You are on page 1of 20

Tugas Kelompok

Etika Bisnis dan Profesi

KASUS:
Bank Bali

Disusun oleh:

2P/09-1 Pagi
Kelompok 1
0906585225 Adellaidde Yosepha Pamela
0906585300 Dinindya Putri
0906498780 Frans Ricardo
0906585414 Mona Permatasari Mokodompit
0906585452 Rachmat Hendra Susanto

PROGRAM STUDI MAKSI-PPAk.


FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA
2010
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
STATEMENT OF AUTHORSHIP

Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah
murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas ada
mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

No. NPM Nama Mahasiswa Tandatangan


1 0906585225 Adellaidde Yosepha Pamela 1.

2 0906585300 Dinindya Putri 2.

3 0906498780 Frans Ricardo 3.

4 0906585414 Mona Permatasari Mokodompit 4.

5 0906585452 Rachmat Hendra Susanto 5.


Kelas : 2P-2009/1 Pagi
Mata Ajaran : Etika Bisnis dan Profesi
Judul Makalah/Tugas : Kasus: Bank Bali

Hari, Tanggal : Senin, 6 Desember 2010


Nama Pengajar : Emil Bachtiar, SE., M.Com.
Tandatangan :

EBP-1/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Pendahuluan

Pada tanggal 29 Juni 2009, Pemerintah dengan resmi telah mengalihkan dana senilai Rp
546 milyar dari rekening PT Era Giat Prima (EGP) di PT Bank Permata Tbk (dahulu PT Bank
Bali Tbk). Hal ini merupakan eksekusi terhadap putusan Mahkamah Agung yang menjadi
penutup rangkaian perjalanan uang Negara dalam skandal Bank Bali yang telah berlangsung
sejak tahun 1998. Namun pengambil alihan atas rekening EGP di Bank Permata tersebut
belum berakhir, karena pada hari yang sama kuasa hukum dari Joko S. Tjandra sebagai
pemilik EGP masih melakukan Peninjauan Kembali atas Putusan Mahkamah Agung tersebut.

Sejarah Bank Bali


Bank Bali didirikan pada tanggal 17 Desember 1954 di daerah Jakarta Kota, tepatnya
Jalan Telepon Kota Nomor 2. Pada awal pendiriannya, Bank Bali bernama Bank Persatuan
Dagang Indonesia dengan status sebagai bank umum. Pada tanggal 1 Juni 1956, status Bank
Persatuan Dagang Indonesia berubah dari bank umum menjadi bank devisa. Bank ini
berkembang dan mulai membuka cabang-cabang di luar kota Jakarta. Pada tanggal 5 Oktober
1
1971, Bank Persatuan Dagang Indonesia berganti nama menjadi Bank Bali.
Bank Bali semakin berkembang, kerjasama-kerjasama dengan bank-bank lain pun dijalin,
termasuk salah satunya dengan The Sanwa Bank Limited, salah satu bank papan atas di
Jepang, berupa kerjasama bantuan teknis (technical assistance) yang dibangun pada tanggal 1
April 1974. Bulan November 1982, dengan mandate dari para pemegang saham, D. Ramli
diangkat menjadi direktur utama Bank Bali. Pada tahun 1983, kantor pusat Bank Bali pindah
ke Jalan Hayam Wuruk Nomor 84-85 Jakarta ke gedung yang lebih megah. Bank Bali terus
berkembang maju, lebih banyak cabang lagi dibuka di daerah-daerah, antara lain cabang di
Bandung yang dibuka pada tanggal 6 Juni 1983, dan cabang di Palembang yang dibuka pada
tanggal 18 Maret 1985. 2
Perkembangan Bank Bali terus melaju pesat, pada tanggal 9 Mei 1988 Bank Bali merger
dengan Bank Dharma Usaha menghasilkan tambahan satu cabang utama dan satu cabang
pembantu di Surabaya. Mengimbangi perkembangannya, Bank Bali secara resmi
meluncurkan logi baru perusahaan yang mencerminkan prinsip utama perbankan, yaitu
“Berdasarkan landasan kokoh dan tegar, kita bangun masa depan penuh sukses”, pada tanggal
8 Agustus 1988. Bulan Desember tahun yang sama, penggunaan Master Card Bank Bali pun
diresmikan. 3
Dalam rangka meningkatkan modal usaha, Bank Bali memutuskan untuk go public.
Penawaran saham perdana Bank Bali dilakukan pada tanggal 5 Desember 1989 dengan
menawarkan 3.999.000 saham pada harga penawaran perdana Rp. 9,900/lembar saham.
Kemudian, pada pertengahan tahun 1990, Bank Bali kembali menerbitkan saham melalui

EBP-2/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Right Issue (penawaran terbatas) sebanyak 15.508.000 lembar saham dengan harga
penawaran Rp. 8,000/lembar saham. 4
Laju pertumbuhan Bank Bali terus berkembang pesat, lebih banyak cabang lagi dibuka di
daerah-daerah, bahkan Bank Bali pun mulai go international. Pada tanggal 16 Maret 1990,
Bank Bali berpatungan dengan United Overseas Bank dari Singapore membentuk United
Overseas Bank Bali. Awal bulan Mei 1991, Bank Bali membuka cabang di Los Angeles
Amerika Serikat setelah sebelumnya membuka cabang di Cayman Island. Puncak kesuksesan
Bank Bali ditandai dengan peresmian kantor perwakilan Bank Bali di Shanghai yang acara
5
berlangsung di Garden Hotel, Shanghai pada tanggal 8 Agustus 1997. Kemudian, sejak
tahun 1998 skandal itu pun dimulai.

