You are on page 1of 18

“ELEKTROKARDIOGRAFI”

A. Anatomi dan Fisiologi Jantung


Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung
dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan
kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm,
lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200
sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya
jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa
2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak
diantara kedua paru dan berada ditengah - tengah dada, bertumpu pada
diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus.
Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III
dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi
cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum
Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II
sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis
5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.

Gambar 1: Letak anatomi jantung


Jantung memiliki 3 lapisan yaitu:
1. Endokardium
Endokardium merupakan lapisan jantung yang terdapat di sebelah dalam
sekali yang terdiri dari jaringan endotel atau selaput lendir yang melapisi
permukaan rongga jantung.
2. Miokardium
Merupakan lapisan inti dari jantung yang terdiri dari otot – otot jantung,
otot jantung ini membentuk bundalan – bundalan otot yaitu:
a. Bundalan otot atria, yang terdapat di bagian kiri/kanan dan basis kordis
yang membentuk serambi atau aurikula kordis.
b. Bundalan otot ventrikel, yang membentuk biling jantung, dimulai dari
cincin atrioventrikuler sampai di apeks jantung.
c. Bundalan otot atrioventrikuler merupakan dinding pemisah antara
serambi dan bilik jantung.
3. Epikardium
Lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus, terdiri
dari dua lapisan parietal dan viseral yang bertemu di pangkal jantung
membentuk kantung jantung. Dalam cavum pericardii berisi 50 cc cairan
yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium
dan epicardium.
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut
atrium dan sisanya adalah ventrikel. Diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup tricuspid, sedangkan
pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut
dengan katup mitral. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat
terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
Gambar 2: ruangan – ruangan Jantung

Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana


pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak.
Selain itu otot jantung juga mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan
rangsangan listrik. Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang
tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya
ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang
mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu
didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus
sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava superior dan
atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara
spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan
melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His,
serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
Gambar 3 : Kelistrikan Jantung

Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi
memenuhi kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih banyak darah
dibandingkan dengan organ lain. Aliran darah untuk jantung diperoleh dari
arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri koroner ini keluar dari aorta kira-
kira ½ inchi diatas katup aorta dan berjalan dipermukaan pericardium. Lalu
bercabang menjadi arteriol dan kapiler ke dalam dinding ventrikel. Sesudah
terjadi pertukaran O2 dan CO2 di kapiler , aliran vena dari ventrikel dibawa
melalui vena koroner dan langsung masuk ke atrium kanan dimana aliran
darah vena dari seluruh tubuh akan bermuara. Sirkulasi darah ditubuh ada 2
yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis. Sirkulasi paru mulai dari ventrikel
kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil, kapiler lalu masuk ke paru,
setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis dan akhirnya
kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira-
kira 15-20 mmHg pada arteri pulmonalis. Sirkulasi sistemis dimulai dari
ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri kecil, arteriole lalu ke seluruh
tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava inferior, vena cava
superior akhirnya kembali ke atrium kanan.
B. Pengertian EKG
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktifitas listrik
jantung. Sedangkan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang
menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam
tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang
pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung akan menimbulkan
kelainan gambar EKG.
EKG hanyalah salah satu alat bantu dalam menegakkan diagnosis
penyakit jantung. Gambaran klinis penderita tetap merupakan pegangan yang
penting dalam menentukan diagnosis, karena pasien dengan penyakit jantung
mungkin mempunyai gambaran EKG yang normal atau sebaliknya individu
yang normal mungkin mempunyai gambaran EKG yang abnormal.

C. Manfaat EKG
EKG mempunyai nilai diagnostik pada keadaan klinis berikut :
1. Aritmia jantung
2. Hipertropi atrium dan ventrikel
3. Iskhemia dan infark myokard
4. Efek obat-obatan terutama digitalis dan anti-aritmia
5. Gangguan keseimbangan elektrolit khususnya kalium
6. Penilaian fungsi pacu jantung.

