You are on page 1of 6

BATAK TOBA

Pakaian Tradisional

ulos merupakan pakaian sehari-hari. Bila dipakai oleh laki-laki bagian atasnya disebut hande-
hande, bagian bawah disebut sengkot, sebagai penutup kepala disebut tali-tali, bulang-bulang
atau detar. Bila dipakai oleh perempuan (wanita) bagian bawah disebut haen, dipakai hingga
batas dada. Untuk menutup punggung disebut heba-heba dan dipakai berupa selendang disebut
ampe-ampe, untuk kepala disebut saong. Apabila seorang wanita menggendong anak ulos yang
digunakan disebut parompa dan penutup punggung disebut hop-hop. Menurut masyarakat
Batak Toba seorang dukun atau penatua memakai pakaian ulos adalah penanda bahwa dia
seorang yang dituakan dan dianggap pintar. Ulos adalah sumber dari segala kesuksesan dan
kedamain dalam kehidupanya. Tetapi akibat dari pergeseran budaya segala bentuk dan
pemakain ulos sudah banyak tidak dipergunakan lagi akibat dari pakaian jadi yang sudah ada.
Ulos bagi masyarakat Batak Toba juga merupakan sebuah benda yang mengandung banyak
arti. Dari jenisnya yang beraneka ragam demikian juga dengan arti yang dikandungnya.
Berbeda jenis ulos berbeda pula arti dan maknanya. Ada beberapa jenis ulos bagi masyarakat
Batak Toba seperti Ragidup, Sibolang, Suri-suri, Mangiring, Ragihotang, Pinunsaan, Bintang
Marotur, Sadum dan lain sebagainya. Ulos ini tidaklah sama bentuk dan maknanya. Pada acara
adat Batak baik acara suka maupun duka, ulos selalu dibawa dan dipakai oleh orang-orang
yang hadir pada acara tersebut. Misalnya, pada acara orang meninggal, masyarakat Batak Toba
memakai ulos yang bercorak dan berwarna kehitam-hitaman, dan pihak tuan rumah memakai
ulos Sibolang yang menandakan keluarga yang berduka. Pada acara adat perkawinan misalnya,
orang Batak Toba sering menggunakan ulos yang beraneka corak dan berwarna cerah baik dari
tuan rumah maupun undangan seperti Ragihotang, sadum.
Makanan Tradisional
1. Lapet dan Ombus-Ombus
Lappet dan ombus-ombus adalah kue tradisional Batak. Lappet dan ombus-ombus adalah dua
jenis penganan yang berbeda. Namun keduanya terbuat dari bahan yang sama: tepung beras, kelapa,
gula merah (aren). Namun untuk lappet performanya tak jauh beda dengan lepat pisang. Tetapi rasa
dan bahannya jelas beda. Perbedaan antara lappet dan ombus-ombus ada pada bentuk olahan dan rasa.
Lapet biasanya dibentuk menyerupai limas dan dibungkus daun pisang. “Sementara Ombus-ombus,
bentuknya bulat dan tidak dibungkus dengan apapun
2. Naniura
Hidangan ini merupakan makanan khas suku Batak. Berbeda dengan Arsik, makanan khas Batak
lainnya yang direbus atau dikukus, menu yang juga mengunakan ikan mas sebagai menu utama adalah
dengan cara tidak dimasak. Arti dalam bahasa batak, naniura adalah ikan yang tidak di masak. Namun
rendaman asam jungga yang secara kimiawi kemudian mengubah ikan mentah menjadi tidak terasa
amis dan siap disajikan.

Alat Musik Tradisional

Makna atau Arti yang Terdapat pada Sistem Peralatan Gondang dan Fase-fase dalam Upacara
Kematian pada Batak Toba

A. Pengertian Gondang

Pada tradisi musik Toba, kata gondang (Secara harfiah) memiliki banyak pengertian. Antara lain
mengandung arti sebagai :

1. seperangkat alat musik


2. ensambel musik
3. komposisi lagu (kumpulan dari beberapa lagu), Makna lain dari kata ini, berarti juga sebagai
4. menunjukkan satu bagian dari kelompok kekerabatan, tingkat usia; atau orang-orang dalam
tingkatan status sosial tertentu yang sedang menari (manortor) pada saat upacara berlangsung.

Pengertian gondang sebagai perangkat alat musik, yakni gondang Batak.


