Professional Documents
Culture Documents
SPESIFIKASI TEKNIS
A. PETUNJUK UMUM
(3) Pihak-pihak yang terkait dalam Pelaksaan Proyek adalah sebagai berikut :
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
64
d. “Kontraktor”, berarti Perusahaan / Badan yang ditunjuk oleh Pemilik
Proyek untuk mengerjakan pembangunan proyek ini.
(1) Seluruh pelaksanaan pembangunan proyek ini harus mengacu pada standard
dan peraturan-peraturan sebagai berikut :
(5) Semua bahan yang akan dipakai atau digunakan untuk proyek ini harus
mendapat persetujuan dari Perencana.
(6) Ukuran yang tertera dan terulis pada gambar dan spesifikasi ini adalah
ukuran jadi, bukan ukuran bahan baku.
(7) Apabila terdapat perbedaan antara gambar dengan spesifikasi ini maka,
Kontraktor wajib melaporkannya dengan tertulis kepada Perencana untuk
dibuatkan putusannya. Kontraktor tidak diperkenankan mengambil
keputusan sendiri.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
65
C. SETTING OUT
(1) Lokasi proyek ini telah disurvey/diukur oleh pihak Pemilik Proyek dengan
hasil sebagaimana tertera dalam gambar Rencana yang diberikan kepada
Kontraktor pada saat pemberian surat Perintah Kerja.
(3) Kontraktor wajib memberi report tertulis tentang hasil survey ulang yang
dilakukannya.
Bila terjadi perbedaan-perbedaan, maka semua perbedaan tadi wajib
dilaporkan kepada Engineer untuk menentukan langkah selanjutnya, sedang
peng-koreksian gambar pengukuran harus dilakukan oleh kontraktor dengan
diperiksa dan disetujui Engineer.
(4) Sebagai patokan dasar dari ketinggian lantai bangunan, maka peil Arsitektur
lantai dasar ditentukan ketinggiannya adalah ± 0.00 cm dari tanah dasar.
(5) Posisi, ketinggian, dan letak bangunan harus sesuai dengan gambar rencana,
dengan tidak ada bagian yang menyimpang dari posisi dan poros-poros
bangunan.
(6) Kontraktor bertanggung jawab atas ketepatan ukuran tersebut dan selalu
harus berkonsultasi dengan Engineer untuk mendapatkan persetujuannya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
66
D. L I NGK UP P EK E RJ AAN
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
67
DAN PENGUNCI
XXI. PEKERJAAN ATAP
XXII. PEKERJAAN PLAFOND
XXIII. PEKERJAAN PENGECATAN
XXIV. MEKANIKAL & ELEKTRIKAL
XXV. PEKERJAAN SANITARY
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
68
E . U RAI AN / PE NJE L ASAN P E K E RJAAN
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
69
VI.PENGGALIAN PONDASI & URUGAN
PENGGALIAN PONDASI
Sebelum Pekerjaan galian dilakukan, seluruh areal yang akan dipakai untuk
tempat kerja harus dibersihkan dari pohon, tanggul kayu, semak, bekas-bekas
bangunan, dan benda-benda yang tidak diperlukan sebelum memulai pekerjaan.
(2) Penggalian harus dilakukan dengan teliti sesuai gambar dan syarat-syarat
yang sudah ditentukan, baik mengenai kedalaman atau pun dimensinya
harus sesuai dengan gambar rencana yang disetujui Engineer. Lubang galian
harus digali dengan kemiringan yang seperlunya untuk keperluan stabilitas
lereng galian, atau ditentukan lain oleh Engineer.
(3) Penggalian pada kedalaman dibawah muka air tanah, harus dilakukan
dengan bantuan turap-turap kayu atau besi untuk menjaga kemungkinan
longsornya dinding galian. Harga satuan untuk penggalian jenis ini harus
sudah termasuk semua material, upah, dan semua biaya untuk penurapan,
pompa dll.
(4) Semua ukuran-ukuran dan dasar galian harus diselesaikan dengan teliti
hingga mencapai ukuran-ukuran, ketinggian-ketinggian, dan kemiringan-
kemiringan yang direncanakan.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
70
(5) Permukaan dasar galian pondasi harus bersih dan bebas dari material-
material yang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah dalam
mendukung beban yang direncanakan. Kondisi dari dasar galian ini, bila
dianggap perlu harus diperiksa oleh Engineer.
(7) Bila kondisi tanah pada kedalaman rencana ternyata tidak baik dari segi
daya dukung tanah, Engineer dapat memerintahkan penggalian diteruskan
atau memperbaiki kondisi tanah tadi dengan batu pecah atau lapisan koral
tebal 15 cm yang dipadatkan dengan baik.
URUGAN
(2) Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, urugan kembali dari galian pondasi
baru dapat dimulai paling cepat 48 jam setelah pembongkaran bekisting
beton pondasi selesai dilakukan.
(3) Material untuk urugan kembali bekas galian pondasi harus bermutu baik
untuk bahan urugan, yang didapat dari bekas galian itu sendiri ataupun
mendatangkan dari tempat lain yang kesemuanya harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Engineer. Urugan harus dilakukan dengan
lapis demi lapis yang dipadatkan dengan baik, dan tebal lapisan maximum
30 cm. Pemadatan harus dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanis
yang disetujui Engineer, dengan pemadatan minimumnya mencapai nilai 90
% standart proctor.
(4) Kontraktor harus memperhatikan secara benar peil rencana urugan sesuai
dengan gambar rencana.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
71
VII.PEMADATAN
(1) Material yang dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai bahan urugan,
harus segera dibuang ke luar sesuai pengarahan Engineer.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
72
IX.PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON
Pasal 1
STANDARDS
Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga
pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam SK-SNI T-
15-1991-03, terkecuali bila dinyatakan atau diinstruksikan lain oleh Engineer. Bila
terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam Peraturan tadi, maka ketentuan-
ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih dahulu memberitahukan dan
memintakan ijin dari Engineer. Adapun ketentuan-ketentuan tadi adalah sebagai
berikut :
ASTM C 150 Portland Cement
ASTM C 33 Concrete Agregates
ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete
ASTM A 615 Deformad and Plain Reinforcing Bars for Concrete
Reinforcement
ASTM A 185 Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement
Pasal 2
SEMEN
(1) Kecuali ditentukan lain oleh Engineer, semen yang digunakan adalah semen
Type I sesuai ASTM C 150, dan segala sesuatunya harus mengikuti
ketentuan SK-SNI T-15-1991-03. Semen yang digunakan harus merupakan
produk dari satu pabrik yang telah mendapat persetujuan Engineer terlebih
dahulu.
(3) Engineer berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada
setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima
atau tidak semen-semen tersebut.
(5) Semen dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari
dua meter. Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa
sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya.
Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis sesuai dengan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
73
penerimaan. Kantung-kantung semen yang kosong harus segera dikeluarkan
dari lapangan.
(6) Kontraktor harus mengambil pengelola gudang yang cakap, yang mengawasi
gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari
penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
Tindasan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Engineer bila
dikehendaki, yaitu jumlah semen yang digunakan selama hari itu ditiap
bagian kerja.
Pasal 3
AIR UNTUK ADUKAN
(1) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pemasangan dan
grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar
yang bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti
minyak, alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau), Kadar Silt (lanau)
yang terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan
beratnya. Kadar sulfat maximum yang diperkenankan adalah 0.5 % atau
5 gr/lt, sedangkan kadar chloor maximum 1,5 % atau 15 gr/lt.
