Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
pemakai dalam keadaan diam ditempat juga ketika mereka dalam keadaan bergerak.
Untuk itu lahirnya komunikasi bergerak dimana pengguna komunikasi tidak lagi
terbatas oleh ruang gerak merupakan solusi yang baik untuk menjamin kontinuitas
dengan tujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pencakupan sel yang ditunjukan
oleh jumlah base station, dimana diusahakan seminimal mungkin tetapi dapat
Perencanaan Penentuan Letak BTS ini mencakup dua aspek yaitu ditinjau dari segi
coverage dan dari segi trafik. Perencanaan penanganan beban trafik meliputi prediksi
jumlah pelanggan pada setiap sel, dimana dengan pertimbangan beban trafik yang
diperlukan oleh pelanggan dan beban trafik yang dapat ditangani dalam sel, dapat
diperoleh jumlah sel yang diperlukan untuk mengatasi beban trafik yang diperlukan
oleh pelanggan.
Dalam Tugas Akhir ini perencanaan jumlah dan lokasi BTS yang dapat mencakup
seluruh wilayah pelayanan dengan bantuan alat Bantu (tool) dalam proses
1
perhitungan dan penentuan lokasi BTS. Dari hasil perencanaan ini maka dapat
ditentukan jumlah BTS diwilayah tersebut baik dilihat dari segi coverage maupun
trafik.
Salah satu perencanaan yang penting dalam system komunikasi bergerak selular
mencakup wilayah yang akan dilayani dengan jumlah seminimal mungkin tetapi
masih menunjukkan unjuk kerja yang baik ditinjau dari segi teknis yaitu masalah
Agar dihasilkan suatu perencanaan yang berjalan secara efektif maka penulis
2
1.4. METODE PENDEKATAN MASALAH
Metode yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah studi literatur
dalam hal ini studi dilakukan dengan mempelajari buku – buku referensi yang
berkaitan dengan perencanaan sel dan standarisasi yang ditentukan untuk perencanaan
1. Merumuskan permasalahan
3. Mengumpulkan data
Tugas Akhir ini dibagi sistematis dengan penjabaran pada Bab I Pendahuluan,
berisi tentang latar belakang permasalahan, metode pendekatan, penangan masalah dan
sistimatika penulisan. Selanjutnya pada Dasar Teori, penulis menjelaskan teori dasar
tentang komunikasi bergerak selular (GSM) yaitu konsep selular, trafik pada system
selular dan manajeman frekuensi pada Bab II. Pada Bab III akan membahas langkah –
analisa hasil perencanaan akan dibahas pada Bab IV. Pengambil beberapa kesimpulan
3
BAB II
TEORI DASAR
ditetapkan bahwa frekuensi 860 Mhz – 960 Mhz dialokasikan untuk komunikasi selular
dikemudian hari. Dengan penetapan ini berartti band frekuensi selebar 2 x 25 Mhz khusus
Tahun 1982 dengan dipelopori oleh Jerman dan Perancis maka CEPT
GSM sebagai standar digital selular untuk Eropa. Tahun 1985 Jerman, Perancis, Itali dan
memiliki pita frekuensi antara 890 – 915 Mhz untuk uplink dan 935 – 960 Mhz untuk
downlink dengan setiap pita frekuensi dibagi atas beberapa channel yang lebarnya 200
Access).
Mhz kemudian system ini diberi nama PCS 1900 (Personal Communication System).
1910 Mhz untuk Uplink dan 1930 -1990 Mhz untuk downlink. GSM juga diadaptasi di
frekuensi 1800 Mhz. Frekuensi modifikasinya antara 1710 – 1785 Mhz untuk uplink dan
4
1805 – 1880 untuk downlink, dengan pemisah frekuensi sebesar 95 Mhz antara uplink
dan downlink.
MS terdiri dari dua bagian yaitu Mobile Equipment (ME) dan Subscriber Identity
Module (SIM).
• Vihicle Mounted
5
SIM card berisi informasi tentang pelanggan. SIM berbentuk smart – card yang
didalamnya terdapat mikroposesor. Dilihat dari bentuk fisiknya terdapat dua macam SIM
card yaitu ukuran ISO dan plug – in. SIM card tipe ISO memenuhi standar ISO 7816
yang mempunyai ukuran sebesar kartu kredit (85.6 mm x 54 mm) sedangkan plug – in
BSS adalah interface antara MS dengan (Mobile Station) dan MSC (Mobile
Switching Centre) pada system selular GSM. Teknik radio digital digunakan untuk
hubungan (air – interface) antara BSS dan MS. BSS menyediakan interface sinyal digital
pada land network (A-interface) antara BSS dan MSC terdiri dari BSC, BTS dan XCDR
(speech trancoder).