Gondang Batak sering diidentikkan dengan gondang sabangunan atau ogling sabangunan dan kadang-
kadang juga diidentikkan dengan taganing (salah satu alat musik yang terdapat di dalam gondang
sabangunan). Hal ini berarti memberi kesan kepada kita seolah-olah yang termasuk ke dalam Gondang
Batak itu hanyalah gondang sabangunan, sedangkan perangkat alat musik Batak yang lain, yaitu :

Gondang hasapi tidak termasuk gondang Batak. Padahal sebenarnya gondang hasapi juga adalah
gondang Batak, akan tetapi istilah gondang hasapi lebih dikenal dengan istilah uning-uningan daripada
gondang Batak.
Gondang dalam pengertian ensambel musik terbagi atas dua bagian, yakni gondang sabangunan
(gondang bolon) dan gondang hasapi (uning-uningan). Gondang sabangunan dan gondang hasapi
adalah dua jenis ensambel musik yang terdapat pada tradisi musik Batak Toba. Secara umum fungsi
kedua jenis ensambel ini hampir tidak memiliki perbedaan keduanya selalu digunakan di dalam
upacara yang berkaitan dengan religi, adat maupun upacara-upacara seremonial lainnya. Namun
demikian kalau diteliti lebih lanjut, kita akan menemukan perbedaan yang cukup mendasar dari kedua
ensambel ini.

Sebutan gondang dalam pengertian komposisi menunjukkan arti sebagai sebuah komposisi dari lagu
(judul lagu secara individu) atau menunjukkan kumpulan dari beberapa lagu/repertoar, yang masing-
masing ini bisa dimainkan pada upacara yang berbeda tergantung permintaan kelompok orang yang
terlibat dalam upacara untuk menari, termasuk di dalam upacara kematian saur matua. Misalnya :
gondang si Bunga Jambu, gondang si Boru Mauliate dan sebagainya. Kata si bunga jambu, si boru
mauliate dan malim menunjukkan sebuah komposisis lagu, sekaligus juga merupakan judul dari lagu
(komposisi) itu sendiri.

Berbeda dengan gondang samba, samba Didang-Didang dan gondang elekelek (lae-lae). Meskipun
kata gondang di sini juga memiliki pengertian komposisi, namun kata sombai;didang-didangi dan elek-
elek memiliki pengertian yang menunjukkan sifat dari gondang tersebut, yang artinya ada beberapa
komposisi yang bisa dikategorikan di dalam gondang-gondang yang disebut di atas, yang merupakan
“satu keluarga gondang”. Komposisi dalam “satu keluarga gondang,” memberi pengertian ada
beberapa komposisi yang memiliki sifat dan fungsi yang sama, yang dalam pelaksanaannya tergantung
kepada jenis upacara dan permintaan kelompok orang yang terlibat dalam upacara. Misalnya: gondang
Debata (termasuk di dalamnya komposisi gondang Debata Guru, Debata sari, Bana Bulan, dan
Mulajadi); gondang Sahalai dan gondang Habonaran.

Gondang dalam pengertian repertoar contohnya si pitu Gondang. si pitu Gondang atau kadang-kadang
disebut juga gondang parngosi (baca pargocci) atau panjujuran Gondang adalah sebuah repertoar
adalah reportoar/kumpulan lagu yang dimainkan pada bagian awal dari semua jenis upacara yang
melibatkan aktivitas musik sebagai salah satu sarana dari upacara masyarakat Batak Toba. Semua jenis
lagu yang terdapat pada si pitu Gondang merupakan “inti” dari keseluruhan gondang yang ada.
Namun, untuk dapat mengetahui lebih lanjut jenis bagian apa saja yang terdapat pada si pitu Gondang
tampaknya cukup rumit juga umumnya hanya diketahui oleh pargonsi saja. Lagu-lagu yang terdapat
pada si pitu Gondang dapat dimainkan secara menyeluruh tanpa berhenti, atau dimainkan secara
terpisah (berhenti pada saat pergantian gondang). Repertoar ini tidak boleh ditarikan. Jumlah gondang
(komposisi lagu yang dimainkan harus di dalam jumlah bilangan ganjil, misalnya : satu, tiga, lima,
tujuh).

