You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan indikator dilakukan untuk menerangkan daerah-daerah logam yang mana
yang bersifat anodik dan mana yang bersifat katodik, serta untuk melihat suatu
keberhasilan untuk diikurangi laju kososinya dengan proteksi katodik. Elektrolit agar-agar
digunakan supaya laju perpindahan produk reaksi yang terbentuk pada permukaan logam
dapat dihambat. Percobaan ini dilakukan untuk menambah penjelasan tentang mekanisme
korosi galvanik dan mekanisme terbentuknya sel elektrokimia logam homogen.

1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi korosi logam berdasarkan indikator dengan menunjukkan daerah
yang bersifat anodik dan katodik pada logam yang homogen,
2. Menuliskan reaksi katodik dan anodiknya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Indikatror phenoptealin akan mengidentifikasi pembentukan OH- pada katoida


dengan warna pink, sedangkan ferrocyanida menunjukan pembebeasan Fe2+ di anoda dengan
warna biru. Logam baja karbon rendah yang mengalami perlakuan mekanik akan terjadi 2
fungsi yaitu sebagai anoda pada daerah Fe yang berwarna biru tua dan sebagai anoda terjadi
reaksi oksidasi menurut :

Fe  Fe2+ + 2e- (oksidasi)

Sedangkan pada daerah yang berwarna pink sebagai katoda terjadi pembentukan OH-
(reduksi air) menurut reaksi :

2H2O + O2 + 2e-  4OH- (reduksi)

Jadi reaksi yang berlangsung pada hasil percobaan sebagai berikut :

3 Fe + K2[Fe(CN)6]  3Fe2[Fe(CN)6] + 4K

(warna biru tua)

Indikasi pada dua logam yang berbeda potensial sebagai contoh baja karbon rendah
dengan Zn. Jika kedua logam tersebut dihubungkan dengan kawat tembaga dan ditempatkan
dalam cawan petri yang berisi larutan yang akan dijelaskan pada bahan dan alat maka terlihat
indikasi-indikasi sebagai berikut.

Pada logam baja karbon rendah terbentuk warna pink, sehingga pada baja karbon
rendah terjadi reaksi pembentukan OH-. Menurut reaksi :

2H2O + O2 + 2e-  4OH- (reduksi)

Sedangkan pada logam Zn terbentuk warna putih, artinya terjadi reaksi oksidasi :

Zn  Zn2+ + 2e- (oksidasi)

Reaksi keseluruhan yang terjadi pada hasil percobaan adalah :

2 Zn + K2[Fe(CN)6]  Zn2[Fe(CN)6] + 2K

(warna putih)
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat :

 Cawan petri
 Hot plate
 Gelas kimia 250 ml 2 buah
 Thermometer

Bahan:
 2 gr agar-agar
 0,06 gr Kalium Ferricyanida
 0,06 gr Kalium Ferrocyanida
 0,1 gr garam NaCl
 Phenolptealin 3 cc

3.2 Prosedur Kerja

Persiapan Spesimen
p
c
n
h
b
u
q
a
l
m
0
5
2
t
s
e
d
r
Persiapan Larutan

Pelaksanaan proses indikator


BAB IV

PENGOLAHAN DATA

3.1 Data pengamatan

Hari
Gambar Pengamatan
ke-
1
 Mulai terbentuk warna pink di sekitar
logam Cu
 Mulai terbentuk warna hijau tua dan
sedikit warna pink di sekitar logam Fe

 Mulai terbentuk warna hijau tua di


sekitar logam Fe yang telah digergaji
 Mulai terbentuk warna pink di sekitar
logam Fe yang tidak digergaji

2
 Warna pink yang terbentuk di sekitar
logam Cu semakin meluas
 Warna hijau tua yang terbentuk di sekitar
logam Fe semakin meluas dan warna
pink yang terbentuk semakin berkurang

 Warna hijau tua yang terbentuk di sekitar


logam Fe yang digergaji semakin meluas.

3
 Warna pink yang terbentuk di sekitar
logam Cu semakin meluas
 Warna hijau tua yang terbentuk di sekitar
logam Fe semakin meluas dan tidak ada
warna pink yang terbentuk

 Warna hijau tua yang terbentuk di sekitar


logam Fe yang digergaji semakin meluas
3.2 Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pengamatan korosi terhadap logam dengan


menggunakan indikator. Indikator akan menunjukkan apakah logam terkorosi atau tidak.
Indikator juga akan menunjukkan daerah pada logam yang bersifat anodik dan katodik.