(2) Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air
yang berlumpur. Tempat pengambilan harus dapat menjaga kemungkinan
terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi. Sedikitnya harus
ada jarak vertikal 0.5 meter dari permukaan atas air kesisi tempat
pengambilan tadi.
(3) Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan
aquadest dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari
suatu sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidakpastian dalam
mutu beton walaupun telah digunakan semen yang sama telah disetujui;
maka air dari sumber tadi tidak dapat dipakai bila hasil perbandingan test
tadi menunjukkan harga-harga yang berbeda lebih kecil dari 10 persen. Test
tadi dapat dibandingkan dari mutu kekuatan, dan juga dari waktu
pengerasannya. Dallam keadaan ditolak ini, Pemborong diwajibkan mencari
sumber lain yang lebih baik dan dapat diterima dan disetujui Engineer.
Pasal 4
AGREGAT HALUS (PASIR)
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
74
(2) Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus
disediakan oleh Kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau tempat lain
sumber alam yang disetujui. Jika pasir alam didapat dari sumber-sumber
yang tidak dimiliki atau tidak dikuasai Kontraktor, Kontraktor harus
mengadakan persetujuan yang perlu dengan pemiliknya dan harus membayar
semua sewa atau lain-lain biaya yang bersangkutan dengan hal tersebut.
(4) Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir
hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat
gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang
merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak
terselaput oleh material lain.
(5) Pasir yang ditolak oleh Engineer, harus segera disingkirkan dari lapangan
kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting,
pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Engineer
mengenai mutu dan jumlahnya.
(6) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkali,
bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat
subtansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5 %.
(7) Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan
persyaratan pada SK-SNI T-15-1991-03.
Pasal 5
AGREGAT KASAR (KORAL)
(1) Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau
campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air
yang merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat,
tidak porous, dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral
harus dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang
dikehendaki, mempunyai modulus kehalusan butir antara 6 sampai 7.5 atau
bila diselidiki dengan saringan standart harus sesuai dengan SK-SNI T-15-
1991-03 dan material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus
disingkirkan.
(2) Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum
mendapat persetujuan dari Engineer baik mengenai mutu ataupun
jumlahnya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
75
(3) Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk
adukan, baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu
beton yang direncanakan, memberikan kepadatan maximum, baik
workability-nya, dan memberikan kondisi watercement ratio yang minimum.
Pasal 6
BAHAN PENCAMPUR (ADMIXTURES)
(1) Penggunaan bahan admixture harus dengan harus dengan ijin tertulis dari
Engineer, dan admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari
adukan beton yang dibuat.
Pasal 7
BAJA TULANGAN
(2) Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
- Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak
bercacat seperti retak dll.
- Untuk mutu U-39 harus digunakan profil baja tulangan deformed
(deformed-bar).
(3) Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu beton baja yang akan dipakai
sesuai dengan petunjuk dari Engineer. Batang percobaan diambil dengan
disaksikan Engineer sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis
baik mutu maupun pengiriman massal atau bilamana terjadi keraguan
terhadap mutu baja yang dikirim ke proyek. Semua biaya-biaya percobaan
tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Sedangkan
panjang setiap benda uji adalah 100 cm.
Pasal 8
TRANSPORTASI DAN PENIMBUNAN MATERIAL
(2) Segera setelah tiba dilapangan, semen harus disimpan dalam tempat
penyimpanan yang kering, terlindung, bebas pengaruh cuaca, mempunyai
ventilasi baik. Lantai tempat penimbunan sedikitnya harus berada 50 cm
diatas tanah. Semua kelengkapan dari tempat penyimpanan harus mendapat
persetujuan Engineer dan memungkinkan dilakukannya pemeriksaan dengan
mudah.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
76
(3) Semen dengan type dan asal yang berbeda harus disimpan pada tempat yang
berbeda pula. Semen dalam kantung-kantung harus ditumpuk dengan tinggi
tumpukan tidak lebih dari 13 kantung untuk periode sampai dengan 30 hari,
atau tinggi tumpukan maximumnya 7 untuk periode-periode yang lebih
panjang. Semen harus secepatnya digunakan segera setelah tiba dilapangan
dan pengambilannya dari tempat penyimpanannya harus berurutan hingga
dapat dihindari tersimpannya semen secara lama. Semen yang sudah rusak
atau terkena lembab harus dengan segera disingkirkan dari lapangan.
(5) Agregat yang telah tercemar ataupun berubah gradasinya akibat transportasi,
harus disingkirkan dan diganti dengan material yang lebih baik atas biaya
kontraktor.
(6) Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarinya
baja tulangan mengenai tanah. Bila baja tulangan telah mengalami
kemunduran dalam mutu akibat dari karat ataupun hal-hal lain akibat
transportasi atau penyimpanan, maka baja tadi tidak dapat digunakan.
Batang baja dengan mutu dan ukuran yang berbeda harus disimpan secara
terpisah dan diberi label tentang mutunya dari test pabrik.
Pasal 9
PERBANDINGAN ADUKAN
(1) Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang di
buatnya, dan harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan
hasil sesuai yang diminta dalam spesifikasi.
(3) Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak Engineer
puas dengan kenyataan bahwa material dan prosedur yang digunakan akan
menghasilkan beton dangan kekuatan dan kondisi sesuai dengan spesifikasi
yang diminta. Kekuatan dari beton yang disyaratkan harus dibuktikan
dengan mengambil kubus test untuk ditest di laboratorium; yang
kesemuanya harus memenuhi ketentuan-ketentuan dalam SK-SNI T-15-
1991-03. Tidak satupun komposisi adukan beton yang dapat digunakan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
77
dalam pekerjaan sebelum mendapat persetujuan dari Engineer. Untuk
selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan harus berdasar pada
hasil adukan percobaan yang telah disetujui.
(4) Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanaan pekerjaan oleh
Engineer dengan berdasar pada hasil test pada agregat dan test beton yang
sudah selesai dikerjakan.
(6) Pada penggunaan adukan beton “ready mix”, Kontraktor harus mendapat ijin
lebih dahulu dari Engineer, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama
dan alamat supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini Kontraktor
tetap bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disupply benar-benar
memenuhi syarat-syarat dalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas
dan kualitas yang kontinu pada setiap pengiriman. Segala test kubus yang
harus dilakukan dilapangan harus tetap dijalankan, dan Engineer akan
menolak supply beton ready mix bilamana diragukan kualitasnya. Semua
resiko dan biaya sebagai akibat dari hal tersebut di atas, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab kontraktor.
Pasal 10
TESTING
(1) Testing mutu beton harus dilakukan Kontraktor dengan diawasi Engineer.
Kontraktor harus menyiapkan segalanya agar semua proses pengawasan dan
pengambilan sample dapat diawasi Engineer dengan mudah dan dapat
diawasi dengan baik dan mudah didekati selama periode proyek.
Pengambilan sample harus sesuai dan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam
SK-SNI T-15-1991-03. Benda uji yang dipergunakan harus berupa kubus 15
x 15 x 15 cm3, dimana cetakan untuk benda uji ini harus terbuat dari besi
sehingga bisa didapat benda uji yang sempurna.
(2) Evaluasi dari kualitas beton akan dilakukan oleh Engineer untuk dapat
dinyatakan suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi Spesifikasi,
dan juga untuk menolak pekerjaan beton yang sudah dilakukan, dan
termasuk menentukan perlu atau tidaknya merubah komposisi adukan beton.