Kronologi Skandal Bank Bali


Awal Mula Skandal Bank Bali
Skandal Bank Bali berawal dari tunggakan hutang PT Bank Dagang Nasional Indonesia
Tbk (BDNI), PT Bank Umum Nasional Tbk (BUN) dan PT Bank Tiara Asia Tbk (Tiara),
6
yang ada di PT Bank Bali Tbk (BB). Pada tanggal 21 Agustus 1998, Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) mengambil alih manajemen BDNI dan BUN sehingga kedua
bank tersebut sekarang di bawah BPPN.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan atas Kewajiban
Pembayaran Bank Umum, BB mengirim surat ke BPPN pada tanggal 21 Oktober 1998
perihal tidak terbayarnya tagihan piutang di BDNI dan BUN yang timbul dari transaksi
7
money market, SWAP, dan pembelian promissory notes. (Lihat Lampiran 1 untuk
Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998). Namun pengajuan klaim ini ditolak pada tanggal 27
Oktober 1998 dan tidak diproses lebih lanjut oleh BPPN dan BI dengan alasan ada beberapa
klaim yang belum terdaftar dan terlambat diajukan. Walaupun begitu BB tetap tidak
menyerah, surat kedua dikirimkan lagi dengan perihal yang sama pada tanggal 23 Desember
1998. 8
Sebelum pengajuan tersebut dibalas, pada bulan yang sama tepatnya pada tanggal 31
Desember 1998, dalam saldo penempatan pada pasar uang BB terdapat penempatan pada
bank beku operasi dan bank yang diambil alih oleh Pemerintah Indonesia (BDNI, BUN dan
Tiara) sebesar Rp 1.477 milyar. Dimana setelah diperhitungkan dengan hutang BB kepada
BDNI dan Tiara beserta selisih kurs yang diakui, saldo penempatan tersebut berubah menjadi
Rp 1.235 milyar. 9
Pada tanggal 11 Januari, BB pun mengadakan perjanjian pengalihan/cessie dengan EGP
yang bertujuan untuk mengalihkan hak tagih BB atas penempatan pada pasar uang tersebut
beserta kontrak-kontrak swap milik BB dengan jumlah pokok sebesar Rp 798.1 milyar.

EBP-3/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Sebagai kompensasinya EGP akan menyerahkan efek-efek dengan nilai yang sama kepada
BB. Selain itu BB juga mengadakan perjanjian pengalihan/cessie dengan PT Persada Harum
Lestari (PHL) atas kontrak swap dengan Tiara sebesar Rp 38 milyar, dimana sebagai
kompensasinya PHL juga akan menyerahkan efek-efek dengan nilai yang sama kepada BB. 10
Sehari setelah perjanjian cessie dibuat (12 Januari 1999), Wakil Ketua BPPN Pande Lubis
baru mengirim surat balasan mengenai pengajuan klaim kedua dari BB. Isi dari surat balasan
tersebut menyatakan bahwa BPPN sedang mengumpulkan dan mempelajari data mengenai
transkasi BB untuk mencari pemecahan masalah. BPPN kemudian meminta bantuan Bank
Indonesia (BI) pada tanggal 15 Februari 1999 untuk melakukan verifikasi atas tagihan BB ke
BDNI dan BUN dari segi kewajaran dan kebenarannya, tapi sehari kemudian BI menolak
usulan Pande Lubis karena sebelumnya BI sudah menyatakan secara administrasi tidak
berhak.
Walaupun demikian, pada tanggal 22 Maret 1999, BI akhirnya bersedia melakukan
verifikasi terhadap tagihan-tagihan Bank Bali ke BDNI dan BUN. Dimana hasilnya
menyatakan bahwa tidak ditemukan indikasi ketidakbenaran dan ketidakwajaran transaksi
SWAP, forward dan L/C antara BB dengan BDNI. Selain itu ditemukan indikasi bahwa
transaksi pembelian promes yang di-endorse BUN belum sesuai dengan prinsip praktek
perbankan yang berhati-hati. 11
Seminggu setelahnya (29 Maret 1999), EGP (dalam hal ini diwakili oleh Setya Novanto
selaku Direktur Utama) dalam kaitannya degan cessie aquo, memberikan kuasa pada BB
untuk menagih piutang pada BDNI dan BUN dan mengkreditkan jumlah tagihannya kedalam
rekening EGP di BB cabang Sudirman. Angka tagihan piutang yang sempat diralat pada
tanggal 1 April 1999 adalah sebesar Rp 1.2 trilliun untuk BDNI dan Rp 342 milyar untuk
BUN. 12
Dari total tagihan tersebut BI akhirnya hanya bersedia membayar sebesar Rp 904 milyar
kepada BB atas tagihan kepada BDNI pada tanggal 1 Juni 1999. Setalah pembayaran tersebut
dilakukan, BB pun langsung mengadakan perjanjian penyelesaian dengan EGP pada tanggal 9
Juni 1999. Dimana BB memindahkan Rp. 546.4 milyar ke rekening EGP sebagai
penyelesaian menyeluruh dari perjanjian pengalihan (cessie) atas tagihan BDNI, sehingga
jumlah bersih yang diterima BB atas penempatan pada BDNI adalah sebesar Rp 358.2 milyar,
sedangkan untuk tagihan kepada BUN belum dapat diselesaikan. 13
BB kemudian menerima surat dari EGP tertanggal 11 Juni 1999, yang menyatakan bahwa
EGP akan menyerahkan efek-efek sebesar Rp 200 milyar. Pada hari yang sama BB juga
mengadakan perjanjian penyelesaian dengan PHL di mana kewajiban PHL untuk
menyerahkan efek-efek sebesar Rp 38 milyar diubah menjadi pembayaran dana sebesar Rp
22.8 milyar melalui cek/bilyet giro yang telah dicairkan pada tanggal 17 Juni 1999. PHL lalu