Fungsi dari BSC adalah untuk mengontrol BTS, memproses bentuk panggilan,
operation and maintenance dan menyediakan interface antara BSS dan MSC (A-
interface). Sedangkan funsi utamanya adalah mengatur kanal radio dan mentransfer
Setiap BTS menyediakan kanal radio (RF- carriers) untuk suatu area cakupan.
mengandung transceiver radio yang menangani sebuah cell dan hubungan dengan Mobile
Station (MS).
6
Gambar 2.2. Base Tranceiver Station
XCDR diperlukan untuk penyesuaian A-law PCM data pada land network dari
sistem GSM. XCDR adalah alat pemroses sinyal digital yang terdiri dari speech encoding
dan decoding. XCDR merupakan interface antara 64 kbps A-law PCM channel pada land
NSS terdiri dari Mobile Switching Center (MSC), Home Location Register
(HLR), Visitor Location Register (VLR), Equipment Identity Register (EIR) dan
permintaan panggilan, MSC dapat mengakses informasi dari ketiga database HLR, VLR
7
dan AuC. Setelah menggunakan ketiga database tersebut MSC mengupdate ketiga
database sesuai informasi terakhir dari status panggilan dari posisi pelanggan.
HLR menyimpan semua data yang berhubungan dengan pesawat pelanggan. Data
tambahan. HLR juga mempunyai data dinamis tentang pesawat pelanggan yang roaming.
MSC menggunakan data dinamik untuk segera meroutekan panggilan yang datang ke
pelayanannya. VLR dapat dianggap sebagai database pelanggan yang dinamik yang
secara intesif bertukar data dengan HLR. Hubungan kedua database tersebut
memungkinkan MSC untuk menset-up panggilan yang masuk maupun keluar dalam area
pelayanan MSC tersebut. Data disimpan dalam VLR mengikuti pelanggan jika memasuki
area lain.
Identity (IMEI) pesawat pelanggan. Database tersebut dikategorikan dalam tiga hal yaitu
8
white list (pesawat tersebut sah atau legal), Grey list (pesawat sedang dalam
pelanggan terhadap gangguan melalui media udara. Karena rentannya keamanan dari
media udara, spesifikasi GSM memasukan pengukuran untuk otoritas pelanggan dan
kunci rahasia yang disimpan dalam AuC. Database dalam AuC juga diproteksi terhadap
O&M adalah pusat dari pengoperasian jaringan dan mengontrol lebih dari satu
OMC.
NMC menangani informasi konfigurasi dan network-wide data pada PLMN. Hasil
laporan statistik pada jaringan dan pengaturan tugas juga ada disini. NMC juga
overload control, pelaporan kesalahan, kumpulan statistik dan analisa, sistem inventory
9
2.2. Konsep Selular
Bentuk sel heksagonal merupakan bentuk yang cocok untuk perancanaan dan
desain system selular karena mendekati bentuk lingkaran bentuk yang iseal area
coverage, tanpa gap dan overlap dengan sel heksagonal yang lain. Dalam perencanaan
BTS yang perlu diperhatikan adalah merencanakan sel, syarat yang harus dipenuhi adalah
frequency reuse atau cluster harus simetris artinya tiap sel harus mempunyai jarak yang
K = i2 + j2 + ij (2.1)
Dimana i,j adalah interger positif (0,1,2, …..). Pengguna kaidah K menggunakan aturan
sebagai berikut “ lintasi i sel dari sel referensi sepanjang rantai heksagonal (garis harus
menghubungkan tiap BTS), kemudian putar 60o berlawanan arah jarum jam dan lintasi
10
A
j=1 60O
i=2
Jaringan GSM tersusun atas struktur sel tertentu dimana layanan terbatas. Tiap-
taip sel di catu oleh satu frekwensi pembawa atau lebih. Dengan keterbatasan jumlah
frekuensi yang tersedia maka penggunaan frekuensi reuse sangat diperlukan. Untuk
spektrum digunakan pola pengulangan frekuensi (frequency reuse). Dalam hal ini dibatasi
oleh jarak minimum untuk menghindari interferensi kanal yang sama (Co-Channel
Interference)
Pola pengulangan dengan jumlah sel yang besar memiliki jarak pengulangan
yang lebih besar dan tingkat interfernsinya lebih rendah, tetapi jumlah kanal yang
tersedia dalam sel sedikit. Sedangkan pada pola pengulangan dengan jumlah sel yang
lebih sedikit, jarak untuk pengulangan sel lebih kecil dan tingkat interferensi lebih
11
Gambar 2.5. Sketsa Frekuensi Reuse
2.3.1. Interferensi
Ketika terjadi pengulangan freku ensi, terdapat resiko interferensi dari BTS lain
dengan jarak yang cukup besar antara sel dengan frekuensi yang sama terhadap radius
dari sel memungkinkan interfernsi sel dapat dikendalikan atau dengan perencanaan
(Directional Antenna).
