You are on page 1of 18

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

EKONOMI DAN SYARIAH

Oleh :

EKO WIJAYA

H1C106077

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK


PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2010/2011
DAFTAR ISI

HALAMAN AWAL

DAFTAR ISI

EKONOMI DAN SYARIAH

1. Pengertian
a. Ekonomi
b. Ekonomi Syariah
2. Ruang Lingkup Ekonomi syariah
3. Keunggulan ekonomi syariah

KOMENTAR

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
EKONOMI DAN SYARIAH

1. Pengertian
a. Ekonomi
Ilmu Ekonomi diartikan sebagai Ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa dengan
menentukan pilihan-pilihan sumber daya yang langka untuk mencapai
kesejahteraan manusia, maka pada dasarnya definisi ilmu ekonomi Islam
juga sama dengan definisi tersebut.
b. Ekonomi Syariah
Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam.
Ekonomi syariah berbeda dari kapitalisme, sosialisme, maupun negara
kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari kapitalisme karena Islam
menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang miskin,
dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, ekonomi dalam kaca
mata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran yang
memiliki dimensi ibadah.
(Dian Eki Purwanti ; http://www.scribd.com/doc/9137139/Artikel-
Ekonomi-Syariah)

2. Ruang Lingkup Ekonomi Syariah

Ekonomi syari’ah atau ilmu ekonomi syari’ah terutama mengenai


permasalahan yang menyangkut uang, oleh ahli ekonomi yang menyokong
pandangan bahwa ilmu ekonomi adalah mengenai perilaku manusia yang
berhubungan dengan kegiatan mendapatkan uang dan membelanjakan uang.
Tetapi penulis klasik dan pengikut mereka masa kini, cenderung menyelidiki
yang tersirat di belakang selubung keuangan itu dan menggambarkan masalah
ekonomi dari segi yang bukan moneter. Permasalahan ekonomi umat manusia
yang fundamental bersumber dari kenyataan bahwa kita mempunyai
kebutuhan dan kebutuhan ini pada umumnya tidak dapat dipenuhi tanpa
mengeluarkan sumber daya energi manusia, di samping peralatan materil yang
terbatas. Bila seseorang memiliki sarana tidak untuk memenuhi semua jenis
kebutuhan, maka masalah ekonomi tidak akan timbul. Sejauh mengenai
masalah pokok kekurangan, hampir tidak terdapat perbedaan apapun antara
ilmu ekonomi Islam dan ilmu ekonomi modern. Andaikata ada perbedaan, hal
itu terletak pada sifat dan volumenya. Itulah sebabnya mengapa perbedaan
pokok antara kedua sistem ilmu ekonomi ini dapat ditemukan dengan
memperhatikan penanganan masalah pilihan. Persoalan pilihan timbul dari
kenyataan bahwa sumber daya begitu terbatas sehingga dipenuhinya suatu
jenis keinginan, berarti mengorbankan suatu kebutuhan lain yang harus terus
tidak terpenuhi. Pertikaian yang selalu terjadi antara beraneka ragamnya
keinginan dan kurangnya sarana memaksa untuk mengadakan pilihan di
antara kebutuhan-kebutuhan kita, guna menetapkan daftar prioritas dan
kemudian mendistribusikan sumber daya itu sedemikian rupa sehingga
mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan secara maksimum. Dalam ilmu
ekonomi modern masalah pilihan ini sangat tergantung pada bermacam-
macam tingkah masing-masing individu. Mereka mungkin tidak
memperhitungkan persyaratan-persyaratan masyarakat. Namun dalam ilmu
ekonomi Islam, tidaklah berada dalam kedudukan untuk mendistribusikan
sumber-sumber daya sekelompok hati. Dalam hal ini ada suatu pembatasan
moral yang serius berdasarkan ketetapan Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah
atas tenaga individu.
Suka atau tidak suka, ilmu ekonomi syari’ah tidak dapat berdiri netral
di antara tujuan yang berbeda-beda. Demikianlah kegiatan membuat dan
menjual minuman alkohol dapat merupakan aktivitas ekonomi yang baik
dalam sistem ekonomi modern. Namun hal ini tidak mungkin terjadi di negara
Islam. Karena dalam banyak hal usaha ini tidak akan memajukan
kesejahteraan manusia, suatu kesejahteraan yang dapat diukur dengan uang.
Dalam ilmu ekonomi modern, kesejahteraan individu dianggap sebagai fungsi
yang kian meningkat dari komoditi dan jasa yang menurut skala nilainya,
ingin dimiliki. Dan sebagai fungsi kian berkurang dari usaha pengorbanan
yang harus dilakukan untuk mencapainya. Tetapi dalam ilmu ekonomi Islam,
individu harus memperhitungkan perintah Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah
dalam melaksanakan aktivitasnya. Dalam Islam, kesejahteraan sosial dapat
dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi juga dialokasikan sedemikian rupa,
sehingga dengan pengaturan kembali keadaannya, tidak seorang pun lebih
baik dengan menjadikan orang lain lebih buruk dalam kerangka Al-Qur’an
dan sunnah. Segala sesuatu yang tidak secara nyata terlarang dalam Al-Qur’an
dan sunnah tetapi taat dengan semangat yang sama boleh dinyatakan islami.
Dan dalam sistem ekonomi Islam, melakukan kegiatan-kegiatan demikian,
tidak dianggap salah.