Kata gondang dapat dipakai dalam pengertian suatu upacara misalnya gondang Mandudu (”upacara
memanggil roh”) dan upacara Saem (”upacara ritual”). Gondang dapat juga menunjukkan satu bagian
dari upacara di mana kelompok kekerabatan atau satu kelompok dari tingkatan usia dan status sosial
tertentu yang sedang menari, pada saat upacara tertentu misalnya : gondang Suhut, gondang Boru,
gondang datu, gondang Naposo dan sebagainya. Jika dikatakan gondang Suhut, artinya pada saat itu
Suhut yang mengambil bagian untuk meminta gondang dan menyampaikan setiap keinginannya untuk
dapat menari bersama kelompok kekerabatan lain yang didinginkannya. Demikian juga Boru, artinya
yang mendapat kesempatan untuk menari; gondang datu, artinya yang meminta gondang dan menari;
dan gondang naposo, artinya muda-mudi yang mendapat kesempatan untuk menari.

Selain kelima pengertian kata gondang tersebut, ada juga pengertian yang lain yaitu yang dipakai
untuk pembagian waktu dalam upacara, misalnya gondang Sadari Saboringin yaitu upacara yang
didalamnya menyertakan aktivitas margondang dan dilaksanakan selama satu hari satu malam. Dengan
demikian, pengertian gondang secara keseluruhan dalam satu upacara dapat meliputi beberapa
pengertian seperti yang tertera di atas. pengertian gondang sebagai suatu ensambel musik tradisional
khususnya, maksudnya untuk mengiring jalannya upacara kematian saur matua.

B. Istilah Gondang Sabangunan

Banyak istilah yang diberikan para ahli kebudayaan ataupun istilah dari masyarakat Batak itu sendiri
terhadap gondang Sabangunan, antara lain: agung, agung sabangunan, gordang parhohas na ualu
(perkakas nan delapan) dan sebagainya. Tetapi semua ini merupakan istilah saja, karena masing-
masing pada umumnya mempunyai pengertian yang sama.

Diantara istilah-istilah tersebut di atas, istilah yang paling menarik perhatian adalah parhohas na ualu
yang mempunyai pengertian perkakas nan delapan. Istilah ini umumnya dipakai oleh tokoh-tokoh tua
saja, dan biasanya disambung lagi dengan kalimat “simaningguak di langit natondol di tano” (artinya
berpijak di atas tanah sampai juga ke langit). Menurut keyakinan suku bangsa Batak Toba dahulu,
apabila gondang sabangunan tersebut dimainkan, maka suaranya akan kedengaran sampai ke langit
dan semua penari mengikuti gondang itu akan melompat-lompat seperti kesurupan di atas tanah (na
tondol di tano). Biasanya semua pendengar mengakui adanya sesuatu kekuatan di dalam “gondang” itu
yang dapat membuat orang bersuka cita, sedih, dan merasa bersatu di dalam suasana kekeluargaan.

Gondang sabangunan disebut “parhohas na ualu, karena terdiri dari delapan jenis instrumen tradisional
Batak Toba, yaitu taganing, sarune, gordang, ogling ihutan, ogling oloan, ogling panggora, ogung doal
dan hesek tanpa odap. Kedelapan intrumen itu merupakan lambang dari kedelapan mata angin, yang
disebut “desa na ualu” dan merupakan dasar yang dipakai untuk sebutan Raja Na Ualu (Raja Nan
Delapan) bagi komunitas musik gondang sabangunan. Pada masa awal perkembangan musik gondang
Batak, instrumen-instrumen ini masing-masing dimainkan oleh satu orang saja. Tetapi sejalan dengan
perubahan jaman, ogling oloan dan ogling ihutan telah dapat dimainkan hanya oleh satu orang saja.
Sedangkan odap sudah tidak dipakai lagi. Kadang-kadang peran hesek juga dirangkap oleh pemain
taganing, sehingga jumlah pemain ensambel itu bervariasi. Keseluruhan pemain yang memainkan
instrumen-instrumen dalam gondang sabangunan ini disebut pargonsi dan kegiatan yang menggunakan
perangkatperangkat
musik tradisional ini disebut margondang (memainkan gondang).

C. Jenis Dan Fungsi Instrumen Gondang  Sabangunan

Gondang sabangunan sebagai kumpulan alat-alat musik tradiosional Batak Toba, terdiri dari : taganing,
gordang, sarune, ogling oloan, ogling ihutan, ogling panggora, ogling doal dan hesek. Dalam uraian
berikut ini akan dijelaskan masingmasing instrumen yakni fungsinya.

1. Taganing
Dari segi teknis, instrumen taganing memiliki tanggung jawab dalam penguasaan repertoar dan
memainkan melodi bersama-sama dengan sarune. Walaupun tidak seluruh repetoar berfungsi sebagai
pembawa melodi, namun pada setiap penyajian gondang, taganing berfungsi sebagai “pengaba” atau
“dirigen” (pemain group gondang) dengan isyarat- isyarat ritme yang harus dipatuhi oleh seluruh
anggota ensambel dan pemberi semangat kepada pemain lainnya.

