You are on page 1of 25

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA TAK TERPERINCI


disusun dalam rangka pelaporan kegiatan PPK di RS Grhasia
Blok Kesehatan Jiwa

Oleh:

Nama : Muthia Addina 08711225


Widhowati Destiathree 08711148
Rima Adifusi Sando 08711060
Nurhayati 08711237
Deiny Harendra Putri 08711011
Hadi Salmi 08711
Kelompok :6
Tutor : dr. Irene

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan Jiwa adalah suatu keadaan yang memungkinkan untuk terjadinya


perkembangan fisik, intelektual, dan emosional individu secara optimal, sejauh
perkembangan tersebut sesuai dengan perkembangan optimal individu-individu lain.
Menurut UU Pokok Kesehatan RI (1960), kesehatan adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan, mental, dan sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit,
cacat, dan kelemahan, adapun menurut UU No. 23 Tahun 1992, Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi.
Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita ganggaun
jiwa berat. Namun masih banyak persepsi masyarakat yang salah tentang gangguan
jiwa. Gangguan jiwa masih diidentikkan sebagai suatu yang memalukan, bersifat mistis,
dan tidak dapat disembuhkan. Sehingga penanganan gangguan jiwa sering terlambat
dan akhirnya memberikan prognosis yang buruk. Bahkan kadang-kadang masyarakat
berusaha menyembuhkan dengan cara-cara yang tidak manusiawi seperti dipasung
(Maramis, 2009).
Menyikapi hal tersebut perlu dilakukan pengenalan dini mengenai kesehatan jiwa
yang ada di masyarakat. Dalam hal ini peran para pekerja kesehatan sangat dibutuhkan.
Kami sebagai calon dokter, melalui Program Pengenalan Klinik (PPK) ditempatkan
dalam suatu situasi yang sesungguhnya dalam masyarakat dan bagaimana kami
menyikapi hal tersebut berdasar dari teori – teori yang telah kami dapatkan pada bangku
kuliah. Setelah kegiatan PPK ini berjalan, diharapkan kami bisa dapat lebih memahami
apa itu gangguan jiwa dan bagaimana penanganannya.
Dalam kegiatan PPK kali ini, kami ditempatkan di Rumah Sakit Ghrasia Sleman
Yogyakarta. Kasus yang kami tangani adalah skizofrenia tak terperinci. Kelainan
Skizofrenia tak terperinci termasuk dalam subtipe dari gangguan skizofrenia. Gangguan
skizofrenia ditandai dengan khas oleh adanya waham yang aneh atau waham bizzare,
halusinasi dan telah berlangsung selama paling tidak 1 bulan.
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ib. W
Jenis Kelamin :P
Umur : 54 th
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Bangsa/Suku : Jawa
Alamat : Tegalrejo, Tamantirto, Kasihan,Bantul
No RM : 044099
Tanggal masuk RS : 16 Oktober 2010

II. ALLOANAMNESIS
Alloanamnesis diperoleh dari :

Nara Sumber Keterangan


Nama M. Priyatno Priharjo
Alamat Tegalrejo, Tamantirto, Kasihan,Bantul
Pendidikan SD
Pekerjaan Buruh
Umur 56 th
Hubungan Saudara kandung
Lama Kenal Sejak lahir
Sifat Kenal Dekat

II.1 Sebab Dibawa ke Rumah Sakit


Pasien mengamuk dan merusak rumah tetangga dengan melempar
batu

II.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Menurut keluarganya terjadi perubahan tingkah laku sudah lama sekali
(keluarga tidak ingat). Namun 4 bulan SMRS terjadi peningkatan gejala
merusak barang-barang, mengamuk, bicara sendiri, dan tertawa sendiri.
pasien masih mau mandi dan makan. pasien juga suka keluyuran,
melempar batu ke tetangga. gejala ini timbul perlahan-lahan.

II.3 Anamnesis Sistem


OS mengaku menderita hipotensi yang mempengaruhi fungsi sosial dan
kemadiriannya. OS merasa karena penyakitnya dia menjadi tidak bisa
menikah karena tidak ingin menjadi beban untuk suaminya kelak dan
penyakitnya itu menyebabkan dia sering bergantung pada ibunya.

II.4 Grafik Perjalanan Penyakit


Gejala Klinis

Mental Health Line/Time

Fungsi Peran

II.5 Hal – Hal yang Mendahului Penyakit


II.5.1 Faktor Organik
OS tidak pernah mengalami kejang, panas tinggi, trauma
dan keracunan.