(3) Pengujian beton yang dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing
test) dan slump test. Kesemua test ini harus mengikuti ketentuan dalam SK-
SNI T-15-1991-03. Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan
kubus test, selain mengikuti ketentuan-ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-
03, juga harus dilakukan bilamana ditentukan oleh Engineer demi
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
78
pertimbangan kondisi pelaksanaan. Semua hasil pemeriksaan kubus
(crushing test) harus sesegera mungkin disampaikan kepada Engineer.
(4) Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran,
dan dilakukan sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
Toleransi dalam kekentalan adukan harus dalam batas-batas sebagai berikut
: 10 mm untuk nilai Slump yang ditentukan kurang dari 80 mm
5 mm untuk nilai Slump yang ditentukan 80 mm atau lebih
Nilai Slump yang disebutkan dalam 10.(4) harus dicapai dalam pelaksanaan
sesungguhnya di pelaksanaan pengecoran.
(5) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu
yang disyaratkan, maka Engineer berhak untuk memerintahkan hal-hal
sebagai berikut :
a. Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.
b. Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton.
c. Non-destructive testing.
d. Core drilling.
e. Test-test lain yang dianggap relevan dengan masalahnya.
Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam
SK-SNI T-15-1991-03 harus tetap diikuti.
(6) Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas,
dan ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi,
maka Engineer berhak memerintahkan pembongkaran beton yang dinyatakan
tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.
Pasal 11
PENGADUKAN
(2) Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai
kapasitas minimum 0.2 m3 dengan waktu tidak kurang dari 1 ½ menit
setelah semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air
yang dapat dimasukkan sebagian lebih dahulu. Engineer berhak untuk
memerintahkan memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil
adukan yang ada gagal menunjukkan beton yang homogen seluruhnya, dan
kekentalannya tidak merata. Adukan beton yang dihasilkan dari proses
pengadukan tadi harus mempunyai komposisi dan kekentalan yang merata
untuk keseluruhannya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
79
(3) Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu
pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses
pengeluaraan dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur.
Penambahan air yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga
kekentalan yang disyaratkan, tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang
menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, harus segera diperbaiki atau
diganti dengan yang baik lainnya. Pada alat pengaduk yang ditempatkan
secara sentral, atau pada mixing plants, Kontraktor harus menyediakan
sarana agar proses pengadukan dapat diawasi dengan baik dari tempat yang
tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan pengadukan. Alat pengaduk tidak
boleh digunakan untuk mengaduk adukan dengan volume yang melebihi
kapasitasnya, kecuali diinstruksikan Engineer.
(4) Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data
dari pabriknya yang menunjukkan :
a. Gross volume dari ruang pengaduk.
b. Maximum kecepatan pengadukan.
c. Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data-
data tentang ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.
(5) Alat pengaduk (beton molen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum
diisi bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih
setelah selesai mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan
yang pertama pada suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah
bersih, pengadukan yang pertama harus mengandung koral dengan jumlah
perbandingan separuh dari jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga
adanya material halus dan semen yang tertinggal melekat pada bagian dalam
beton mollen. Juga lama pengadukan dengan kondisi pertama ini harus
dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih lama dari waktu pengadukan
normal.
Pasal 12
TRANSPORTASI
(1) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat
pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodenya harus
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
80
mendapat persetujuan Engineer terlebih dahulu. Methode yang dipakai harus
menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton
(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya, dan harus dapat menjaga
tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur
ataupun berubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus
segera dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan
tujuan akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut; serta pula
penuangan adukan tidak boleh dengan menjatuh bebaskan adukan dengan
tinggi jetuh lebih dari satu meter.
(2) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari
metal, permukaannya halus dan kedap air.
(3) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-
benar merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang
diambil pada saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati
batas-batas toleransi yang ditentukan pada pasal 10.(4)
Pasal 13
PENGECORAN
(1) Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam
dari bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari
segala macam kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja
tulangan dan bagian dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.
(2) Juga air tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan
harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton
dicor, harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan
metode lain yang disetujui Engineer, untuk mencegah jangan sampai beton
yang baru dicor menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.
(3) Pengecoran tidak boleh dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton
dicor, kondisi permukaan beton yang berbatasan dengandaerah yang akan
dicor, dan juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh
Engineer. Setelah diperiksa dan disetujui Engineer, maka pekerjaan yang
dapat dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai
selesainya pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui; terkecuali
dengan seijin Engineer.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
81
(5) Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari
pekerjaan beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Engineer atau wakil
dari Engineer (inspector).
(7) Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak
diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi
belum dicorkan, harus segera dibuang.
(9) Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal
pelaksanaan suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus,
Kontraktor harus segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai
suatu batas tertentu dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton
masih dalam keadaan plastis. Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan
bersih dan harus dijaga agar berada dalam keadaan lembab sebagaimana
juga pada kondisi untuk construction joint, sebelum nantinya dituangkan
adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan pekerjaan pengecoran yang
lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus ditangguhkan sampai suatu
keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai mengeras yang ditentukan
oleh pihak Engineer.
(10) Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau
terganggu akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin
mengganggu beton yang sudah dicorkan harus ditanggulangi sampai suatu
batas waktu yang disetujui Engineer terhitung mulai pengecorannya. Tidak
sekalipun diperkenankan melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca
yang tidak baik untuk proses pengerasan beton tanpa suatu upaya
perlindungan terhadap adukan beton, hal ini bisa dalam terjadi baik dalam
keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam keadaan hujan. Perlindungan
yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus mendapat persetujuan
Engineer.
Pasal 14
PEMADATAN DAN ADUKAN BETON
(1) Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maximum
sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul
antara celah-celah koral, gelembung udara, dan adukan tadi harus benar-
benar memenuhi ruang yang dicor dan menyelimuti seluruh benda yang
seharusnya tertanam dalam beton. Selama proses pengecoran, adukan beton
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
82
harus dipadatkan dengan menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan
pekerjaan pengecoran yang dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama
proses pemadatan harus diatur sedemikian rupa agar dicapai beton yang
bebas dari rongga, pemisahan unsur-unsur pembentuk beton.
(2) Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai
pengecoran dengan sedikitnya selama 2 (dua) hari. Pembasahan harus
dilakukan dengan menutup permukaan beton dengan kain atau material lain
yang basah agar tetap lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus
sama mutunya dengan air untuk bahan adukan beton.
Pasal 15
PERBAIKAN BETON
(1) Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa Engineer.
Bila dianggap oleh Engineer perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan
atau pembongkaran, maka langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas
beban biaya Kontraktor.
(2) Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-
benar ahli. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-
hal yang kurang baik pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan
finishing. Kecuali dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan
ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam semenjak pembukaan bekisting.
Tonjolan di permukaan beton harus dihilangkan.
(3) Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang
membahayakan dan permukaan cekung yang berlebihan, dapat
mengakibatkan perintah dibongkarnya beton tadi untuk kemudian dilakukan
pembersihan dan pengecoran ulang. Batas-batas daerah yang harus
dibongkar tadi akan ditentukan oleh pihak Engineer, begitu juga langkah
pengecoran dan material yang akan digunakan.
Pasal 16
JOINTS
(1) Lokasi dan type dari construction joints harus sesuai dengan pada gambar
rencana atau sebagaimana ditentukan Engineer. Penambahan construction
joint yang dikehendaki Kontraktor demi pertimbangan pelaksanaan, harus
mendapat persetujuan Engineer terlebih dahulu. Penentuan letak joint tadi
harus memperhatikan pola gaya-gaya yang bekerja ataupun untuk
menghindari terjadinya retak.
