You are on page 1of 5

Kelompok : Es Teh

Khoirul Fikri Sofi 108811415565


Prima Arifin 108811410343
Lukman Agus K 108811410330
DINAMIKA SOSIAL
A. Definisi Perubahan Sosial
Perubahan sosial merupakan fenomena yang wajar dalam kehidupan bermasyarakat. Ha
l ini dikarenakan setiap manusia mempunyai kepentingan yang tidak terbatas. Untu
k mencapainya, manusia melakukan berbagai perubahan-perubahan. Perubahan tidak h
anya semata-mata berarti suatu kemajuan, namun dapat pula berarti suatu kemundur
an.
Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Wilbert
Moore misalnya, mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari st
uktur sosial” dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku da
n interaksi sosial”. Dengan demikian dapat diartikan bahwa perubahan social dalam
suatu kajian untuk melihat dan mempelajari tingkah laku masyarakat dalam kaitann
ya dengan perubahan.
Secara umum, unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan antara lain nil
ai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku, organisasi sosial, lemb
aga-lembaga kemasyarakatan, stratifikasi sosial, kekuasaan, tanggung jawab, kepe
mimpinan, dan sebagainya, kesemua perubahan ini dinamakan perubahan sosial. Bebe
rapa definisi pengertian perubahan sosial menurut ahli adalah sebagai berikut.
1. Selo Soemardjan
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termas
uk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dala
m masyarakat

2. Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan (social
relation), atau perubahan terhadap keseimbangan hubungan social.
3. Gillin dan Gillin
Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara h
idup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan ma
terial, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan penemua
n baru dalam masyarakat.
4. Kingsley David
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan f
ungsi masyarakat.
5. William F. Ogburn
Perubahan sosial adalah perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan baik mate
rial maupun immaterial yang menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur ke
budayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
Dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang berkenaan dengan
kehidupan masyarakat yang termasuk perubahan sistem nilai dan norma sosial, sist
em pelapisan sosial, struktur sosial, proses-proses sosial, pola dan tindakan so
sial warga masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan se
bagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memilik
i ciri-ciri antara lain:
1. Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami
perubahan baik lambat maupun cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
3. Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi
yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
4. Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual kar
ena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.
B. Mobilitas Sosial
Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataup
un penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorang pensiunan pegawai re
ndahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan ber
hasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak
ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang yang berbeda deng
an ayahnya. Namun, ia gagal dan akhirnya jatuh miskin. Proses perpindahan posisi
atau status sosial yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam stru
ktur sosial masyarakat inilah yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (s
ocial mobility)
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari sat
u kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu k
e strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobi
litas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu y
ang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hu
bungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelomp
oknya.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yak
in bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan
mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingka
t mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap
dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih
tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan t
erkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas social tertu
tup.
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memung
kinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutu
p kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau
pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut siste
m kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia t
etap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang
lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi
kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak so
sial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial adalah sebagai be
rikut :
• Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan meref
lesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan
status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan
kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status so
sialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standa
r hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ket
ika ia menjadi pegawai rendahan.
• Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perka
winan.
Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah den
gan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini
dapat menaikan status si wanita tersebut.
• Perubahan tempat tinggal
Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari
tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonst
ruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara
otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai oran
g kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.
• Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sos
ialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang
diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian,
ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan
kelas yang diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan l
apisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu d
engan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.
• Perubahan nama
Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertent
u. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi
sosial yang lebih tinggi.
Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebag
ai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya. Setelah diang
kat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedud
ukannya yang baru seperti "Raden".
C. Teori-teori Perubahan Sosial
Teori perubahan social dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa perubahan soci
al dan budaya sebagai produk dari sebuah produksi (materialism), sedangkan Max w
eber lebih pada system gagasan, system pengetahuan, system kepercayaan yang just
ru menjadi sebab perubahan.
Kecenderungan terjadinya perubahan-perubahan sosial merupakan gejala yang wajar
yang timbul dari pergaulan hidup manusia di dalam masyarakat. Perubahan-perubaha
n sosial akan terus berlangsung sepanjang masih terjadi interaksi antarmanusia d
an antarmasyarakat. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur
-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat, seperti perubahan dalam unsu
runsur geografis, biologis, ekonomis, dan kebudayaan. Perubahan-perubahan terseb
ut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Adapun t
eori-teori yang menjelaskan mengenai perubahan sosial adalah sebagai berikut.
1. Teori Evolusi (Evolution Theory)
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang memerlukan proses yang cuku
p panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui u
ntuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam-macam teori tentang evolus
i. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu unilinear theori
es of evolution, universal theories of evolution, dan multilined theories of evo
lution.
a. Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan m
engalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang se
derhana ke bentuk yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara
lain Auguste Comte dan Herbert Spencer.
b. Universal Theories of Evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tah
ap tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi t
ertentu. Menurut Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat meru
pakan hasil perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.
c. Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap tahaptahap perkembangan tert
entu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang perubahan
sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian menetap dengan m
enggunakan pemupukan dan pengairan.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa kelemahan dari Teori Ev
olusi yang perlu mendapat perhatian, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi sebuah
rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.
b. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas, karena ada
beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui tahapan tertentu dan langsung
menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu tahapan. Sebalik
nya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak maju seperti yan
g diinginkan oleh teori ini.
c. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya
, ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya.
Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang mer
upakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan perubahan a
kan mencapai titik akhir. Padahal perubahan merupakan sesuatu yang bersifat teru
smenerus sepanjang manusia melakukan interaksi dan sosialisasi.
2. Teori Konflik (Conflict Theory)
Menurut pandangan teori ini, pertentangan atau konflik bermula dari pertikaian k
elas antara kelompok yang menguasai modal atau pemerintahan dengan kelompok yang
tertindas secara materiil, sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori
ini memiliki prinsip bahwa konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat pa
da struktur masyarakat.
Teori ini menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik sosial, b
ukan perubahan sosial. Karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya ko
nflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus-menerus, maka perubahan juga ak
an mengikutinya. Dua tokoh yang pemikirannya menjadi pedoman dalam Teori Konflik
ini adalah Karl Marx dan Ralf Dahrendorf.
Secara lebih rinci, pandangan Teori Konflik lebih menitikberatkan pada hal berik
ut ini.
a. Setiap masyarakat terus-menerus berubah.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang perubahan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya berada dalam ketegangan dan konflik.
d. Kestabilan sosial akan tergantung pada tekanan terhadap golongan yang satu ol
eh golongan yang lainnya.