II.5.2 Faktor Psikososial (stressor psikososial)


Menurut pengakuan saudara OS, OS mengalami patah
hati akibat ditolak lawan jenis. Hal ini berlawanan dengan
pengakuan OS yang mengaku bahwa dia menolak lawan
jenis yang melamarnya.

II.5.3 Faktor Predisposisi


OS berasal dari kalangan keluarga dengan tingkat sosial
ekonomi menengah kebawah. OS merupakan anak ke 5
dari 5 bersaudara. Ibunya meninggal beberapa bulan yang
lalu. Ayahnya berselignkuh dan kemudian menikah lagi
saat OS masih kecil. OS sendiri belum menikah dan belum
mempunyai calon suami.
OS cenderung berkepribadian manja. Selama ini ketika OS
membutuhkan sesuatu terbiasa segalanya terpenuhi oleh
orangtu dan kakak - kakaknya terutama ibunya yang
merawatnya selama ini

II.5.4 Faktor Presipitasi


beberapa hari yang lalu mengalami peningkatan gejala
mengamuk, berteriak – teriak, menangis, dan melempari
rumah tetangga dengan batu.

II.6 Riwayat Penyakit Dahulu


II.6.1 Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
Pasien belum pernah mengalami penyakit yag serupa
maupun sejenis sebelumnya.

II.6.2 Riwayat Sakit Berat/ Opname


OS tidak pernah menderita sakit hingga harus mondok di
rumah sakit.

II.7 Riwayat Keluarga


II.7.1 Pola Asuh Keluarga
OS adalah anak terakhir dan perempuan satu – satunya,
hal ini membentuk pola asuh yang memanjakan OS. Sejak
kakak – kakaknya berkeluarga OS hanya tinggal dengan
ibunya dan segala kebutuhan OS dipenuhi oleh ibunya.

II.7.2 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat riwayat penyakit serupa pada anggota
keluarganya.
II.7.3 Silsilah Keluarga

= wanita = OS

= laki - laki

II.8 Riwayat Pribadi


II.8.1 Riwayat Kelahiran
Riwayat kehamilan dan persalinan OS tidak ada kelainan.
Kehamilan OS dikehendaki. OS lahir spontan dirumah
dengan dibantu dukun bayi.

II.8.2 Latar Belakang Perkembangan Mental


OS yang merupakan bungsu dari 5 bersaudara dan wanita
satu – satu nya terbiasa diperlakukan manja. Saat masih
kecil ayahnya menikah lagi dan mereka tinggal bersama
satu keluarga. Sejak ayahnya meninggal dan saudara –
saudaranya telah berkeluarga OS hanya tinggal dengan
ibunya yang merawatnya.

II.8.3 Perkembangan Awal


Riwayat perkembangan awal tidak didapatkan informasi
yang rinci, namun menurut keterangan OS, pertumbuhan
dan perkembangan OS sama seperti anak – anak
seusianya.

II.8.4 Riwayat Pendidikan


OS bersekolah hingga bangku SD.
II.8.5 Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja

II.8.6 Riwayat Perkembangan Seksual


OS tidak ada kelainan identitas seksual dan merasakan
tertarik dengan lawan jenisnya. Perkembangan seksualnya
sama seperti wanita normal.

II.8.7 Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual


OS beragama Islam. Sejak kecil sampai sekarang OS rajin
melaksanakan ibadah sholat lima waktu.

II.8.8 Riwayat Perkawinan


OS belum pernah menikah.

II.8.9 Riwayat Kehidupan emosional


OS pernah patah hati saat perasaannya ditolak oleh lawan
jenis. Sejak itu OS mulai menunjukkan perubahan tingkah
laku. Sekitar 4 bulan sebelumnya Ibu OS meninggal dunia
sehingga OS harus hidup sendiri di rumahnya dan
perubahan tingkah laku semakin terlihat.

II.8.10 Hubungan Sosial


Sebelum sakit OS berhubungan baik dengan para
tetangganya. OS tidak pernah berbuat jahat atau
mengganggu tetangganya.

II.8.11 Kebiasaan
OS suka berjalan – jalan disekitar lingkungan tetangganya.