Walaupun ilmu ekonomi Islam, seperti halnya ilmu ekonomi modern,


tidak hanya mengenai aspek perilaku manusia yang berhubungan dengan cara
mendapatkan uang dan membelanjakannya, namun sebagian besar ia
merupakan aktivitas ekonomi kita. Benar-benar menabjubkan, bahkan seribu
empat ratus tahun yang lalu Islam telah mengusahakan keseimbangan yang
langgeng antara pendapatan dan perbelanjaan guna mencapai sasaran
keuntungan sosial yang maksimum. Islam selalu menekankan agar setiap
orang mencari nafkah dengan halal. Semua sarana dalam hal mendapatkan
kekayaan secara tidak sah dilarang, karena hal tersebut pada akhirnya, dapat
membinasakan suatu bangsa (QS. An-Nisa (4): 29).
ْ
ٍ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا الَ تَأ ُكلُوا أَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل إِالَّ أَ ْن تَ ُكونَ تِ َجا َرةً ع َْن ت ََر‬
‫اض ِم ْن ُك ْم‬

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

Almaraghi mengemukakan bahwa ‘bathil” berarti kesia-siaan dan


kerugian. Yaitu mengambil harta tanpa mengganti hakiki yang biasa, dan
tanpa keridhaan dari pemilik harta yang diambil itu atau menafkahkan harta
bukan jalan hakiki yang bermanfaat, dan termasuk dalam hal ini adalah lotre,
penipuan di dalam jual beli, riba, dan menafkahkan harta benda pada jalan
yang diharamkan, serta pemborosan dengan mengeluarkan harta untuk hal-hal
yang tidak dibenarkan oleh akal.

Kata menunjukkan bahwa harta yang haram biasanya menjadi


pangkal persengketaan di dalam transaksi antara orang yang memakan dengan
orang yang dimakan hartanya. Masing-masing ingin menarik harta itu menjadi
miliknya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa Islam mensyariatkan agar
dalam memperoleh harta hendaknya dengan jalan yang halal atau tidak secara
batil karena hal tersebut dapat berakibat pertentangan atau pertengkaran atau
tidak secara ikhlas dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, telah ditetapkan
aturan-aturan tertentu yang mengatur dan menentukan bentuk dan intensitas
kegiatan-kegiatan manusia dalam memperoleh kekayaan. Hal ini begitu
dibatasi sehingga serasi dengan kedamaian dan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Pada tahap manapun tidak ada kegiatan ekonomi yang
bebas dari beban pertimbangan moral.

Untuk tujuan tersebut diatur dalam QS. Al-Baqarah (2): 168.