12
Kemudian interfernsi kanal bersebelahan (Adjacent Channel Interfernce) terjadi
akibat penggunaan kanal yang bersebelahan dalam satu sel atau penggunaan kanal pada
terjadi akibat yang ditimbulkan oleh efekmultipath sehingga menimbulkan delay spread
2.3.2. Fading
Fading adalah salah satu gangguan yang terjadi pada sistem komunikasi selular.
Dari segi kualitas, keberadaaan fading dapat dirasakan sebagai timbul tengelamnya
suara yang terdengar oleh penerima. Fading yang disebabkan oleh efek yang
menimbulkan redaman lintasan. Terdapat dua jenis fading yang terjadi, yaitu :
lebih dari satu lintasn dari BTS ke MS akibat pantulan oleh bangunan, pohon,
kendaraan serta lainnya yang mengakibatkan efek multipath seperti pada gambar
dibawah ini :
13
Gambar 2.6. Multipath Fading
Fading yang disebabkan oleh efek yang ditimbulkan oleh perubahan konfigurasi
alam antara BTS dan MS sehingga menimbulkan fluktuasi rendaman akibat efek
memprioritaskan sel mana yang tidak kuat tapi mampu menyediakan kuat sinyal yang
cukup. HCS juga berperan untuk menekan co-channel interference dan adjacent channel
interference. Sel-sel tersebut dibagi dalam layer-layer. Layer yang paling rendah adalah
prioritas yang paling tinggi. Pembagian layer dan band berdasarkan beberapa faktor
berikut : traffic distribution strategy diantara cell yang berbeda,, maximum traffic
capacity untuk cell, pengaruh dari interferensi pada cell. Lebih dari 8 layer (dan 8 band)
yang mungkin ditentukan dalam HCS. Satu atau beberapa layer dapat ditentukan dalam
14
band HCS yang sama. Pada umumnya sel pada beda band seharusnya tidak terinterferensi
satu sama lain. Oleh karena itu layer sel yang paling rendah diprioritaskan pada area
yang luas, dan hanya dicover oleh sel pada band lain. Melalui HCS network capacity
dapat ditingkatkan, dengan menyesuaikan coverage area yang efektif pada sel. Dengan
menggabungkan sel yang sempit dan luas, coverage yang bagus dan kapasitas yang tinggi
keduanya dapat dicapai. Alasan dibangunnya microcell dan indoorcell dan diprioritaskan
• Penempatan site lebih mudah jika base station kecil dan posisi antenanya rendah.
menyediakan kualitas yang lebih baik walaupun serving selnya bukan sel yang
terbaik.
15
BAB III
PERENCANAAN SELULAR
dalam menentukan jumlah dan lokasi BTS yang diperlukan untuk meliputi seluruh
daerah pelayanan yang direncanakan dengan jumlah BTS seminimal mungkin tetapi
besar yang menyebabkan trafik yang dibutuhkan juga semakin besar. Hal ini harus
diantisipasi agar kapasitas trafik yang dibutuhkan pelanggan tetap dapat dipenuhi oleh
sistem. Oleh karena itu perencanaan sel merupakan suatu proses yang tidak pernah
pelanggan.
kabel ataupun tidak menggunakan kabel (wireless), ada dua hal penting yang perlu
dibutuhkan tergantung pada jenis daerah dan jumlah trafik per user
16
2. Kebutuhan sel untuk mencakup seluruh daerah pelayanan yang direncanakan.
Jumlah sel yang dibutuhkan bergantung pada luas daerah pelayanan dan ukuran
sel.
