You are on page 1of 2

Salah satu problem dalam pengembangan asuransi syariah adalah faktor

pemasaran, dalam pemasaran itu banyak kendala dimana para SDM tidak menguasai
penuh pemahaman asuransi syariah. Sehingga mereka sulit untuk mentransformasikan
asuransi syariah pada masyarakat.
Langkah asosiasi asuransi syariah Indonesia (AASI) melakukan sertifikasi pada
para agen-agen asuransi merupakan langkah strategis untuk meningkatkan SDM asuransi
syariah. Dengan demikian para agen memiliki pengetahuan yang luas tentang asuransi
syariah.
Kita sadari konsep asuransi syariah berbeda. Untuk itu dalam memasarkan prinsip
syariah membutuhkan pengetahuan beda dari konvensional maka diperlukan sertifikasi
khusus. Sertifikasi dibagi menjadi dua bagian yakni sertifikasi bagi agen asuransi umum
dan sertifikasi agen asuransi jiwa. Itu yang paling basic, nanti di masing-masing bagian
yakni asuransi umum dan asuransi jiwa akan ada spesialisasi lagi.
Misalkan jika agen yang ingin memasarkan asuransi jiwa syariah maka dirinya harus
mengambil spesialisasi seritifikasi agen asuransi jiwa. Sama halnya dengan asuransi
umum syariah, dia pertama harus mengambil sertifikasi asuransi umum lalu mengambil
spesialisasi asuransi umum syariah.
Masyarakat yang masih awam dengan ekonomi syariah tentunya membutuhkan
penjelasan yang detail. Jangan sampai masyarakat salah kaprah bahwa asuransi
konvensional dengan asuransi syariah sama saja.
Pada asuransi konvensional selain terdapat unsur riba, transaksi yang dijalankan
adalah menggunakan akad jual beli. Dimana para peserta membayarkan sejumlah premi
secara berkala untuk adanya pertanggungan atas resiko dikemudian hari (transfer of risk).
Bila dicermati, ini tidak jauh berbeda dengan jual beli uang, peserta membayarkan
sejumlah uang (premi) yang nantinya bila terjadi klaim akan mendapatkan sejumlah uang
pula untuk ganti rugi. Ini adalah suatu bentuk transaksi yang dilarang syariah, karena jual
beli uang haruslah cash dan jumlahnya harus sama apabila sejenis. Berbeda dengan
asuransi syariah yang menggunakan akad tabaduli (tolong menolong), sejak awal para
peserta telah mengikhlaskan uangnya untuk membantu peserta lain apabila terjadi
musibah.
Hal diatas merupakan perbedaan mendasar antara asuransi konvensional dengan
asuransi syariah. Masih ada hal-hal lain yang membedakan diantara keduanya. Para agen
harus bisa menjelaskan kepada masyarakat perbedaan-perbedaan tersebut dan dapat
menjelaskan mengapa asuransi konvensional dilarang dalam prinsip syariah.
Jadi harus ada penegasan tentang pentingnya sertifikasi agen asuransi syariah
untuk memberikan garis yang tegas bahwa untuk menjadi agen harus memiliki
pemahaman yang baik tentang asuransi syarah. Selain itu seharusnya seluruh pelaku
keuangan syariah di Indonesia pun harus disertifikasi.

You might also like