ِ َ‫ال َّش ْيط‬  ‫ت‬
ٌ ِ‫ ُمب‬  ‫لَ ُك ْم َعد ٌُّو‬  ُ‫إِنَّه‬  ‫ان‬
‫ين‬ ِ ْ‫ ْاألَر‬  ‫فِي‬  ‫ ِم َّما‬  ‫ ُكلُوا‬  ُ‫النَّاس‬  ‫يَاأَيُّهَا‬
ِ ‫ ُخطُ َوا‬  ‫تَتَّبِعُوا‬  َ‫ َوال‬  ‫طَيِّبًا‬  ً‫ َحالَال‬  ‫ض‬

Terjemahnya:

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Al-Maraghi mengemukakan bahwa makalah kalian sebagian apa


yang ada di bumi ini yang terdiri dari berbagai makanan, termasuk binatang
ternak yang kalian haramkan, dan makanlah apa saja yang halal dan baik.
Jadi, suatu negara Islam hanya dapat mendorong kegiatan-kegiatan sah, yang
sepenuhnya sejalan dengan kebajikan sosial. Karena itu Islam tidak
menyetujui segelintir sumber daya manusia kapitalis.

Islam selalu menekankan agar selalu meletakkan suatu pemanfaatan


sosial yang berguni. Sebagai dasar tersebut, dapat dipahami firman Allah
dalam surah Al-Fathir (35): 29:

َ ‫صالَةَ َوأَ ْنفَقُوا ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم ِس ًّرا َو َعالَنِيَةً يَرْ جُونَ تِ َج‬
َ ‫ارةً لَ ْن تَب‬
‫ُور‬ َّ ‫َاب هَّللا ِ َوأَقَا ُموا ال‬
َ ‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَ ْتلُونَ ِكت‬

Terjemahnya:

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan


shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.

Keserakahan dianggap sebagai sifat negatif dan merusak. Kekayaan


orang-orang kikir, selain hanya memberikan keuntungan bagi mereka, juga
menjadikan rintangan dan mengalangi pertumbuhan moral dan spiritual
mereka (QS. Ali Imran/2: 180), sebaliknya hidup bermewah-mewahan pun
dikecam. Sesungguhnya Allah itu tunggal dan serba kecukupan. Manusialah
yang serba kekurangan, dan kemakmuran dapat tercapai bukan dengan
keserakahan, atau karena tidak pernah memberi, melainkan dengan
memanfaatkan harta demi kepentingan Allah swt. yakni guna pengabdian
mahluk-makhluk-Nya. (QS. Muhammad 47: 38). Dengan cara ini, Islam
mengatur kegiatan-kegiatan memperoleh uang dan mengeluarkan uang
sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Demikianlah ruang lingkup ilmu ekonomi Islam yang tampaknya


menjadi administrasi kekurangan sumber-sumber daya dalam masyarakat
manusia dipandang dari segi konsepsi etik kesejahteraan dalam Islam. Oleh
karena itu, ekonomi Islam tidak hanya mengenai sebab-sebab materil
kesejahteraan. Tetapi juga mengenai hal-hal non materil yang tunduk kepada
larangan Islam tentang konsumsi dan produk. Dalam Islam, baik konsumen
maupun produsen bukanlah raja. Perilaku keduanya harus dituntun oleh
kesejahteraan umum, individual dan sosial bagaimana dipahami dalam syariat.
(Muhammad Zainal Abidin ;
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/tinjauan-umum-tentang-ekonomi-
syariah/)

Ruang lingkup ekonomi syariah berdasarkan Undang-Undang


Perbankan Syariah, telah, disahkan oleh DPR-RI pada hari Selasa, 17 Juni
2008. Dengan lahirnya UU Perbankan Syariah perkembangan bank syariah ke
depan, diharapkan, akan mempunyai peluang usaha yang lebih besar di
Indonesia. UU Perbankan Syariah memberikan peluang akivitas usaha bank
syariah yang lebih banyak dan beragam dibandingkan bank konvensional.
Terdapat usaha-usaha yang bisa dilakukan oleh sebuah bank umum syariah
dan tidak dapat dilakukan oleh bank konvensional. Usaha-usaha yang dapat
dilakukan oleh sebuah bank umum syariah dan tidak dapat dilakukan oleh
bank konvensional (vide Pasal 19 s.d 21) adalah:
a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa Giro, Tabungan atau
bentuk lainnya, dan bentuk investasi berupa Tabungan, Deposito atau
bentuk lainnya berdasarkan akad yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
b. Menyalurkan pembiayaaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah,
musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
c. menyalurkan pembiayaan untuk transaksi jual-beli dengan berbagai akad
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
d. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
e. menyalurkan pembiayaan penyewaan kepada nasabah berdasarkan akad
ijarah dan/atau sewa beli yang tidak bertentangan dengan prinsip syaraih;
f. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
g. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak
ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip
syariah;
h. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia ;
i. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga berdasarkan suatu
akad yang sesuai dengan prinsip syariah;
j. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan akad
yang berdasarkan prinsip syariah;
k. Melakukan fungsi Wali Amanat berdasarkan akad wakalah;
l. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
prinsip syariah;
m. Menyediakan tempat penyimpanan barang dan surat berharga,
memindahkan uang, dan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang
perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan;
n. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah;
o. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau
lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah;
p. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip berdasarkan prinsip syariah;
q. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip
syariah;
r. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal;
s. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
pendek dan jangka panjang berdasarkan prinsip syariah, baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang;
t. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip
syariah dengan menggunakan sarana elekronik.