Secara umum perencanaan sel dapat digambarkan dalam Flow chart prosses yang
Data :
1. Jumlah Subcriber
2. Trafik per subcriber
3. Peta Wilayah
4. Spesifikasi Teknis
Link Budgeting :
1. Menentukan redaman propagasi
2. Perencanaan Daya
17
3.4. Perencanaan Dalam Segi Trafik
Perencanaan dalam segi trafik ini dilakukan untuk memperoleh kapasitas trafik
total dalam area yang direncanakan. Untuk mendapatkan kapasitas trafik tersebut
sebelumnya harus diprediksi jumlah pelanggan. Selain itu juga dicari trafik per sel
yang dapat disediakan berdasarkan spesifikasi teknis dari sistem GSM yang
Prediksi jumlah pelanggan untuk masa depan merupakan faktor yang sangat
penting dalam perencanaan suatu jaringan. Prediksi tersebut dikerjakan atas semua
informasi, analisa, serta pertimbangan tentang segala sesuatu yang menyangkut dan
Suatu Prediksi yang akurat merupakan bahan yang penting untuk menentukan
Intensitas Trafik pada suatu sel didefinisikan sebagai jumlah panggilan rata yang
menduduki kanal selama periode waktu tertentu. Pada teori trafik klasik periode
pengamatan ini pada umumnya satu jam. Jumlah panggila dinyatakan dengan rata-rata
E = λ tn (3.1)
18
Dengan :
Grade Of Service (GOS) adalah tingkat pelayanan yang ditawarkan oleh sistem. Secara
sederhana GOS 2% berarti dalam 100 panggilan terdapat 2 panggilan yang tidak
mendapatkan saluran atau diblok oleh sistem. Secara teori untuk distribusi erlang GOS
Α Ν / Ν! (3.2)
Β= Ν
∑Α
t =0
t
/t
dimana :
B = Probabilitas bloking
19
3.4.1.4. Call Holding Time (Waktu Genggam Suatu Panggilan)
Call Holding Time adalah lamanya waktu pendudukan dari suatu panggilan.
Distribusi dari call holding time dapat berupa distribusi eksponensial dan distribusi
uniform. Dalam sistem selualr, distribusi uniform dari call holding time sebesar 140 detik
140 detik diperoleh dari perbaikan layanan telephon mobile station (IMTS : Improve
Trafik per pelanggan merupakan trafik tiap pelanggan yang diukur pada satu jam
sibuk. Dalam perencanaan sistem selular, trafik per pelanggan ini diasumsikan
berbeda untuk lingkungan bisnis dan lingkungan umum/publik. Untuk lingkungan publik,
Trafik total merupakan jumlah trafik keseluruhan dari pelanggan dalam suatu
Σ A = Σ p.A (3.3)
dimana :
Σ p = prediksi pelanggan
20
3.4.1.7. Trafik Sel
Jumlah trafik tiap sel tergantung pada alokasi bandwidth operator sistem selular
dan sistem selular yang digunakan. Sebelum mencari trafik tiap sel, sebelumnya dihitung
jumlah kanal trafik untuk tiap sel dengan rumus sebagai berikut :
(3.4)
Bw U
JumlahKana l = x
200 KHz k
dimana :
Bw = Bandwidth operator
Kemudian dari jumlah kanal trafik tersebut dapat dicari offered Trafic dan
dibedakan menjadi daerah urban dan daerah suburban. Dimana masing – masing
daerah dianggap memiliki distribusi trafik seragam didalam daerahnya. Jumlah sel,
(3.5)
N B T S_ u r b a=n Α ΑS eul_rubrabna n
Asuburban
N BTS_suburban = (3.6)
Asel _ suburban
21
Aurban = Luas daerah urban
Cakupan radio aktual sebuah sel dinamakan sebagai footprint dan ditentukan dari
berbentuk tidak teratur, sebuah bentuk geometris yang teratur dibutuhkan untuk
desain system radio. Bentuk lingkaran tidak mungkin diambil sebagai model cakupan
sel, karena bisa saja terdapat kekosongan cakupan atau bahkan terdapat overlap antara
cakupan sel yang mencakup seluruh daerah tanpa harus terjadi overlap dan dengan
area yang sama, terdapat tiga pilihan yaitu bujur sangkar, segitiga, dan segi enam.