D. Elektrofisiologi Sel Otot Jantung


Sel otot jantung dalam keadaan istirahat permukaan luarnya
bermuatan positif dan bagian dalamnya bermuatan negatif. Perbedaan
potensial melalui membran sel ini kira-kira –90 miliVolt. Ada tiga ion yang
mempunyai peran penting dalam elektrofisiologi sel, yaitu kalium, natrium
dan kalsium.
Rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion
natrium dengan cepat dari cairan luar sel ke dalam, sehingga menyebabkan
muatan dalam sel menjadi lebih positif dibandingkan muatan luar sel. Proses
terjadinya perubahan muatan akibat rangsangan dinamakan Depolarisasi.
Setelah depolarisasi terjadi pengembalian muatan ke keadaan semula, proses
ini dinamakan Repolarisasi. Seluruh proses tersebut disebut Aksi potensial.
Penyebab-penyebab tersebut di atas akan mengakibatkan perubahan
permeabelitas membrane terhadap ion-ion. Aksi potensial dibagi atas 5 fase
sesuai dengan elektrofisiologi yang terjadi.
1. Fase istirahat – fase 4
Pada keadaan istirahat bagian luar sel jantung bermuatan positif dan
bagian dalam bermuatan negative. Sel tersebut mengalami POLARISASI.
Dalam keadaan polarisasi membrane sel lebih permeable terhadap K + dari
pada Na+ sehingga sebagian kecil K+ merembes keluar sel. Dengan
hilangnya K+ maka bagian dalam sel menjadi relatof negatif.
2. Fase depolarisasi – fase 0
Depolarisasi sel disebabkan oleh meningkatnya permeabelitas membrane
terhadap Na+ sehingga Na+ mengalir dari luar ke dalam sel dengan cepat.
Akibatnya muatan di dalam sel menjadi positif sedangkan di luar menjadi
negatif.
3. Fase polarisasi parsial – fase 1
Segera setelah terjadi depolarisasi terdapat sedikit perubahan akibat
masuknya Cl- ke dalam sel sehingga muatan positif di dalam sel menjadi
berkurang.
4. Fase plato (keadaan stabil) – fase 2
Fase 1 diikuti keadaan stabil yang agak lama sesuai dengan masa refrakter
absolute dari miokard. Selama fase ini tidak ada perubahan muatan listrik.
Terdapat keseimbangan antara ion positif yang masuk dan keluar. Yang
menyebabkan fase plato ini adalah aliran Ca++ dan Na+ ke dalam sel secara
perlahan-lahan yang diimbangi keluarnya K+ dari dalam sel.
5. Fase repolarisasi cepat – fase 3
Pada fase ini muatan Ca+ dan Na+ secara berangsur-angsur tidak mengalir
lagi dan permeabelitas terhadap K+ sangat meningkat sehingga K+ keluar
dari sel dengan cepat. Akibatnya muatan positif di dalam sel menjadi
sangat berkurang sehingga pada akhirnya muatan di dalam sel menjadi
relatif negatif dan muatan di luar sel menjadi relatif positif.
E. Sistem Konduksi Jantung
Di dalam otot jantung terdapat jaringan khusus yang menghantarkan
aliran listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat yang khusus:
1. Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan
2. Irama : pembentukan impuls yang teratur
3. Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls
4. Daya rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas, maka secara spontan dan teratur jantung
akan menghasilkan impuls-impuls yang disalurkan melalui system hantar untuk
merangsang otot jantung dan menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls
dimulai dari “SA NODE” sampai ke serabut purkinye.
1. SA Node (Sino-Atrial Node)
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel
dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan
impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 – 100 kali permenit
kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium
terangsang
2. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid.
Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan
frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 – 60 kali permenit.
Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai
oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak,
maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
3. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
a. Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch)
b. Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch )
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke
cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
4. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel.
Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga
seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker
(impuls) yang secara otomatis mengeluarkan impuls dengan frekuensi 20 –
40 kali permenit.

