisi tahun 1970-an yang
dikeluarkan oleh Komisi Pengawas
Teknologi Pendidikan. Komisi
pengawas ini dibentuk dan dibiayai
oleh pemerintah Amerika Serikat
untuk menguji permasalahan dan
manfaat potensial yang berhubungan
dengan teknologi pendidikan di
sekolah-sekolah.
Teknologi pendidikan adalah suatu
cara yang sistematis dalam
mendesain, melaksanakan, dan
mengevaluasi proses keseluruhan
dari belajar dan pembelajaran dalam
bentuk tujuan pembelajaran yang
spesifik, berdasarkan penelitian
dalam teori

7
belajar dan komunikasi pada
manusia dan mengunakan
kombinasi sumber-sumber belajar
dari manusia maupun non manusia
untuk membuat pembelajaran lebih
efektif.
Jadi menurut konsep ini tujuan
utama teknologi pembelajaran
adalah membuat agar suatu
pembelajaran lebih efektif.
Bagaimana hal itu dilakukan?
Dengan cara mendesain,
melaksanakan dan mengevaluasi
secara sistematis berdasarkan teori
komunikasi dan belajar tentunya,
serta memanfaatkan segala sumber
baik yang bersifat manusia maupun
non manusia, dengan demikian,
sejak tahun 1970an, sudah ada
pandangan bahwa manusia (dalam
hal ini guru) bukanlah satu-satunya
sumber belajar.
Definisi 1977
Teknologi Pendidikan adalah proses
kompleks yang terintegerasi
meliputi orang, prosedur, gagasan,
sarana dan organisasi untuk
menganalisa masalah dan
merancang. Melaksanakan, menilai
dan mengelola pemecahan masalah
dalam segala aspek belajar manusia.
Definisi 1994
Teknologi instruksional adalah
praktek dalam mendesain,
mengembangkan, memanfaatkan,
mengelola dan menilai proses-
proses maupun sumber-sumber
balajar.
Definisi ini lebih operasional dari
pada rumusan tahun 1977 yang
terlalu rumit, definisi ini
menegaskan bahwa adanya lima
dominant teknologi pembelajaran,
yaitu kawasan desain, kawasan
pengemabangan, kawasan
pemanfaatan, kawasan pengelolaan,
dan kawasan penilaian baik untuk
proses maupun sumber belajar,
seorang teknolog pembelajaran bias
saja memfokuskan bidang
garapannya dalam salah satu
kawasan tersebut.
Definisi baru : menyatakan peran
media, desain pembelajaran
sistematis, dan pendayagunaan
teknologi.
Bidang teknologi dan desain
pembelajaran mencakup analisis
pembelajaran dan pencapaian
masalah serta rancangan,
pengembangan, pemanfaatan,
evaluasi, manajemen, pembeljaaran,
proses non pembelajaran untuk
meningkatkan pencapaian pelajaran
dalam berbagai peraturan, bidang
pendidikan dan tempat kerja.
Para ahli bidang desain
pembelajaran dan teknologi sering
menggunakan prosedur desain
pembelajaran yang sistematis dari
berbagai media pembelajaran untuk
menyelesaikan tujuan mereka.
Definisi ini menggaris bawahi dua
praktek yaitu penggunaan media
untuk tujuan pendidikan dan
penggunaan prosedur desain
pembelajaran yang sistematis.
Mengapa kita menyebutnya desain
pembelajaran dan teknologi ?
Definisi berbeda dari yang
sebelumnya. Lebih mengacu pada
bidang desain pembelajaran dan
teknologi dibandingkan dengan
teknologi pembeljaaran. Mengapa
kebanyakan individu
menggambarkan istilah teknologi
pembelajaran dengan komputer,
video, OHP, dan segala jenis
hardware dan software lainnya yang
berhubungan dengan media
pembelajaran. Dengan kata lain
banyak individu yang menyamakan
teknologi pembelajaran dengan
desain pembelajaran. Praktek desain
pembelajaran sudah meletus
sehingga banyak digunakan oleh
individu yang menyebut diri mereka
perancang pembelajaran.

BAB III 8
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dengan berkembang nya ilmu
pengetahuan dan teknologi
membuat
Seseorang ingin lebih mengetahui
hal tersebut, hingga dalam
pendidikan
Mencakup semua ilmu
pengetahuan dan dapat
mempergunakan teknologi yang
Bertujuan pendidikan.

Saran

Sebaiknya teknologi yang


ada di Indonesia selalu terdapat
Di setiap sekolah,
karena dengan adanya teknologi,
pendidikan Akan semakin maju
dan ilmu pengetahuan akan
semakin Bertambah. Hingga
dengan mudahnya belajar atau
mencari Pengetahuan dalam
teknologi.
DAFTAR ISI
9

Good,carter v,1977,dasar konsep


pendidikan moral,alfabeta,1.
Thomson godfrey,1997,dasar
konsep pendidikan
moral,alfabeta,2.
Unesco,1999,dasar konsep
pendidikan moral,alfabeta,2.
Brameld,thedore,1999,dasar konsep
pendidikan moral,2.
Dewantara,ki hajar, ,
http://www.idonbiu.com/2009/07de
finisi-pendidikan- secara-
umum.html
Marimba,ahmad d,1987,pengantar
filsafat pendidikan islam,19.
Sudaryono FIC,yohanes.kualitas
pendidikan Indonesia suatu refleksi.
Neozonk,November 29
2007.sejarah perkembangan definisi
teknologi pendidikan.

You might also like