Sebuah sel harus dirancang agar masih dapat melayani MS dengan sinyal terlemah
didalam cakupannya, yang biasanya terletak di tepi sel. Untuk jarak tertentu antara
pusat dengan tepi terjauh, maka bentuk segi enam memiliki daerah terluas dari dua
bentuk lainnya. Bentuk segienam juga mendekati bentuk lingkaran. Sehingga dipilih
bentuk segienam sebagai model cakupan sel. Luas daerah segienam dihitung dengan
22
3 3 2
Asel = d (3.7)
2
dimana A adalah luas area sel dan d adalah jarak terjauh dari pusat ke tepi segienam.
3.5.1. Fading
Fading adalah salah satu gangguan yang terjadi pada sistem komunikasi selular.
Dari segi kualitas, keberadaaan fading dapat dirasakan sebagai timbul tengelamnya suara
yang terdengar oleh penerima. Fading yang disebabkan oleh efek yang dirimbulkan oleh
1. Multipath Fading
Perjalanan sinyal dari pemancar ke penerima melalui lebih dari satu lintasan yang
Variasi rata-rata sinyal local yang diterima selama mobile unit berubah posisi.
23
Sinyal fading merupakan gabungan dua komponen yaitu ro(t) dan m(t), dimana
ro(t) merupakan fading cepat/rayleigh fading dan m(t) adalah fading lambat/lognormal
lingkungan buatan manusia disepanjang lintasan propagasi antara base station dan
mobile unit. Fading lambat ini terdistribusi mengikuti distribusi lognormal yang
- ( m .m ) 2
1 2
P (m) = 2 e 2σ
(3.10)
(2πσ )
dimana :
24
∞ ∞ ( m .m ) 2
1 −
P(m>R) = ∫ P (m) dm = ∫ e 2σ 2
(3.11)
R Πσ
2
R
atenuasi gelombang radio selama menjalar dari antenna transmitter ke antenna receiver.
Model empiris yang dikembangkan oleh beberapa orang ahli lebih sering digunakan
untuk menentukan cakupan suatu sel. Beberapa dari model propagasi yang terkenal
adalah Hata model, COST – 231 Walfisch/Ikegami Model, COST – 231 Hata Model,
Lurban (dB) = 46,3 + 33,9 log fc – 13,82 log hBS – a(hMS) (3.12)
Lopen Area (dB) = Lurban – 4.78. [log(f)]2 – 18.33 log (f) + 40.94 (3.14)
Lurban (dB) = 69.55 + 26.16 log fc – 13,82 log hBS – a(hMS) (3.15)
25
Lsuburban (dB) = Lurban – 2[log (fc/28)]2 – 5,4 (3.16)
Lopen Area (dB) = Lurban – 4.78. [log(f)]2 – 18.33 log (f) + 40.94 (3.17)
dimana fc merupakan frekuensi carrier dalam MHz, hBS merupakan tinggi efektif
antenna base station dalam meter, hMS merupakan tinggi efektif antenna mobile
station dalam meter, d merupakan jarak antara base station dan mobile station dalam
kilometer, dan a(hMS) merupakan factor koreksi untuk tinggi efektif antenna MS
yang merupakan fungsi dari ukuran cakupan area. Persamaan untuk menghitung
a(hMS) untuk kota berukuran kecil hingga sedang adalah sebagai berikut :
a(Hm) = 3,2 (log 11,75 . Hm)2 – 4,97 untuk f ≥ 400 MHz (3.20)
Pt(BTS) = Sensitivitas MS+MF + Lu – GBTS – GMS + Feeder Loss+ Body Loss (3.21)
dimana :
MF = Margin Fading
26
Lu = Redaman Propagasi (dB)
Sedangkan daya pancar MS dapat dituliskan sesuai dengan persamaan berikut ini :
dimana :
kanal yang disediakan menjadi himpunan kanal yang dapat diberikan pada masing –
Spektrum frekuensi yang digunakan pada sistem GSM adalah pada daerah 900
MHz, yaitu :
frekuensi sebesar 25 MHz, dengan spasi antara frekuensi pancar dengan dan terima
27
sebesar 45 MHz. Setiap kanal radio mempunyai lebar 200 KHz, sehingga dalam 25
Kanal radio pada GSM diberi nomor dimulai dari frekuensi terendah sampai tinggi,
Pengelompokan kanal tergantung pada pola sel yang digunakan dan juga
berkaitan dengan kinerja C/I yang diperlukan sistem. Bila kita menggunakan K = 4
dan sektorisasi 120o maka jumlah sel adalah 12 buah (pola sel 4/12)
yaitu dalam segi trafik. Input yang dipakai adalah kapasitas trafik total dan trafik per sel.
