Professional Documents
Culture Documents
BLOK CHEM 2
PEMERIKSAAN ENZIM ASETILKOLINESTERASE
Metode DGKC New
Oleh :
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Yuni Hanifah
G1A009097
Kelompok III
Asisten
PENDAHULUAN
A. Judul Praktikum
B. Tanggal Praktikum
17 Mei 2010
C. Tujuan Praktikum
3. Melakukan diagnosis dini penyakit apa saja yang ditandai oleh hasil
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Teori
dilepaskan suatu zat aktif yaitu asetilkolin (Ach). Dalam ujung saraf kolinergik,
Ach disimpan dalam gelembung sinaps dan dilepaskan oleh NAP (Nerve Action
cepat. Pada sambungan saraf otot, Ach dirusak secara cepat dalam waktu kurang
dari 1 milidetik. Kolinesterase yang tersebar luas di berbagai jaringan dan cairan
tubuh, menghidrolisis Ach menjadi kolin dan asam asetat. Ada 2 macam
membrane pra maupun post sinaps dan merupakan kolinesterase sejati yang
obat relaksan otot rangka dan fungsi fisiologis lainnya belum diketahui,
reseptor kolinergik secara terus menerus yang diakibatkan oleh penumpukan Ach
yang tidak dihidrolisis. Kelompok zat yang menghambat AchE dikenal sebagai
(Ach) di taut neuromuskulus antara ujng-ujung akhir neuron motorik dan sel otot.
Sebuah sel otot rangka, yang dieknal sebagai serat otot, berukuran relatif besar,
memanjang, dan berbentuk seperti silinder dengan garis tengah berukuran dari 10
750.000 mikrometer, atau 2.5 kaki. Sebuah otot rangka terdiri dari sejumlah serat
otot yang terletak sejajar satu sama lain dan disatukan oleh jaringan ikat. Serat-
serat tersebut menjulur di seluruh panjang otot. Ciri struktural yang paling
menonjol pada serat-serat otot rangka adalah adanya banyak miofibril. Unsur-
unsur kontraktil khusus ini, yang membentuk 80% dari volume serat otot, adalah
terlentang di seluruh panjang serat otot. Setiap miofibril terdiri dari susunan
adalah susunan khusus dari protein miosin, sedangkan filament tipis, yang
dibentuk oleh protein aktin. Tingkat-tingkat organisasi pada sebuah otot rangka
(Sherwood, 2001).
Dalam sistem saraf, pesan berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain dalam
bentuk potensial aksi sepanjang akson. Agar menjadi efektif, sebuah pesan harus
tidak hanya berjalan di sepanjang akson saja tetapi juga ditransfer ke sel saraf
lainnya. Di sinapsis antara dua neuron, impuls berpindah dari neuron presinaps ke
junction adalah salah satu contoh sinapsis kolinergik. Ach, neurotransmitter yang
postsinapsis dipisahkan oleh celah sinapsis dengan lebar sekitar 20 nm. Sebagian
besar Ach di knop sinapsis dibungkus di dalam vesikel, yang setiap vesikel
di sinapsis terbuka, ion natrium dan kalium keluar-masuk menjadi potensial aksi.
Ion kalsium yang dilepas akan berikatan dengan troponin dan mengubah
samping, membuka tempat pengikatan jembatan silang aktin. Bagian aktin yang
telah terpajan tersebut berikatan dengan jembatan silang miosin, yang sebelumnya
telah mendapat energi dari penguraian ATP menjadi ADP + Pi + energy oleh
mengayun kuat yang menarik filament tipis ke arah dalam. Pergeseran ke arah
dalam dari semua filament tipis yang mengelilingi filament tebal memperpendek
reseptor Ach di membrane postsinaps. Semakin banyak jumlah Ach yang dilepas
dari membran presinapsis, maka gate ion kalsium di membran postsinaps akan
lebih banyak terbuka. Dan depolarisasi akan semakin lama (Martini, 2009).