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan bank syariah di atas, tidak


semuanya dapat dilakukan oleh unit usaha syariah, dan hanya dapat dilakukan
oleh bank umum syariah. Kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh bank
umum syariah adalah:

a. Menjamin penerbitan surat berharga;


b. penitipan untuk kepentingan orang lain;
c. menjadi wali amanat;
d. Penyertaan modal;
e. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun;
f. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
panjang syariah.
Di samping usaha komersial, bank syariah dapat pula menjalankan
fungsi sosial dalam bentuk:

a. Lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi penelola zakat (Pasal 4 ayat 2);
b. Menghimpun dana sosial dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
lembaga pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf
(wakif) (Pasal 4 ayat 3).

Dengan demikian, perbankan syariah dapat menawarkan jasa-jasa


lebih dari yang ditawarkan oleh sebuah investment banking, karena jasa-jasa
bank syariah merupakan suatu kombinasi yang dapat diberikan oleh
commercial bank, finance company, dan merchant bank.

Walaupun kesempatan bank syariah berkembang sangat besar setelah


lahirnya UU Perbankan Syariah, namun ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan menjadi tantangan dalam perkembangan bank syariah ke
depan. Beberapa hal yang dapat menjadi tantangan adalah pembebasan
pemilikan dan tenaga kerja asing pada bank syariah, prinsip syariah untuk
produk/jasa perbankan syariah didasarkan kepada fatwa Majelis Ulama
Indonesia bukan Majelis Ulama Internasional, dan bank syariah dapat memilih
jalur yang tepat dalam penyelesaian sengketa selain Peradilan Agama asalkan
sudah diperjanjikan sebelumnya dalam akad.

Dengan demikian, lahirnya UU Perbankan Syariah hendaknya dapat


dimanfaatkan dengan baik oleh para pelaku perbankan syariah di Indonesia
serta memperhatikan tantangan yang ada agar dalam pertumbuhan bank
syariah ke depan warganegara Indonesia tidak hanya menjadi penonton.
(MERZA GAMAL ; http://nani3.wordpress.com/2008/06/25/ruang-lingkup-
usaha-bank-syariah/)

3. Keunggulan Ekonomi Syariah


Sistem ekonomi syariah sangat berbeda dengan ekonomi kapitalis, sosialis
maupun komunis. Ekonomi syariah bukan pula berada ditengah-tengah ketiga
sistem ekonomi itu. Sangat bertolak belakang dengan kapitalis yang lebih
bersifat individual, sosialis yang memberikan hampir semua tanggungjawab
kepada warganya serta komunis yang ekstrim, ekonomi Islam menetapkan
bentuk perdagangan serta perkhidmatan yang boleh dan tidak boleh
ditransaksikan. Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, memberikan rasa adil, kebersamaan
dan kekeluargaan serta mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada setiap pelaku usaha.Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al
Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip yang mendasar saja. Karena alasan-alasan
yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak sekali membahas tentang
bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen
dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi. Sebagaimana
diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus
mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha.
Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:
1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggungjawab (responsibility)
Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin
bersifat individualistik, karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah
milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bumi.
Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan
kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al Qur'an
surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
KOMENTAR

