You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan teknologi informasi sangat pesat, sehingga

banyak memberi kemudahan pada berbagai aspek kegiatan bisnis. Salah satu

teknologi yang berkembang dengan pesat adalah Teknologi Informasi (TI).

Meningkatnya perkembangan Teknologi Informasi dalam aspek penggunaan

komputer telah mendorong perubahan pada kehidupan manusia. Selanjutnya

peranan teknologi informasi dalam kegiatan bisnis dapat dipahami karena suatu

teknologi yang menitikberatkan pada pengaturan sistem informasi dengan

penggunaan computer, teknologi informasi dapat memenuhi kebutuhan informasi

dunia bisnis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan dan akurat (Wilkinson dan

Cerullo, 1997).

Perkembangan teknologi informasi dapat mengolah data secara cepat dan

akurat, sehinga berkembang pula informasi yang dihasilkan dari dunia bisnis.

Disamping itu, berkembang juga para pemakai informasi tersebut. Dengan

semakin berkembangnya dunia usaha dengan indikasi tingkat persaingan yang

seiring semakin pesat pula, maka tentunya akan semakin terasa kebutuhan akan

informasi dunia bisnis tersebut, sehingga perlu disusun suatu sistem informasi

yang berbasis komputer, dimana untuk melakukan semua itu diperlukan investasi

yang tidak sedikit.

1
Saat ini banyak perusahaan menanamkan investasi yang cukup besar di

bidang teknologi informasi. Alasan organisasi untuk melakukan investasi

beranekaragam tetapi satu hal yang mereka percayai adalah bahwa karyawan

dapat menggunakan teknologi tersebut sehingga lebih produktif dalam hal

efisiensi, efektivitas, dan kualitas. Investasi yang besar di bidang teknologi

informasi mendorong organisasi untuk mempelajari teknologi informasi tersebut

agar dapat dimanfaatkan dengan maksimal sehingga memberikan dampak positif

terhadap kinerja.

Untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi, saat ini

perusahaan telah melakukan investasi dalam teknologi informasi untuk membantu

perencanaan, pembuatan keputusan dan proses komunikasi. Menurut pendapat

Davis et al. (1989) bahwa investasi organisasi dalam alat-alat yang berbasis

komputer sebagai pendukung perencanaan, pengambilan keputusan dan proses

komunikasi akan berkaitan dengan resiko. Untuk itu, jika pemanfaatan komputer

merupakan pilihan, bagaimanapun akses ke teknologi informasi itu berdasarkan

pada keyakinan. Keyakinan bahwa komputer tersebut akan bermanfaat bagi

perusahaan dan dapat digunakan secara efektif dalam membantu penyelesaian

pekerjaan. Penyelesaian pekerjaan tersebut akan dipengaruhi oleh kesiapan user

dan peralatan dalam memanfaatkan komputer secara efektif atau tidak di dalam

sebuah perusahaan.

Perusahaan yang melakukan investasi dalam teknologi informasi

cenderung meningkat, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut

memerlukan pengembangan Sistem Informasi Manajemen yang mendukung.

2
Besarnya dana yang diinvestasikan dan kemungkinan timbulnya resiko dalam

pemanfaatan teknologi informasi khususnya pengembangan sistem informasi pada

suatu organisasi menyebabkan pengembang sistem informasi dan pihak

manajemen organisasi yang bersangkutan perlu memahami faktor-faktor yang

dapat mengarahkan anggota organisasi untuk menggunakan sistem informasi

secara efektif. Para manager dan karyawan operasional harus dapat menggunakan

aplikasi-aplikasi yang tersedia, mempelajari secara langsung aspek perangkat

keras (hardware) dan perangkat lunak (software), dan memanfaatkan teknologi

informasi sesuai dengan kebutuhan tugasnya. Pemakaian sistem informasi oleh

seluruh anggota organisasi merupakan salah satu pengukur kesuksesan

pengembangan sistem informasi pada organisasi yang bersangkutan.

Menurut Lucas dan Spitler (1990), agar teknologi informasi dapat

dimanfaatkan secara efektif sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap

kinerja, maka anggota dalam organisasi harus dapat menggunakan teknologi

tersebut dengan baik. Oleh karena itu, adalah sangat penting bagi anggota

organisasi untuk mengerti dan memprediksi kegunaan sistem tersebut. Akan

terdapat return investasi yang kecil jika pekerja gagal untuk menerima teknologi

tersebut atau tidak dapat memanfaatkannya secara maksimal sesuai dengan

kapabilitasnya. Faktor psikologis karyawan, baik yang melaksanakan pemrosesan

data dalam sistem tersebut, maupun pihak yang menerima output perlu

dipertimbangkan. Faktor psikologis ini menjadi penting karena bila terdapat

ketidakpuasan dalam bekerja, maka ketidakpuasan ini akan dicurahkan dalam

bentuk keterhambatan jalannya sistem informasi tersebut.

3
Salah satu aspek penting untuk memahami pemanfaatan teknologi

informasi adalah dengan mengerti faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pemanfaatan teknologi informasi tersebut. Al-Khaldi et al. (1999) melakukan

penelitian terhadap pengaruh dari sikap terhadap pemanfaatan teknologi informasi

di Saudi Atabia dengan mengadopsi teori yang dikemukakan oleh Triandis. Hasil

penelitian itu menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dipengaruhi

oleh sikap individual, karakteristik orang seperti pengalaman dalam menggunakan

teknologi informasi, kondisi yang memfasilitasi seperti PC access dan faktor-

faktor social.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jurnali (2001) untuk memprediksi

dampak kinerja individual yang ditimbulkan oleh teknologi informasi dengan

memasukkan faktor pemanfaatan teknologi informasi dan kecocokan tugas

teknologi membuktikan adanya pengaruh positif dari kecocokan tugas-teknologi

informasi terhadap kinerja individual. Hasil penelitian ini tidak dapat

membuktikan pengaruh positif dari pemanfaatan teknologi informasi terhadap

kinerja individual, sehingga tidak mendukung TAM (Technology Acceptance

Model) yang menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi dapat

mempengaruhi kinerja.

Dapat kita lihat bahwa selain perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software), maka Sumber Daya Manusia (brainware) juga memerlukan perhatian

yang khusus dalam penunjangan kinerja sebagai akibat dari pemanfaatan

teknologi informasi secara efektif. Jika pada tahun-tahun awal perkembangan

komputer yang kemudian menuju kepada perkembangan teknologi informasi,

4
brainware hanya didefinisikan sebagai para pemakai (end-user) atau pengguna

sistem komputer, maka saat ini batasan brainware tersebut mengalami perluasan

kepada seluruh unsur manusia atau SDM yang terlibat dalam perencanaan dan

pengembangan teknologi informasi. Unsur manusia disini ditekankan kepada

kemapuan mereka mengimplementasikan keahlian yang mereka miliki dalam

memanfaatan teknologi informasi tersebut.

