Professional Documents
Culture Documents
Pahriadi *
Abstrak:
I. Pendahuluan
Dosen dan mahasiswa adalah unsur manusiawi dalam pendidikan.
Keduanya sebagai "dwi tunggal" yang tidak bisa dipisahkan, meskipun suatu saat
nanti mereka telah terpisah, dipisahkan oleh daratan, lautan ataupun udara. Dalam
perpisahan raga, jiwa mereka bersatu. Mereka bersatu dengan tekad yang sama,
yaitu kebaikan. Dalam proses interaksi edukatif, keduanya liadir dengan tugas,
'Penulis adalah Dosen Bahasa Inggris pada Fakultas Ushuluddin 1AIN Antasari
Banjannasin.
peranan dan tanggung Jawab yang berbeda. Dosen yang mendidik dan mengajar.
Mahasiswa yang belajar. Dosen yang membimbing, mahasiswa yang dibimbing.
Dengan bcrbekal kemuliaan, dosen dengan ikhlas mendidik dan mengajar
mahasiswa agar menjadi manusia yang memiliki kecerdasan intektual, kecerdasan
emosional, dan kecerdasan spritual sebagai bungkus pribadi yang unggul dengan
profil, tidak hanya memiliki kesalehan individual (habi min Allah), tetapi juga
memiliki kesalehan sosial {habi mm an-nas}.
Untuk mewujudkan profil mahasiswa di atas memang tidak mudah bagi
seorang dosen. Diperlukan teknik pembinaan yang jitu dengan pola komunikasi
kemesraan dengan pribadi dosen sebagai model bagi mahasiswa secara totalitas.
Profil dosen kebapakan yang dapat memberi teladan kepada mahasiswa sangat
diperlukan dan bukan figur dosen yang mengajar karena pekerjaan sampingan atau
karena uang semata.
Interaksi edukatif antara dosen dan mahasiswa hams betul-betui dalam
koridor kemesraan dan kemuliaan, sehingga hadir mengajar di kelas bukan karena
paksaan. Sangat jarangnya komunikasi antara dosen dan mahasiswa dapat
menyebabkan kerawanan hubungan dosen dengan mahasiswa yang berimplikasi
pada kegagtilan penciptaan intcraksi ediikaliryimg kondnsir.
Oleh karena itu, membangLin komunikasi kemesraan antara dosen dan
mahasiswa adalahjembatan ampuh untuk menghidupkan suasana mteraksi edukatif
yang kondusif, sehingga kegiatan pcmbelajaran yang berproses berlangsung dalam
suasami yang mcnyenangkan, jauh dari kctcgangan.
Komunikasi kemesraan yang tcrbentuk antara dosen dan mahasiswa itu
tidak terlepas dari campur tangan metode dalam kegiatan pembelajaran. Metode
dapat mendekatkan kerawanan hubungan dosen dengan mahasiswa dan hubungan
mahasiswa dengan mahasiswa, sehingga terjalm keharmonisan hubungan dalam
scbuah dinamika kclompok kelas di bawah himbingan seornng dosen sebagai
fasilitator yahg mcmbclajarkan mahasiswa.
Komunikator f P e s a n Y Komunikan
'Prasetya Irawan, Suciati dan I.G.A.K Wardani, Teori Belajar, Molsvasi dan
Keterampilwi Men^ujar, (Jakarta; Pusat Aniar Univcrsitas unluk Pcningkatan dan
Pengembangan Aktivis Instruksionat Direktoral Jenderai Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kcbudayaan, 1994),h. 10.
''Syaifiil Bahri Djamarah (selanjutnya disebut Djamarah), Guru dan Anak Didik
dalam Inlcraksi Edukatif, (Jakarta : Rineka CIpta, 2000), h, 11.
^bu Achmadi dan Shuyadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Kincka Cipta, 1985), h.
47.
Dalam konsep mengajar di atas tampak bahwa titik berat peranan dosen
bukan sebagai pengajar, melainkan sebagai pembimbing belajar, atau pemimpin
belajar atau rasilitator belajar. 1-Iakikat mengajar dalam rumusan ini dipandang
sebagai suatu proses yang dengan sengaja diciptakan untuk melakukan perubahan
dalam din mahasiswa, yang ditandai dengan tumbuhnya kegiatan mahasiswa
belajar.5
2. Ciri-ciri Interaksi Edukatif
Interaksi antara dosen dan mahasiswa dalam pembelajaran memiliki
beberapa ciri sebagai berikut:
a. Ada tujuan yang ingin dicapai,
b. Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi,
c. Ada anak didik yang aktifmengalami,
d. Ada guru yang melaksanakan,
c. Ada metode untuk mencopai tujuan,
f. Ada situasi yang memungkinkan proses pembelajaran berJalan
dengan baik,
g. Ada pcnilaian lerhadap hasil inleraksi."