Di Negara kita Indonesia, ekonomi syariah sudah termasuk berkembang,


hal ini dapat dilihat dari banyaknya bank-bank umum yang membuka cabang menjadi
bank syariah. Bagi umat ISLAM, hal ini sangat menggembirakan karena kita dapat
menginvestasikan uang kita pada bank syariah, sehingga kita tidak perlu takut lagi
akan bunga bank, potongan-potongan dari tabungan yang menurut kita kurang baik
dalam ajaran ISLAM dan banyak keuntungan lain yang kita dapatkan. Ekonomi
syari’ah menggunakan system-system ekonomi yang menyandarkan diri pada
transaksi riil. Ekonomi ini nantinya akan ditopang dengan Bank Syariah dengan
system bagi hasil (mudharabah). Lain halnya dengan bank yang dikenal saat ini yang
menyandarkan keuntungan pada suku bunga dari hasil aksi spekulasi pasar. Namun
Bank Syari’ah nantinya memperbaiki sistemnya agar terlepas dari bias bank
konvensional yang selama ini kita kenal. Bank syari’ah nanti segera bisa lepas dari
principle bank konvensional. Tidak hanya ganti istilah dari interest menjadi
mudharabah. Kemiskinan sungguh merupakan bencana, yakni dapat membuat kepala
tegak menjadi tunduk, merendah jiwa manusia yang mulanya luhur, memudarkan
pancaran hati, mengacaukan pikiran, menghamburkan cita harapan, menyeret
manusia ke dalam penderitaan dan kesengsaraan dan banyak meninggalkan akhlak
dan budi pekerti serta nilai-nilai mulia, kemudian terjerumus ke dalam perbuatan dan
tindakan tercela serta bergelimang dalam dosa.
Kehadiran bank syariah pertama kali di Indonesia yang ditandai dengan
berdirinya Bank Muamalat pada 1992 hingga Juni 2010, jumlah bank syariah yang
beroperasi baru mencapai 10 bank dengan 1.058 kantor cabang di seluruh Indonesia.
Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan bank syariah, adalah sebagai berikut :
kondisi bunga tinggi pada bank syariah di Indonesia; seperti terlihat dalam penetapan
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), yang berdampak pada penurunan pembiayaan
syariah. Namun sebaliknya memicu perbankan konvensional menaikan suku bunga
baik pinjaman maupun deposito, yang pada akhirnya berimplikasi penurunan bank
syariah di Indonesia. Bank syariah di Indonesia menerapkan biaya administrasi atau
biaya tambahan yang dibebankan kepada nasabah Bank Syariah. Sehingga pada
buntutnya jauh lebih besar dari bunga bank konvensional. Meskipun biaya
administrasi ini ditarik atas kesepakatan bersama antara pihak bank syariah dengan
nasabahnya. Kerjasama bagi hasil ini, memang menghindari adanya bunga. Dengan
kata lain, tidak ada bunga. Namun biaya administrasi itu menjadi besar karena
sebenarnya juga mengacu pada bunga bank konvensional yang berlaku di pasar. Bank
syariah belum dipercaya oleh bangsa asing ; Yang jelas, kata pengamat perbankan
syariah Dr. Abdul Adihim, para investor asing terutama dari Arab dan Timur Tengah
belum percaya manajemen bank syariah di Indonesia, karena bankir-bankir syariah
itu kebanyakan sebelumnya pernah bekerja di bank konvensioanl. Dimana bankir
bank konvensional di Indonesia sering bermasalah dan salah kelola. Jadi wajar
Bankir-bankir syariah tersebut belum mendapat kepercayaan oleh asing, khususnya
pemodal Timur Tengah untuk mengelola dana mereka. Masalah network ; menurut
Ketua Asosiasi bank-bank Syariah Indonesia (Asbsindo), Riawan Amin mengakui
sumber daya manusia (SDM) pada level eksekutif yang tidak kompeten menyebabkan
perkembangan bank syariah tidak bisa optimal.
Islam membuat seseorang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, yaitu
bertanggung jawab atas kewajiban membebaskannya dari perangai rendah, mencegah
diri dari perbuatan khianat, dan mengarahkannya kepada kegiatan bekerja untuk soal-
soal keduniaan, serta mengarahkannya kepada ketekunan beribadah. Islam bukan 
hanya agama kerohanian semata-mata yang mengantarkan manusia dari kehidupan