II.8.12 Status Sosial Ekonomi


Status sosial ekonomi OS tergolong menengah kebawah.
II.8.13 Riwayat Khusus
OS tidak pernah berurusan dengan polisi dan tidak pernah
mempunyai pengalaman militer.

II.9 Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis


Alloanamnesis dapat dipercaya.

II.10 Kesimpulan Alloanamnesis


• Dihadapkan pada seorang penderita perempuan berusia
54 tahun, alamat Tegalrejo, Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta, belum menikah, tidak bekerja, pendidikan terakhir SD.
OS mengalami perubahan tingkah laku sejak ditolak oleh lawan
jenis yakni mudah tersinggung dan marah – marah, kemudian sejak
Ibunya meninggal OS mulai merusak barang-barang, mengamuk,
bicara sendiri, dan tertawa sendiri. OS dibawa ke RS Grhasia
karena terjadi peningkatan gejala seperti berteriak-teriak, menangis,
mengamuk hingga melempar rumah tetangga dengan batu.
• Faktor organik yang mendahului penyakit tidak ada
• Faktor psikososial ada.
• Status sosial merupakan keluarga mampu.
• Pola asuh pasien kurang baik.
• Riwayat persalinan dan kelahiran baik.
• Pola kepribadian pasien skizoid.
• Pasien tidak ada retardasi mental.

III. STATUS PRAESENS


III.1 Status Internus
Keadaan umum : Baik
Bentuk Badan : Normotrofik
Tinggi Badan : 155 cm

Tanda Vital
Tek Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 °C
Nadi : 80 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher : limfonodi teraba (-), nyeri tekan (-)
Thorax
Sistem CV : bising jantung (-), suara jantung tambahan
(-), konfigurasi normal
Sistem Respi : sonor, vesikuler, suara tambahan (-)
Abdomen
Sistem GI : teraba massa (-), hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan abdomen (-)
Sistem Urogenital : tidak dilakukan
Sistem Musculoskeletal : deformitas (-), akral dingin (-)
Sistem Integumentum : hiperemis (-), oedem (-), luka (-)
Kelainan khusus : tidak ada
Kesan Status Internus : tidak ada kelainan organik

III.2 Status Neurologis


Meningeal Sign : negatif
N. Cranial : dbn
Kekuatan otot : dbn
Sensibilitas : dbn
Refleks Fisiologis : dbn
Reflek Patologis : negatif
Gangg Keseimbangan dan : negatif
Koordinasi gerak
Kesan status neurologis : dalam batas normal

III.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang


Tidak dilakukan

IV. STATUS PSIKIATRI


Tanggal Pemeriksaan : 3 November 2010
No Status Psikiatri Hasil Keterangan
1 Kesan Umum Tampak sakit jiwa
2 Kesadaran
Kuantitatif GCS E4 V5 M6 Pasien sadar sepenuhnya
Kualitatif Tidakberubah saat diajak komunikasi.
3 Orientasi
Orang Baik Mengerti nama teman satu
kamar dan mengerti siapa
pemeriksa.
Waktu Baik Dapat mengerti pagi, siang,
sore, malam.
Tempat Baik Mengerti di RS dan bangsal
mana pasien tinggal.
Situasi Baik Dapat membedakan situasi
dimana ramai dan sepi
misalnya pasar dan
dirumah.
4 Penampilan dan rawat Baik Terkesan cukup bersih.
diri
5 Sikap dan tingkah laku Kooperatif dan Dapat berinteraksi dengan
normoaktif baik dengan sikap dan
tingkah laku yang wajar
tidak berlebihan selayaknya
orang normal.
6 Roman muka normomimik Menunjukkan ekspresi
wajah yang normal dan
sesuai dengan suasana
hatinya
7 Afek Tumpul Kurang sesuai dalam
mengekspresikan
perasaannya.
8 Proses pikir
Bentuk pikir Non realistik Percaya dirinya
dikendalikan oleh bisikan –
bisikan dari luar yang
mengendalikan dirinya.
Isi pikir Waham magik mistik Percaya dirinya dikirim guna
– guna oleh seseorang yang
jahat hingga sekarang.
Waham kendali pikir Percaya pikirannya dan
tindakannya dikendalikan
oleh suatu kekuatan dari
luar melalui bisikan –
bisikan.
Waham agama Percaya bahwa saat
mendesak sholat
diperbolehkan hanya sujud
saja
Progresi pikir Kuantitatif:
Logorrhoe Jika ditanya menjawab
dengan baik tetapi terus
bicara banyak hal.
Kualitatif:
irelevan, koheren, dan Dapat menjawab
asosiasi longgar pertanyaan dengan baik
dan dapat dimengerti.
Tetapi kadang susah
dimengerti dan tidak sesuai
dengan pertanyaan.
10 Persepsi
Halusinasi H. Visual Riwayat pernah melihat
cahaya keluar dari makam
kakeknya dan pernah
melihat cahaya yang
melingkupi tubuhnya.
H. Auditorik Kerap mendengar suara –
suara bisikan yang
mengganggu.
H. Olfaktorik Riwayat pernah mencium
bau air kencing manusia
pada malam hari.
H. Taktil Riwayat pernah merasakan
sakit seperti tangannya diiris
hendak dipotong hingga
berdarah.
Ilusi Pernah melihat seseorang
yang tiba – tiba berubah
menjadi seekor kucing.
11 Mood dan Interest Dalam batas normal Pasien tidak menunjukkan
emosi yang abnormal
seperti murung atau terlalu
gembira.
12 Hubungan jiwa Mudah Pemeriksa dan pasien
berinteraksi dengan baik.
13 Perhatian Mudah ditarik dan Dapat menjawab spontan
dicantum pertanyaan dan pemeriksa
mengerti jawaban pasien.
14 Memori Jangka pendek : baik Bisa mengingat menu
makanan yang tadi dimakan
Jangka panjang : baik Pasien mengerti alamat
rumah dan dengan siapa
pasien dulu tinggal.
15 Gangguan intelegensi Tidak ada Sekolah terakhir SD dan
sesuai umur dan pasien mampu membaca
pendidikan dan menulis.
16 Insight Baik Pasien sudah merasa
dirinya mengalami sakit
jiwa.

V. RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA PENDERITA


V.1 Tanda – Tanda (Sign)
Sikap perilaku : normoaktif
Afek : tumpul
Roman muka : normomimik

V.2 Gejala (Symptom)


Bentuk pikir : non realistik
Isi Pikir : waham kendali pikir, waham magik mistik
Progresi pikir : logorrhoe, irelevan, koheren, dan asosiasi longgar
Persepsi : halusinasi visual, halusinasi auditorik, halusinasi
olfaktorik, halusinasi taktil, ilusi

V.3 Kumpulan Gejala (Sindrom)


Sindrom Skizofren : afek tumpul, waham bizarre, halusinasi, ilusi

VI. DIAGNOSIS BANDING


Skizofrenia tak terperinci
Skizofrenia paranoid

VII. PEMBAHASAN
Dari hasil identintifikasi yang diperoleh dari autoanamnesis dan
alloanamnesis diketahui bahwa gejala yang ditemukan pada OS mengarah
kepada ganguan skizofrenia yaitu didapatkannya waham bizzare yaitu
waham kendali pikir yang menonjol dan didapati waham non-bizzare yaitu
waham magik mistik dan waham agama yang menetap, selain itu terdapat
pula gangguan isi pikir berupa halusinasi dan ilusi. Menurut pedoman
diagnostik skizofrenia dalam PPDGJ III gejala-gejala dari pasien mengarah
ke skizofrenia tak terinci.
Penyingkiran diagnosis banding dapat di cocokkan menurut gejala pada
PPDGJ III yaitu:

Pedoman Diagnostik untuk Skizofrenia


Tabel 1. Pedoman Diagnostik Skizofrenia
No Pedoman Diagnostik Gejala pada Os Kriteria
1 Harus ada sedikitnya satu gejala
yang amat jelas (dan biasanya 2
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu
kurang jelas) :
a. Thought echo, thought
insertion or withdrawl, thougt
broadcasting
b. Delution of control, delution of Waham kendali pikir Memenuhi
influence, delution of (+)
pasitivity, delution of
perception
c. Halusinasi auditorik, suara Halusinasi auditorik (+) Memenuhi
halusinasi yang berkomentar
terus-menerus terhadap
prilaku pasien atau
mendiskusikan pasien
diantara mereka sendiri, jenis
suara halusinasi lain berasal
dari salah satu bagian tubuh
d. Waham-waham yang Waham magik mistik Memenuhi
menetap lainnya yang (+)
menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar atau
mustahil