Selain pendapat di atas, ada lagi rumusan lain seperti dikemukakan oleh
Edi Suardi dalam bukunya Pedffgogik{}9SO}, di mana dia merinci ciri-ciri interaksi
cdukatifschagni hcrikul:
;i. Inlcraksi cdiiknlirincmpiiny;ii tujimn
Tujuan di sini adalah untuk membanlu mahnsiswa dalam
perkembangan tertentu. Tujuan dirumuskan dengan sadar, dengan menempatkan
mahasiswa sebagai pusat perhatian. Sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar
dan pendukung.
b. Mcmpunyai prosedur yang direncanakrtn unttik mencapai tujuan
Agar tujuan dapat dicapai secara optimal, diperlukan prosedur atau
langkah-langkah sistematik dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur
dan desain yang berbeda-beda.
c, Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus
Materi harus didesain, sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Tingkat
keluasan materi tergantung dari kualitas tujuan yang diharapkan. Mudah sukamya
^ana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: SinarAgung, 1989), h. 8.
''Sardinian A. M., Interaksi dan Motlvasi Belajar Mengajar, (Jakarta; Rajawali
Press, 1988), h. 13.
Jurnal Ilmiah ILMU USHULUDDIN, Vol. IV, No. 1, April 2005
Pahriadi, Metotloiogi f'en^ujurun Kuhusu 77
suatu materi tidak Icpas dari pertimbangan, agar mahasiswa mudah menycrapnya.
Semuanya dipersiapkan sebclum bcrlangsungnya intcraksi cdukalif.
d. Ditandai dengan aktivitas mahasiswa
Keaktifan mahasiswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya
interaksi edukatif. Aktivitas mahasiswa yang diharapkan tidak hanya terlihat secara
fisik, tclapi yang Icbih pcnting adalah kcgiatan mental. Dalam interaksi edukatif,
aktivitas mahasiswa harus lebih dominan daripada dosen dan bukan sebaliknya.
e. Dosen berperan sebagai pembimbing
Sebagai pembimbing, dosen harus berusaha menghidupkan dan
memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi edukatif yang kondusif. Dosen
harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses interaksi edukatif, sehingga
dosen merupakan tokoh yang dilihat dan ditiru oleh mahasiswa.
f. Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
Disiplin dalam interaksi edukatif diartikan sebagai suatu pola tingkah
laku yang diatur mcnurul kelcntuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak
dosen maupun pihak mahasiswa. Mckanismc konkrct dari kcgiatan pada kctentuan
atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi, langkah-langkah
yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan
dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
g. Mempunyai batas waktu
Untuk mcncapai tujuan pcmbclajaran icrlentu dalam sistem kclas
(kclompok mahasiswa), batas waktu mcnjadi salah salu ciri yang tidak bisa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan hams sudah
tercapai.
h. Diakhin dengan evaluasi
Dari seluruh kegiatan terscbut, masalah cvafuasi merupakan bagian
penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 7
3. Komponcn Interaksi Edukatif
Sebagai suatu sistem tcinu saja keghilan interaksi edukatif
mengandung sejumlah kornponen yang meliputi tujuan, bahan pclajaran, kegiatan
belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi.!i
a. Tujuan
Tujuan adalah suatu cila-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu
kcgialan. Tujuan dapal memberikan arah yang jelas kc mana kegiatan interaksi
edukatif akan dibawa. Tujuan mendeskripsikan kualitas atau penampilan tingkah
laku bagaimana yang diharapkan terjadi pada diri mahasiswa setelah mereka
"Roestiyah, N.K.. Sirategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 44.
'"Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta:
RinekaCipta, 1990),h.23.
"Sudirman, N.K, et.al^ Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1991), h. 203.
13
Sardinian, A.M., op.cit., b. 81.
^Djamarah, op.cit., h. 5.
'''Slameto, Belajar dan Fakfor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), h. 68.
^Muhammad Alt, Guru dalam Proses Balq/af Mengajar, (Bandung: Sinar Baru,
1992), h. 94.