Dalam perencanaan ini dilakukan perhitungan jumlah dan radius sel yang diperlukan
untuk dapat melayani kebutuhan trafik pelanggan yang dapat mencakup seluruh area
yang direncanakan.
seperti jumlah co-channel dari sel yang ditinjau, tipe kontur daerah geografis, tinggi
antenna dan daya yang ditransmisikan tiap sel. Jarak reuse frekuensi D didapat dari
D= 3Κ.R (3.23)
28
dengan :
D = Jarak reuse
R = Radius Sel
Dari persamaan 2.2 didapat rasio reuse (q) yaitu perbandingan jarak antar sel dan
D
q= = 3Κ (3.24)
R
Jika semua base station mentransmisikan daya yang sama maka dengan
interferensi co-channel. Tetapi karena jumlah kanal yang dialokasikan tetap maka bila K
besar, jumlah kanal tiap sel menjadi sedikit sehingga meningkatkan ketidakefesiensian
spektrum.
Penentuan jumlah sel per cluster berdasarkan rasio reuse (q), konfigurasi sel dan
persyaratan rasio C/I (Carrier to Interface). Rasio C/I adalah perbandingan daya carrier
terhadap daya interferensi yang diterimah pada mobile station . Pada media radio mobil
R −4 1 1
C/I = = = −4 (3.25)
∑Di −4
∑( Di / R) −4
q
29
Pada konfigurasi omnidirectional kondisi normal, jarak antar sel dan co-channelnya sama
1 q −4
C/I = = (3.26)
n.q −4 n
Bila kapasitas trafik pada suatu sel mengalami peningkatan dan jumlah kanal
frekuensi sel tersebut sudah tidak mencukupi lagi, maka sel dapat dipecah menjadi
beberapa sel dengan radius sel yang lebih kecil, dengan menggunakan daya pancar yang
lebih rendah. Biasanya radius sel yang baru sama dengan setengah dari radius sel yang
lama.
yang akan direncanakan. Pada Perencanaan ini akan dipilih daerah Cilegon, data
Morfologi wilayah berdasarkan referensi dapat dibagi menjadi empat kategori yaitu :
Dense urban, urban, suburban dan rural. Penentuan wilayah menurut referensi, lebih
• Dense urban, daerah ini biasanya merupakan distrik bisnis pada area metropolitan.
Bangunan – bangunan di area ini memiliki 20 lantai atau lebih, terdiri dari gedung
30
• Suburban, daerah ini biasanya terdiri dari campuran perumahan dan daerah bisnis
dengan bangunannya memiliki satu hingga lima lantai, tetapi utamanya rata – rata
• Rural, biasanya terdiri dari area terbuka dengan bangunan yang tidak melebihi
Link budget merupakan salah satu elemen penting dalam design system radio.
Link budget memasukkan semua masalah yang berkaitan dengan propagasi antara base
station (BS) dan mobile station (MS). Link budget harus memperhitungkan semua gain
dan loss serta margin untuk berbagai macam path impairment yang dialami oleh sinyal
Link budget memiliki dua jalur up link dan down link. Jalur uplink merupakan jalur dari
unit pengguna (MS) ke base station. Sedangkan jalur downlink merupakan jalur dari base
station ke unit pengguna. Path loss didapat dengan menambahkan dan mengurangkan
komponen – komponen link budget. Path loss maksimum yang digunakan adalah path
loss terkecil diantara jalur uplink atau jalur downlink. Jarak maksimum antara base
station dengan mobile station diturunkan dari path loss maksimum tersebut, dengan
menggunakan model propagasi yang sesuai untuk daerah tersebut dan frekuensi yang
digunakan.