Teknologi informasi yang berbasis komputer mempunyai potensi untuk

memperbaiki kinerja individu dan organisasi sehingga perusahaan melakukan

investasi dalam hal tersebut. Diluar perkembangan tersebut manfaat potensial

teknologi informasi dalam membantu pengambilan keputusan manajerial belum

secara penuh dapat direalisasikan karena tingkat pemanfaatan yang rendah oleh

para pemakainya. Beberapa model telah dibangun untuk menganalisis dan

memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi,

diantaranya yang tercatat dalam berbagai literature dan referensi hasil riset seperti

Theory of Reasone Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB), dan

Technology Acceptance Model (TAM).

Model TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D (1989) merupakan salah

satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian karena model ini lebih

sederhana dan mudah diterapkan (Igbaria, 1994). TAM dikembangkan untuk

menjelaskan perilaku penggunaan teknologi informasi. Model ini menempatkan

faktor-faktor sikap dan tiap-tiap perilaku pemakai dengan dua variable yaitu

Kemanfaatan (usefulness) dan Kemudahan Penggunaan (ease of use).

5
Aspek sisi Sumber Daya Manusia yang kemudian akan

mengoperasionalkan sistem informasi ini sangat penting untuk dipahami sebab

jika tidak maka hal tersebut akan mengakibatkan kuatnya penoloakan dalam

penerapan teknologi informasi yang kemudian akan berimplikasi pada kegagalan

penerapan sistem informasi itu sendiri. Penerapan sistem informasi sangat

ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pengguna atas

teknologi informasi tersebut (Sarana, 2000).

Demikian pun pada PT. Pelabuhan Indonesia VI Cabang Makassar yang

menyadari mengenai perlunya pemanfaatan teknologi informasi pada perusahaan

yang bergerak di bidang jasa kepelabuhanan untuk mendukung kompetensi

mereka menanggapi era globalisasi ini. Penyelenggaraan pelayanan jasa

kepelabuhanan ini dituntut untuk menghadirkan sebuah layanan yang menjamin

kecepatan, ketepatan, dan keamanan dengan biaya yang efisien kepada pengguna

jasanya. Layanan prima tersebut sudah merupakan keharusan bagi setiap

pengelola pelabuhan mengingat ke depan bahwa pelayanan jasa kepelabuhanan

akan di warnai oleh kompetisi yang ketat seiring dengan bermunculannya para

pelaku baru dalam bisnis kepelabuhanan. Hal tersebut semakin didorong dengan

telah diberlakukannya Undang-undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran

serta akan diterbitkannya Peraturan Pemerintah tentang kepelabuhanan dalam

waktu yang dekat ini, dimana aturan-aturan tersebut memiliki semangat

kompetensi dalam pengelolaan pelabuhan di Indonesia.

Sehubungan dengan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai pengaruh pemanfaatan teknologi informasi

6
terhadap kinerja individual karyawan yang kemudian akan dituangkan dalam

skripsi yang berjudul “ Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap

Kinerja Karyawan Dalam Kerangka Technology Acceptance Model pada

PT. Pelabuhan Indonesia VI Cabang Makassar”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi masalah pokok dalam penulisan ini, yaitu :

1. Apakah kedua faktor dalam Technology Acceptance Model (TAM) yaitu

Kemanfaatan (usefulness) dan Kemudahan Penggunaan (ease of use)

berpengaruh terhadap pemanfaatan teknologi informasi ?.

2. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap kinerja ?.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor Kemanfaatan (usefullness)

dan Kemudahan Penggunaan (ease of use) dalam Technology

Acceptance Model terhadap pemanfaatan teknologi informasi.

2. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan teknologi terhadap

kinerja.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Tugas akhir studi sebagai salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

7
2. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan saran serta

pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen PT. Pelabuhan

Indonesia VI Cabang Makassar, dalam melakukan keputusan

investasi dalam teknologi informasi dengan mempertimbangkan

dampak pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja dan

membuka wawasan bagi para manajer perusahaan dan stafnya

mengenai pentingnya pemahaman tentang teknologi informasi

dan mendorong mereka untuk memanfaatkan teknologi informasi

yang tersedia untuk meningkatkan kinerja.

3. Sebagai bahan pertimbangan serta referensi bagi penulis lain

yang akan mengadakan penelitian dengan judul atau materi yang

sama.

1.4. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai hal-hal yang

dibahas dalam penulisan ini, maka penulisannya dibagi dalam enam (6) bab yang

komposisinya sebagai berikut:

1. Bab I: Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian.

2. Bab II: Berisikan landasan pemikiran teoritik yang meliputi tinjauan

pustaka/kerangka teoritik serta mengemukakan kerangka pikir yang

mendasari penelitian dan pemaparan hipotesis penelitian.

8
3. Bab III: Mengemukakan metode penelitian yang meliputi: lokasi penelitian,

populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,

metode analisis, variabel penelitian serta sistematika penulisan.

4. Bab IV: Menyajikan gambaran umum perusahaan yang meliputi: sejarah

singkat perusahaan, visi, misi dan budaya perusahaan, struktur organisasi

serta pembagian tugas.

5. Bab V: Merupakan analisis dan pembahasan dari penelitian tentang pengaruh

gaya kepemimpinan situasional terhadap produktivitas kerja pegawai Dinas

Pemuda dan Olahraga Pemerintah Kota Makassar.

6. Bab VI: Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran dari hasil

penelitian yang telah dilakukan.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Drs.Malayu S.P. Hasibuan (2006:6) mendefinisikan manajemen sebagai

“ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Manajemen ini terdiri dari 6 unsur (6M) yaitu: men, money, methode, materials,

machines, dan market. Unsur men (manusia) ini berkembang menjadi suatu ilmu

manajemen yang disebut Manajemen Sumber Daya Manusia atau disingkat

MSDM yang merupakan terjemahan dari men power management. Manajemen

yang mengatur unsur manusia ini ada yang menyebutnya manajemen

kepegawaian atau manajemen personalia.

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Husein Umar

(2005:3) adalah :

Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari

manajemen keorganisasian yang memfokuskan diri pada

unsur sumber daya manusia, yang bertugas mengelola unsur

manusia secara baik agar diperoleh tenaga kerja yang puas

akan pekerjaannya.

10
Pengertian lain mengenai MSDM dikemukakan oleh Malayu S.P.

Hasibuan (2006:10) yakni “MSDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan

peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan

perusahaan,karyawan,dan perusahaan”.