(2) Pengecoran beton harus dilakukan secara menerus tanpa berhenti. Bila
terjadi penghentian dalam pengecoran pada suatu lokasi dimana pada
pengecoran nantinya, beton baru tidak akan dapat tercampur dengan beton
lama, maka batas tadi harus diperlakukan seperti construction joints, dimana
permukaan construction joints harus dikasarkan, dibersihkan dengan air
hingga bersih.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
83
X.BEKISTING (ACUAN BETON)
Pasal 1
UMUM
Pasal 2
MATERIAL
(1) Material untuk bekisting dapat dibuat dari tripleks 9 mm, kayu, besi, atau
material lain yang disetujui oleh Engineer. Semua type material tadi bila
digunakan tetap harus memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kualitas
dan kekuatan, sehingga didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai
dimensi yang direncanakan.
Pasal 3
PELAKSANAAN
(1) Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam
adukan beton tidak hilang atau berkurang. Konstruksi bekisting harus cukup
kaku, dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk
mencegah terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan
gaya-gaya yang mungkin bekarja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan
antara bagian bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar
didapat bentuk dan kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus
dilakukan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan
horisontal dan vertikal. Semua bekisting harus direncanakan agar dalam
proses pembukaan tanpa memukul atau merusak beton. Untuk pengikatan
dalam beton harus menggunakan batang besi dan murnya.
(2) Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan
dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah
digunakan berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
84
Engineer, harus segera disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi
atau bilamana mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya.
(3) Semua pekerjaan sudut-sudut beton, bilamana tidak dinyatakan lain dalam
gambar harus ditakik 25 mm.
Pasal 4
PEMBASAHAN & MEMINYAKI BIDANG BEKISTING
(1) Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-
staining mineral oil dengan sepengetahuan Engineer. Pelumasan tadi harus
dilakukan dengan hati-hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar
pondasi dan juga pembesian.
(2) Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus
dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.
Pasal 5
PEMBONGKARAN BEKISTING
(1) Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Engineer, semua bekisting harus
disingkirkan dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak
terganggunya kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan
langkah perbaikan, bila perlu bekisting harus secepatnya dibongkar segera
setelah beton mempunyai kekerasan dan kekuatan seperlunya. Bekisting
untuk bagian atas dari bidang beton yang miring, harus segera dibongkar
setelah beton mempunyai kekakuan untuk mencegah berubahnya bentuk
permukaan beton. Bilamana diperlukan perbaikan pada bidang atas beton
yang miring, maka perbaikan tadi harus sesegera mungkin, dan dilanjutkan
dengan langkah-langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).
Untuk kondisi-kondisi dimana plat dan balok yang masih ada sistim lantai
diatasnya, maka pembukaan bekisting dan penyangganya harus dengan persetujuan
Engineer, dimana dalam hal ini segala kemungkinan beban yang akan bekerja serta
umur beton yang terbebani harus ditinjau dengan teliti.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
85
XI.PEKERJAAN BESI BETON
Pasal 1
UMUM
Pasal 2
PEMBERSIHAN
(1) Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari
karat, kotoran lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada
besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara
beton dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses
pengecoran beton.
Pasal 3
PEMBENGKOKAN
(1) Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi
sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh
Kontraktor dan disetujui Engineer. Semua proses pembengkokan harus
dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung
pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam SK-SNI
T-15-1991-03. Pembengkokan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan
apabila telah mendapat ijin dari Engineer.
Pasal 4
PELURUSAN
(1) Besi tulangan tidak boleh dibengkokan dengan cara yang dapat
menyebabkan kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang
tidak lurus atau dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan
dipakai.
Pasal 5
PEMASANGAN
(1) Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana,
dan harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
86
didudukkan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar
posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran.
Pengikat dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting
dalam hal beton yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan
didudukan pada blok beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang
mutunya sama dengan beton rencana dan bentuknya harus menjamin
didapatnya permukaan beton yang baik.
Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar tidak berubah
bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian tadi.
Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan
tidak diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton,
Kontraktor harus menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus
mengawasi dan memperbaiki pembesian dari kemungkinan tergeser atau
berubah bentuk karena hal-hal yang mungkin timbul; dan hal-hal tadi harus
cepat diperbaiki sebelum pengecoran mencapai daerah tersebut.
Pemasangan besi beton harus mengingat syarat jarak bersih antar tulangan,
atau antar tulangan dan angkur, atau antara benda-benda metal tertanam
sebagaimana yang ditentukan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
Pasal 6
SELIMUT BETON
(1) Besi beton harus dipasang dengan minimum selimut beton (concrete cover)
sebagaimana gambar rencana atau sebagaimana ditentukan Engineer.
Dalam segala hal tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 20
mm.
Pasal 7
SAMBUNGAN LEWATAN (SPLICING)
(1) Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana instruksi Engineer,
atau minimal mengikuti ketentuan dalam SK-SNI T-15-1991-03.
(2) Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain
dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh
Engineer. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi
tegangan yang maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya
bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered).
Bilamana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari
batang tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap
memperhatikan panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam
SK-SNI T-15-1991-03 terkecuali ditentukan lain.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
87
XII. PEKERJAAN PANCANG (BORE PILE)
TIANG BOR BETON COR LANGSUNG DITEMPAT (BORE PILE)
Pasal 1
Umum
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian
penetrometer untuk bahan dilapangan harus dilakukan selama penggalian
dan pada dasar tiang bor sesuai dengan yang diminta oleh Direksi
Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus selalu dilakukan pada tiang
bor pertama dari tiap kelompok
Pasal 2
Pengeboran Tiang Bor Beton
Sampai kedalaman 3 m dari permukaan beton yang dicor harus digetarkan dengan
alat penggetar. Sebelum pengecoran, semua bahan lepas yang terdapat lubang bor
harus dibersihkan. Air bekas pengeboran tidak diperbolehkan masuk kedalam lubang.
Sebelum pengecoran, semua air yang terdapat dalam lubang bor harus
dipompa keluar. Selubung (casing) harus digetarkan pada saat pencabutan
untuk menghindari menempelnya beton pada dinding casing. Pengecoran
beton dan pemasangan baja tulangan tidak diijinkan sebelum mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Pasal 3
Pengecoran Beton
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
88
pada beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air
tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.
Pasal 4
Pengecoran Beton di Bawah Air
Bilamana pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur, semua bahan lunak
dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah
disetujui harus digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipe yang diisi dari sebuah corong
diatasnya. Pipa harus diperpanjang sedikit dibawah permukaan beton baru
dalam tiang bor sampai diatas elevasi air/Lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi
lagi dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa
tremie harus kedap air, dan harus berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah
sumbat harus ditempatkan didepat beton yang dimasukkan pertama kali
dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton dan air.
Pasal 5
Penanganan Kepala Tiang Bor Beton
Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter diatas elevasi yang akan
dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian
puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang
cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur
diatasnya.
Pasal 6
Tiang Bor Beton yang Cacat
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga
dapat dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang
bor yang dibentuk sebelumnya. Tiang bor yang cacat dan diluar toleransi
harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.
2. L AT E RAL L OA D T E ST
Pas a l 1
P er s y ar ata n Umu m
• Kontraktor harus mensuplai semua material, buruh dan peralatan lain
yang dianggap penting untuk pelaksanaan, rekaman, dan pengukuran
dari test pembebanan dan penurunan yang terjadi.