3. Teori Fungsionalis (Functionalist Theory)


Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag (kesenjangan budaya).
Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan bahwa perubahan sosial
tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan dalam masyarakat. Menur
ut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja berubah dengan sangat cepat se
mentara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti kecepatan perubahan unsur terse
but. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan unsur yang berubah secara perlahan
tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan kesenjangan sosial atau cultural lag.
Para penganut Teori Fungsionalis lebih menerima perubahan sosial sebagai sesuatu
yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan dianggap sebagai suatu
hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pad
a saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam kebudayaan. Apabila perubahan it
u ternyata bermanfaat, maka perubahan itu bersifat fungsional dan akhirnya diter
ima oleh masyarakat, tetapi apabila terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat
, perubahan akan ditolak. Tokoh dari teori ini adalah William Ogburn.
Secara lebih ringkas, pandangan Teori Fungsionalis adalah sebagai berikut.
a. Setiap masyarakat relatif bersifat stabil.
b. Setiap komponen masyarakat biasanya menunjang kestabilan masyarakat.
c. Setiap masyarakat biasanya relatif terintegrasi.
d. Kestabilan sosial sangat tergantung pada kesepakatan bersama (konsensus) di k
alangan anggota kelompok masyarakat.
4. Teori Siklis (Cyclical Theory)
Teori ini mencoba melihat bahwa suatu perubahan sosial itu tidak dapat dikendali
kan sepenuhnya oleh siapapun dan oleh apapun. Karena dalam setiap masyarakat ter
dapat perputaran atau siklus yang harus diikutinya. Menurut teori ini kebangkita
n dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar
dan tidak dapat dihindari.
Sementara itu, beberapa bentuk Teori Siklis adalah sebagai berikut.

a. Teori Oswald Spengler (1880–1936)


Menurut teori ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak,
remaja, dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menj
elaskan perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses k
elahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar s
eribu tahun.
b. Teori Pitirim A. Sorokin (1889–1968)
Sorokin berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem
kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah
kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
1) Kebudayaan ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan ke
percayaan terhadap kekuatan supranatural.
2) Kebudayaan idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur ad
ikodrati (supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam
menciptakan masyarakat ideal.
3) Kebudayaan sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dar
i kenyataan dan tujuan hidup.
c. Teori Arnold Toynbee (1889–1975)
Toynbee menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan
, keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee te
lah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini beralih menuju
ke tahap kepunahannya.

You might also like