kolinesterase). Sekitar setengah dari Ach yang dilepas dari membran presinaps
milidetik setelah menempati reseptor. Hidrolisis oleh enzim AchE memecah Ach
menjadi asam asetat dan kolin. Kolin diserap aktif oleh knop sinapsis dan
digunakan untuk mensintesis lebih banyak Ach. Asam asetat didifusikan dari
sinapsis dan bisa diabsorpsi atau dimetabolisme oleh membran postsinaps atau
karena para petani tinggal dekat dengan sawah. Sudah dilaporkan dari hasil
dan tingkat metabolit ekskresi yang disebabkan oleh transmisi pestisida pada para
petani yang tinggal tidak jauh dari persawahan, secara keseluruhan hubungannya
member kesan bahwa kadar pestisida saat itu (saat dilakukan penelitian) di debu
udara di rumah adalah marker yang selalu ada pada riwayat pajanan juga
berhubungan dengan hygiene yang dilakukan oleh para penduduk di Hood River
dalam jumlah dan ukuran kecil tetapi pestisida jelas menimbulkan keracunan pada
manusia. Data kematian akibat pajanan dengan pestisida tersebut jarang dijumpai,
diduga setiap kematian yang terjadi tidak lebih akibat dari 100 kasus keracunan
yang tidak fatal. Survei statistik mengenai morbiditas dan mortalitas menunjukkan
herbisida lebih banyak digunakan pada negara yang maju. Organisasi Pangan dan
Pertanian (FAO 1986) mendefinisikan adalah setiap zat atau campuran yang
termasuk vector terhadap manusia atau penyakit pada binatang, dan tanaman yang
tidak disukai atau binatang yang menyebabkan keruskan selama atau dalam proses
pencampuran dengan produksi, penyimpanan atau pemasaran makanan, komiditi
pertanian, kayu dan produksi kayu, atau bahan makanan binatang, atau yang dapat
dilakukan pada binatang sebagai kontrol terhadap serangga, arachnoid, atau hama
(Lubis, 2002).
tertelan dengan jalan utama pajanan pekerjaan adalah melalui kulit. Pada
oksigen), dalam –okson lebih toksik dari bentuk –thion. Konversi terjadi pada
lingkungan sehingga hasil tanaman pekrja dijumpai pajanan residu yang dapat
lebih toksik dari pestisida yang digunakan. Sebagian besar sulfur dilepaskan ke
dalam bentuk mercaptan, yang merupakan hasil bentuk aroma dari bentuk –thion
bahayanya meliputi sakit kepala, mual, muntah yang selalu keliru sebagai akibat
keracunan akut organofosfat. Konversi dari –thion menjadi -okson juga dijumpai
secara invivo pada metabolism mikrosom hati sehingga –okson menjadi pestisida
bentuk aktif pada hama binatang dan manusia. Hepatik esterase dengan cepat
asetilkolin dijumpai pada sistem saraf pusat dan perifer. Pada sistem saraf perifer,
untuk memperbanyak konduksi saraf perifer dan saraf pusat atau memulai
enzim asetilkolinesterase (AchE). Ada dua bentuk AchE yaitu true cholinesterase
proses fosforilasi bagian ester anion. Ikatan fosfor ini sangat kuat sekali yang
irreversibel. Aktivitas AchE tetap dihambat sampai enzim baru terbentuk atau
Akibatnya terjadi penumpukan Ach pada sinapssinaps kolinergik, dan inilah yang
menimbulkan gejala-gejala keracunan organofosfat. Pajanan pada dosis rendah,
muskarinik. Pada dosis lebih besar juga mempengaruhi reseptor nikotinik dan
reseptor sentral muskarinik. Aktivitas ini kemudian akan menurun, dalam dua atau
Tanda dan gejala awal keracunan adalah stimulasi berlebihan kolinergik pada otot
terutama pada sistem respirasi yaitu bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan
bingung,, sukar bicara, kejang disusul paralisis, pernafasan Cheyne Stokes dan
coma. Pada umumnya gejala timbul dengan cepat dalam waktu 6 – 8 jam, tetapi
bila pajanan berlebihan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit. Bila
gejala muncul setelah lebih dari 6 jam,ini bukan keracunan organofosfat karena
Aritmia jantung seperti hearth block dan henti jantung lebih sedikit sebagai
melalui inhalasi gejala timbul dalam beberapa menit. Ingesti atau pajanan
dan gejala. Pajanan yang terbatas dapat menyebabkan akibat terlokalisir. Absorbsi
perkutan dapat menimbulkan keringat yang berlebihan dan kedutan (kejang) otot
pada daerah yang terpajan saja. Pajanan pada mata dapat menimbulkan hanya
kelemahan pada jari dan kaki berupa foot drop. Kehilangan sensori sedikit terjadi.