• Test pembebanan yang dilaksanakan adalah untuk single pile
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
89
Pas a l 2
Sta ndar d L o ad T est
Beban percobaan lateral total harus sebesar 200% dari beban desain lateral dan
dilakukan sesuai standar ASTM D 3966-81 dengan cyclic loading.
Pas a l 3
P er al a tan un tuk P em be ba na n
Pas a l 4
P er al a tan unt uk P eng u kur an Se tt l e ment
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
90
dengan skala sepanjang garis beban yang diberikan. Regangkan kawat atau
material lain yang ekivalen, tegaklurus terhadap garis pemberian beban dan
melewati permukaan skala. Letakkan kawat tidak lebih dari 25 mm dari
muka skala dan penyokong, pasang alat yang cocok untuk menjaga
tegangan kawat sepanjang test sedemikian hingga jika kawat ditarik, kawat
akan kembali ke posisi semula. Jika skala dan kawat diletakkan pada pile
di sisi yang berlawanan terhadap titik pemberian beban, ruang yang cukup
bebas harus disediakan antara pile dan kawat untuk mengantisipasi
pergerakan lateral pile.
• Ke s e l uru ha n a la t -ala t t es t ha ru s di li ndun gi te rh a da p pe ru ba ha n
s u hu.
Pas a l 5
P ro s edu r P e mbe ba na n
Pembebanan lateral ini dilakukan dalam 4 cycles sesuai dengan standar ASTM D
3966-90.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
91
Pas a l 6
Pr os e dur P embac a an
Pas a l 7
K r it eri a F ai l ure
Tes dianggap telah mencapai failure apabila perpindahan maksimum lateral melebihi
12 mm pada beban maksimum sebesar dua kali beban desain.
Pas a l 8
K e gag al an Pe kerj aan
• Apabila terjadi kegagalan pada tiang pada saat tes dilakukan, penambahan
tiang pada lokasi yang berdekatan sebagaimana ditentukan oleh Engineer
harus dilakukan dan dites kembali jika dianggap penting oleh Engineer.
Dalam kasus ini, kontraktor harus melakukan pemasangan tiang lagi guna
memastikan keamanan struktur yang dilakukan dengan menggunakan
rejected piles. Semua jenis pekerjaan ini dilakukan dengan tanggungan
kontraktor.
• Apabila pekerjaan tes tiang gagal untuk mencapai beban kerja (full W.L),
maka 2 (dua) buah tes lebih lanjut harus dilakukan oleh Kontraktor dengan
tiang yang lain pada lokasi yang sama yang dipilih oleh Engineer, dengan
tanggungan Kontraktor.
Pas a l 9
P embe rs i ha n
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
92
3. T E S T I ANG DI NAM I K
Palu dan semua peralatan yang digunakan harus mampu memberikan gaya
yang cukup untuk melaksanakan tes uji beban ini tanpa mengakibatkan
kerusakan pada tiang bor.
Tes beban dinamik ini harus dilakukan pada waktu yang tepat dan telah
disetujui setelah instalasi tiang telah dilakukan. Waktu antara selesainya
instalasi dan pemancangan atau pengujian tiang normalnya harus lebih dari
12 jam. Untuk tiang bor yang dibuat di tempat, harus dijamin bahwa tiang
tidak mengalami kerusakan akibat tegangan pada saat pemancangan atau
pengujian dilakukan.
Integritas dan perkiraan kapasitas daya dukung tiang bor harus dievaluasi
dengan prosedur yang telah dikembangkan di Case Western Reserve
University, Ohio, USA.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
93
Kontraktor harus bekerjasama untuk menjamin bahwa jadual untuk
pelaksanaan uji tiang bor ini dapat diikuti/dilaksanakan dengan
menyediakan semua akses dan bantuan yang diperlukan sehingga
memungkinkan perusahaan pelaksana pengujian melaksanakan pekerjaan
ini.
Untuk tiang yang telah diuji, Engineer dapat memilih hasil rekaman
pengukuran lapangan yang akan dianalisis menggunakan program analisis
penjalaran gelombang tegangan CAPWAP atau yang serupa. Hasil analisis
harus mencakup tahanan static tiang bor baik friksi maupun ujung, perilaku
beban-penurunan dan integritas tiang.
XIII.PEKERJAAN RAILING
1. Lingkup Pekerjaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
94
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan,
peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat tercapai hasil
pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
2. Persyaratan Bahan
a. Tangga
- Terbuat dari bahan Stainless Steel (SS) H 950 mm &
(SS) H 840 mm dengan tebal 1.2 mm ex Hessel atau
produk setara & Finishing dipoles, dan disetujui oleh
Direksi Pengawas.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
95
jumlah, ukuran serta peralatan lain yang diperlukan/ digunakan
dalam pekerjaan ini.
Pasal 1
PENJELASAN & SPESIFIKASI UMUM
(1) Pekerjaan instalasi plumbing ini harus dilaksanakan oleh Instalatur Pipa
yang telah mempunyai surat pengakuan (P.A.S) golongan III dari PAM
setempat dan SIBP klas A dari Pemerintah Daerah.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
96
- A.V. 1941
- Peraturan/ persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja
Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik dimana mesin, peralatan dan
material tersebut dibuat.
- Peraturan/ persyaratan lainnya yang berlaku sah di Indonesia.
(3) Semua gambar-gambar kerja atau shop drawing yang dibuat oleh
Kontraktor/ Instalatur Plumbing maka sebelum dilaksanakan terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan Pengawas/ Contrustion Management.
Pasal 2
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
97
(2) Pekerjaan Air Kotor
Pasal 3
PENJELASAN PERSYARATAN TEKNIS UMUM
(2) Material
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
98
menjamin terhadap kualitas atau mutu barang sesuai dengan tujuan
spesifikasi.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
99
(7) Contoh-contoh Barang
(9) Pengamanan
(10) Koordinasi
Pasal 4
PENGECATAN DAN LABEL
(1) semua pipa-pipa yang tidak tertanam didalam tembok/ tanah harus diberi
tanda-tanda dengan mengecat pipa-pipa tersebut dengan warna 2 (dua) lapis
bahan anti karat dan tanda arah aliran warna akan ditentukan kemudian
(kecuali pipa PVC).
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
100
(2) Semua pipa-pipa yang akan ditanam didalam tanah harus dilapisi berturut-
turut lapisan aspal, lapisan goni dan lapisan aspal/ plinkote minyak.
(3) Pipa-pipa air yang tidak tertanam didalam bagian bangunan harus dicat
dengan lapisan cat dasar yang tahan karat dan kemudian difinish dengan cat
finish.
(4) Sebelum dilakukan pengecatan/ pelapisan dengan bahan anti karat, semua
bagian pipa harus dibersihkan dari kotoran, lemak dan karat dengan
menggunakan alat yang sesuai dengan untuk itu.
Pasal 5
PEMASANGAN INSTALASI PIPA AIR BERSIH
(1) Pemasangan instalasi air bersih harus dilaksanakan sesuai dengan ukuran
dan lokasi yang telah ditentukan didalam gambar kerja.
Pipa yang digunakan untuk keperluan ini adalah pipa GIP.medium class A.
(3) Pada setiap pipa penyatu yang disambungkan pada tiap-tiap fixtures atau
equipment harus dipasang valves sesuai dengan gambar. Semua valves
ukuran dia. < 2,5" digunakan screwed class 10 K, dan ukuran > 2,5"
digunakan flanged class 10 K.
Merk : Kitazawa, Toyo atau setaraf.
- 1 1/4"-Mak. 7 feet.
- 1,5" -Mak 9 feet.
- 2"- Mak. 10 feet.