1. Daya kirim (Transmit power), pada jalur uplink yang diperhitungkan adalah daya
kirim MS (MS Tx Power) dan jalur downlink yang diperhitungkan adalah daya
31
2. Gain Antena (Antenna gain), ini merupakan ukuran dari kemampuan antenna
3. Receiver sensitivity, Daya sinyal terrendah yang masih dapat diterima oleh
receiver dan masih dapat dimodulasi dengan baik pada tingkat kualitas yang
masih dapat diterima. Pada jalur uplink yang diperhitungkan adalah BS Receiver
Sensitivity.
4. LNA Gain, pengguna LNA untuk diversitas pada arah uplink, agar path loss pada
arah uplink dan arah downlink memiliki nilai yang seimbang atau mendekati
sama. Bila path loss pada arah downlink jauh lebih besar daripada arah uplink
maka handover tidak akan terjaadi saat MS melewati batas suatu sel.
5. Feeder Loss, Loss yang berasal dari kabel yang menghubungkan antara base
6. Combainer loss, Loss yang berasal dari peralatan yang dapat mengkombinasikan
7. Building penetration loss, Loss yang memperhitungkan penetrasi sinyal dari luar
kedalam gedung, bila MS berada didalam gedung dan BTS berada diluar gedung.
8. Fade margin, Margin yang dibutuhkan untuk mengatasi multipath fading yang
Harga atau besarnya masing – masing komponen link budget diatas berasal dari
32
1800 MHz (DCS 1800). Selain itu berasal dari spesifikasi teknis produk – produk
yang digunakan.
Persamaan untuk menghitung path loss pada jalur uplink maupun downlink secara
Keterangan :
33
BAB IV.
CILEGON
Perencanaan penentuan lokasi BTS yang dibahas pada Bab ini adalah Perencanaan
penentuan lokasi BTS di area Cilegon (PT Indosat). Data dan Spesifikasi teknis
dua segi yaitu dari segi coverage dan trafik. Metoda propagasi yang digunakan dalam
perhitungan link budget adalah metoda Okumura Hata. Hasil dari Perencanaan ini
sampai 06-03-30 LS. Luas area cilegon sekitar 88 Km2 dengan asumsi jumlah
Perhitungan link budget dimulai dari menentukan nilai – nilai yang harus
dimasukkan dalam komponen yang menyusun link budget. Band frekuensi yang
digunakan adalah band DCS 1800. Band frekuensi ini beroperasi pada frekuensi
34
(Satelindo) 1717.5 – 1722.5 MHz untuk arah uplink, dan 1812.5 – 1817.5 MHz untuk
arah downlink.
sebagai berikut :
• MS Tx Power kelas 4 = 33 dB
• BS Tx Power kelas 4 = 39 dB
4. Feeder Loss
• Kabel yang digunakan adalah kabel 7/8 “ lossnya ± 0.3 dB per 10 meter
5. Fade margin
6. BS Cable losses = - 3 dB
7. Duplexer loss = -1 dB
8. Diversity Gain = 3 dB
35
Tabel 4.1 Perhitungan link budget area urban
Uplink Downlink
Parameter Satuan Nilai Parameter Satuan Nilai
MS Transmit
dB 33 BS Transmit Power dB 39
Power
MS Cable Loss dB 0 BS Cable losses dB -3
MS Gain Antena dBi 0 BS Antena Gain dBi 15.6
Body Loss dB -2 Feeder Loss dB -12
Max. Allowable Max. Allowable -
dB -144.4 dB
path loss path loss 142.4
Log normal Fading
Feeder Loss dB -1.2 dB -12
Margin
Log Normal
dB -10 Body Loss dB -2
Fading Margin
BS Antena Gain dBi 15.6 MS Antena Gain dBi 0
BS Cable Losses dB -3 MS Cable loss dBi 0
Duplexer Loss dB -1 MS Rx Sensitivity dBm -106
Diversity Gain dB 3
BS Rx Sensitivity dBm -110
36
Tabel 4.2. Perhitungan link budget area suburban
Uplink Downlink
37
Tabel 4.3. Perhitungan link budget area rural (open area)
Uplink Downlink
Perencanaan penentuan letak BTS dari segi coverage di area cilegon ini menggunakan
model propagasi Okumura Hata yang menggunakan band frekuensi GSM 900 karena
GSM 900 dilihat dari segi coverage lebih luas. Parameter – parameter yang digunakan
38
• hMS = 1.5 meter
• hBS = 30 – 70 meter
Dengan menggunakan asumsi bahwa area Cilegon adalah kota berukuran sedang
cilegon dibagi tiga kategori yaitu area urban, suburban dan rural. Luas area urban di
wilayah Cilegon sekitar 70 Km2, luas area suburban sekitar 42 Km2 dan luas area
rural sekitar 24 Km2. Jarak maksimum antara MS dan BTS pada area urban dihitung
untuk area rural menggunakan persamaan (3.17). Hasil dari perhitungan jarak
maksimum antara MS dan BTS untuk masing – masing area dapat dilihat pada tabel
4.4.
