Professional Documents
Culture Documents
Karena etika atau moral lingkungan hidup itu bermanfaat, maka dalam tulisan ini
akan dicoba sedapat mungkin untuk dikemukakan beberapa unsur etika lingkungan
hidup. Namun perlu diperhatikan paling tidak dua catatan sebelum kita membahas
bersama etika lingkungan hidup. Pertama, disini tidak akan dikemukakan resep-resep
atau rumus-rumus moral lingkungan siap pakai. Etika atau moral lingkungan adalah
sesuatu yang “masih dicari” dan perlu semacam kesepakatan bersama. Kedua,
pembicaraan tentang etika dalam konteks ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
praktis, sehingga dihindari adanya perdebatan teoretis tentang etika.
Etika sering dikatakan sebagai filsafat tentang ajaran moral. Dengan demikian,
etika berbeda dengan ajaran moral atau kesusilaan. Ajaran moral menjawab
pertanyaan, ”apa yang boleh, tidak boleh dan yang wajib diperbuat manusia?”
Sementara etika berurusan dengan bagaimana pertanyaan moral itu dijawab. Etika di
sini tidak mengajarkan apa yang wajib dilakukan orang, melainkan bagaimana
pertanyaan itu dijawab secara rasional dan bertanggung jawab (Franz Magnis-Suseno,
Di samping pengertian tersebut, etika dapat diartikan sebagai: (a) nilai dan norma-
norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya; (b) kumpulan asas atau nilai moral, atau semacam kode
etik; (c) ilmu tentang yang baik atau buruk, atau pengkajian secara sistematis dan
metodis semua nilai yang dianggap baik dan buruk yang diterima begitu saja dalam
suatu masyarakat (K. Bertens, 2000:6-7).
Untuk kepentingan lingkungan hidup, dan atau untuk “praksis” etika, barangkali
etika di sini diartikan seperti pada huruf (a) dan (b) di atas. Dengan demikian etika di
sini “sama” dengan moral.
Dalam mencari dan memahami etika lingkungan hidup perlu diperhatikan dua macam
etika, yaitu etika keutamaan dan etika kewajiban. Manakah dari keduanya yang lebih
baik atau lebih “etis” dijadikan sebagai pola etika lingkungan hidup?
Etika Keutamaan
Etika Kewajiban
Etika ini disebut etika peraturan atau etika normatif (K. Bertens, 2000: 17), yaitu
etika yang mengacu kepada kewajiban moral yang mengikat manusia secara mutlak.
Baik buruknya perilaku atau benar dan salahnya tindakan secara moral diukur (dinilai)
dari sesuai tidaknya dengan prinsip moral yang wajib dipatuhi tanpa syarat. Fokus
perhatian etika ini diletakkan pada ajaran atau prinsip-prinsip moral tindakan (J.
Sudarminta, Basis, 1991:163). Maka, etika ini berhubungan dengan pertanyaan: “apa
yang harus atau wajib dilakukan, yang boleh dan tidak boleh dilakukan”. Karena itu
pengetahuan atau pengenalan akan ajaran-ajaran moral penting untuk etika ini.
Sifatnya lalu menjadi praktis, dapat diharapkan bagi suatu perilaku atau untuk
persoalan-persoalan konkret (etika terapan/ applied ethics). Sekedar contoh untuk
bidang lingkungan hidup: “jangan mencemari sungai, laut, dll”; buanglah sampah pada
tempatnya; peliharalah lingkungan hidup; tidak boleh membuang limbah melebihi
ketentuan BML,” dan seterusnya.
Menurut Imanuel Kant, tokoh utama etika ini, tindakan seseorang adalah baik
menurut ajaran moral, bukan karena tindakan itu dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu, melainkan demi memenuhi kewajiban semata-mata tanpa maksud yang lain.
Namun yang sulit adalah usaha untuk mengetahui motivasi apa yang mendorong orang
melakukan kewajibannya itu. Boleh jadi, orang melakukannya supaya mendapat hadiah
atau sekedar takut akan hukuman, bukan karena ia punya keunggulan perilaku untuk
itu, oleh Kohlberg disebut prakonvensional (Bertens: 2000: 81).
Beberapa unsur etika atau moral lingkungan yang perlu dipertimbangkan (H.
Rhiti: 1996:11-18) adalah sebagai berikut:
Ketiga, etika lingkungan hidup tidak bertujuan menciptakan apa yang disebut
sebagai eco-fascism (fasis lingkungan, pinjam istilah Ton Dietz, 1996). Artinya, dengan
dan atas nama etika seolah-olah lingkungan hidup adalah demi lingkungan hidup itu
sendiri. Dengan risiko apapun lingkungan hidup perlu dilindungi. Dari segi etika yang
bertujuan melindungi lingkungan dari semua malapetaka bikinan manusia, hal itu tentu
saja baik. Namun buruk secara etis, bila akibatnya membuat manusia tidak dapat
menggunakan lingkungan hidup itu lagi karena serba dilarang. Etika lingkungan tidak
hanya mengijinkan suatu perbuatan yang secara moral baik, melainkan juga melarang
setiap akibat buruknya terhadap manusia.
Keempat, ciri-ciri etika lingkungan hidup yang perlu diperhatikan adalah sikap
dasar menguasai secara berpartisipasi, menggunakan sambil memlihara, belajar
menghormati lingkungan hidup dan kehidupan, kebebasan dan tanggung jawab
berdasarkan hati nurani yang bersih, baik untuk generasi sekarang maupun bagi
generasi yang akan datang. Yang juga penting adalah soal oreintasi dalam
pembangunan, yakni tidak hanya bersifat homosentri, yang sering tidak
memperhitungkan ecological externalities, melainkan juga ekosentris. Pembangunan
tidak hanya mementingkan manusia, melainkan kesatuan antara manusia dengan
keseluruhan ekosistem atau kosmos.