- 3"- Mak. 12 feet.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
101
- 4"- Mak. 14 feet.
- 6"- Mak. 17 feet.
(6) Pemotongan pipa harus dilaksanakan dengan menggunakan gergaji atau pipa
cutter. Permukaan pipa bekas potongan harus diratakan sehingga mencapai
ukuran penampang aslinya, selanjutnya pipa tersebut harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran bekas gergaji atau perataan.
(7) Penempatan dari valves, clean out, accessories, equipment dan lain-lain
peralatan harus sedemikian rupa sehingga :
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
102
- Semua pekerjaan gantungan pipa-pipa diplat lantai harus seizin
pengawas dan kontraktor sipil.
- Pipa-pipa didalam shaft pipa harus diikat denga “U” klem terhadap
kanal yang ditempatkan pada jarak maksimum jauh 1,2 meter dengan
konstruksi klem seperti pada gambar.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
103
d. Sambungan las diperlukan untuk membantu pemasangan pada
tempat-tempat yang sulit dicapai sehingga segmen pipa tersebut harus
dirakit terlebih dahulu sebelum dipasang pada tempatnya. Segmen
pipa yang disambung dengan las harus dihubungkan dengan segmen
lainnya menggunakan flange.
h. Sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh lebih besar sudut
maksimum yang ditentukan oleh pabrik pipa yang bersangkutan
(maksimum deflection allowed).
(11) Fitting
b. Flange
Jenis : Forged Steel Flange
Kelas : 150 psi
c. Flange bolt
Jenis : Commercial Bolt
Pasal 6
PERSYARATAN PERALATAN BANTU
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
104
(2) Katup Searah
Jenis : Swing “Y” pattern bronze
Arah aliran: Horizontal atau vertikal bergantung posisi pipa
Kelas : 150 psi
Katup searah harus type anti water hummer.
(6) Strainer
Jenis : “Y” pattern bronze
Screen : Stainless steel
Kelas : 150 psi
Merk : Kitazawa, Toyo atau setaraf.
(10) Thermometer
Jenis : Mercury expansion
Mounting: Pipa
Range : 10 - 40 centrigrade
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
105
Kelengkapan: - Thermometer well
: - Bronze glass guard
Pasal 7
PENGETESAN/ PENGUJIAN SISTIM PEMIPAAN AIR BERSIH
e. Pengujian dilakukan pada pipa utama sebelum pipa tersebut ditanam dalam
tanah atau didalam bagian bangunan.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
106
Pasal 8.
(1) Semua alat penggantungan harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak
merusakkan pipa-pipa, isolasi dan cukup kuat sehingga tidak menyebabkan
turunnya pipa-pipa yang terpasang.
(2) Semua pipa harus digantung pada struktur bangunan dan tidak
diperkenankan meletakkan pipa-pipa tersebut pada rangka langit-langit.
Konstruksi dan jarak penggantung sesuai dengan ketentuan pada instalasi
pipa air bersih.
(3) Untuk pipa-pipa horizontal dipasang miring ke atas mengikuti arah aliran,
kemiringan pipa dari 1 : 200 s/d 1 : 300.
(5) Apabila terdapat segmen pemipaan yang ternyata menghalangi jalur instalasi
lain maka perbaikan-perbaikan atau pembongkaran dilaksanakan atas biaya
pemborong sendiri.
(6) Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting pembantu (elbow,
bend), begitu pula dengan percabangan harus menggunakan Tee atau Cross
Tee sesuai dengan kebutuhan, membengkokkan pipa tidak diperkenankan.
(7) Bila ada perubahan design atas permintaan owner, kontraktor harus
membuat shop srawing dengan persetujuan pemilik proyek.
Pasal 9
FITTING
(1) Double nepple, elbow, bend, tee, reduct, socket dan lainnya, dengan jenis
material yang sama.
Kelas atau type dari fitting harus equivalent dengan type dari pipa
tembaganya.
Pasal 10
PEMASANGAN INSTALASI PIPA AIR KOTOR & AIR BEKAS
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
107
- Pembuatan bak kontrol (inspection chamber) untuk waste dan soil.
a. Pemasangan instalasi pipa air kotor dan air bekas harus dilaksanakan
sesuai dengan ukuran dan lokasi yang telah ditentukan didalam
gambar kerja.
Pipa yang digunakan harus dari jenis poly vinyl chloride (P.V.C)
klas/ kualitas terbaik (clase A.W.) tidak rapuh, merk : WAVIN atau
setaraf (SII Standard), khusus pipa menyeberangi jalan atau parkir
harus dilindungi pipa Galvanized Steel Pipe (GSP). Untuk vent dan
semua fittingnya menggunakan pipa PVC dengan bentuk sambungan
monolit (solit), sambungan dengan las tidak dibenarkan untuk
dipakai.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
108
- Pipa-pipa dan fitting harus dipasang sedemikian rupa sehingga
tidak menimbulkan kebocoran, rembesan atau retakan-retakan
pada sambungannya.
- Pipa vertikal utama dari instalasi air kotor dan air bekas
dengan ukuran yang sama, diteruskan ke atap sebagai vent
yang dengan pipa-pipa vent vertikal lainnya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
109
i. Perlindungan/ proteksi sesuai dengan cara sebelumnya.
j. Semua pipa dan fitting yang dipakai dalam pekerjaan ini harus dari
satu merk dan mengikuti standard yang sama.
k. Fittings terbuat dari bahan yang sama dengan jenis bahan pipa dan
merupakan cetakan pabrik.
l. Semua pipa tegak harus dijangkar kuat pada tiap jarak 2,5 m
maksimum. Untuk pipa mendatar harus ditumpu/ digantung kuat pada
jarak maksimum 2 m.
o. Pipa vent tegak yang keluar dari permukaan tanah harus mempunyai
ketinggian 2,5 m dan diujung pipa tersebut dipasang Tee.
p. Pengujian dari seluruh sistim pemipaan air kotor/ bekas ini dilakukan
setelah pemasangan selesai dan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
CM/ Perencana.
t. Pada bagian bawah dari pipa tegak ke pipa datar harus diberi
penumpu/ support dan pipa datar lainnya diberi penggantung.
Pasal 11
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
110
(2) Sambungan harus mampu menahan tekanan air kotor sebesar tinggi kolom
air dari pipa terendam sampai ke titik ujung atap pipa vent stack.
(3) Sambungan antara pipa dan arah yang berbeda harus menggunakan “Long
Radius Elbow” dan/ atau combination WYE.
(4) Fitting yang digunakan harus dari jenis “Injection moulded fitting”, fitting
dari jenis welded fitting tidak diperkenankan untuk dipakai.
Pasal 12
(1) Semua lubang keluar/ pembuangan harus ditutup rapat dengan menggunakan
plastik yang khusus untuk itu.
(2) Seluruh sistem pemipaan diisi dengan air sampai ke lubang pipa vent yang
tertinggi.
(3) Bila selama 60 menit penurunan permukaan air tidak lebih dari 10 cm,
pengujian dinyatakan berhasil.
(4) Bila penurunan permukaan air melebihi batas yang telah ditentukan maka Kontraktor
harus segera memperbaiki dan pengujian harus diulang kembali.
Pasal 13
- Seluruh bak kontrol untuk air hujan tidak termasuk dalam skope ini
(masuk pekerjaan sipil/ arsitektur).
(2) Pipa yang digunakan harus PVC pipe dari clase AW dengan solvent cement.
Merk : Ruchika, Wavin, Pralon atau setaraf.
Roof drain ttype cast iron drain.