EBP-4/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
meminta Bank Bali untuk memindahkan dana sejumlah Rp 22.8 milyar ke rekening escrow
Bank Bali qq. EGP pada tanggal 19 Agustus 1999. 14
Siapa PT Era Giat Prima, Joko Tjandra, dan Setya Novanto
Skandal cessie Bank Bali bermula ketika Bank Bali menggunakan jasa PT Era Giat Prima
untuk menagih hutang kepada BDNI dan BUN. PT Era Giat Prima adalah perusahaan yang
dimiliki Djoko Tjandra, dan juga sebagian kecil sahamnya dimiliki oleh Setya Novanto, yang
saat itu adalah seorang politikus dari Partai Golkar. 15 Setya Novanto menjabat sebagai
direktur utama, dan Djoko Tjandra sebagai direktur dari PT Era Giat Prima. 16 Saat itu, BDNI
dan BUN berada di bawah pengawasan BPPN sehingga klaim putang Bank Bali ke BDNI dan
BUN diajukan ke BPPN, namun klaim Bank Bali yang diajukan ke BPPN secara tertulis
disampaikan oleh BI bahwa ditolak untuk diproses lebih lanjut . Kesulitan untuk mencairkan
piutang di BDNI dan BUN tersebut membawa Rudy Ramli selaku direktur utama Bank Bali
melakukan penandatangan perjanjian dengan Setya Novanto selaku direktur utama PT EGP
untuk cessie tagihan piutang BDNI dan BUN ke Bank Bali, karena Djoko Tjandra, pemilik
PT Era Giat Prima yang berteman dengan orang-orang berpengaruh di pemerintahan seperti
Tanri Abeng dan Almarhum A.A. Baramuli, menawarkan diri untuk melakukan penarikan
piutang Bank Bali tersebut. 17 Sampai saat ini perihal mengenai bagaimana PT Era Giat Prima
mampu menembus administrasi dan birokrasi yang berbelit di kalangan pejabat teras dan
berhasil mencairkan dana Bank Bali dari BPPN masih menjadi pertanyaan besar. 18
Direktur utama PT EGP, Setya Novanto, adalah seorang pengusaha sekaligus politisi
yang masih aktif di Partai Golkar dan saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI 2009-2014
19
mewakili daerah Nusa Tenggara Timur dari fraksi partai Golkar. Setya Novanto mulai
menjadi pengusaha sejak tahun 1974, namun karier politiknya mulai menanjak sejak berhasil
mewawancarai Soeharto dan merilis buku “Manajemen Soeharto”. Tidak berapa lama setelah
buku tersebut terbit, Setya Novanto bergabung bersama Kosgoro, Golkar, KONI, dan
20
beberapa organisasi lainnya. Setya Novanto pernah menjabat sebagai anggota DPR/MPR
21
mewakili Timor-Timur, dan kemudian terpilih lagi pada pemilu 2004. Setya Novanto
sempat memimpin 12 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, salah satu bisnis dimana
beliau menanamkan uangnya adalah pada PT Era Giat Prima dimana Setya Novanto diberi
jabatan sebagai direktur utama.
Joko Soegianto Tjandra alias Tjan Kok Hui pria kelahiran Sanggau, Kalimantan Barat,
pemilik sekaligus direktur PT EGP, lebih dikenal sebagai Joko Tjandra. Joko Tjandra
memulai bisnisnya pada tahun 1970 bersama tiga orang saudaranya dengan mendirikan grup
Mulia yang focus pada bidang properti. Bisnis grup Mulia menggurita dengan anak
perusahaan lebih dari 40 perusahan yang bekerja di berbagai sector industri. Joko kemudian
mendirikan PT Era Giat Prima dngan mengajak serta seorang temannya, Setya Novanto yang

EBP-5/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
saat itu menjabat sebagai bendahara partai Golkar, salah satu bidang yang digeluti perusahaan
tersebut adalah jasa “penagihan utang”. Selain mendirikan PT EGP, Joko juga mendirikan PT
Persada Harum Lestari, dimana Joko menjabat sebagai direkturnya, perusahaan ini kemudian
menangani cessie tagihan piutang Bank Bali ke Bank Tiara. Walaupun bukan seorang politisi,
Joko Tjandra berkecimpung secara tidak langsung ke dalam dunia politik melalui sumbangan-
sumbangannya. Transparency International Indonesia menemukan sumbangan untuk
kampanye presiden pada tahun 2004 yang berasal dari kas Grup Mulia. 22
Terkuaknya Skandal Bank Bali
Pembayaran sebesar Rp 904 milyar yang telah dilakukan BI ternyata belum membuat
perihal pengalihan hak tagih hutang tersebut selesai. Pada tanggal 20 Juli 1999, Standard
Chartered bank melaporkan hasil due diligence yang menemukan bahwa: 23
(a) Telah terjadi tambahan kerugian akibat pembayaran keluar dari bank sebesar Rp 546
milyar sehubungan dengan klaim antarbank sebesar Rp 905 milyar, dan
(b) Adanya usaha penjualan aset-aset bank oleh manajemen, BPPN menolak untuk
menerima kerugian tambahan tersebut sebagai bagian dari rekapitalisasi.
Sepuluh hari kemudian, tepatnya pada tanggal 30 Juli 1999, ahli hukum perbankan
Pradjoto juga membeberkan adanya jaringan money politics, dalam transaksi penagihan
piutang BB terhadap BDNI, BUN dan Tiara senilai Rp. 3 triliun, yang melibatkan Setya
Novanto (Dirut PT EGP), dengan dugaan adanya dukungan sejumlah pejabat tinggi Negara. 24
Berdasarkan informasi-informasi tersebut, BPPN pun membentuk tim investigasi
dibawah pengawasan International Review Committee pada tanggal 5 Agustus 1999 untuk
25
melakukan pemeriksaan terkait kebenaran transaksi cessie yang telah terjadi. Ditengah-
tengah masa pemeriksaan (dari tanggal 16 – 19 Agutus 1999), BB menerima transferan dana
atas nama rekening escrow Bank Bali qq. EGP yang keseluruhannya berjumlah Rp 523.6
milyar. Sehingga saldo rekening ini menjadi Rp 546.4 milyar yang dibukukan sebagai
26
rekening escrow BB qq. EGP pada Kewajiban Segera. (Lihat Lampiran 2 untuk
pencatatannya pada Laporan Keuangan Konsolidasi) 27
Namun, pada tanggal 9 September 1999, berdasarkan surat Korps Reserse Polri
Direktorat Reserse Ekonomi No. R/126-B/IX/99Serse Ek Kepolisian meminta pemblokiran
atas rekening escrow Bank Bali qq. EGP. 28 EGP kemudian mengajukan gugatannya terhadap
BB pada tanggal 24 September 1999 sehubungan dengan perjanjian pengalihan (cessie) atas
tagihan BDNI dan BUN dari Bank Bali kepada EGP. Gugatan ini timbul karena BB dianggap
telah melakukan wanprestasi. Oleh karena itu, EGP mengajukan sita terhadap tanah dan
bangunan milik BB yang dikenal sebagai BB Tower dan Bintaro, serta ganti kerugian sebesar
Rp 2.536 milyar. Selain itu EGP juga meminta agar dinyatakan sebagai pemilik dana hasil
pencarian piutang yang diletakan dalam escrow account. 29