Jurnal Ilmiah ILMU USHULUDDIN, Vol. IV, No. I, April 2005
Pahriadi, Melodolo^i Pcn^ajarun BuHusu 79
belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana
bahan pcmbehijaran lerdapat E>(au asal untuk hclajar scscorang. y
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali terdapat di mana-mana; di
sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan, dsb. Pemanfaatan sumber-sumber
belajar tergantung kreativitas dosen, waktu, biaya dan kebijakan-kebijakan
lainnya. 2 " Sumber belajar secara terperinci bisa berupa manusia (dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat), Buku/perpustakaan, media massa (majalah, koran, radio,
TV, dsb) dalam lingkungan, alat pelajaran, (buku pelajaran, peta, gambar, kaset,
tape, papan tulis, kapur, spidol, dsb), dan museum.21
g. Evniuasi ;
Edwind Wand dan Gerald W. Brown mengatakan Evaluation refer to
the act or process to determining the value of something11 Evaluasi adalah
kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang
bersangkutan dengan kapabilitas mahasiswa guna mengetahui sebab akibat dan
hasil belajar mahasiswa yang mendorong dan mengembangkan kemampuan
betajar.
Pelaksanaan evaluasi diarahkan pada evaluasi proses dan evaluasi
produk, Evaluasi proses adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai
bagaimana pelaksanaan interaksi edukatif. Evaluasi produk adalah suatu evaluasi
yang diarahkan pada bagaimana hasi! belajar yang telah dilakukan oleh
")\
mahasiswa.'
Berdasarkan data dari hasil evaluasi diharapkan ada feedback dari
dosen sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan interaksi edukatif berikutnya.
Kadar Pendekatan
CBSA Metode Ktasikal Kelompok Individual
Tin eg' Proyck V
-L
Eks peri men V 0
Resitasi 0 V
Diskusi 0 V
Bermain Peran / V 0
Sosiodarama
Demonstrasi 0 V
Karyawisata V 0
Tanyajawab 0 V
Latihan 0 V
Bcrccrita V
Renidah Ceramah V
berpcngalainan tahu baliwa kclas dari hari kc hari dan dari waktu kc waktu sclalu
bcrubah sesuai dengan kondisi psikologis mahasiswa. Dinamika kclas scpcrti ini
patut diperhitungkan dosen dari sudut manapunjuga.
Ketika dosen berusaha membagi mahasiswa ke dalam beberapa kelompok,
dosen akan menciptakan situasi kelas kepada situasi yang lain. Di sini tergambar
mctodc mengajar inana yang harus d i p i l i h sesuai dcngan situasi kolas dan lujuan
yang ingin dicapai. Pcrlu diingat baliwa kelas rnempunyai cerminan kondisi
psikologis mahasiswa. K-arenanya, dinamika kelas akan sangat tergantung pada
strategi penggunaan metode.
f. Kelengkapan fasilitas
Penggunaan metode perlu dukungan fasilitas. Fasilitas yang dipilih harus
sesuai dengan karakteristik metode mengajar yang akan dipergunakan. Ada metode
mengajar tertentu yang tidak dapat dipakai, karena ketiadaan fasilitas sebagai
pendukungnya. Di perguruan tinggi yang maju biasanya mempunyai fasilitas
belajar yang lengkap sehingga kegialan perkuliahannya icbih berkualitas.
Kelengkapan fasilitas belajar ini lebih banyak pcluang alternatif dalam pemilihan
metode pengajaran.
g. Kelebihan dan kelemahan metode
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dua sisi ini perlu
dipcrhatian dosen. Jumlah mahasiswa dan kclcngkapan fasilitas mempunyai andil
tepat tidaknya suatu melode dipergunakan untuk membantu kegialan perkuliahan.
Metode yang tepat untuk kegiatan perkuliahan. Metode yang tepat untuk kegiatan
pembelajaran bergantung dari kecermatan dosen dalam memilihnya.
Dalam kegiatan perkuliahan sebaiknya dosen menggunakan lebih dari satu
metode untuk mcngatasi kclemalian mclodc tertentu. Kelemahan mclodc lerlcntu
yang dapat ditutupi olch kelebihan mctodc yang lain, dapat memperccpat
pemaliaman mahasiswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Kelemahan
Translation Method untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa misalnya,
dapat ditutupi dengan kelebihan Grammar Method. Karena Grammar Method akan
memberikan wawasan kepada mahasiswa tciilang struktur kalimat dalam scbuah
teks yang akan diterjemahkan. Dengan penguasaan tata bahasa yang memadai akan
dapat banyak membantu akan mahasiswa dalam kegiatan penerjemahan suatu teks
berbahasa Inggris.
mahasiswa bermuara pada dinamika kelas dalam suasana aktif-kreatif atau pasif-
non kreatifbagi mahasiswa.