(3) Untuk pipa-pipa horizontal, kemiringan pipa harus sesuai dengan gambar
dan keadaan setempat.
Pengetesan kebocoran dilakukan sesuai dengan diatas.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
111
Pasal 14
GROUND RESERVOIR
Reservoir bawah dengan kapasitas 18.2 m 3 , terbuat dari beton bertulang kedap air,
dengan perlengkapan pipa pengisi lengkap dengan float kontrol, pipa vent peluap,
pipa keluar dari jenis GIP, manhole, float valve dari stainless steel, tangga
pengontrol, elektroda water level kontrol.
Reservoir harus diuji terhadap kemungkinan kebocoran. Semua peralatan harus
dapat berfungsi dengan baik.
Pasal 15
PETUNJUK KERJA DAN PETUNJUK PEMELIHARAAN INSTALASI
(1) Setelah selesai pemasangan seluruh instalasi dan setelah selesai pelaksanaan
pengujian, Kontraktor harus menempatkan tenaga terdidik dan ahli dalam
mengoperasikan serta memelihara seluruh sistim perlengkapan instalasi
yang dilaksanakan.
(4) Kontraktor harus menyerahkan 4 (empat) set buku petunjuk kerja sistim
instalasi san petunjuk pemeliharaan kepada CM. Brosur-brosur yang
dikeluarkan pabrik pembuat peralatan tidak dapat dianggap sebagai petunjuk
kerja dan petunjuk pemeliharaan, tetapi dapat dilampirkan hanya sebagai
pelengkap.
(5) Buku petunjuk sistim kerja instalasi dan petunjuk pemeliharaan harus
disusun sedemikian, sehingga mudah dipelajari dan bersampul kertas tebal
dengan muka depan tertulis dengan jelas jenis instalasi yang bersangkutan
dan tertulis dalam Bahasa Indonesia.
Buku tersebut harus memuat :
- Uraian secara umum dari sistem dan peralatan instalasi Plumbing
secara keseluruhan.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
112
- Tebal peralatan yang memuat macam dan jumlah mesin/ peralatan
lokasi, pabrik asal, tipe, tahun pembuatan, nama dan alamat
perusahaan yang menjadi agen di Indonesia.
Pasal 16
PENGUJIAN INSTALASI, RUNNING TEST DAN COMMISSIONING
(1) Semua pekerjaan yang dilaksanakan harus diuji, sehingga dapat dijamin
bahwa pekerjaan tersebut dapat bekerja dengan baik, untuk waktu jangka
panjang.
(2) Tata cara pengujian dan pelaksanaan pengujian harus dilakukan dibawah
pengawasan CM.
(4) Kontraktor harus menanggung biaya untuk pemeriksaan dan pemberian izin
dari instansi yang berwenang, bila diperlukan.
(6) Harus dilakukan oleh tenaga ahli dari penjual mesin/peralatan tersebut yang
mana telah mendapat pendidikan khusus untuk itu dari pabrik pembuat
mesin tersebut.
(7) Harus disaksikan oleh Pemberi Tugas, CM/ Team Pengawas dan badan lain
yang berwenang.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
113
XV.PEKERJAAN DINDING
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan bahan
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
114
(2) Pekerjaan Plesteran Dinding
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
115
f. Bahan harus disimpan ditempat yang kering, berventilasi baik,
terlindung bersih. Tempat penyimpanan bahan harus cukup
menampung kebutuhan bahan, dilindungi sesuai dengan
jenisnya seperti yang disyaratkan dari pabrik.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
116
XVI.PEKERJAAN LANTAI
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan bahan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
117
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
118
m. Keramik yang terpasang harus dihindarkan dari pengaruh
pekerjaan lain selama 3 x 24 jam dan dilindungi dari
kemungkinan cacat pada permukaan lantai.
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
119
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
120
XVII.PEKERJAAN KAYU KOSEN, PINTU & JENDELA
1. Lingkup Pekerjaan
b. Persyaratan Bahan
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
121
hingga terjamin kekuatannya untuk bidang-bidang tampak
tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas penyetelan.
d. Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-
siku satu sama lain sisi-sisinya dan dilapangan sudah dalam
keadaan siap untuk penyetelan/pemasangan, kecuali bila
ditentukan lain.
1. Lingkup Pekerjaan
a. Lingkup pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang
digunakan dalam pelaksanaan, hingga dicapai hasil pekerjaan
yang bermutu baik dan sempurna.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
122
2. Persyaratan Bahan
Bahan Panel
Untuk panel digunakan bahan kaca yang memenuhi persyaratan
dalam PUBI 82 pasal 63 dan SII 0819-78. Digunakan kaca rayband
tebal 5 mm.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
(4) Pekerjaan Daun Pintu Double Teakwood Bagian Dalam Lapis aluminium
Seng
1. Lingkup Pekerjaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
123
2. Persyaratan Bahan
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
124
c. Harus diperhatikan semua sambungan siku untuk rangka kayu
agar tetap terjamin kekuatannya dengan memperhatikan
kerapihan, tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat bekas
penyetelan.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
125
XVIII.PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
1. Semua hardware dalam pekerjaan ini, dari produk yang bermutu baik,
seragam dalam pemilihan warnanya serta dari bahan-bahan yang telah
disetujui Direksi Pengawas.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
126
d. Lock set, Handle dan Back Plate
- Pada seluruh daun pintu panel kayu, daun pintu double
teak Teakwood dan daun pintu glasal, digunakan kunci
pintu merk Schlage type/serie A dan B dengan material
finish satin stainless steel atau satin chromium.
- Knob handle untuk kunci-kunci pintu type/serie A dan
D adalah Orbit.
3. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 20 cm (as) dari sisi atas pintu
kebawah. Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 32 cm (as) dari
permukaan lantai keatas.
Engsel tengah dipasang ditengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
127
XIX.PEKERJAAN ATAP
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
128
b. Pemeriksaan pekerjaan dibengkel dapat dilakukan bila
dikehendaki sewaktu-waktu oleh Direksi Pengawas dan tidak
ada pekerjaan yang dikirim ke lapangan sebelum diperiksa dan
disetujui Direksi Pengawas.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
129
B.PEKERJAAN PENUTUP ATAP
1.Lingkup Pekerjaan
2.Persyaratan Bahan
Semua persyaratan pelaksanaan dan mutu beton untuk atap dak sepeti
tercantum balam bab pekerjaan beton.
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan,
contoh-contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang
akan digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan
persetujuan konsultan perencana dan konsultan pengawas.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
130
d. Warna sesuai persetujuan perencana dan konsultan pengawas.
3. Persyaratan Pelaksanaan
XX.PEKERJAAN PLAFOND
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
131
4. Persyaratan Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
132
XXI.PEKERJAAN PENGECATAN
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan Bahan
d. Cat dasar
- Digunakan jenis alkali Pimer (untuk dinding/beton
bagian dalam)
- Digunakan jenis Sealer (untuk dinding/beton bagian
luar)
- Lapisan cat dasar dilakukan minimal 1 lapis sampai rata
dan sama tebalnya.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
133
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Lingkup Pekerjaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
134
2. Persyaratan Bahan
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
135
f. Bidang permukaan pengecatan dibersihkan dari debu, serbuk
gergaji, benar-benar bebas dari minyak, dan sebagainya serta
kering betul.
XXI.MEKANIKAL ELEKTRIKAL
Pasal 1
INSTALASI LISTRIK
(1) Pekerjaan instalasi listrik ini harus dilaksanakan oleh Instalatur Listrik
yang telah mempunyai Surat Pengakuan (PAS) golongan C dari PLN
setempat dan SIPP kelas A dari pemerintah setempat.