Pada studi korosi logam kali ini, digunakan logam Fe dan Cu sebagai objek yang
diamati. Indikator yang digunakan adalah phenolphtalein, kalium ferrocyanida, dan kalium
ferricyanida. Penggunaan indikator phenophtalein akan mengidentifikasi pembentukan OH-
pada katodik dengan warna pink, sedangkan ferrocyanida dan ferricyanida menunjukan
pembebeasan Fe2+ dan Fe3+di anodik dengan warna biru.

Pada percobaan pertama, dilakukan pengamatan korosi logam mengenai proteksi


katodik. Logam Cu dan Fe dihubungkan dengan kawat dan ditempatkan dalam cawan petri
berisi larutan. Larutan terdiri dari indikator, elektrolit agar-agar, dan NaCl. Indikator
digunakan untuk mengetahui logam mana yang terlebih dahulu terkorosi. Penambahan
elektrolit agar-agar bertujuan untuk menghindari terjadinya perpindahan ion secara bebas.
Penambahan NaCl bertujuan untuk mempercepat terjadinya korosi agar pengamatan dapat
dilakukan dalam waktu yang singkat. NaCl dapat mempercepat terjadinya korosi karena Cl -
memiliki sifat autokatalitik (menggantikan OH-).

Setelah dilakukan pengamatan selama 3 hari, dapat diketahui logam mana yang
mengalami korosi terlebih dahulu. Di sekitar logam Cu muncul warna pink. Hal itu
menunjukkan bahwa pada logam Cu terjadi reaksi reduksi dan bersifat katodik. Selain itu, di
sekitar logam Fe muncul warna hijau tua yang menunjukkan bahwa logam mengalami reaksi
oksidasi dan bersifat anodik. Seiring dengan berjalannya waktu, warna yang terbentuk di tiap-
tiap logam pun semakin jelas. Dari pengamatan, dapat dikatakan bahwa logam Fe mengalami
korosi terlebih dahulu dibanding logam Cu. Hal itu menunjukkan bahwa logam Fe dapat
digunakan sebagai anoda korban dalam proteksi katodik. Logam Fe memiliki potensial yang
lebih rendah dibanding logam Cu. Reaksi yang terbentuk :

Anodik : Fe  Fe2+ + 2e-

Katodik : Cu2+ + 2e-  Cu

Reaksi sel : Fe + Cu2+  Fe2+ + Cu


Pada percobaan kedua, dilakukan pengamatan korosi logam yang mengalami
perlakuan mekanik. Dilakukan perlakuan mekanik pada logam Fe dengan menggergaji salah
satu bagian logam. Selanjutnya logam dimasukkan ke dalam larutan seperti percobaan
pertama. Pada bagian logam yang digergaji, muncul warna hijau tua yang menandakan bahwa
pada daerah tersebut terjadi reaksi oksidasi dan berfungsi sebagai anodik. Pada daerah
tersebut terjadi pembebasan Fe2+ pada anoda. Pada daerah logam yang tidak mengalami
perlakuan mekanik, muncul warna pink di sekitarnya. Hal itu menandakan bahwa pada
daerah tersebut terjadi reaksi reduksi (bersifat katodik) dan terbentuk OH - pada katoda.
Seiring berjalannya waktu, warna yang terbentuk di tiap logam semakin jelas. Reaksi yang
terbentuk :

Anodik : Fe  Fe2+ + 2e- (x2)

Katodik : 2H2O + O2 + 4e-  4OH- (x1)

Reaksi sel : 2Fe + 2H2O + O2  2Fe2+ + 4OH-

3.3 Kesimpulan

1. Logam Fe pada percobaan pertama berperan sebagai anoda korban pada proses
proteksi katodik. Reaksi yang terjadi :
Anodik : Fe  Fe2+ + 2e-
Katodik : Cu2+ + 2e-  Cu
Reaksi sel : Fe + Cu2+  Fe2+ + Cu
2. Terjadi reaksi oksidasi pada logam Fe yang mengalami perlakuan mekanik dan reaksi
reduksi pada bagian logam Fe yang tidak mengalami perlakuan mekanik. Reaksi yang
terjadi :
Anodik : Fe  Fe2+ + 2e- (x2)
Katodik : 2H2O + O2 + 4e-  4OH- (x1)
Reaksi sel : 2Fe + 2H2O + O2  2Fe2+ + 4OH-
DAFTAR PUSTAKA

Jones, Denny A, 1992, Principle and Prevention of Corrosion, New York : Mamillan
Publishing Company.

Tonapa, Yunus. 2006. Penggunaan Indikator untuk Studi Korosi Logam. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.

Sumber internet :
__________. http://www.bio-architettura.org/id/articoli/122.html. Korosi Bahan Logam.
Diakses pada 04 Oktober 2010.
__________. http://id.wikipedia.org/wiki/. Proteksi Katodik. Diakses pada 04 Oktober 2010.

You might also like