EBP-6/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Mengetahui perjanjian cessie tersebut bermasalah, Glenn M.S. Yusuf sebagai Ketua
BPPN membatalkan perjanjian cessie dengan EGP pada tanggal 15 Oktober 1999 melalui
Surat Keputusan Ketua BPPN No. SK-423/BPPN/1099. 30 Dimana dalam surat itu dinyatakan
bahwa BB diminta untuk melakukan tindakan/upaya agar dana sebesar Rp 904 milyar yang
diterima sebagai pembayaran dalam rangka penjaminan pemerintah dapat dikuasai dan
dimiliki oleh BB. Oleh karena itu, BB menagih kembali kepada EGP sebesar Rp. 546,4 miliar
dan membukukan tagihan tersebut sebagai Tagihan Lain-lain. Selain itu, kewajiban EGP
untuk menyerahkan efek-efek sebesar Rp. 200 milyar menjadi batal dan timbul kembali
tagihan kepada BUN. Namun, karena tagihan kepada BUN tidak dapat direalisasikan, maka
31
BB membentuk penyisihan penghapusan atas seluruh tagihan tersebut. BB juga
mengajukan gugatan balik (rekonpensi) kepada EGP dengan menuntut agar dana yang berada
dalam escrow account tersebut menjadi milik BB, mengingat perjanjian pengalihan/cessie
telah dibatalkan. Kejaksaan lalu melakukan penyitaan atas rekening tersebut pada tanggal 19
32
November 1999 yang kemudian dititipkan kembali kepada BB untuk disimpan.
Perjanjian pengalihan/cessie dengan PHL akhirnya juga dibatalkan pada tanggal 3
November 1999 melalui Surat Keputusan Ketua BPPN No.SK-464/BPPN/1199. Dimana BB
diminta untuk melakukan tindakan/upaya guna memastikan agar pelaksanaan perjanjian
tersebut berlangsung sedemikian rupa seperti layaknya tidak pernah diadakan perjanjian
33
tersebut. Oleh karena itu, BB membukukan kembali tagihan kepada tiara. (Lihat Lampiran
3 untuk penjelasan mengapa BPPN berhak membatalkan cessie). 34
Terkait dengan gugatan balik yang diajukan BB, pada tanggal 18 April 2000, melalui
penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai perkara No. 448/Pdt.G/PN. Jak.Sel,
Pengadilan Negeri Jakarta menyatakan perjanjian pengalihan/cessie atas tagihan BDNI dan
BUN dari Bank Bali kepada EGP adalah sah dan mengikat sehingga EGP berhak atas dana
yang diletakan dalam “Escrow Account” sebesar Rp. 546 milyar. Pada tanggal 5 Juni 2000
terhadap putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang memenangkan EGP atas dana yang
diletakan dalam “Escrow Account”, BB kemudian mengajukan banding dan terdaftar dengan
No. 487/Pdt/2000/PT.DKI. Perkara Banding Atas Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
diputuskan oleh Pengadilan Tinggi DKI pada tanggal 23 Maret 2001, dengan inti putusan
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 35
Tanggal 6 Juni 2001, BB pun menyatakan kasasi ke Mahkamah Agung atas putusan
Putusan Negeri Jakarta Selatan yang menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
yang memenangkan pihak EGP atas dana yang diletakan dalam “Escrow Account” sebesar
Rp. 546 milyar. 36 Perkara kasasi ini kemudian diputuskan oleh Mahkamah Agung pada
tanggal 8 Maret 2004 melalui putusan No. 3025 K/Pdt/2001. Dimana dinyatakan bahwa

EBP-7/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No. 487/Pdt/2000/PT.DKI dibatalkan dan bahwa dana
escrow account sebesar Rp. 546 milyar adalah milik BB. 37
Pada tanggal 29 November 2005, BB melalui Kuasa Hukumnya menerima Surat
Pemberitahuan Resmi dari Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan atas diajukannya
upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) oleh EGP. Terhadap upaya hukum PK tersebut, BB
pun mengajukan Kontra Memori PK pada tanggal 28 Desember 2005. Dimana pada akhirnya,
permohonan peninjauan kembali dari EGP ini ditolak oleh Mahkamah Agung RI pada tanggal
38
29 Mei 2007 melalui surat pemberitahuan putusan PK No. 59 PK/Pdt/2006. (Lihat
Lampiran 4).
Sedangkan untuk kasus piutang BUN dan Tiara telah diselesaikan pada bulan September
2000. Penempatan pada BUN sebesar Rp 204,3 milyar telah dialihkan seluruhnya kepada
BPPN, sesuai dengan Perjanjian Jual Beli dan penyerahan Piutang tanggal 29 September
2000 yang telah dilegalisasi oleh Akta Notaris No. 1181/leg/2000. Penempatan pada Tiara
sebesar US$ 10 juta telah dilunasi oleh Tiara pada tanggal 11 September 2000 dan BB juga
telah melunasi call money pada Tiara sebesar Rp 39 milyar pada tanggal yang sama. 39
Para Pelaku yang Terlibat dalam Skandal Bank Bali
Terkait dengan kasus Bank Bali (BB), pada tanggal 27 Sepember 1999, tim penyidik
Kejaksaan Agung yang dipimpin oleh ketua tim Pengkaji Pidana Khusus, Ridwan Mukiat,
40
memanggil beberapa orang yang diduga terlibat dalam kasus ini. Salah satu orang yang
dipanggil adalah Joko Tjandra sebagai pemilik PT Era Giat Prima (EGP). Ia diduga terlibat
dengan perkara korupsi cessie BB dan mulai ditahan pada tanggal 29 September 1999.
Namun pada tanggal 6 Maret 2000, Joko Tjandra dilepaskan karena putusan Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan No.156/Pid.B/2000 menyatakan bahwa dakwaan Jaksa terhadap kasus
Joko tidak dapat diterima. 41
Kasus ini pun dibawa ke Pengadilan Tinggi DKI Jakarta pada tanggal 31 Maret 2000,
dimana Joko dituntut pidana oleh Jaksa Penuntut Umum, Antasari Azhar, dengan tuntutan
42
pidana No. PDS-04/JKT SL/0200. Proses penyelesainnya berlangsung cukup lama,
dikarenakan adanya dua pendapat hakim yang bertentangan. Dimana hakim Sunu Wahadi
dan M. Said Harahap menyatakan untuk melepaskan Joko Tjandra dari segala tuntutan karena
dakwaan Jaksa terhadap Joko merupakan perbuatan perdata dan bukannya pidana. Sedangkan
hakim Artidjo menyatakan bahwa Joko terbukti dan sah melakukan tindak pidana korupsi dan
mendapatkan hukuman 18 bulan penjara, dikenai denda sebesar Rp 30 juta dan uang milik
43
EGP sebesar Rp 546 dikembalikan kepada negara. Namun, pada akhirnya melalui
mekanisme voting, putusan MA No. 1688 K/Pid/2000 memutuskan Joko Tjandra pun
dilepaskan dari segala tuntutan pada tanggal 26 Juni 2001. 44