F. Pembuatan Gelombang Listrik Jantung


Pada dasarnya untuk merekam aktivitas listrik jantung, kita dapat
meletakkan elektroda di mana saja di permukaan tubuh. Kalau kita lakukan
seperti itu, kita akan segera tahu bahwa gelombang yang terekam dengan
penempatan elektroda positif di lengan kiri tampak sangat berbeda dengan
gelombang yang dapat terekam dengan elektroda positif di lengan kanan (atau
kaki kanan, kaki kiri, dan sebagainya).
Sebenarnya mudah untuk dimengerti bagaimana hal ini dapat terjadi.
Gelombang deepolarisasi yang berjalan ke arah suatu elektroda positif akan
menimbulkan defleksi positif pada EKG. Gelombang depolarisasi yang
menjauhi elektroda positif akan menimbulkan defleksi negatif.
Gelombang depolarisasi bergerak dari kiri ke kanan, menuju ke arah
elektroda. Alat EKG akan merekam defleksi positif,maka garis pada grafik
akan naik.Apabila gelombang depolarisasi bergerak dari kanan ke kiri;maka
bila elektroda sekarang ditempatkan sedemikian sehingga gelombang
depolarisasinya menjauhi elektroda itu, pada gambaran EKG akan terekam
defleksi negatif.
Bila elektroda positif tadi ditempatkan pada bagian tengah sel, maka
pada awalnya,sewaktu bagian depan gelombang tadi mendekati elektroda,
EKG akan merekam defleksi positif. Selanjutnya,tepat pada saat gelombang
itu mencapai elektroda, muatan positif dan negatif seimbang dan pada
pokoknya saling menghambat satu sama lain, sehingga rekaman EKG nya
akan kembali ke garis dasar lagi.Sewaktu gelombang depolarisasinya
menyurut, akan tergambar defleksi negatif.
Bila seluruh otot sudah terdepolarisasi, akhirnya rekaman itu sekali
lagi akan kembali ke garis dasar.Gambaran akhir sebuah gelombang
depolarisasi yang bergerak tegak lurus menuju ke elektroda positif adalah
gelombang bisafik.
Pada gambaran EKG, efek repolarisasi sama dengan efek depolarisasi,
kecuali bahwa muatannya terbalik. Sebuah gelombang repolarisasi yang
bergerak menju ke arah elektroda positif akan menggambarkan defleksi
negatif pada EKG. Sedangkan gelombang repolarisasi yang bergerak
menjauhi elektroda positif akan menghasilkan defleksi positif pada EKG.
Gelombang yang tegak lurus akab menghasilkan gelombang bisafik, namun
defleksi negatif gelombang bisafiki itu sekarang berada di depan defleksi
positif.

G. Sandapan EKG
Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di
kulit pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat
penting diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan
pencatatan yang berbeda. Kata sadapan memiliki 2 arti pada
elektrokardiografi: bisa merujuk ke kabel yang menghubungkan sebuah
elektrode ke elektrokardiograf, atau (yang lebih umum) ke gabungan
elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik
diukur. Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan
istilah 12 sadapan EKG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah
elektrokardiograf 12 sadapan biasanya hanya menggunakan 10
kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan inilah yang digunakan di sini.
Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial
listrik antara sejumlah titik tubuh menggunakan penguat
instrumentasi biomedis. Sebuah sadapan mencatat sinyal listrik jantung dari
gabungan khusus elektrode rekam yang ditempatkan di titik-titik tertentu
tubuh pasien.
Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi
(atau rerata vektor listrik) menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan
yang berhubungan.
Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi
menciptakan defleksi negatif pada EKG di sadapan yang berhubungan.
Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang
depolarisasi (atau rerata vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau
isoelektrik) di EKG, yang akan bernilai positif saat muka gelombang
depolarisasi (atau rerata vektor listrik) mendekati (A), dan kemudian menjadi
negatif saat melintas dekat (B).
Terdapat 2 jenis sandapan (lead) pada EKG, yaitu :
1. Sandapan Bipolar,
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, yang ditandai dengan
angka romawi I, II dan III.
a. Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) yang
bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).
b. Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan (-) dengan
kaki kiri (LF) yang bermuatan (+)
c. Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) yang
bermuatan (-) dan kaki kiri (+).
EKG seperti itu membentuk dasar yang kini dikenal sebagai segitiga
Einthoven.
2. Sandapan Unipolar
a. Sandapan Unipolar Ekstremitas:
1) aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang
bermuatan (+), dan elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki
kiri membentuk elektroda indifiren.
2) aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang
bermuatan (+), dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki
kiri membentuk elektroda indifiren.
3) aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang
bermuatan (+) dan elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan
kaki kiri membentuk elektroda indifiren.
b. Sadapan Unipolar prekordial:
Sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 ditempatkan secara
langsung di dada. Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan itu tak
memerlukan augmentasi. Terminal sentral Wilson digunakan untuk
elektrode negatif, dan sadapan-sadapan tersebut dianggap unipolar.
Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di bidang
horizontal. Sumbu kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut
sebagai sumbu Z.
Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial
kanan sedangkan V4, V5, dan V6 disebut sebagai sadapan prekordial
kiri.
Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6.
Kompleks QRS harus menunjukkan peralihan bertahap dari negatif ke
positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan ekuifasik itu disebut
sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3,
peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah
sadapan V3, peralihan ini disebut sebagai peralihan akhir. Harus ada
pertambahan bertahap pada amplitudo gelombang R antara sadapan
V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi gelombang R. Progresi
gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang spesifik, karena
dapat disebabkan oleh sejumlah abnormalitas konduksi, infark otot
jantung, kardiomiopati, dan keadaan patologis lainnya.
1) Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
2) Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
3) Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
4) Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea
(sekalipun detak apeks berpindah).
5) Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea
axillaris anterior.
6) Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di
linea midaxillaris.
Gambar 4: sandapan EKG

H. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horizontal
dan vertikal dengan jarak 1 mm (sering disebut sebagai kotak kecil). Garis
yang lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm (disebut kotak besar).
Garis hirizontal menggambarkan waktu, dimana 1 mm = 0,04 detik.
Sedangkan 5 mm = 0,20 detik. Garis vertikal menggambarkan voltase,
dimana 1 mm = 0,1 miliVolt, sedang setiap 10 mm = 1 miliVolt.
Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan
kecepatan 25 mm/s, meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering
digunakan. Setiap kotak kecil kertas EKG berukuran 1 mm². Dengan
kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama dengan 0,04 s (40 ms). 5
kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s (200 ms).
Karena itu, ada 5 kotak besar per menit. 12 sadapan EKG berkualitas
diagnostik dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1
mV. Sinyal "kalibrasi" harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar
1 mV harus menggerakkan jarum 1 cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di
kertas EKG.

Gambar 5 : Kertas EKG

I. Kurva EKG
Menggambarkan proses listrik yang terjadi pada atrium dan ventrikel.
Kurva EKG yang normal terdiri dari gelombaang P,Q,R.S dan T serta
kadang-kadang gelombang U. selain itu juga ada beberapa interval dan
segmen EKG.
Gambar 6: Kurva EKG

1. Gelombang P
Merupakan gambaran proses depolarisasi atrium. Positif di sandapan
I,II,aVF,V2-V6, terbalik di aVR, mungkin tegak, bifasik atau terbalik
(negatif) di III, aVL dan V1. Gelombang P yang normal :
 Lebar < 0,12 detik
 Tinggi < 0,3 miliVolt
 Selalu positif di lead II
 Selalu negatif di lead Avf
2. Gelombang QRS
Merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel. Seringkali normal di
V1 dan kadang-kadang di V2
Gelombang QRS yang normal :
 Lebar 0,06-0,12 detik
 Tinggi tergantung lead (bila lebih dari 0,12 detik harus dicari
kemungkinan ada RBBB, LBBB atau ventrikel ekstrasistole).
3. Gelombang Q
Adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS. Gelombang q
kecil biasanya terlihat di sandapan I,II, aVF, dan V4-V6, durasinya < 0,03
detik dan tinggi/dalam amplitudo tidak lebih dari 25% tinggi gel R.
Gelombang Q dalam ukuran bervariasi normal di sandapan aVR.
Sedangkan gelombang Q besar yaitu durasi 0,04 detik atau 25% lebih
besar dari gelombang R dapat dilihat di sandapan III sendiri. Q abnormal
yang ditemukan di sadapan I atau sadapan prekordial adalah diagnostik.
Gelombang Q abnormal disebut gelombang Q patologis
Gelombang Q yang normal :
 Lebar < 0,04 detik
 Tinggi / dalam < 1/3 gelombang R
4. Gelombang R
Adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Gelombang R
umumnya positif di lead I, II, V5 dan V6. Gelombang r kecil di V1 dan
membesar secara progresif di V2-V4. Atau di lead aVR, V1 dan V2
biasanya hanya kecil atau tidak ada sama sekali.
5. Gelombang S
Adalah defleksi negatif sesudah gelombang R. Di lead aVR dan V1
gelombang S terlihat dalam, dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama
makin menghilang atau berkurang dalamnya. Gelombang S mungkin
ditemukan di sandapan I, II, dan selalu lebih kecil daripada gelombang R
pada masing-masing sandapan.
6. Gelombang T :
Merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya gelombang
T positif di lead I,II, aVF dan V3-V6 dan terbalik di aVR. Gelombang ini
mungkin tegak, bifasik atau terbalik di sadapan III, aVL dan V1.
7. Interval PR
Interval PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permulaan
gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik.
Ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan
jalannya impuls melalui berkas his sampai permulaan depolarisasi
ventrikel.
8. Segmen ST
Diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T. segmen ini
normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi dari
-0,5 sampai + 2 mm. Segmen ST yang naik disebut ST elevasi, dan yang
turun disebut ST depresi.