2. Gordang
Gordang ini berfungsi sebagai instrumen ritme variabel, yaitu memainkan iringan musik lagu yang
bervariasi.

3. Sarune
Sarune berfungsi sebagai alat untuk memainkan melodi lagu yang dibawakan oleh taganing.

4. Ogung Oloan (pemiapin atau Yang Harus Dituruti)


Agung Oloan mempunyai fungsi sebagai instrumen ritme konstan, yaitu memainkan iringan irama lagu
dengan model yang tetap. Fungsi agung oloan ini umumnya sama dengan fungsi agung ihutan, agung
panggora dan agung doal dan sedikit sekali perbedaannya. agung doal memperdengarkan bunyinya
tepat di tengah-tengah dari dua pukulan hesek dan menimbulkan suatu efek synkopis nampaknya
merupakan suatu ciri khas dari gondang sabangunan.

Fungsi dari agung panggora ditujukan pada dua bagian. Di satu bagian, ia berbunyi berbarengan
dengan tiap pukulan yang kedua, sedang di bagian lain sekali ia berbunyi berbarengan dengan agung
ihutan dan sekali lagi berbarengan dengan agung oloan.

Oleh karena musik dari gondang sabangunan ini pada umumnya dimainkan dalam tempo yang cepat,
maka para penari maupun pendengar hanya berpegang pada bunyi agung oloan dan ihutan saja.
Berdasarkan hal ini, maka ogling oloan yang berbunyi lebih rendah itu berarti “pemimpin” atau “Yang
harus di turuti” , sedang ogling ihutan yang berbunyi lebih tinggi, itu “Yang menjawab” atau “Yang
menuruti”. Maka dapat disimpulkan bahwa peranan dan fungsi yang berlangsung antara ogling dan
ihutan dianggap oleh orang Batak Toba sebagai suatu permainan “tanya jawab”

5. Ogung Ihutan atau Ogung pangalusi (Yang menjawab atau yang menuruti).

6. Ogung panggora atau Ogung Panonggahi (Yang berseru atau yang membuat orang terkejut).

7. Ogung Doal (Tidak mempunyai arti tertentu)

8. Hesek. Hesek ini berfungsi menuntun instrumen lain secara bersama-sama dimainkan. Tanpa hesek,
permainan musik instrumen akan terasa kurang lengkap. Walaupun alat dan suaranya sederhana saja,
namun peranannya penting dan menentukan.

D. Susunan Gondang Sabangunan

Menurut falasafah hidup orang Batak Toba, “bilangan” mempunyai makna dan pengaruh dalam
kehidupan sehari-hari dan aktivitas adat. “Bilangan genap” dianggap bilangan sial, karena membawa
kematian atau berakhir pada kematian. Ini terlihat dari anggota tubuh dan binatang yang selalu genap.
menurut Sutan Muda Pakpahan, hal itu semuanya berakhir pada kematian, dukacita dan penderitaan.

Maka di dalam segala aspek kehidupan diusahakan selalu “bilangan ganjil” yang disebut bilangan na
pisik yang dianggap membawa berkat dan kehidupan.

Dengan kata lain “bilangan genap” adalah lambang segala ciptaan didunia ini yang dapat dilihat dan
hakekatnya akan berlalu, sedang “bilangan ganjil” adalah lambang kehidupan dan Pencipta yang tiada
terlihat yang hakekatnya kekal. Itulah sebabnya susunan acara gondang sabangunan selalu dalam
bilangan ganjil. Nama tiap acara, disebut “gondang” yang dapat diartikan jenis lagu untuk nomor
sesuatu acara. Susunan nomor acara juga harus menunjukkan pada bilangan ganjil seperti Satu, tiga,
atau lima dan sebanyak-banyaknya tujuh nomor acara. Sedangkan jumlah acara juga boleh
menggunakan acara bilangan genap, misalnya : dua nomor acara, empat atau enam.