2 Atau paling sedikit dua dari gejala di


bawah ini harus ada secara secara
jelas ;
e. Halusinasi menetap dari Memenuhi
panca indera saja apabila
disertai waham yang
mengembang maupun
setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan yang menetap
apabila setiap hari selama
berbulan-bulan secara terus-
menerus
f. Arus pikiran yang terputus Irrelevansi Memenuhi
atau mengalami sisipan yang Asosiasi longgar
bersifat inkoherensi atau
pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme
g. Perilaku katatonik seperti Tidak memenuhi
keadaan gaduh gelisah,
posisi tubuh tertentu atau
fleksibilitas serea,
negativisme, mutisme, dan
stupor
h. Gejala-gejala negatif, seperti Tidak memenuhi
sikap sangat apatis, bicara
yang jarang serta respon
emosional yang menumpul
atau yang tidak wajar
biasanya mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunnya
kinerja sosial tetapi harus
jelas hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau
neuroleptik
i. Suatu perubahan yang Tidak memenuhi
konsisten dan bermakna
dalam mutu keseluruhan dari
beberapa aspek perilaku
perorangan, bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, tak
bertujuan, sikap malas, sikap
berdiam diri ( self absorbed
attitude ) dan penarikan
secara sosial
j. Adanya gejala-gejala tersebut Memenuhi
di atas telah berlangsung
selama kurun waktu satu
bulan atau lebih ( tidak
berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodormal )

Kesimpulan : Os memenuhi kriteria Diagnosa F20,-


Sumber : PPDGJ III

Tabel 2. Pedoman Diagnostik : skizofrenia Residual F20.5


No Pedoman Diagnostik Gejala pada orang Kriteria
sakit
1 Untuk suatu diagnosis yang
meyakinkan, persyaratan berikut ini
harus dipenuhi semua :
a. gejala “negatif” dari Tidak memenuhi
skizofrenia yang menonjol,
misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas
menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan
ketiadaan inisiatif,
kemiskinan dalam kuantitas
atau isi pembicaraan,
komunikasi non-verbal
yang buruk seperti ekspresi
muka, kontak mata,
modulasi suara, dan posisi
tubuh, perawatan diri dan
kinerja sosial yang buruk.
b. Sedikitnya ada riwayat satu Tidak memenuhi
episode psikotik yang jelas
di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk
diagnosis skizofrenia;
c. Sedikitnya sudah Tidak memenuhi
melampaui kurun waktu
satu tahun dimana
intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti
waham dan halusinasi telah
sangat berkurang (minimal)
dan telah timbul sindrom
“negatif” dari skizofrenia
d. Tidak terdapat dementia Tidak memenuhi
atau penyakit/gangguan
otak organik lain, depresi
kronis atau
instutisionalisasi yang
dapat menjelaskan
disabilitas negatif tersebut.
Kesimpulan : os tidak memenuhi kriteria F20.5

Tabel 3. Pedoman Diagnostik : Skizofrenia Paranoid F20.0


No Pedoman diagnostic Gejala pada Os Kriteria
1 Memenuhi kriteria umum diagnosis Pada tabel 1 os Memenuhi
skizofrenia memenuhi kriteria
skizofrenia
2 Sebagai tambahan:
- halusinasi
dan/atau waham harus menonjol
a. suara-suara halusinasi yang OS mendengar suara Memenuhi
mengancam pasien atau yang memberi perintah
memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling),
mendengung (humming),
atau bunyi tawa (laughing);
b. halusinasi pembauan atau OS mencium bau air Memenuhi
pengecapan rasa, atau kencing manusia dan
bersifat seksual, atau lain- melihat cahaya
lain perasaan tubuh;
halusinasi visual mungkin
ada tetapi jarang menonjol;
c. waham dapat berupa Waham magic mistik Tidak memenuhi
hampir setiap jenis, tetapi Waham kendali piker
waham dikendalikan Waham agama
(delusion of control),
dipengaruhi (delusion of
influence), atau ” passivity”
(delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar
yang beraneka ragam,
adalah yang paling khas;
- gangguan Tidak memenuhi
afektif, dorongan kehendak dan
pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak
nyata/tidak menonjol.

