You are on page 1of 10

PANDANGAN PENDIDIKAN

TENTANG MANUSIA SEBAGAI


ANIMAL EDUCANDUM

Dr. Rina Marlina Bustami, M.Si


Keharusan Pendidikan:
Mengapa Manusia Harus di
Didik atau Mendidik.
Pendidikan adalah perlu karena anak manusia
dilahirkan tidak berdaya :

 Anak manusia di lahirkan tidak dilengkapi insting yang


sempurna untuk dapat menyesuaikan diri dalam
menghadapi lingkungan.
 Anak manusia perlu masa belajar yang panjang
sebagai persiapan untuk dapat secara tepat
berhubungan dengan lingkungan secara konstruktif.
 Awal pendidikan terjadi setelah anak manusia
mencapai penyesuaian jasmani atau mencapai
kebebasan fisik dan jasmani.
Kemungkinan Pendidikan:
Mengapa Manusia Dapat di
Didik atau Mendidik.
Anak dilahirkan tak berdaya tapi mempunyai
potensi untuk berubah. Karena anak
mempunyai beberapa sifat diantaranya :

 Anak bersifat lentur.


 Anak mempunyai otak yang besar dan permukaan
sangat luas.
 Mempunyai pusat saraf yang berfungsi berhubungan
dengan perbuatan berfikir, sehingga terjadi
penangguhan reaksi dalam menerima perangsang
maka terjadilah belajar.
Batas-Batas Kemungkinan
Pendidikan
 Aliran Empirisme (realisme, behaviorisme,
eksperimentasisme)
Pendidikan adalah berkuasa.

 Aliran Naturalisme (idealisme, thomisme, humanisme)


Pendidikan tidak/kurang berkuasa.

 Aliran Developmentalisme, teori konvergensi, realisme


kritis
Pendidikan berpengaruh tapi terbatas. Pendidikan
adalah perpaduan atau resultante dari pertumbuhan
bakat dan pengaruh lingkungan.
KEKELIRUAN-KEKELIRUAN
PENDIDIKAN
BATASAN
 Mendidik yang baik adalah yang berhasil membantu
individu dapat mempertahankan dan meningkatkan
mutu hidup. Hal ini terjadi apabila bentuk kegiatan
pendidikan mempunyai tujuan yang tepat.

 Kekeliruan-kekeliruan mendidik adalah bentuk­bentuk


kegiatan pendidikan yang tujuannya tidak benar
dan/atau cara pencapaiannya tidak tepat.

 Tujuan pendidikan dikatakan tidak benar apabila berisi


nilai-nilai hidup yang bersifat mengingkari dan merusak
harkat dan martabat manusia sebagai pribadi, warga,
dan hamba Allah.
 Dengan demikian kekeliruan-kekeliruan
mendidik dapat dibedakan dalam dua
bentuk, yaitu:
(1) Kekeliruan idiil mendidik,
(2) Kekeliruan teknis mendidik.
Kekeliruan Idiil Mendidik

Bentuk-bentuk kekeliruan idiil mendidik berupa


kegiatan pendidikan patologis atau demagogis, yaitu
kegiatan "pendidikan" yang salah tujuannya karena
norma-norma yang menjadi tujuan pendidikan
mengandung unsur yang mengingkari kemanusiaan
dan bahkan mempropagandakan dan mendorong pada
perbuatan-perbuatan merusak dan menghancurkan
nilai-nilai kemanusiaan.

Misalnya, melatih pencopet atau penjahat profesional,


mempropagandakan sikap diskriminasi rasial,
mengobarkan semangat permusuhan terhadap
golongan, bangsa, atau ras lain, dan sebagainya.
Kekeliruan Teknis Mendidik

Bentuk-bentuk kekeliruan teknis mendidik berupa kegiatan pendidikan


yang salah teknis pelaksanaannya, yaitu kesalahan dalam cara
memilih dan menggunakan alat pendidikan (kegiatan mendidik dan
penciptaan situasi/lingkungan pendidikan).

Kekeliruan-kekeliruan teknis mendidik mencakup:

(1) kekeliruan cara mendidik (misalnya: mendidik dengan memanjakan


atau murah ganjaran, mendidik dengan mengendalikan atau murah hu­
kuman, mengembangkan keterampilan hanya dengan ceramah, dan
sebagainya) dan

(2) kekeliruan ekologis atau menciptakan lingkungan hidup yang


kurang men­dukung pencapaian kedewasaan (misalnya: penyiaran TV
dengan penuh kekerasan atau pornografi, lemah­nya kontrol sosial,
penciptaan lembaga pendidikan for­mal yang tidak tepat, dan
sebagainya).
Pendidikan dalam
Pandangan Islam.
‫َما ِمنْ َم ْولُ ْودٍإِالَّي ُْو َل ُد َع َلىاْل ِف ْط َر ِة َفأ َ َب َواهُ ُيهُوِّ دَا ِن ِه أَ ْو ُي َمجِّ َسا ِن ِه‬
‫ ُث َّم َيقُ ْو ُل‬, ‫َك َما َت ْن َت ُح ال َب ِه ْي َم ُة َجمْ َعا ُء َه ْل ُت ِحس ُّْو َن ِمنْ َج ْد َعا َء‬
‫اس‬َ ‫هللا الَّ ِتى َف َط َر ال َّن‬ ِ ‫ َوا ْق َرء ُْواإِنْ ِش ْئ ُت ْم ِف ْط َر َة‬,‫أَب ُْوه َُري َْر َة‬
‫ك ال ِّديْنُ ْال َق ِّي ُم‬
َ ِ‫هللا ذل‬ِ ‫َع َل ْي َهاالَ َت ْب ِد ْي َل َل َخ ْل ِق‬
“Tiadalah seorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka
akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikan atau men-
Nasranikannya atau me-Majusikannya. Sebagaimana halnya binatang
yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tiada
berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi Hurairah berkata, apabila kau
mau bacalah lazimilah fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada
manusia di atas fitrahNya. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah.
Itulah agama yang lurus (Islam).”( H.R Muslim).
a. Aspek Pedagogis.
Dalam aspek ini para ahli didik memandang manusia sebagai
animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan.
Dalam kenyataanya manusia dapat dikategorikan sebagai animal,
artinya binatang yang dapat dididik.
b. Aspek Sosiologis dan Kultural.
Menurut ahli sosiologi pada prinsipnya, manusia adalah
homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan
dasar atau memiliki gazirah (instink) untuk hidup bermasyarakat.
c. Aspek Tauhid.
Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa
manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut
istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya
Tuhan) atau disebut dengan homo religious artinya makhluk yang
beragama

You might also like