EBP-8/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Walaupun demikian, Joko Tjandra belum bisa bernafas lega, karena Kejaksaan Agung
mengajukan Peninjauan Kembali kasus korupsi cessie Bank Bali ke Mahkamah Agung. Hal
ini terkait dengan rencana eksekusi pencairan dana senilai Rp 546 milyar untuk EGP milik
Joko Tjandra dan politikus Parta Golkar, Setya Novanto. Hasil pemeriksaan yang dilakukan
menunjukkan bahwa dana sebesar Rp 546 milyar ternyata telah dipindahkan ke sejumlah
45
rekening secara bersamaan dengan tujuan untuk kepentingan pribadi dan/atau suatu badan.
(Lihat Lampiran 5). Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, pada tanggal 11 Juni 2009,
Majelis Peninjauan Kembali MA memutuskan untuk menghukum Joko Tjandra dua tahun
penjara, mengenakan denda sebesar Rp 15 juta dan uang sebesar Rp 546 milyar dikembalikan
46
ke negara. Namun, panggilan eksekusi di Kejaksaan Negeri Jakarta selatan yang diadakan
47
pada tanggal 16 Juni 2009 tidak dihadiri Joko. Ketidak beradaannya dalam panggilan
tersebut menyebabkan Joko akhirnya masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO). Salah
satu sumber menyatakan bahwa Joko Tjandra melarikan diri pada tanggal 10 Juni 2009 ke
Port Moresby Papua New Guinea dengan menggunakan pesawat sewa dari Bandara Halim
Perdanakusumah. Lalu dari Papua New Guinea ia melarikan diri ke Singapur. 48
Selain Joko Tjandra, Syahril Sabirin sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) turut terseret
49
dalam kasus ini karena ia mempunyai kewenangan menandatangani pencairan uang. Ia
dipersalahkan tidak menerapkan prinsip kehati-hatian yang merupakan prinsip perbankan.
Pada tanggal 13 Maret 2002, berdasarkan putusan pengadilan Negeri Jakarta Pusat No.
1522/PID.B/2000/PN, Syahril sempat divonis 3 tahun penjara. Namun sempat dibebaskan
dari semua dakwaan dalam putusan Pengadilan Tinggi Jakarta No.78/PID/2002/PT pada
50
tanggal 12 Agustus 2002. Walaupun demikian, tahun 2009, Syahril kembali dikagetkan
dengan keputusan yang dibacakan oleh Majelis Peninjauan Kembali. Dimana selain hukuman
penjara selama dua tahun, Syahril juga dikenakan denda sebesar Rp 15 juta karena terbukti
51
dinyatakan terlibat dalam pencairan klaim Bank Bali senilai Rp 904 miliar. Syahril pun
menerima untuk menajalani putusan ini. Tidak seperti Joko Tjandra yang memilih untuk
52
menjadi buronan. Syahril Sabirin kemudian menjalani eksekusi atas putusan tersebut di
Lembaga Permasyarakatan Cipinang pada tanggal 16 Juni 2009. 53
Pande Lubis sebagai Wakil Ketua BPPN pun ikut terlibat dalam kasus Bank Bali ini.
Dimana pada tanggal 8 Maret 2004, oleh Jaksa Penuntut Umum, Pande dituntut empat tahun
penjara karena terbukti menyalahgunakan jabatannya dengan berbuat melawan hukum dalam
memproses serta mencairkan klaim tagihan Bank Bali, padahal transaksi tersebut tidak
termasuk dalam program penjaminan pemerintah karena tidak sesuai atau bertentangan
dengan persyaratan dan prosedur yang berlaku. Namun oleh Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan Pande dibebaskan atas dasar bahwa tindakannya tidak bisa
dikategorikan sebagai tindakan melawan hukum. Berdasarkan hasil pemeriksaan, apa yang

EBP-9/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
dilakukan Pande diketahui atasannya dan proses verifikasi dalam rangka pencairan klaim
Bank bali tersebut juga telah dilakukan sesuai Surat Kesepakatan Bersama antara MenKeu
dan BI (Nomor 1/BPPN/1998 dan Nomor 30 /270/KEP/DIR). Jadi transaksi tersebut masuk
54
dalam program penjaminan pemerintah sehingga memenuhi syarat untuk diverifikasi.
Walaupun demikian, kejaksaan masih mengajukan kasasi ke MA yang dalam putusannya
menyatakan bahwa Pande terlibat kasus korupsi pencairan dana cessie Bank Bali dan
dijatuhkan hukuman empat tahun penjara. Pande akhirnya ditahan di LP Cipinang pada
tanggal 19 Mei 2004. 55
Sedangkan untuk Setya Novanto sebagai Direktur Utama EGP justru tidak terlibat dalam
kasus ini, padahal sebagian dana dari Rp 546 milyar tersebut sempat dipindahkan ke
rekeningnya. Sebagai saksi yang dipanggil di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait dengan
kasus Bank Bali dengan terdakwa Syahril Sabirin pada tanggal 1 Agustus 2001, Setya lebih
banyak mengatakan tidak tahu. Setya mengaku bahwa yang mengetahui persis latar belakang
bidang operasionalisasi perjanjian cessie perusahannya dengan PT Bank Bali bukanlah dia,
tetapi Joko Tjandra. Ia mengaku hanya sekali mempelajari berkas perjanjian tersebut dan
56
diberitahu secara lisan empat hari sebelum perjanjian ditandatangani oleh Joko Tjandra.