Bila penggunaan metode mengajar memposisikan mahasiswa sebagai
individu yang hams menerima bahan pelajaran dan dosen menganggap dirinya
sebagai satu-satunya sumber belajar, maka pola komunikasi dosen dan mahasiswa
cenderung lebih didominasi oleh dosen. Dosen yang aktif dan mahasiswa yang
pasif. Jalan pelajaran kurang kondusif. Suasana ketas tidak menggambarkan
kondisi aktif-kreatif bagi mahasiswa. Di sisi posisi mahasiswa tidak ubahnya
seperti suatu tempat yang harus diisi dan menyerah pada kehendak yang ingin
mengisinya. Pola komunikasi yang demikian melahirkan interaksi interaksi
pembelajaran satu arah; dari dosen dan tidak ada balikan dari mahasiswa.
Tetapi, bila komunikasi dosen dan mahasiswa yang terbentuk timbal balik,
yaitu dari dosen dan ada balikan dari mahasiswa, maka di dalamnya ada andil
metode yang berusaha memposisikan keduanya dalam sebuah interaksi. Sehingga
antara keduanya terjadi hubungan dialogis-komunikatif dalam rangka bersama-
sama mencapai tujuan pembelajaran. Bahkan tidak hanya sampai di situ, metode
juga memegang peranan penting dalam menciptakan interaksi antara mahasiswa
d;m dosen dillnm pcmhcliijiiran. Mcrckn difnsililnsi olch mutodc untuk Icrlibnt
kingsiing dalam sebuah proses pembelajaran yang dinamis-kreatif. Berbagai
metode yang dikembangkan memang sudah dipersiapkan untuk hal ini, misalnya
seperti Direct Method, Grammar Method atau Translation Method, dsb.
Untuk membangun komunikasi yang baik antara dosen dan mahasiswa
ternyata tidak mudah. Katakanlah gampang-gampang sulit. Hal ini disebabkan
miskinnya metode mengajar yang dikuasai dosen, sehingga tidak banyak altematif
pilihan yang dapat dilakukan. Ketika tingkat penguasaan mahasiswa terhadap
bahan yang diberikan dengan kuaHtas rendah, kesalahanjustni ditimpakan kepada
mahasiswa. Padahal kesalahan itu sebenamya dari pihak dosen dengan kemiskinan
pcmilikan metode mengajar. Dari sini dapat dilihat betapa besar peranan metode
mengajar dalam membangun komunikasi yang baik antara dosen dan mahasiswa
dalam suatu pertemuan.
IV. Kcsimpulan
Setelah mengikuti uraian terdahulu, dapatah disimpulkan sebagai berikut.
1 . Dosen dan mahasiswa adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Komunikasi
antar keduanya dengan pola komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai
interaksi dan komunikasi sebagai transaksi. Karena komunikasi antar dosen
dan mahasiswa berniali edukatif, maka ada scjumlah nilai kebaikan yang
terpatri di dalamnya, yang ingin ditanamkan kepada mahasiswa dalam rangka
membentuk kepribadian mahasiswa dengan kualitas tinggi.
DAFTARPUSTAKA
A.M, Sardinian, fnleraksi dun Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta, Rajawaii Press,
1988.
Achmadi, Abu, dan Shuyadi, Psikologi Betajar, Jakarta, RhickaCipta, 1985.
Ali, Muhammad, Guru dalam Proses Balajar Mcn^ujar, Bandlmg, Sitiar liaru,
1992.
Arikunto, Suharsimi, Manajemen PenguJaran Secara Manusiuwi, Jakarta, Rineka
Cipta,1990.
___________, Peiigelolaan Kolas dan Siswa Sebuah Penguntur Evuluaiif,
Jakarta, Rajawali Press, 1988.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru clan Anak Didik dalam Inleraksi Edukaiif, Jakarta,
Rineka Cipta, 2000,
____________, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya, Usalia
Nasional, 1994.
____________, Stralegi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002,
Irawan, Prasetya, Suciati dan I.G.A.K Wardani, Teori Belajar, Motivasi dan
Keterampilan Mengajar. Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan
Pengembangan Aktivis Instruksional Direktoral Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.
Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Dirjen Binbaga Islam
danUT, 1991.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Al-Ma'arif,
1989.
N.K, Sudirtnan, dkk., llmu Pendidikan, Bandung, Ewmj Rosdakarya, 1991.
N.K. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Bina Aksara, 1989.
________, Masalah-masalah llmu Keguruan, Jakarta, Bina Aksara, 1989.