dunia kepada kehidupan akhirat, tetapi juga merupakan tuntutan hidup yang
sempurna bagi manusia, termasuk segala dasar dan landasannya. Islam adalah agama
akhirat dan juga agama dunia, agama yang mengandung kebahagiaan di dunia dan
kebahagiaan di akhirat menuntut adanya kekuatan jasmani,akal pikiran, rajin
melakukan pekerjaan yang baik dan gemar berbuat kebajikan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa agama tidak menghendaki
adanya kemiskinan, karena kemiskinan merupakan bencana, yakni membuat kepala
menjadi tunduk, merendahkan jiwa yang mulanya luhur, menghancurkan cita-cita
harapan dan sebagainya. Kemiskinan juga dapat berbahaya terhadap akidah, akhlak,
kelangsungan keluarga dan sebagainya; sehingga agama Islam menganjurkan untuk
menghindarinya dengan jalan berusaha, bekerja dan sebagainya. Salah satu
perkembangan positif yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini ialah kendaraan yang
semakin besar dari para pemimpin atau pemerintah tentang pentingnya melaksanakan
keadilan sosial sebagai bagian dari kegiatan pembangunan.
Salah satu aspek keadilan sosial tersebut ialah pembagian kekayaam
nasional yang lebih murah, seperti pembangunan rumah atau panti-panti asuhan,
pemberian kredit kepada mereka atau warga yang membutuhkan dan sebagainya.
Berabad-abad manusia memikirkan masalah tersebut, dan untuk itu telah ditulis
berjilid-jilid buku yang tidak semua memahaminya. Namun kesadaran di timbulkan
hampir merata di seluruh dunia, yaitu bahwa kepincangan sosial yang terpenting ialah
menyangkut distribusi rejeki, tujuannya yang pokok ialah bagaimana menghilangkan
kemiskinan. Dan kemiskinan itu ada karena di situ ada kekayaan: tidak ada orang
miskin dalam suatu masyarakat jika di situ tidak terdapat orang kaya. Kemiskinan
tidaklah mengakibatkan ketidakbahagiaan. Banyak orang yang melarat dalam
hidupnya ternyata lebih gembira dan bahagia daripada orang kaya. Tapi kemiskinan
mengakibatkan degradasi, sehingga membahayakan bagi suatu masyarakat. Kejahatan
yang ditimbulkan bersifat menular, dan tidak dapat dihindari hanya dengan
pengasingan diri orang-orang kaya dalam bentuk apapun. Islam menjamin
kemerdekaan setiap individu dan mengakui hak milik atas harta kekayaan, hak untuk
mengatur dirinya sendiri dan keluarganya, dan kebebasan untuk melakukan kegiatan
yang baik untuk kebajikan, menuntun orang yang sesat ke jalan yang lurus, bahkan
wajib berjuang dan berperang untuk menangkal agresi. Islam menuntut supaya setiap
orang memberikan sumbangannya sedapat mungkin dalam segala bidang kehidupan,
dan menetapkan kewajiban agar setiap orang menginfakkan sebagian dari harta
kekayaan di jalan yang benar, menolong kaum fakir miskin, dan untuk melawan
kezaliman serta membasmi kedurhakaan.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini adalah :


1. Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-nilai Islam.
2. Kehadiran bank syariah pertama kali di Indonesia yang ditandai dengan
berdirinya Bank Muamalat pada 1992 hingga Juni 2010.
3. Ruang lingkup ekonomi syariah berdasarkan Undang-Undang Perbankan
Syariah, telah, disahkan oleh DPR-RI pada hari Selasa, 17 Juni 2008.
4. Ekonomi syariah di Indonesia sudah mulai berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

http://islampeace.clubdiscussion.net/ekonomi-islam-f8/pengertian-tujuan-prinsip-
prinsip-ekonomi-islam-t13.htm
http://www.scribd.com/doc/9137139/Artikel-Ekonomi-Syariah
http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2010/03/18/pengertian-ekonomi-syariah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah
http://nani3.wordpress.com/2008/06/25/ruang-lingkup-usaha-bank-syariah/
http://meetabied.wordpress.com/2009/10/30/tinjauan-umum-tentang-ekonomi-
syariah/

You might also like