You are on page 1of 2

Tsunami Genic di Selatan Pulau Jawa

Kategori: Tsunami (670 kali dibaca)


Sampai hampir pukul 01.00 dini hari ini (Selasa 18 Juli 2006), saat tulisan ini dibuat,
jumlah korban tewas telah mencapai 86 orang, tersebar dari pantai selatan Garut,
Cipatujah, Pangandaran, Cilacap, sampai Gunung Kidul. Bilangan ini masih akan
bertambah terus sebab puluhan orang dilaporkan hilang. Korban tewas bertambah dengan
cepat, pukul 17.50 tadi sore (Senin 17 Juli 2006) korban tewas masih 5 orang seperti
disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudoyono di dalam acara Keterangan Pers di
Istana. Korban tewas terutama karena direnggut tsunami dan tertimpa bangunan.

Data gempa dari BMG dan USGS sepakat mencantumkan episentrum gempa kali ini di
Lautan Hindia selatan Jawa Barat sekitar 200 km selatan garis pantai sekitar Garut
selatan dan 50 km di sebelah utara jalur Palung Sunda. Kekuatan gempa menurut BMG
adalah 6.8 SR (skala Richter), sumber gempa pada kedalaman 33 km (MetroTV dan
wawancara interaktif Radio El Shinta dengan Pak Fauzi BMG). Berdasarkan NEIC
(National Earthquake Information Center) USGS (United States Geological Survey),
kekuatan gempa adalah 7.1 Mw (momen magnitude – memang Mw selalu berangka
lebih besar daripada SR) berasal dari kedalaman 48.6 km. Sampai pukul 23.30 tadi (Senin
17 Juli 2006) gempa susulan telah tercatat 10 kali dengan kekuatan 5.0-6.0 SR.
Dilaporkan pula bahwa gempa skala kecil dilaporkan terjadi di selatan Trenggalek, Jawa
Timur.

Mengapa gempa ini menimbulkan tsunami ? Karena, semua syarat terjadinya tsunami
dipenuhinya. Gempa ini terhitung dangkal (33 km), kuat (6.8 SR), terjadi di laut, dan
mekanisme pematahan batuan pada sumber gempa ini adalah penyesaran naik
(berdasarkan focal mechanism/momen tensor solution-nya). Tsunami di pantai-pantai
dengan korban tewas tercatat dengan ketinggian gelombang 1-2 meter (info sesaat dari
orang-orang di wilayah tsunami sekitar Pangandaran-Cilacap yang berhasil diwawancarai
El Shinta secara jarak jauh melaporkan gelombang tsunami setinggi 5-7 meter). Seorang
narapidana Nusa Kambangan yang sedang bekerja di luar penjara dilaporkan ketakutan-
panik dan malahan bunuh diri dengan menjatuhkan diri ke dalam sumur.

Gelombang tsunami juga teramati di Bali pada ketinggian 20 cm, di Pulau Christmas
setinggi 60 cm, dan di Pulau Cocos 10 cm. Pulau Christmas dan Pulau Cocos terletak di
sebelah baratdaya sumber gempa. Tsunami juga tercatat di baratlaut pantai Australia.
Menurut sebuah sumber lembaga geosains di Australia, wilayah pengaruh tsunami gempa
kali ini adalah seluas radius 1100 km dari titik episentrum.

Bagaimana posisi seismotektonik "gempa Pangandaran" ini ? Plotting episentrum gempa


ini pada peta2 tektonik Indonesia selatan Jawa (misal pada peta Hamilton, 1979) dengan
segera menunjukkan bahwa episentrum/hiposentrum terjadi pada jalur non-volcanic outer
arc ridge di selatan Jawa. Ini adalah jalur terusan pulau2 barat Sumatra Simeulue-Nias-
Mentawai-Enggano yang menerus ke Jawa sebagai submarine ridge. Wilayah ini disusun
oleh melange hasil prisma akresi konvergensi Lempeng Hindia dengan bagian Lempeng
Asia (Mikro-Lempeng Sunda). Sumber gempa terjadi sekitar 50 km utara Palung Sunda
pada kedalaman 33 km – mengindikasi bahwa sumber gempa berasal dari pematahan
segmen kerak Bumi pada overriding plate di atas Lempeng Hindia yang
menunjam/menyusup di bawahnya.

Ke baratdaya dari wilayah ini banyak oceanic plateaux sekitar Pulau Cocos yang kelak
(relatif dalam periode geologi) akan menghentikan sejenak proses penunjaman Lempeng
Hindia di bawah Mikro-Lempeng Sunda dan kerak akresinya. Untuk suatu periode nanti
wilayah2 ini akan menjadi "seismic gap zones" yang "aseismic", tetapi yang selanjutnya
justru akan menjadi wilayah2 pencetus gempa besar saat rupture mesti terjadi.

Bencana ini sekali lagi menunjukkan kepada kita, sudah saatnya wilayah selatan Jawa
mendapatkan perhatian yang layak dalam segi seismotektonik sesering seperti yang
dilakukan di wilayah sebelah barat Sumatra. Pengetahuan kita untuk selatan Jawa
minimal, padahal penduduknya cukup banyak.

We are living and sleeping with earthquakes, be ready !(Awang Satyana)

You might also like