Professional Documents
Culture Documents
Membaca sebuah kumpulan puisi berjudul Lagu Pilu Orang Kuyu yaitu puisi-puisi
karya Mohd. Harun al Rasyid, sangat menyentuh hati saya. Mohd. Harun al Rasyid menulis
puisi-puisinya diberbagai tempat, yakni Banda Aceh, Sigli, Jakarta dan Malang. Puisi-
puisinya banyak menceritakan tentang kepiluan bencana tsunami. Namun ada juga puisi-puisi
yang menceritakan tentang kerinduan pada Aceh. Total puisi yang saya baca ada tujuh buah
yaitu: Aku Bangkit, Puisi Tak Berjudul, Kenangan dalam Keikhlasan, Aku Bertanya pada-
Mu, Nostalgia di Ruang Sempit, Tanah dan Air sedang Berduka, dan Rindu Aceh. Panjang
puisi pun bervariasi, dari puisi yang hanya berisi satu bait yakni Cita sampai puisi yang berisi
empat belas bait yaitu Tebing-tebing Kehidupan.
Dari tujuh puisi yang saya baca sangat tersentuh pada puisi Kenangan dalam
Keikhlasan berikut ini.
Sekarang
Sekarang ayah tinggal sendiri
Menghitung senyummu yang selalu mengembang
Menghitung hobimu untuk berenang
Mengenang bibirmu mengeja firman Tuhan
“Segala puji bagi Tuhan semesta alam”
dan teringat tanganmu menuliskan catatan harian
Selama di Malang dalam Ramadhan dan Lebaran.
Puisi ini diciptakan Mohd. Harun al Rasyid untuk anak pertamanya bernama Inong
Nabila Harza. Inong hilang dalam musibah tsunami Aceh bersama ibu dan adiknya. Terasa
sekali suasana saat Harun menciptakan puisi ini. Terlihat dari pilihan kata-katanya yang
menggambarkan bahwa ia sangat merindukan saat bersama anaknya. Harun juga ikhlas
menerima semua cobaan itu, walaupun memang berat ditinggal oleh keluarga tercinta dan
orang-orang yang disayangi. Dia ingin berbagi persaannya lewat puisi ini.
Membaca puisi ini, membawa pembaca merasakan apa yang dirasakan oleh Harun,
yaitu kehilangan orang yang disayangi. Saking kuatnya perasaan yang dituliskan Harun lewat
puisi ini. Saya menangis saat membaca puisi ini untuk ketiga kalinya. Kata demi kata yang
dituliskan seakan bercerita bagaimana beratnya Harun meninggalkan keluarganya yang
berada di Aceh untuk menyelesaikan studinya di Malang. Dan saat ia kehilangan istri serta
kedua anaknya yang sangat ia rindukan.