Kesimpulan : Os tidak memenuhi kriteria Diagnosa F20.0

Tabel 4. Pedoman Diagnostik : Skizofrenia Tak Terinci F20.3


NO Pedoman diagnostik Gejala pada Os Kriteria
1 Memenuhi kriteria umum diagnosis Pada tabel os Memenuhi
skizofrenia memenuhi
kriteria
skizofrenia
2 Tidak memenuhi kriteria untuk Memenuhi
diagnosis skizofrenia paranoid,
hebrefenik atau katatonik
3 Tidak memenuhi kriteria untuk Memenuhi
skizofrenia residual atau atau
depresi pasca-skizofrenia
Kesimpulan : Os memenuhi kriteria Diagnosis F20.3

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas menunjukkan bahwa OS memenuhi kriteria
untuk diagnostik Skizofrenia dengan tipe tak terinci (F 20.3).

VIII. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


VIII.1 Pemeriksaan Psikologi
Pemeriksaan psikologi ini bertujuan untuk mengetahui status
psikologis pada pasien status ini akan membantu dalam terapi
psikologis yang akan diberikan pada pasien. Pemeriksaan psikologi
bisa dilakukan dengan test IQ dan tes kepribadian.

VIII.2 Pemeriksaan Penunjang


Pada dasarnya pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
memastikan diagnosis dari suatu penyakit. Namaun pada kasus
skizofrenia yang tidak terinci kita bisa menegakkan diagnosis dengan
pedoman diagnosis skizofrenia yang tak terinci, antara lain memenuhi
kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia, dan tidak memenuhi kriteria
diagnosis skizofrenia jenis lainnya. Sedangkan pemeriksaan
penunjang pada kasus ini hanya untuk mengetahui etiologi dari
gangguan jika pasien mengeluhkan gejala tertentu.

IX. DIAGNOSIS
IX.1 Aksis I : F20.3
IX.2 Aksis II : Manja
IX.3 Aksis III :-
IX.4 Aksis IV : Menyukai lawan jenis namun tidak terbalas, ibu
meninggal dunia
IX.5 Aksis V : jelek

X. RENCANA PENATALAKSANAAN
X.1 Terapi Organobiologik
X.1.1 Psikofarmaka
1. Chlorpromazin 25 mg (0-0-1)
Merupakan obat antipsikotik yang memiliki afek sedasi
tinggi untuk menjaga kualitas tidur pasien. Pada pasien
ini hanya diberi 1 tablet saja karena pasien sudah
mulai tenang, tidak agresif lagi dan sudah tidak
mengalami kesulitan tidur dan diberikan pada malam
hari supaya tidak menganggu kualitas hidup pasien
2. Haloperidol 1,5 mg (1-0-1)
Merupakan obat antipsikotik kuat untuk menekan
gejala seperti waham dan halusinasi, pada pasien ini
diberikan 2 kali sehari pada pagi dan malam hari
karena wahamnya masih menonjol. Dosis diberikan 2
kali sehari mengingat waktu paruh haloperidol 12 jam.
3. Trihexyphenydil 2 mg (1-0-1) k/p
Merupakan antidotum untuk efek samping dari
haloperidol berupa sindrom ekstrapiramidal seperti
tremor, rigiditas (parkinsonisme). Obat ini berinteraksi
dengan antipsikotik dengan mengurangi efek dari obat
antipsikotiknya, jadi obat ini diberikan seminimal
mungkin atau jika perlu saja.
X.1.2 Terapi fisik
Tidak terdapat sakit fisik.

X.2 Psikoterapi
Psikoterapi Suportif
Pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahan apa
yang terjadi, kekawatiran pasien kepada terapis, sehingga terapis dapat
memberikan problem solving yang baik dan mengetahui cara antisipasi
pasien dari faktor-faktor pencetus (untuk memperbaiki kepribadian pasien
yang cenderung tertutup)

X.3 Terapi Sosiokultural


X.3.1 Terapi Rehabilitatif
a. Terapi kerja
Membantu pasien untuk memperbaiki fungsi peran
pasien, sehingga pasien memiliki kesibukan (tidak
menganggur dan tidak melamun). Berupa aktivitas
ringan yang tidak memerlukan keahlian khusus,
misalnya aktivitas rumah tangga, seperti mencuci
piring, menyapu halaman, mengepel lantai, atau
aktivitas dengan lingkungan sosialnya, seperti kerja
bakti. (mengurangi waktu pasien untuk melamun dan
meningkatkan inisiatif kerja pasien. Disamping itu, jika
pasien aktif dalam aktivitas kerja berkelompok, hal ini
juga dapat meningkatkan rasa percaya diri pasien dan
memperbaiki fungsi sosial pasien).

b. Latihan kerja
Pasien mendapatkan latihan kerja, sehingga pasien
dapat memiliki keahlian yang dapat berguna. (dapat
menghasilkan suatu produk (berproduksi) sesuai
dengan keahlian yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan hidup ketika kembali ke masyarakat).