Selain itu, Edwin B. Filippo dalam Malayu S.P. Hasibuan (2006:11)

mengemukakan definisi manajemen personalia sebagai berikut:

Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan,

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian

karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan,

individu, karyawan, dan masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, jelas bahwa manajemen secara garis besar

menitikberatkan pada aspek manusia dalam hubungan kerja dengan tidak

melupakan faktor lainnya. Sedangkan, Manajemen Sumber Daya Manusia

menitikberatkan pada bagaimana mengelola karyawan sebagai aset utama

perusahaan karena keberhasilan perusahaan tergantung dari kinerja efektif dari

karyawan itu sendiri. Dari penjelasan di atas, penulis lebih condong terhadap

definisi yang dikemukakan oleh Malayu S.P. Hasibuan yang mencoba melihat

Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai ilmu dan seni dalam mengatur

hubungan dan peranan karyawan terhadap pencapaian tujuan

organisasi,karyawan,masyarakat.

11
2.1.2 Metode Pendekatan MSDM

Dalam mempelajari MSDM ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan

Malayu S.P. Hasibuan (2006:16), yaitu :

1. Pendekatan Mekanis

Mekanisasi merupakan proses penggantian peranan tenaga kerja

manusia dengan mesin untuk menjalankan pekerjaan. Pendekatan mekanis ini

menitikberatkan analisisnya kepada spesialisasi, efektivitas, standardisasi, dan

memperlakukan karyawan sama halnya dengan mesin. Keuntungan

spesialisasi ini, pekerja semakin terampil dan efektivitas semakin besar.

Kelemahannya, pekerjaan membosankan karyawan, mematikan kreativitas,

dan kebanggaan karyawan atas pekerjaannya akan semakin berkurang.

Standardisasi diterapkan cukup mendalam sehingga terjadi

pemindahan pekerjaan dari manusia kepada mesin antarkomponen yang satu

dengan komponen yang lainnya dapat saling dipertukarkan serta spesialisasi

mesin-mesin, peralatan, tata letak, dan pabrik pada karyawan itu mempunyai

pikiran, perasaan, cita-cita,harga diri, dan sebagainya.

2. Pendekatan Paternalis,

Pada pendekatan paternalis, manajer dalam pengarahan bawahannya

bertindak seperti bapak terhadap anaknya. Para bawahan diperlakukan dengan

baik, fasilitas-fasilitas diberikan, dan bawahan dianggap anak-anaknya.

Pendekatan ini menyebabkan karyawan menjadi manja, malas

sehingga produktivitas menjadi menurun. Kondisi yang memberikan

kebebasan terhadap karyawan akan berdampak negatif bagi perusahaan

12
apabila tidak ada harmonisasi yang terjalin antara atasan dan bawahan. Dari

kondisi tersebut, pendekatan sistem sosial hadir guna memberikan penjelasan

mengenai cara untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan

mempertimbangkan berbagai aspek yang ada dalam perusahaan.

3. Pendekatan Sistem Sosial.

Pendekatan sistem sosial ini memandang bahwa

organisasi/perusahaan adalah suatu sistem yang kompleks yang beroperasi

dalam lingkungan yang kompleks.

Manajer menyadari dan mengakui bahwa tujuan

organisasi/perusahaan akan tercapai jika tercipta lingkungan yang harmonis

yang akan melahirkan kerjasama yang baik antara pihak atasan dan pihak

bawahan dalam suatu organisasi. Pemikiran ini didasari oleh adanya saling

ketergantungan, interaksi, dan keterkaitan antara sesama karyawan.

Setiap sistem senantiasa berkaitan, baik dengan sebuah sistem yang

lebih luas dan lebih tinggi tingkatannya, maupun dengan subsistem sendiri

yang mewakili integrasi berbagai sistem dari berbagai tingkatan yang lebih

rendah. Perusahaan akan tumbuh dan berkembang jika sistem sosial

terintegrasi dalam satu sistem yang harmonis serta berinteraksi dengan baik.

Pendekatan sistem sosial ini hendaknya menekankan kepada

kesadaran atas tugas dan tanggung jawab setiap individu maupun kelompok

yang didasari oleh sebuah pemahaman bersama dari sebuah sistem nilai

sehingga kinerja karyawan lebih optimal.

13
2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Setelah melihat uraian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, terlihat

bahwa MSDM memiliki tiga aspek utama. Hal tersebut meliputi, Husein Umar

(2005:45) :

1. Fungsi Manajerial dari Manajemen Sumber Daya Manusia

2. Fungsi Operasional dari Manajemen Sumber Daya Manusia

3. Peranan dan kedudukan Manajemen Sumber Daya manusia

Berikut pengertian dan cakupan fungsi-fungsi tersebut :

1. Fungsi Manajerial dari Manajemen Sumber daya Manusia

Fungsi Manajerial adalah fungsi yang mempunyai wewenang

kepemimpinan terhadap sumber daya manusia lain. Dalam hal ini direktur,

kepala bagian, atau supervisor adalah orang-orang yang mempunyai posisi

manajerial yang menjalankan fungsi-fungsi dari manajemen yang merupakan

suatu proses kegiatan yang didalamnya terdiri atas proses perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap karyawan pada

suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara efektif

dan efisien. Kelima fungsi ini merupakan suatu sistem yang saling terkait dan

berlangsung secara terus-menerus. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Perencanaan yaitu usaha untuk memikirkan dan menetapkan sebelumnya

tentang apa yang akan ditempatkan guna mengurus suatu hasil yang

diinginkan. Jadi, jelaslah disini bahwa betapa besarnya peranan

perencanaan dalam manajemen. Lebih jauh lagi, Manajemen Sumber

14
Daya Manusia akan membantu pencapaian tujuan organisasi karena

dengan adanya perencanaan sumber daya manusia akan melancarkan

aktivitas perusahaan secara efektif dan efisien

b. Pengorganisasian yaitu rangkaian usaha pengelompokan kegiatan-

kegiatan yang diwadahkan dalam unit kerja untuk melaksanakan rencana

dan menetapkan hubungan antarunit kerja secara horisontal dan vertikal.

Perlu diingat bahwa dalam fungsi ini, orang-orang ditempatkan dalam

setiap unit tertentu adalah mereka yang mempunyai kemampuan pada

bidang tersebut agar tugas diberikan dapat tercapai seperti perencanaan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Penyusunan adalah fungsi manajemen berupa penyusunan sumber daya

manusia pada suatu organisasi, dimulai dari perekrutan tenaga kerja,

pengembangan sampai pada usaha agar setiap karyawan dapat memberi

daya guna maksimal bagi organisasi. Jadi, fungsi penyusunan ini adalah

suatu usaha untuk mengisi, memilih, dan menyusun sumber daya

manusia dalam struktur yang telah dibentuk pada tahap pengorganisasian.

d. Pengarahan yaitu fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha

memberikan bimbingan, saran, perintah, dan pengarahan kepada sumber

daya manusia dalam melaksanakan tugasnya masing-masing agar tugas

yang diberikan dapat dilaksanakan dengan baik dan terarah pada tujuan

yang telah ditetapkan.

e. Pengawasan yaitu rangkaian usaha pengawasan baik secara langsung

maupun tidak langsung terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan organisasi

15
untuk menjamin agar setiap pekerjaan berlangsung sesuai dengan

rencanan, dalam arti jika terjadi penyimpangan segera diambil langkah-

langkah konkret.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut, pihak manajemen dapat diartikan

suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan melalui penggunaan sumber daya

manusia yang dimiliki yang saling bekerja sama dan berinteraksi antara satu

dengan yang lain. Hal ini membuktikan bahwa manajemen tidak akan terlaksana

tanpa adanya sumber daya manusia.