J. Cara menilai EKG


1. Tentukan frekuensi (heart rate)
Cara menentukan frekuensi EKG dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. 300 : Jumlah kotak besar (KB) antara R-R
b. 1500 : Jumlah kotak kecil (KK) antara R-R
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik (30 KB), hitung jumlah QRS dan
kalikan 10. Atau EKG strip sepanjang 12 detik, hitung jumlah QRS
dan kalikan 5.
2. Tentukan irama jantung (rhythm)
Dalam mentukan irama jantung, urutan yang harus ditentukan adalah sbb:
a. Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
(cara sederhana dengan mengambil penggaris, ukur lebar antar
gelombang r, bila sama setiap jaraknya maka irama teratur, bila
berbeda maka irama tidak teratur)
b. Tentukan berapa frekuensi jantung
c. Tentukan gelombang p normal atau tidak
d. Tentukan interval pr, normal atau tidak
e. Tentukan gelombang qrs normal atau tidak
f. Interpretasi
Irama jantung yang normal impulsnya berasal dari nodus SA, maka
iramanya disebut Irama Sinus.
Kriteria Irama sinus adalah sebagai berikut :
 irama teratur
 frekuensi jantung (HR) antara 60-100 x / menit
 gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti QRS dan T
 interval PR normal (0,12-0,20 detik)
 gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik)
 semua gelombang sama
Irama EKG yang tidak mempunyai kriteria tersebut diatas disebut
Disritmia.
3. Tentukan sumbu jantung

Gambar 7: Axis jantung

Ada beberapa cara di bawah ini dalam menentukan aksis jantung, ada
juga yang mengatakan kalau aksis jantung juga bisa di tentukan melalui
bidang horizontal. menghitung melalui bidang frontal yaitu dengan
menggunakan lead I, II, III, aVR, aVF, aVL seperti penjelasan saya
sebagai berikut :
1. Lihat lead I dan aVF ---> kalau kedua lead ini dominan
menggambarkan positip defleksi, jangan ragu untuk mengatakan
normal aksis karena masih dalam daerah normal aksis.
2. Kalau menemukan salah satu dari lead I atau aVF negatif, maka
gunakan cara ini. Misalkan lead aVF defleksi pasitip 5 mm (5 kotak
kecil= 1 kotak besar) dan defleksi negative 10 mm ( 10 kotak kecil) jadi
di lead aVF dominasinya defleksi negatif ---> (-10 mm )- (+5 mm) = -
5mm, sedangkan di lead I misalkan defleksi positip 11mm (11 kotak
kecil) dan defleksi negatif 2 mm (2 kotak kecil). Jadi di lead I
dominasinya defleksi positip ---> (+11mm) - (-2mm) = + 9mm. Anda
tinggal hitung 5mm kearah negatif lead aVF, dan 9 mm kearah positip
lead I. Setelah itu tentukan titik pertemuan kedua lead tersebut,
kemudian hubungkan titik pertemuan itu dengan titik pusat.
3. Cari lead yang bifasik atau yang mendekati bifasik defleksi (50:50) baik
kearah positif maupun ke arah negatif defleksi. Misalkan anda
menemukan lead yang bifasik berada di lead aVF, selanjutnya anda cari
lead yang tegak lurus dengan lead aVF (yaitu lead I). Perhatikan lead I,
ke arah mana defleksinya? (negatif atau positip) bila lead I defleksinya
dominan positip, maka aksisnya ke arah positip lead I (yaitu O derajat
or normal aksis), bila sebaliknya lead I dominan negatif, maka aksisnya
ke arah negatif lead I ( yaitu -180 derajat or RAD).

You might also like