EBP-10/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Lampiran 1 Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan atas Kewajiban
Pembayaran Bank Umum
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA


 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
 NOMOR 26 TAHUN 1998


TENTANG
JAMINAN TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK UMUM

 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa ekonomi nasional saat ini sedang mengalami krisis moneter yang sangat berat;
b. bahwa krisis moneter tersebut tercermin pada merosotnya kepercayaan masyarakat di dalam
dan di luar negeri terhadap mata uang rupiah dan perbankan nasional;
c. bahwa karena itu dipandang perlu untuk mengembalikan secepatnya kepercayaan masyarakat
terhadap mata uang dan perbankan nasional;
d. bahwa sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk memberi jaminan Pemerintah Republik
Indonesia atas kewajiban pembayaran bank umum yang didirikan berdasarkan hukum
Indonesia;

Mengingat:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;


2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral (Lembaran Negara Nomor 63
Tahun 1968; Tambahan Lembaran Negara Nomor 2865);
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Nomor 31
Tahun 1992; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3472);
4. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1998 tentang Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi
dan Keuangan;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG JAMINAN TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN


BANK UMUM

Pasal 1
Pemerintah memberi jaminan bahwa kewajiban pembayaran Bank Umum kepada para pemilik
simpanan dan krediturnya akan dipenuhi.

Pasal 2
1. Bank Umum sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1 adalah Bank Umum yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia.
2. Kewajiban pembayaran yang dijamin Pemerintah meliputi kewajiban dalam mata uang rupiah
dan mata uang asing.
3. Jaminan atas kewajiban dalam mata uang asing diberikan dengan mata uang rupiah
berdasarkan nilai tukar pasar pada hari pembayaran.
4.
Pasal 3
Syarat, tata cara dan ketentuan lainnya yang diperlukan bagi pelaksanaan pemberian jaminan
sebagaiman dimaksud dalam Keputusan Presiden ini ditetapkan Menteri Keuangan setelah mendapat
pertimbangan dari Gubernur Bank Indonesia.

Pasal 4
Menteri Keuangan melaporkan dari waktu ke waktu perkembangan pelaksanaan Keputusan Presiden

EBP-11/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
ini kepada Ketua Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan.

Pasal 5
Pelaksanaan pemberian jaminan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 2
dilakukan sebuah lembaga yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden tersendiri.

Pasal 6
Keputusan Presidan ini mulsi berlaku pada tanggal ditetapkan.
 Agar setiap orng mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal : 26 Januari 1998
------------------------------

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

SOEHARTO

Diundangkan : di Jakarta
pada tanggal : 26 Januari 1998
------------------------------

MENTERI SEKRETARIS NEGARA


REPUBLIK INDONESIA

ttd

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 29

Salinan sesuai dengan aslinya

SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Hukum
dan Perundang-undangan

ttd

Lambock V. Nahattands

Sumber: http://www.depdag.go.id/files/regulasi/1998/01/kp2698.htm, diakses pada tanggal 5


Desember 2010

EBP-12/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Lampiran 2 Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Bank Permata Tbk (dahulu PT
Bank Bali Tbk) dan Anak Perusahaan

Sumber:
http://akses.ksei.co.id/media/transfer/doc/4b865407-61dc-405a-b521-
47a57f000002/bnli_lk_tw_iii_sept_2009.pdf, diakses pada tanggal 5 Desember 2010

EBP-13/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Lampiran 3 Kronologi Fakta-Fakta yand membuat BPPN berhak membatalkan cessie

1. BPPN adalah badan khusus yang dibentuk berdasarkan UU No. 10/1998 serta dikuatkan
oleh PP No. 17/1999 tentang BPPN – termasuk beberapa kali perubahan, dan terakhir PP
No. 63 tahun 2001 – memiliki tugas antara lain (dan tidak terbatas) melakukan program
penyehatan perbankan.
2. PT. Bank Bali Tbk adalah salah satu bank dalam program penyehatan BPPN, berdasarkan
SK Gubernur BI (no. 1/14/1999, 23 Juli 1999)
3. Dalam pelaksanaan program penyehatan ini BPPN menemukan fakta adanya transaksi
pengalihan uang (cessie) atas tagihan Bank Bali kepada Bank BDNI dan Bank Tiara Asia
sebesar (Rp. 904,642 miliar) kepada: PT Era Giat Prima dan PT Persada Harum Lestari.
4. Karena dianggap merugikan keuangan negara, BPPN – dengan kewenagan yang dimiliki
sesuai pasal 37A ayat 3d UU No. 10/1999, telah membatalkan Perjanjian Pengalihan
Piutang, dengan menerbitkan :
 SK Ketua BPPN No. 423/1999 (SK 423) yang membatalkan cessie Tagihan
antara Bank Bali dan PT Era Giat Prima, dan
 SK Ketua BPPN No. 423/1999 (SK 423) yang membatalkan cessie Tagihan
antara Bank Bali dan PT Persada Harum Lestari.
5. PT Era Giat Prima dan PT Persada Harum Lestari selanjutnya mohon PTUN segera
membatalkan kedua surat keputusan Kepala BPPN tersebut (SK 423 dan SK 464). Tetapi
MA melalui SK No. 447K/TUN/2000 (TUN MARI), 4 maret 2002 tidak mengabulkan
gugatan tersebut.
6. Ini berarti SK 423 dan SK 464 berlaku dan bias dijalankan berikut segala yang tertuang
dalam kedua SK tersebut. Secara ringkas kedua SK tersebut memuat:
 Perjanjian cessie, PP 007 dan 008 antara Bank Bali dan PT EGP sebagai
perjanjian yang sangat merugikan PT Bank Bali, sebagai Bank dalam
Penyehatan,
 Karena itu, perjanjian cessie antara PT Bank Bali dan PT Era Giat Prima tersebut
harus dibatalkan,
 BPPN memerintahkan kepada Bank Permata agar dana yang berasal dari
pencairan Penjaminan Pemerintah tersebut dikuasai dan dimiliki sepenuhnya oleh
Bank Bali (Bank Permata), sekaligus sepenuhnya digunakan sebagai dana
rekapitalisasi PT Bank Bali Tbk (PT Bank Permata Tbk).