2. Fungsi Operasional dari Manajemen Sumber Daya Manusia

Fungsi Operasional adalah fungsi yang tidak memiliki wewenang

perintah melainkan hanya menerima tugas dan menjalankan dibawah

pengawasan fungsi manajerial. Fungsi-fungsi tersebut masing-masing telah

dijelaskan, selanjutnya akan diuraikan tentang fungsi kedua dari Manajemen

Sumber Daya Manusia tersebut. Fungsi operasional meliputu :

a. Fungsi Pengadaan (Procurenment) yaitu fungsi untuk memperoleh tenaga

kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Yang terpenting disini adalah

kualitas sumber daya manusia yang diterima sesuai dengan kebutuhan

akan tugas yang hendak dilaksanakan.

b. Fungsi Pengembangan (Development Function) adalah suatu fungsi yang

berusaha untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang

sudah diterima. Hal ini perlu diperhatikan mengingat tidak semua sumber

daya manusia yang diterima oleh perusahaan, sekaligus terampil untuk

menyelesaikan tugas serta memiliki disiplin kerja sebagaimana yang

16
diharapkan. Perubahan teknologi dan lingkungan organisasi merupakan

aspek penting yang menuntut manajer agar mengembangkan

kemampuannya secara terus-menerus, khususnya dalam bidang

manajemen.

c. Pemberian Balas Jasa (Compensation Function) adalah usaha untuk

menghargai usaha karyawan terutama secara nyata menunjukkan hasil

keringat yang baik berdasarkan penilaian yang objektif. Pemberian balas

jasa yang tidak adil atau tidak merata akan menyebabkan rendahnya

motivasi bagi karyawan yang pada akhirnya menyebabkan turunnya

kinerja disebabkan mereka kurang diperlakukan secara adil oleh pimpinan

sehingga menjadi malas dan tidak rela menyumbangkan segala potensi

yang dimilikinya secara maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi.

d. Fungsi Integrasi (Integration Function) adalah usaha untuk menyelaraskan

antara tujuan perusahaan dengan tujuan individu maupun kelompok yang

ada dalam organisasi. Pentingnya fungsi ini mengingat motivasi setiap

individu untuk bergabung dalam perusahaan dengan tujuan individu atau

kelompok yang ada dalam suattu perusahaan bervariiasi sehingga perlu

untuk diselaraskan. Bila dijalankan dengan baik, fungsi ini dapat

meningkatkan semangat kerja dan kinerja karyawan.

e. Fungsi Pemeliharaan (Maintenance Function), yaitu usaha untuk sedapat

mungkin memperbaiki kondisi-kondisi kerja sehubungan dengan kelima

fungsi operasional dalam Manajemen Suber Daya Manusia.

17
f. Fungsi Separasi (Separation Function) merupakan fungsi operasional

Manajemen Sumber Daya Manusia yang terakhir. Jika fungsi pertama

adalah pengadaan pekerja, fungsi ini adalah sebaliknya yaitu menyangkut

pada fungsi pemberhentian atau memberi pension kepada pekerja yang

sudah ada demi mempertahankan kinerja perusahaan

Berkaitan dengan uraian diatas, baik fungsi manajerial maupun fungsi

operasional menunjukkan bahwa keduanya merupakan suatu sistem yang tidak

dapat terpisahkan. Kedua sistem ini harus dapat dijalankan dan dikembangkan

secara selaras agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.

3. Peranan dan kedudukan Manajemen Sumber Daya Manusia

Hingga saat ini belum ada perusahaan yang mampu melaksanakan tugas-

tugasnya tanpa memerlukan sumber daya manusia. Terdapat kecenderungan

bahwa semakin besar suatu perusahaan, semakin besar pula kebutuhan sumber

daya manusianya. Hal ini dapat kita lihat dalam praktik dunia bisnis. Walaupun

suatu perusahaan sudah menggunakan mesin yang berteknologi tinggi, modern,

serta otomatis, perusahaan tetap saja membutuhkan sumber daya manusia yang

terampil dalam jumlah yang harus memadai.

Sumber daya manusia yang terampil hanya akan didapatkan jika

perusahaan mau bertanggung jawab untuk mengembangkan para pekerjanya

dengan melaksanakan aktivitas yang mendukung peningkatan kompetensi

karyawan.

18
2.2 Technology Acceptance Model (TAM)

Penerapan dan penggunaan teknologi informasi telah diuji dan menjadi

tujuan utama dari setiap organisasi pada dua decade terakhir ini (Al-Gahtani,

2000). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi penerimaan teknologi informasi. Dari penelitian-

penelitian sebelumnya bahwa faktor penentu utama dari berhasil atau tidaknya

suatu sistem informasi adalah penerimaan pemakai (user acceptance)

(Bailey.et.al, 19983; Davis F.D, 1989; Igbaria, 1994).

Para peneliti sistem informasi telah mengadopsi teori tindakan yang

beralasan (Theory of Reasone Action) dari Fishbein dan Azjen (1975) yaitu suatu

teori yang berhubungan dengan sikap dan perilaku individu dalam melaksanakan

kegiatan atau tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan teknologi

informasi. Seseorang akan memanfaatkan komputer atau teknologi informasi

dengan alasan bahwa teknologi tersebut akan menghasilkan manfaat bagi dirinya.

Model Technology Acceptance Model (TAM) sebenarnya diadopsi dari model

The Theory of Reasoned Action (TRA), yaitu teori tindakan yang beralasan yang

dikembangkan oleh Fishbein dan Azjen (1975), dengan satu premis bahwa reaksi

dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan sikap dan perilaku

orang tersebut.

Technology Acceptance Model (TAM) sendiri dikembangkan untuk

menjelaskan perilaku penggunaan sistem informasi berbasis komputer. Model

TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D (1989) merupakan salah satu model

19
yang paling banyak digunakan dalam penelitian dan telah terbukti menjadi model

teoritis yang sangat berguna dalam membantu memahami dan menjelaskan

perilaku pemakai dalam pemanfaatan teknologi informasi (Legris.et.al, 2003).

Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pemakai

teknologi informasi terhadap penerimaan dan pemanfaatan teknologi informasi itu

sendiri. Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan teknologi

informasi dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan

mudah diterimanya teknologi informasi oleh para pemakainya.

Technology Acceptance Model (TAM) mendefinisikan dua persepsi dari

pemakai teknologi informasi yang memiliki suatu dampak pada penerimaan

mereka yang selanjutnya juga berdampak pada pemanfaatan teknologi informasi

tersebut. TAM menekankan pada persepsi pemakai tentang “bagaimana kegunaan

sistem untuk saya” dan “semudah apakah sistem tersebut digunakan” adalah dua

faktor kuat yang mempengaruhi penerimaan atas teknologi dan merupakan

determinan fundamental dalam penerimaan pemakai. Model ini menempatkan

faktor sikap dan tiap-tiap perilaku pemakai dengan dua variable yaitu

Kemanfaatan (usefulness) dan Kemudahan Penggunaan (ease of use). Kemudahan

penggunaan serta kemanfaatan adalah dua karakteristik yang banyak dipelajari

secara mendalam karena merupakan hal yang utama dalam Technology

Acceptance Model (TAM).

Dengan demikian dapat dipahami reaksi dan persepsi pemakai teknologi

informasi akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan penggunaan teknologi

informasi, yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi

20
pemakai atas kemanfaatan dan kemudahan penggunaan teknologi informasi

sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks penggunaan teknologi

informasi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan

penggunaan teknologi informasi menjadikan tindakan orang tersebut dapat

menerima penggunaan teknologi informasi (Azizul, 2002). Kedua variable model

TAM yaitu Kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use)

dapat menjelaskan aspek keperilakuan pemakai (Igbaria.et.al, 1997).

Kesimpulannya adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pemakai

akan menentukan sikapnya dalam penerimaan serta pemanfaatan teknologi

informasi.

Gambar 2.1

Hubungan Antar Komponen Dalam TAM

Perceived
Usefullness

External Attitude Intention To Actual


Variables Use Usage

Perceived
Ease of Use

Sumber : Davis (1986) dalam Warshaw et al (1989).

21
Model dasar TAM dibangun atas dasar enam elemen (seperti yang terlihat

pada Gambar 2.1 diatas). Walaupun demikian, model dasar TAM ini dapat

dimodifikasi sesuai dengan tujuan atau kepentingan suatu penelitian. Banyak

penelitian yang menggunakan TAM sebagai model analisa, tetapi TAM yang

digunakan dalam tiap-tiap penelitian tersebut berbeda-beda sesuai dengan

kebutuhan dari penelitian tersebut. Model TAM yang dikembangkan oleh Davis

F. D (1989) juga mendapat perluasan dari para peneliti, antara lain : Igbaria

(1994;1997); Chin dan Todd (1995) serta Ferguson (1997). TAM yang orisinil

sesungguhnya menyatakan bahwa penerimaan pemakai itu ditentukan oleh dua

hal, yakni kesadaran akan kegunaan (Perceived usefulness) dan kesadaran akan

kemudahan dari penggunaan (Perceived ease of use).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah penerapan suatu

sistem dan teknologi informasi tidak terlepas dari aspek perilaku karena

pengembangan sistem terkait dengan masalah individu dan organisasional sebagai

pemakai sistem tersebut sehingga sistem yang kemudian akan dimanfaatkan oleh

sebuah organisasi harus berorientasi kepada penggunanya.

2.2.1 Perceived Of Usefulness

Davis F. D (1989) mendefinisikan persepsi kemudahan (usefulness) yaitu :

“The degree which a person believes that using particular system would

enhance his or her job performance”.

Hal tersebut dapat diartikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang

percaya penggunaan suatu sistem tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja

22
orang tersebut. Menurut Thompson.et.al (1991) kemanfaatan teknologi informasi

merupakan manfaat yang diharapkan oleh para pemakai teknologi informasi

dalam melaksanakan tugasnya. Pengukuran kemanfaatan tersebut berdasarkan

frekuensi penggunaan dan diversitas / keragaman aplikasi yang digunakan.

Thompson.et.al, (1991) juga menyebutkan bahwa individu akan menggunakan

teknologi informasi jika mengetahui manfaat positif atas penggunaannya.

Kemanfaatan dapat meliputi dimensi :

1. Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes jib easier)

2. Bermanfaat (usefull)

3. Menambah produktivitas (increase productivity)

4. Mempertinggi efektivitas (enhances efectiveness)

5. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)

Berdasarkan beberapa definisi dan telaah literature tersebut dapat

disimpulkan bahwa kemanfaatan penggunaan teknologi informasi dapat diketahui

dari kepercayaan pemakai teknologi informasi dalam memutuskan penerimaan

teknologi informasi, dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan teknologi

informasi tersebut memberikan kontribusi positif bagi pemakainya. Seseorang

mempercayai dan merasakan dengan menggunakan komputer sangat membantu

dan mempertinggi prestasi kerja yang akan dicapainya atau dengan kata lain orang

tersebut mempercayai penggunaan teknologi informasi telah memberikan manfaat

terhadap pekerjaan dan pencapaian prestasi kerjanya.

23
Kemanfaatan penggunaan teknologi informasi tersebut menjadi sebuah

variable tersendiri yang diteliti oleh para peneliti (Igbaria, 1994,1997; Davis F.D,

1989; Sri Astuti, 2001; Indriantoro, 2000 dan Mhd.Jantan.et.al, 2001), khususnya

untuk melihat penerimaan penggunaan teknologi informasi bagi organisasi

perusahaan. Igbaria (1994) dalam studinya menguji apakah penerimaan

penggunaan mikro komputer dipengaruhi oleh kemanfaatan yang diharapkan oleh

pemakai atau karena tekanan sosial. Tekanan sosial yang dimaksudkan seperti

tekanan dari supervisor kepada bawahannya untuk menggunakan teknologi

informasi. Temuan studi Igbaria (1994) membuktikan bahwa teknologi informasi

digunakan bukan mutlak karena adanya pengaruh oleh kemanfaatan penggunaan

mikro komputer. Sri Astuti (2001) menemukan bahwa diversitas kemanfaatan

teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pemakai.

Handayani (2000) juga menemukan bahwa kemanfaatan tidak berhubungan

dengan lamanya penggunaan komputer, sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemanfaatan merupakan variable yang independen terhadap penggunaan sistem.

2.2.2 Perceive Ease Of Use

Davis F.D (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use)

sebagai :

“ Referfs to the degree to which person believes that using a particular

system would he free of effort”.