Selanjutnya susunan acara itu hendaknya memenuhi tiga bagian, yang merupakan bentuk upacara
secara umum, yaitu pendahuluan yang disebut gondang mula-mula, pemberkatan yang disebut
gondang pasu-pasu, dan penutup yang disebut gondang hasatan. Ketiga bagian gondang inilah yang
disebut si pitu Gondang (Si Tujuh Gondang). Walaupun dapat dilakukan satu, tiga, lima, dan
sebanyakbanyaknya tujuh nomor acara atau jenis gondang yang diminta. “Gondang mulamula i ma
tardok patujulona na marpardomuan tu par Tuhanon, tu sabala ni angka Raja dohot situan na torop”.
Artinya Gondang mula-mula merupakan pendahuluan atau pembukaan yang berhubungan dengan
Ketuhanan, kuasa roh raja-raja dan khalayak ramai.

Bentuk upacara yang termasuk gondang mula-mula antara lain:

1. Gondang alu-alu, untuk mengadukan segala keluhan kepada yang tiada terlihat yaitu Tuhan
Yang Maha Pencipta, biasanya dilakukan tanpa tarian.
2. Gondang Samba-Samba, sebagai persembahan kepada Yang Maha Pencipta. Semua penari
berputar di tempat masing-masing dengan kedua tanganbersikap menyembah.

Rumah Adat Tradisional


Perkampungan suku Batak Toba mengikuti pola berbanjar dua, yaitu suatu tata ruang lingkungan
dengan komunitas yang utuh dan mantap. Desanya disebut lumban/ huta yang dilengkapi 2 pintu gerbang
(bahal) di sisi utara dan selatan huta. Sekeliling kampong dipagar batu setinggi 2.00 m, yang disebut parik. Di
setiap sudut dibuat menara untuk mengintai musuh. Menurut sejarahnya, antar sesama suku Batak sering
sekali berperang. Itu sebabnya bentuk kampungnya menyerupai benteng. Makna dan Simbolisme
Pola penataan desa atau lumban/ huta terdiri dari beberapa ruma dan sopo. Perletakan ruma dan sopo
tersebut saling berhadapan dan mengacu pada poros utara selatan. Sopo merupakan lumbung, sebagi tempat
penyimpanan makanan. Dalam hal ini, menunjukkan bahwa masyarakat Batak selalu menghargai kehidupan,
karena padi merupakan sumber kehidupan bagi mereka.
Penafsiran
Pola penataan lumban yang terlindungi dengan pagar yang kokoh, dengan dua gerbang yang mengarah
utara-selatan, menunjukkan bahwa masyarakat Batak, memiliki persaingan dalam kehidupan
kesehariannya. Jika kita mengamati peta perkampungan.

Arsitektur Tradisional Batak Toba


Batak, maka dapat kita ketahui terdapat beragam suku Batak, dengan lokasi yang berdekatan. Oleh
karena iu, pola penataan lumban berbentuk lebih menyerupai sebuah benteng dari pada sebuah desa.
Pada penataan bangunan yang sangat menghargai keberadaan sopo, yaitu selalu berhadapan dengan
ruma. Hal ini menunjukkan pola kehidupan masyarakat Batak Toba yang didominasi oleh bertani,
dengan padi sebagai sumber kehidupan yang sangat dihargainya. Di dalam lumban, terdapat beberapa
rumah dan sopo yang tertata secara linear. Beberapa ruma tersebut menunjukkan bahwa ikatan
keluarga yang dikenal dengan extended family dapat kita ketemukan dalam masyarakat Batak Toba.

Kajian Perangkaan

Ahli bangunan adat (arsitek tradisional) suku Batak disebut pande. Seperti rumah tradisional lain,
rumah adat Batak merupakan mikro kosmos perlambang makro kosmos yang terbagi alas 3 bagian atau
tritunggal banua, yakni banua tongga (bawah bumi) untuk kaki rumah, banua tonga (dunia) untuk
badan rumah, banua ginjang (singa dilangit) untuk atap rumah. Arsitektur Batak Toba terdiri atas ruma
dan sopo (lumbung) yang saling berhadapan. Ruma dan sopo dipisahkan oleh pelataran luas yang
berfungsi sebagai ruang bersama warga huta. Ada beberapa sebutan untuk rumah Batak, sesuai dengan
kondisi rumahnya. Rumah adat dengan banyak hiasan (gorga), disebut Ruma Gorga Sarimunggu atau
Jabu. Batara Guru. Sedangkan rumah adat yang tidak berukir, disebut Jabu Ereng atau Jabu Batara
Siang. Rumah berukuran besar, disebut Ruma Bolon. dan rumah yang berukuran kecil, disebut Jabu
Parbale-balean. Selain itu, terdapat Ruma Parsantian, yaitu rumah adat yang menjadi hak anak bungsu

You might also like