GSM 900
Log – normal d (Jarak
Tinggi Path Loss A (Cakupan
Clutter Fading maksimum MS
Antena Maximum Sel) Km2
Margin ke BTS) Km
30 meter 1.76 Km 8 Km2
40 meter 2 Km 10.4 Km2
Urban 142.4 dB 12 dB
55 meter 2.33 Km 14.1 Km2
70 meter 2.62 Km 17.84 Km2
30 meter 4.33 Km 48.71 Km2
40 meter 5Km 64.95 Km2
Suburban 144.4 dB 10 dB
55 meter 6 Km 93.53 Km2
70 meter 6.8 Km 120 Km2
30 meter 20.66 Km 1108.95 Km2
Open Area 40 meter 24.91 Km 1612.3 Km2
148.4 dB 6 dB
(Rural) 55 meter 30.99 Km 2496.04 Km2
70 meter 36.84 Km 3525.9 Km2
39
Dengan diketahui jarak maksimum antara MS dan BTS dapat dihitung Jumla BTS
pada setiap area dengan menggunakan persamaan (3.7). Hasil perhitungan dapat
GSM 900
A
Tinggi Luas
Clutter (Cakupan N(Jumlah Sel)
Antena Area
Sel) Km2
30 meter 8 Km2 9 sel
2
40 meter 10.4 Km 7 sel
Urban 70 Km2
55 meter 14.1 Km2 5 sel
70 meter 17.84 Km2 4 sel
2
30 meter 48.71 Km 1 sel
40 meter 2
64.95 Km2 1 sel
Suburban 42 Km
55 meter 93.53 Km2 0.45
70 meter 120 Km2 0.35
1108.95
30 meter 0.02
Km2
1612.3
40 meter 0.014
Open Area 2 Km2
24 Km
(Rural) 2496.04
55 meter 0.0096
Km2
3525.9
70 meter 0.0068
Km2
Proses perhitungan distribusi trafik melibatkan jumlah kanal, GOS, dan carried
offered traffic yang hanya dapat dilihat pada table Elang B. Proses awal adalah
perhitungan kapasitas trafik total dimana proses perkalian antara asumsi subscriber
sekitar 20 ribu orang dengan trafik per subscriber 12 mE yaitu 240 Erlang. Pembagian
40
beban trafik untuk masing – masing area dengan asumsi subscriber 20 ribu orang
4/4/4
2 4/3/3
Urban (70 Km ) 80% 16000 192 Erlang
3/3/3
3/3/3
Suburban (42 Km2) 15% 3000 36 Erlang 3/3/3
Rural (24 Km2) 5% 1000 12 Erlang 2/2/2
Proses ini adalah menentukan letak BTS pada wilayah yang telah ditentukan dengan
mempunyai jarak ideal 120o. Dengan menentukan koordinat letak BTS yang
dirancang pada peta yang tersedia, mengatur ketinggian antenna dengan menentukan
type antenna yang digunakan dan manggunakan konfigurasi TRX yang telah
41
Tabel 4.7. Hasil Perencanaan Letak BTS
42
4.6. Proses plotting BTS pada Tool Plan
Proses Plotting BTS menggunakan tool plan pada wilayah yang direncanakan adalah
proses terakhir dalam perencanaan BTS. Dengan input data koordinat dari letak BTS,
orientasi antenna, ketinggian antenna dan type antena melalui tool plan dapat dilihat
area yang tercover oleh jumlah BTS yang diletakkan pada wilayah tersebut. Dalam
tool plan dapat melihan kontur dari area yang di cover dan sampai jarak berapa area
masih bisa tercover oleh satu BTS. Penentuan jumlah BTS actual berdasarkan
43