meningkatkan timbulnya korban akibat dosis letal. Beberapa puluh kali dosis letal
dengan mengorek dinding belakang tenggorok dengan jari atau alat lain,
dan /atau memberikan larutan garam dapur satu sendok makan penuh dalam
segelas air hangat. Bila penderita tidak sadar, tidak boleh dimuntahkan karena
bahaya aspirasi.
2. Bila penderita berhenti bernafas, segeralah dimulai pernafasan buatan.
Terlebih dahulu bersihkan mulut dari air liur, lendir atau makanan yang
3. Bila kulit terkena organofosfat, segera lepaskan pakaian yang terkena dan
4. Bila mata terkena organofosfat, segera cuci dengan banyak air selama 15
METODE
A.1. Alat
1. Spuit 3 cc
2. Tourniquet
3. Plakon
4. Eppendorf
5. Sentrifugator
7. Yellow Tip
8. Pipet ukur 5 ml
9. Kuvet
10. Spektrofotometer
A.2. Bahan
1. Darah
2. EDTA
3. Reagen 1 (AchE)
4. Reagen 2 (BuchE)
B. Tata Urutan
10 menit
C. Nilai Normal
Nilai min
Interpretasi:
A. Hasil
1. Probandus
Usia : 18 tahun
2. Sampel Darah
Plasma Darah
Sentrifugasi
Sel darah
3. Working Reagen
+
Reagen 1 Reagen 2 Working Reagen
4 mL 1 ml 1 mL
+ Inkubasi
Nilai min
= 14.834 x 100%
5.100
= 290.8%
B. Pembahasan
untuk dijadikan sampel plasma. Setelah darah diambil dari probandus, darah
segera disimpan di dalam plakon yang sudah ditetesi EDTA (Etilen Diamine Tetra
Acid) agar darah tidak menggumpal. Darah yang dimasukkan ke dalam plakon
dari spuit tidak disemprotkan begitu saja, tatapi dengan menempelkan spuit ke
dinding plakon agar sel-sel darah tidak rusak. Selanjutnya, darah disentrifugasi
dengan kecepatan 400 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan sampel plasma.
Setelah itu, menyiapkan working reagen, disiapkan 2 reagen yaitu AchE dan
1483.4, lalu dikalikan dengan 10 dan dihitung aktivitas enzim AchE-nya. Setelah
C. Aplikasi Klinis
1. Keracunan Organofosfat
tergantung pada senyawanya (Wills, 1972 dalam C.Lu 2006). Selain parathion
dan diklorvos, pestisida lain dalam kelompok ini antara lain adalah parathion-
2. Myastenia Gravis
sering digunakan.
Pasien yang menderita Myasthenia gravis bisa menunjukkan beberapa
gejala dan tanda yang membentuk range yang luas, tergantung dari keparahan
a) Myasthenia gravis ringan bisa hanya ditemukan gejala yang hampir tidak
terlihat Gejala bisa sama sekali tidak terlihat kecuali kelelahan otot yang
sering digunakan.
1. Otot muka menjadi kendur (tidak kencang), dan muka tidak berekspresi.
2. Pasien bisa tidak kuat untuk menahan kepalanya, yang jatuh ke dada
3. Rahangnya kendur
4. Suaranya sengau
3. Tetanus
menigkatnya tonus otot dan spasme yang disebabkan oleh toksin tetanus.
KESIMPULAN
penghambat Ach. Tidak semua Ach dihancurkan oleh AchE, ada juga yang
2. Kadar enzim AchE probandus adalah 1438.4, setelah dikali 10 dan dihitung
kadar yang normal dalam tubuh (> 75%). Beberapa aplikasi klinis yang
keracunan organofosfat.
DAFTAR PUSTAKA