X.3.2 Terapi Spiritual


Dilakukan agar pasien tetap mengingat dan
menjalankan perintah agama yang dianutnya (membantu
pasien membuat dirinya lebih tenang, aman dan nyaman
hati serta batin).

X.3.3 Edukasi dan Modifikasi Keluarga


Keluarga pasien diinformasikan dan diajarkan cara
merawat, memperlakukan, pasien dengan benar, karena
pasien gangguan jiwa memerlukan perhatian khusus.
Keluarga dianjurkan mengawasi pasien saat minum obat
dan memastikan pasien meminum obat dengan rutin di
rumah (untuk mengatasi ketidakdisiplinan minum obat)
dengan dosis yang tepat dan tidak diturunkan secara
mandiri tanpa sepengetahuan atau izin dokter. Keluarga
juga dianjurkan menghargai pasien seperti orang sehat,
memberikan pasien kesibukan agar pasien tidak melamun.
Keluarga juga dianjurkan membesarkan hati pasien.
Keluarga berusaha untuk terus berkomunikasi dan
memberikan perhatian yang lebih sensitif terhadap pasien.

XI. PROGNOSIS
XI.1 Faktor Premorbid

1. Faktor kepribadian : baik


2. Faktor genetik : baik
3. Pola asuh : baik

4. Faktor organik : baik


5. Dukungan keluarga : baik
6. Sosio ekonomi : jelek
7. Faktor pencetus : jelek
8. Kegiatan spiritual : baik

XI.2 Faktor Morbid

1. Onset usiatua : baik


2. Perjalanan penyakit (Skizofren TT) : jelek
3. Perjalananpenykit (kronis) : jelek
4. Respon terhadap terapi : baik
5. Kelainan organik (tidak ada) : baik

XI.3 Kesimpulan Prognosis


Dubia et Bonam
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Banyak pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia belum mendapatkan


penanganan yang tepat. Banyak dari mereka bahkan mendapatkan perlakuan tak
berkemanusiaan seperti dipasung. Dalam lingkungannya sendiri, masyarakat cenderung
menghina dan mengolok – olok keadaan pasien tersebut. Hal seperti ini dapat
memperburuk keadaan pasien. Ditambah dengan pengetahuan masyarakat yang
kurang mengenai kelainan skizofrenia dan kepercayaan mistik masyarakat setempat
yang kuat sehingga bermunculan persepsi – persepsi salah mengenai penyakit
skizofrenia yang dianggap sebagai ulah makhluk halus, kutukan, atau sejenisnya.
Edukasi masyarakat tentang masalah kejiwaan ternyata masih kurang. Maka
perlu diberikan penyuluhan mengenai kesehatan jiwa yang selama ini cenderung
diabaikan. Masyarakat kita selama ini dalam menghadapi orang – orang dengan
gangguan kejiwaan psikotik dengan sikap yang salah seperti dengan memanggil dukun,
dipasung dan dibiarkan tanpa adanya pertolongan medis. Karena itu, ini adalah tugas
dokter dan puskesmas sebagai garda paling depan untuk memberikan edukasi
masyarakat tentang masalah kejiwaan dan bagaimana penanganan yang tepat untuk
masyarakat.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Hasisukanto, G., Elvira, Sylvia., 2010, Buku Ajar Psikiatri. FKUI: Jakarta

Hawari, Dadang., 1997, Al – Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. PT
Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta

Kuntjojo, 2009, Psikologi Abnormal. Program Studi Bimbingan dan Konseling


Universitas Nusantara PGRI: Kediri
Maramis, A. F., Maramis A. A., 2009, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, edisi 2, Airlangga
University Press, Surabaya.

Maslim, R. 2002, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III.

Nuhriawangsa, Ibrahim, 2004, Simtomatologi Psikiatri. FK UNS: Surakarta.

Soewadi, 2002, Simtomatologi Dalam Psikiatri. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UGM:
Yogyakarta

You might also like