Hal tersebut dapat kita artikan sebagai suatu tingkatan dimana seseorang

percaya bahwa penggunaan sistem tertentu dapat mengurangi usaha seseorang

24
dalam mengerjakan sesuatu. Menurut Goodwin (1987); Silver (1998); dalam

Adam et.al, (1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara pemakai dengan

sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan. Sistem yang lebih sering

digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebih lebih dikenal, lebih mudah

dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh pemakainya.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemudahan

penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang didalam

mempelajari komputer. Perbandingan kemudahan tersebut memberikan indikasi

bahwa orang yang menggunakan teknologi informasi bekerja lebih mudah

dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan teknologi

informasi. Pemakai teknologi informasi mempercayai bahwa teknologi informasi

yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya sebagai

karakteristik kemudahan penggunaan.

Davis F.D (1989) memberikan beberapa indicator kemudahan teknologi

informasi yang antara lain meliputi :

1. Komputer sangat mudah dipelajari

2. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh

pemakai

3. Keterampilan pemakai bertambah dengan menggunakan komputer

4. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan

Untuk variable kemudahan penggunaan, Igbaria (1994) juga telah menguji

dalam studinya apakah penerimaan penggunaan mikro komputer dipengaruhi oleh

25
kemudahan penggunaan yang diharapkan oleh pemakai atau karena tekanan

sosial. Temuan studi Igbaria (1994) membuktikan bahwa teknologi informasi

digunakan bukan mutlak karena adanya tekanan sosial, sehingga dapat

disimpulkan bahwa penggunaan teknologi informasi bukan karena adanya unsur

tekanan tetapi karena memang mudah digunakan.

Berdasarkan telaah teoritis dan hasil-hasil pengujian empiris diatas, dapat

disimpulkan bahwa penerimaan penggunaan teknologi informasi juga turut

dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan teknologi informasi itu sendiri. Hal

tersebut merupakan refleksi psikologis pemakai yang lebih bersikap terbuka

terhadap sesuatu yang sesuai dengan apa yang dipahaminya dengan mudah.

Kemudahan tersebut dapat mendorong seseorang untuk menerima dan

memanfaatkan teknologi informasi.

2.3 Kinerja

2.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan

Akhir-akhir ini perusahaan telah menaruh perhatian pada pengukuran

kinerja karyawan. Hal tersebut didasari atas kesadaran dari pihak manajemen

perusahaan mengenai besarnya pengaruh kinerja karyawan terhadap pencapaian

tujuan perusahaan.

Pada umumnya, kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di

dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lawler dan Porter dalam Edy Sutrisno

(2010:170) menyatakan bahwa kinerja sebagai “kesuksesan seseorang dalam

26
melaksanakan tugas”. Lebih lanjut Prawirosentono dalam Edy Sutrisno

(2010:170) mengemukakan kinerja adalah sebagai berikut :

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam

rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika.

Menurut Minner dalam Edy Sutrisno (2010:170) mengemukakan kinerja

adalah “bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai

dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya”.

Irianto dalam Edy Sutrisno (2010:171) mengemukakan kinerja karyawan

adalah “prestasi yang diperoleh seseorang dalam melakukan tugas.” Oleh karena

itu, keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya tergantung dari seberapa

baik kinerja karyawan yang dimiliki.

Organisasi didirikan sebagai wadah untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Wadah harus mengelola berbagai kegiatan yang diarahkan menuju

tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu, yang mengisi wadah sekaligus

melaksanakan rangkaian kegiatan suatu organisasi adalah manusia yang tercermin

pada perilaku dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Perilaku dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan memengaruhi kinerja dari karyawan.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Karyawan

27
Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan memperoleh

keuntungan. Organisasi dapat beroperasi karena kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan oleh karyawan yang ada dalam perusahaan. Menurut Prawirosentono

dalam Edy Sutrisno (2010:176) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan. Faktor tersebut adalah :

1. Efektifitas dan Efisiensi

Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik

buruknya kinerja diukur dengan efektifitas dan efisiensi. Masalahnya adalah

bagaimana proses terjadinya efisiensi dan efektivitas organisasi. Dikatakan

efektif bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas

apakah efektif atau tidak. Artinya, efektivitas dari kelompok bila tujuan

kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

Sedangkan efisiensi berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang dikeluarkan

dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

2. Otoritas dan Tanggung Jawab

Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab telah

didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang-tindih tugas. Masing-

masing karyawan yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi

haknya dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi

akan mendukung kinerja karyawan tersebut. Kinerja karyawan akan terwujud

bila karyawan mempunyai komitmen dengan organisasinya dan ditunjang

dengan disiplin kerja yang tinggi.

28
3. Disiplin

Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang

ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketetapan perusahaan. Disiplin

meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang dibuat antara

perusahaan dan karyawan. Dengan demikian, bila peraturan atau ketetapan

yang ada dalam perusahaan itu diabaikan atau sering dilanggar, maka

karyawan mempunyai disiplin yang buruk. Sebaliknya, bila karyawan tunduk

pada ketetapan perusahaan, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang

baik.

4. Inisiatif

Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk

ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

Setiap inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari

atasan, kalau dia memang atasan yang baik. Disini tampak jelas bahwa

pengertian kinerja itu lebih sempit sifatnya, yaitu hanya berkenaan dengan

apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya. Biasanya orang

yang mempunyai tingkat prestasi yang tinggi disebut sebagai orang yang

prroduktif, dan sebaliknya orang yang tingkat prestasinya rendah, dikatakan

sebagai tidak produktif atau dikatakan kinerjanya rendah.

2.3.3 Penilaian Kinerja

29
Perusahaan sebagai organisasi mempunyai tujuan yakni memperoleh

keuntungan. Organisasi perusahaan hidup karena adanya aktivitas karyawan

dalam perusahaan tersebut. Sesuai dengan unit-unit kerja yang terdapat dalam

perusahaan, masing-masing unit dinilai kinerjanya agar kinerja sumber daya

manusia yang terdapat dalam unit dapat dinilai secara objektif.

Setiap orang sebagai pelaku yang melaksankan kegiatan yang sesuai

dengan fungsinya harus dinilai kinerjanya. Pada prinsipnya kinerja unit-unit

organisasi di mana seseorang atau sekelompok orang berada di dalamnya

merupakan pencerminan dari kinerja sumber daya manusia bersangkutan. Oleh

karena itu Bernadin dan Russel dalam Edy Sutrisno (2010:179) mengajukan enam

kinerja primer yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja, yaitu :

1. Quality. Merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan

kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.

2. Quantity. Merupakan jumlah yang dihasilkan.

3. Timeliness. Merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada waktu

yang dikehendaki, dengan memerhatikan koordinasi output lain serta waktu

yang tersedia untuk kegiatan orang lain.

4. Cost Effectiveness. Merupakan tingkat sejauh mana penggunaan sumber daya

organisasi (manusia, keuangan, teknologi, dan material) dimaksimalkan untuk

mencapai hasil tertinnggi atau pengurangan kerugian dari setiap unit

penggunaan sumber daya.