Sumber: Rachmat Mulyono, 2003, Siaran Pers/Press Release NO.055/KOM-BRU/PERS-BPPN/0703,


BPPN, (http://www.ngobrol.com/thread-27288-post-20506.html, diakses pada tanggal 1 Desember
2010)

EBP-14/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Lampiran 4 Putusan No.59 PK/Pdt/2006

MENGADILI:

Sumber: Putusan No.59 PK/Pdt/2006


(http://media.vivanews.com/documents/2009/06/26/369_Putusan%20Peninjauan%20Kembali%20Perd
ata%20Bank%20Bali.PDF, diakses pada tanggal 5 Desember 2010)

Lampiran 5 Tabel Pemindahan Dana sebesar Rp 546 milyar ke Sejumlah Rekening


Orang atau Suatu Badan Jumlah Dana
PT Ungaran Sari Germen Rp 112 milyar
Arung Gauk Jarre Rp 47.3 milyar
PT Gelora Rian Abadi Rp 25.4 milyar
Ir. Alvert Buntara Rp 10 milyar
Setya Novanto Rp 2 milyar
Joko Tjandra Rp 349.3 milyar

Sumber:
Hasil Eksaminasi terhadap Putusan Pengadilan Negeri No. 156/PID.B/2000/PN.JAK.SEL & Putusan
Mahkamah Agung No. 1688/PID/2000 dalam Perkara Korupsi dengan terdakwa Joko S. Tjandra,
(http://www.docstoc.com/docs/19707830/1-HASIL-EKSAMINASI-Terhadap-PUTUSAN-
PENGADILAN-NEGERI-NO156PIDB, diakses pada tanggal 2 Desember 2010)

EBP-15/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.
Endnotes

1
Gambaran Umum Perusahaan
(http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=4&submit.x=20&submit.y=24&submit=next&qual=high&s
ubmitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F1997%2Fjiunkpe-ns-s1-1997-31493550-
13052-nasabah-chapter4.pdf, diakses pada tanggal 1 Desember 2010)

2
Ibid

3
Latar Belakang Bank Bali
(http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=13&submit.x=11&submit.y=18&submit=next&qual=high&
submitval=next&fname=/jiunkpe/s1/eman/1998/jiunkpe-ns-s1-1998-3149, diakses pada tanggal 1
Desember 2010)

4
Ibid

5
Ibid

6
Panji Masyarakat No.30/Tahun III/10 November 1999, “Kronologi Kasus Bank Bali”,
tempointeractive, (http://www.tempointeractive.com/harian/fokus/16/2,1,4,id.html, diakses pada
tanggal 4 Desember 2010)

7
“Kronologi Skandal Bank Bali”, TempoInteraktif,
(http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2004/03/04/brk,20040304-03,id.html, diakses pada
tanggal 30 November 2010)

8
Hasil Eksaminasi terhadap Putusan Pengadilan Negeri No. 156/PID.B/2000/PN.JAK.SEL & Putusan
Mahkamah Agung No. 1688/PID/2000 dalam Perkara Korupsi dengan terdakwa Joko S. Tjandra,
(http://www.docstoc.com/docs/19707830/1-HASIL-EKSAMINASI-Terhadap-PUTUSAN-
PENGADILAN-NEGERI-NO156PIDB, diakses pada tanggal 2 Desember 2010)

9
Laporan Tahunan Annual Report 2009,
(http://www.permatabank.com/document/ftp/annual_report/AnnualReport09_Eng_Ina.pdf, diakses
pada tanggal 4 Desember 2010)

10
Ibid

11
“Kronologi Skandal Bank Bali”, TempoInteraktif,
(http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2004/03/04/brk,20040304-03,id.html, diakses pada
tanggal 30 November 2010)

12
Hasil Eksaminasi terhadap Putusan Pengadilan Negeri No. 156/PID.B/2000/PN.JAK.SEL & Putusan
Mahkamah Agung No. 1688/PID/2000 dalam Perkara Korupsi dengan terdakwa Joko S. Tjandra,

EBP-16/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.

(http://www.docstoc.com/docs/19707830/1-HASIL-EKSAMINASI-Terhadap-PUTUSAN-
PENGADILAN-NEGERI-NO156PIDB, diakses pada tanggal 2 Desember 2010)

13
Laporan Tahunan Annual Report 2009,
(http://www.permatabank.com/document/ftp/annual_report/AnnualReport09_Eng_Ina.pdf, diakses
pada tanggal 4 Desember 2010)

14
Ibid

15
Mencari Joker di Kejaksaan Agung, (http://rusdimathari.wordpress.com/2008/06/17/mencari-joker-
di-kejaksaan-agung/, diakses pada tanggal 4 Desember 2010)

16
Jejak-Jejak BaliGate (versi catatan Rudy Ramli),
(http://www.tempo.co.id/harian/fokus/26/2,1,18,id.html diakses pada tanggal 4 Desember 2010)

17
Mencari Joker di Kejaksaan Agung, (http://rusdimathari.wordpress.com/2008/06/17/mencari-joker-
di-kejaksaan-agung/, diakses pada tanggal 4 Desember 2010)

18
Politik Bisnis Setya Novanto,
(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2006/08/07/OPI/mbm.20060807.OPI121327.id.html
diakses pada tanggal 4 Desember 2010)

19
Biografi, (http://www.setyanovanto.info/biografi diakses pada tanggal 5 Desember 2010)

20
Ibid

21
Politik Bisnis Setya Novanto,
(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2006/08/07/OPI/mbm.20060807.OPI121327.id.html,
diakses pada tanggal 4 Desember 2010)

22
“Properti, Keramik, lalu Cessie”, TempoInteraktif,
(http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/06/22/LU/mbm.20090622.LU130664.id.html,
diakses pada tanggal 5 Desember 2010)

23
“Kronologi Skandal Bank Bali”, TempoInteraktif,
(http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2004/03/04/brk,20040304-03,id.html, diakses pada
tanggal 30 November 2010)

24
Ibid

25
Ibid

EBP-17/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.