(2) Gambar spesifikasi dan risalah aanwijzing merupakan suatu kesatuan yang
saling mengikat dan melengkapi. Kontraktor harus menjalin hubungan
yang baik dengan kontraktor lain dalam pekerjaan ini, sehingga secara
bersama-sama menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan jadwal dan
spesifikasi yang ditentukan.
(3) Pada dasarnya untuk pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik ini, disamping
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat ini, berlaku :
- A.V. 1941
-Puil 1987
-AVE/VDE.
- Peraturan/persyaratan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan
Kerja Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Dinas Keselamatan Kerja
Pemerintah Daerah setempat.
- Ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik dimana mesin, peralatan dan
material tersebut dibuat.
- Peraturan/persyaratan lainnya yang berlaku sah di Indonesia
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
136
(4) Semua gambar-gambar kerja atau shop drawing yang dibuat oleh
Kontraktor/ Instalatur listrik maka sebelum dilaksanakan terlebih dahulu
harus mendapat persetujuan Pengawas/ Direksi Lapangan.
(7) Semua instalasi peralatan dan mesin yang telah dipasang sebelum
diserahkan harus dites mengenai kemampuan bekerjanya , sesuai dengan
ketentuan yang dipersyaratkan.
(9) Bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud dalam
spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan baru. Pekerjaan harus
dilakukan oleh tenaga ahli.
(10) Pengawas
Kontraktor wajib bertanggung jawab atas semua pekerjaannya. Kontraktor
wajib menempatkan pengawas untuk mengawasi pekerjaannya sendiri.
Penanggung jawab pelaksana pekerjaan harus selalu berada di tempat
pekerjaan dan dapat mengambil keputusan demi kelancaran pekerjaan.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
137
1.2. Persyaratan Teknik Khusus Sistem Elektrikal.
1.2.1. Umum
a. Lingkup Pekerjaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
138
Konduktor yang dipakai dari type :
- Untuk
instalasi penerangan adalah NYM/NYA denganconduit PVC.
- Untuk
kabel distribusi adalah NYY
Semua kabel harus berada dalam conduit UPVC High Impact yang
disesuaikan ukurannya, semua kabel pada rak kabel harus diklem.
b. Splice/ Pencabangan
Tidak diperkenankan adanya splice baik dalam feeder maupun
cabang, kecuali pada outlet yang bisa dicapai.Sambungan kabel
circuit cabang harus di buat secara mekanis dan harus teguh secara
electric.
Semua sambungan kabel baik dalam junction box, panel atau tempat
lain harus mempergunakan connector yang terbuat dari tembaga
yang diisolasi porselen, bakelite atau PVC.
c.Bahan isolasi
Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain-lain seperti
karet, PVC, asbes, gelas, tape sintetis, resin splice case, composition
dan lain-lain harus dari type yang disetujui.
d. Penyambungan kabel
- Semua penyambungan kabel dilakukan dalam kotak-kotak
penyambung yang khusus untuk itu.
- Kabel-kabel disambung sesuai warna atau nama masing-masing
dan dites tahanan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan.
- Penyambungan tembaga dilapisi timah putih dan kuat.
- Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi untuk
pipa PVC yang khusus untuk listrik.
- Bila kabel dipasang tegak lurus di permukaan yang terbuka, harus
dilindungi GIP conduit.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
139
- Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi
pipa Galvanized.
- Kabel yang menyebrang jalur selokan, dilindungi pipa galvanized
atau pipa beton.
- Galian untuk tempat kabel harus bersih dari bahan-bahan yang
dapat merusak isolasi kabel, seperti batu, abu, kotoran bahan
kimia, dll.
- Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara
langsung, harus menggunakan peralatan khusus unrtuk
penyambungan kabel dalam tanah.
a. Kabinet.
Semua kabinet harus di buat dari plat baja dengan tebal
minimum 2 mm. Setiap kabinet harus dilengkapi dengan
kunci-kunci.
b. Finishing
Semua kabinet dicat dengan warna yang ditentukan
direksi.Semua kabinet dari pintu untuk panel board listrik,
di buat tahan karat atau diberi lapisan anti karat.
c. Pasangan panel
Pasangan panel sedemikain rupa sehingga setiap peralatan
dalam panel dengan mudah dijangkau tegantung macam
atau type panel.
e. Papan nama
Setiap pemutus daya harus dilengkapi dengan papan nama
dan dapat dilihat dengan mudah.
f. Bus-bar/ Rel
Bus bar minimal harus dari bahan tembaga yang lapisan
luarnya dilapis dengan lapisan perak, dengan ukuran sesuai
dengan kemampuan arus 150 % dari arus beban terpasang
yang ukurannya disesuaiakan dengan ukuran PUIL.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
140
h. Cadangan/ Penyambungan di kemudian hari
Bila dalam gambar ada cadangan, maka ruangantersebut
dilengkapi dengan bus, klem-klem pemasangan, pendukung
dsb, untuk peralatan yang dipasang dikemudian hari dapat
berupa equipment bus bar, panel kayu, switch, circuit
breaker, dll.
i. Alat-alat ukur
Setiap panel dilengkapi dengan alat ukur seperti pada
gambar.
j. Transformator Arus
Traformator fully hermetic, oil immersed indoor type,
victor group Dyn 5 dalam ruangan berventiasi.
k. Sikring
Sikring adalah dari type kapasitas interupsi tinggi. Sikring
harus dipasang pada pendukung yang sama pada peralatan
yang dapat dicabut.
Sikring cadangan disediakan sebanyak sikring yang ada
disimpan dalam almari khusus dan diberi pengenal.
l. Kabel-kabel pengontrol
Dipasang di pabrik/ bengkel secara lengkap dan dibundel
dan dilindungi terhadap kerusakan mekanis. Ukuran
minimal adalah 1,5 mm2 dari type 600 volt PVC.
m. Merk Pabrik
Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu
pabrik. Panel adalah assembling lokal.
o. Pilot Lamp
Semua tutup muka panel harus dilengkapi dengan :
1. Pilot lampu untuk menyatakan adanya tegangan R.S.T
2. Pilot lampu untuk push button on/off, untuk menyatakan
sistem telah on / off.
3. Pilot lampu untuk remote control pada panel.
Penyediaan dari pilot lampu yang disebutkan di atas
merupakan keharusan, biarpun pada gambar tidak
tertera.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
141
4. Untuk menyatakan sistem telah dijalankan dengan push button atau dengan
saklar, ataupun dengan Time Switch menyatakan sistem on dengan warna
merah.
5.Untuk menyatakan sistem telah off dengan warna hijau.
XXIII.PEKERJAAN SANITAIR
1. Lingkup Pekerjaan
2. Persyaratan bahan
a. Pemasangan Closet
Closet duduk pada Toilet digunakan produk TOTO, type C 721
PV 1, atau dari merk lain yang setara dan disetujui Direksi
Pengawas,warna ditentukan kemudian.
e. Urinoir digunakan merk TOTO & KIA type U-57M atau KIA,
warna standard atau dapat digunakan dari merk lain yang
setara dan disetujui Direksi Pengawas.
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
142
h. Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala
perlengkapannya, sesuai dengan yang telah disediakan oleh
pabrik. Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah
disyaratkan dalam uraian dan syarat-syarat dalam buku ini.
4. Syarat-syarat Pelaksanaan
D I N A S P E K E R J A A N UM U M - - - P E M E R I N T A H K O T A
143