30
5. Need for Supervision. Merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat

melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang

supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.

6. Interpersonal Impact. Merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara

harga diri di antara rekan kerja dan bawahan.

Menurut Husein Umar (1997:266), membagi aspek-aspek untuk mengukur

kinerja sebagai berikut :

1. Mutu pekerjaan

2. Kejujuran karyawan

3. Inisiatif

4. Kehadiran

5. Sikap

6. Kerjasama

7. Keandalan

8. Pengetahuan tentang pekerjaan

9. Tanggung jawab, dan

10. Pemanfaatan waktu kerja.

DeLone dan McLean (1992) menyatakan baik pemanfaatan maupun sikap

pemakai mengenai teknologi akan mempengaruhi kinerja individual dengan

menjelaskan faktor kecocokan tugas teknologi (task-technology fit) yang

menguraikan bagaimana teknologi informasi dengan kecocokan tugas dapat

mempengaruhi kinerja. Di samping itu Goodhue dan Thompson (1995) juga

mengemukakan bahwa agar suatu teknologi informasi dapat memberikan dampak

31
yang positif terhadap kinerja individual maka teknologi tersebut harus

dimanfaatkan dengan tepat dan harus mempunyai kecocokan dengan tugas yang

didukungnya.

2.4 Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran Teoritis

2.4.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Pentingnya mengetahui penerimaan pemakai akhir terhadap penerapan

teknologi informasi dalam suatu organisasi mendorong dilakukannya berbagai

penelitian, antara lain : penerimaan internet (Fenech, 1998), penerimaan teknologi

informasi dalam profesi medis (Succi and Walter, 1999) dan penerimaan terhadap

surat elektronik atau e-mail (Hubona and Jones, 2002). Melalui penelitian-

penelitian di atas, dapat diketahui faktor-faktor penentu penerimaan pemakai

terhadap penerapan teknologi informasi sehingga organisasi dapat mengevaluasi

dan menentukan langkah selanjutnya.

Dari penelitian-penelitian tentang tingkat penerimaan pemakai akhir

terhadap teknologi informasi oleh peneliti-peneliti terdahulu, ditemukan suatu

model yang menggambarkan tingkat penerimaan terhadap teknologi yaitu

Technology Acceptance Model (TAM). Tujuan utama TAM adalah memberikan

penjelasan tentang penerimaan komputer secara umum, memberikan penjelasan

tentang perilaku / sikap pemakai dalam suatu populasi (Davis F.D, 1989).

Pemakaian TAM dalam penelitian tentang penerimaan penerapan teknologi sudah

32
dilakukan oleh beberapa peneliti di Negara yang berbeda dan penerapan teknologi

yang berbeda pula dalam rangka menguji keakuratan TAM.

Pengujian model TAM secara umum menggambarkan salah satu

penggunaan teori psikologi sosial sebagai suatu dasar bagi penelitian sistem /

teknologi informasi (Goodhue, 1988; Davis F.D, 1989; dan Nurcahyati, 2001),

yang mengkonfirmasi secara teoritis tentang sikap pemakai dan pengaruhnya

terhadap penggunaan komputer (Davis F.D, 1989; dan Nurcahyati, 2001).

Berdasarkan model TAM dapat diketahui aspek keperilakuan pemakai yang juga

turut mempengaruhi persepsi dan sikap dalam penerimaan teknologi informasi

yang kemudian diharapkan mendukung kinerja para manajer dan staf dengan

variable kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use).

Adapun guna mempermudah dalam melihat dukuangan hasil penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada table 2.1

berikut :

TABEL 2.1

PENELITIAN SEBELUMNYA

No Peneliti Tahun Objek Penelitian Hasil Penelitian

Hasilnya menunjukkan
sebanyak 56%
1 Amoroso et al. 1986 390 pengguna perusahaan besar
akhir menggunakan komputer
harus mempunyai 3
kriteria yaitu mudah
digunakan, fleksibel, dan
mempunyai kapabilitas

33
bagi pengguna akhir.
Hasil penelitiannya
menemukan hubungan
2 Davis et al. 1989 107 pengguna positif dan signifikan
antara perasaan dan
perilaku pemakai
terhadap penggunaan
sistem yang spesifik
Adanya bukti empiris
hubungan positif antara
3 Thompson et al. 1991 212 pemakai norma sosial, job fit,
terhadap pemanfaatan
PC, sedangkan perasaan
dan fasilitas pendukung
tidak menemukan bukti
empiris
Hasil penelitiannya
menunjang TAM dan
4 Igbaria 1997 471 manajer dan perluasannya, yaitu
professional pemanfaatan TI dapat
mempengaruhi kinerja
Hasil penelitan
menemukan bahwa tidak
5 Jurnali 2001 154 karyawan ada hubungan antara
KAP pemanfaatan TI dengan
kinerja
Hasil penelitian
menemukan bahwa tidak
6 Tjhai Fung Jin 2002 82 karyawan ada hubungan antara
KAP pemanfaatan TI dengan
kinerja

34
2.4.2 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan

teknologi informasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Pelabuhan Indonesia VI

Cabang Makassar sebagai implikasi lebih lanjut atas penerimaan teknologi

informasi. Penelitian ini mengadopsi model Technology Acceptance Model

(TAM) dengan menggunakan dua faktor utama dalam TAM sebagai variabel

independen yaitu, faktor Kemanfaatan (usefulness) dan faktor Kemudahan

Penggunaan (ease of use).

Secara teoritis kemanfaatan yang dipercayai oleh pemakai dapat

mempertinggi prestasi dan kinerjanya yang kemudian mendorong pemakai secara

psikologis untuk menerima penggunaan teknologi informasi dalam pekerjaannya.

Penelitian Davis et al (1989) menunjukkan bahwa kemanfaatan dengan

pemakaian (usage) mempunyai hubungan yang kuat. Sedangkan mengenai

kemudahan penggunaan (ease of use), secara teoritis telah dijelaskan bahwa

penerimaan pemakai teknologi informasi dipengaruhi oleh kemudahan

penggunaan, ini merupakan sebuah cerminan psikologis pemakai yang lebih

bersikap terbuka terhadap sesuatu yang sesuai dengan apa yang dipahaminya

dengan mudah. Davis F.D (1989) mengidentifikasikan bahwa kemudahan

penggunaan mempunyai pengaruh terhadap penerimaan penggunaan komputer.

Adam.et.al (1992) secara empiris menemukan bahwa kemudahan penggunaan

merupakan salah satu faktor dominan penerimaan penggunaan komputer.