2626
Laporan Tahunan Annual Report 2009,
(http://www.permatabank.com/document/ftp/annual_report/AnnualReport09_Eng_Ina.pdf, diakses
pada tanggal 4 Desember 2010)

27
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT Bank Permata Tbkdan Anak Perusahaan,
(http://akses.ksei.co.id/media/transfer/doc/4b865407-61dc-405a-b521-
47a57f000002/bnli_lk_tw_iii_sept_2009.pdf, diakses pada tanggal 5 Desember 2010)

28
Ibid
29
Laporan Tahunan Annual Report 2009,
(http://www.permatabank.com/document/ftp/annual_report/AnnualReport09_Eng_Ina.pdf, diakses
pada tanggal 4 Desember 2010)
30
Majalah Tempo, 2010, “Kasus Bank Bali: Joko S Tjandra Melawan dari Persembunyian”

31
Laporan Tahunan Annual Report 2009,
(http://www.permatabank.com/document/ftp/annual_report/AnnualReport09_Eng_Ina.pdf, diakses
pada tanggal 4 Desember 2010)
32
Ibid
33
Ibid
34
Rachmat Mulyono, 2003, Siaran Pers/Press Release NO.055/KOM-BRU/PERS-BPPN/0703, BPPN,
(http://www.ngobrol.com/thread-27288-post-20506.html, diakses pada tanggal 1 Desember 2010)
35
Laporan Tahunan Annual Report 2009,
(http://www.permatabank.com/document/ftp/annual_report/AnnualReport09_Eng_Ina.pdf, diakses
pada tanggal 4 Desember 2010)
36
Ibid
37
Ibid
38
Ibid
39
Ibid
40
Majalah Tempo, 2010, “Kasus Bank Bali: Joko S Tjandra Melawan dari Persembunyian”

41
Ken Yunita, 2009, “Lika Liku Joko Tjandra dan Kasus Cessie Bank Bali”, detikNews,
(http://www.detiknews.com/read/2009/06/17/155010/1149511/10/lika-liku-joko-tjandra-dan-kasus-
cessie-bank-bali, diakses pada tanggal 3 Desember 2010)

42
Joko Tjandra dituntut 18 Bulan Penjara, Indonesia-News,
(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/07/31/0060.html, diakses pada tanggal 5 Desember
2010)

43
Khresna Guntarto, 2009, “Perjalanan Joker Sampai Hari Eksekusi Tiba”, PrimairOnline,
(http://www.primaironline.com/berita/detail.php?catid=Peradilan&artid=inilah-perjalanan-proses-
hukum-djoko-tjandra, diakses pada tanggal 5 Desember 2010)

EBP-18/20
Universitas Indonesia
Fakultas Ekonomi
Program Studi MAKSI-PPAk.

44
Ken Yunita, Loc.Cit

45
Hasil Eksaminasi terhadap Putusan Pengadilan Negeri No. 156/PID.B/2000/PN.JAK.SEL & Putusan
Mahkamah Agung No. 1688/PID/2000 dalam Perkara Korupsi dengan terdakwa Joko S. Tjandra,
(http://www.docstoc.com/docs/19707830/1-HASIL-EKSAMINASI-Terhadap-PUTUSAN-
PENGADILAN-NEGERI-NO156PIDB, diakses pada tanggal 2 Desember 2010)

46
Ken Yunita, Loc.Cit

47
Khresna Guntarto, Loc.Cit

48
“Fugitive Joko Tjandra in Singapore: AGO”, The Jakarta Post

49
“Skandal Cessie Bank Bali, Syahril Serupiahpun Tak Terima”, TempoInteraktif,
(http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/06/15/brk,20090615-181896,id.html, diakses pada
tanggal 3 Desember 2010)

50
“Daftar Berkas Putusan Pengadilan Perkara Korupsi, Illegal Logging, Pers, Perdata, Class Action,
Legal Standing”, http://www.docstoc.com/docs/21072164/DAFTAR-BERKAS-PUTUSAN-
PENGADILAN-PERKARA-KORUPSI-ILLEGAL-LOGGING, diakses pada tanggal 5 Desember
2010)

51
“Divonis MA 2 Tahun Penjara, Syahril Sabirin Nongol di Bank Indonesia”, inforkorupsi.com,
(http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=1984&l=divonis-ma-2-tahun-penjara-syahril-sabirin-
nongol-di-bank-indonesia, diakses pada tanggal 3 Desember 2010)

52
Majalah Tempo, 2010, “Kasus Bank Bali: Joko S Tjandra Melawan dari Persembunyian”

53
“Syahril Masuk LP Cipinang”, Gatra.com, (http://gatra.com/artikel.php?id=127296, diakses pada
tanggal 3 Desember 2010)

54
“Kasus Bank Bali, Pande Lubis Bebas”, Indonesia-news,
(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/11/23/0021.html, diakses pada tanggal 3 Desember
2010)

55
Anton Aliabbas, “Pande Lubis Ditahan di LP Cipinang”, detikNews,
(http://www.detiknews.com/read/2004/05/19/135055/157743/10/pande-lubis-ditahan-di-lp-cipinang,
diakses pada tanggal 6 Desember 2010)

56
Dede Ariwibowo, 2001, “Dirut PT EGP Tidak Tahu Perjanjian Cessie”, TempoInteraktif.

EBP-19/20

You might also like