35
Goodhue (1988) membuktikan bahwa efektivitas fungsi dari sebuah sistem salah

satunya meliputi kemudahan penggunaan, sehingga sistem tersebut dapat dengan

mudah untuk diterima oleh penggunanya. Jika Kemanfaatan dan Kemudahan

Penggunaan memicu penerimaan dan penerapan teknologi informasi maka hal

lebih lanjut yang akan terjadi sebagai implikasinya adalah peningkatan kinerja

karyawan. Dari uraian tersebut, maka penulis menjabarkan kerangka pemikiran

teoritis yang akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini dalam gambar 2.2

berikut :

PT. Pelabuhan Indonesia VI Cabang Makassar

Technology Acceptance Model (TAM)

Kemanfaatan (usefulness) Kemudahan Penggunaan


(ease of use)

Kinerja

36
2.4.3 Hipotesis

Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Diduga Kemanfaatan (usefulness) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan PT. Pelabuhan Indonesia VI Cabang

Makassar.

2. Diduga Kemudahan Penggunaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja karyawan PT. Pelabuhan Indonesia VI Cabang

Makassar.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian ini adalah PT. Pelabuhan Indonesia VI

Cabang Makassar yang terletak di Jalan Soekarno No. 1 Makassar, Sulawesi

Selatan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Kualitatif

yaitu data yang bukan dalam bentuk angka-angka atau tidak dapat

dihitung, dan diperoleh dari hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan

dan karyawan dalam perusahaan serta informasi-informasi yang diperoleh

dari pihak lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Data Kuantitatif

yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang dapat dihitung,

yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan dan berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

38
3.2.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam

yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh penulis melalui observasi atau

pengamatan langsung dari perusahaan, baik itu melalui observasi, kuesioner

dan wawancara secara langsung dengan pimpinan dan staf perusahaan sesuai

dengan kebutuhan dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung, yaitu

data tersebut diperoleh penulis dari dokumen–dokumen perusahaan dan

buku–buku literatur yang memberikan informasi tentang gaya kepemimpinan

situasional dan produktivitas kerja.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Prosedur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah teknik

probability sampling, yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama

bagi setiap unsur ( anggota ) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Kemudian digunakan metode Simple Random Sampling, yaitu pengambilan

39
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi itu. Cara demikian dilakukan karena anggota populasi

dianggap homogen. Sedangkan yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian

ini seluruh karyawan yang bekerja pada PT. Maruki International Indonesia.

Untuk menentukan ukuran sampel dalam penelitian ini dicari dengan

menggunakan rumus Slovin (Seville:160) sebagai berikut:

n = N / ( 1 + N/e² )

dimana;

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang dinginkan (persen kelonggaran

ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi).

Dengan demikian, jumlah sampel yang digunakan sebagai responden

dalam penelitian ini sebanyak 100 orang karyawan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang diperlukan dalam pembahasan ini melalui

dua tahap penelitian, yaitu:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder dari

perusahaan, landasan teori dan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini

40
dengan cara dokumentasi. Studi dilakukan antara lain dengan mengumpulkan

data yang bersumber dari literatur–literatur, bahan kuliah, dan hasil penelitian

lainnya yang ada hubungannya dengan objek penelitian. Hal ini dilakukan

untuk mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai masalah yang sedang

dibahas.

2. Studi Lapangan (Field Research)

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data yang diperlukan dengan

cara melakukan pengamatan langsung pada perusahaan yang bersangkutan,

baik melalui observasi,penyebaran kuesioner kepada para pegawai, dan

wawancara.

Penelitian Lapangan dilakukan dengan cara :

a. Wawancara adalah metode untuk mendapatkan data dengan cara

melakukan tanya jawab secara langsung dengan pihak-pihak yang

bersangkutan guna mendapatkan data dan keterangan yang menunjang

analisis dalam penelitian.

b. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan langsung pada obyek yang diteliti sehingga di peroleh

gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi oleh

c. Kuesioner, adalah pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar

pertanyaan kepada responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

3.5 Metode Analisis

41
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan maka dalam

penelitian ini digunakan :

1. Analisis deskriptif kuantitatif. Merupakan metode yang bertujuan

mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah

dipahami, dalam bentuk informasi yang ringkas.

2. Analisis kuantitatif

1. Dalam mengetahui hubungan dan pengaruh antara budaya

organisasi dengan kinerja karyawan digunakan teknik analisis

regresi berganda, untuk mengetahui besarnya pengaruh secara

secara kuantitatif dari suatu perubahan (variabel X) terhadap

kejadian lainnya (variabel Y). Analisis regresi menggunakan rumus

persamaan regresi berganda seperti yang dikutip dalam Sugiono

(2005:261), yaitu :

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4.

Dimana :

Y = Variabel dependen, yaitu Kinerja karyawan

X1 = Variabel independen, yaitu Kemanfaatan

X2 = Variabel independen, yaitu Kemudahan Penggunaan

a = Konstanta yang merupakan rata-rata nilai Y pada saat

nilai X1 dan X2 sama dengan nol

b1 = koefisien regresi parsial, mengukur rata-rata nilai Y

untuk tiap perubahan X1 dengan menganggap X2 konstan.

42
b2 = koefisien regresi parsial, mengukur rata-rata nilai Y untuk

tiap perubahan X2 dengan menganggap X1 konstan.

Untuk mendapatkan nilai b1, b2, dalam Irianto (2004:195)

dihitung dengan menggunakan persamaan simultan yaitu:

1. ∑X1Y = b1∑X12 + b2∑X1∑X2 + b3∑X1∑X3 + b4∑X1∑X4

2. ∑X2Y = b1∑X1∑X2 + b2∑X22 + b3∑X2∑X3 + b4∑X2∑X4

Sedangkan untuk memperoleh nilai a dalam Sugiyono

(2005:261) dapat menggunakan rumus, yaitu:

a = Y – b1X1 – b2X2

2. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Pada model linear berganda ini, akan dilihat besarnya kontribusi

untuk variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel

terikatnya dengan melihat besarnya koefisien determinasi totalnya

(R2). Jika (R2) yang diperoleh mendekati 1 (satu) maka dapat

dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan

variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika (R2) makin

mendekati 0 (nol) maka semakin lemah pengaruh variabel-variabel

bebas terhadap variabel terikat.

3. Uji F (Uji Serempak)

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama

variabel bebas terhadap varibel terikat. Dimana Fhitung > Ftabel, maka

H1 diterima atau secara bersama-sama variabel bebas dapat

menerangkan variabel terikatnya secara serentak. Sebaliknya

43
apabila Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau secara bersama-sama

variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat.

Untuk mengetahui signifikan atau tidak pengaruh secara bersama-

sama variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan

probability sebesar 5% (α= 0,05).

Jika sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak.

Jika sig < ά (0,05), maka H0 ditolak H1 diterima.

4. Uji T (Uji Parsial)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel terikatnya. Dimana Ttabel > Thitung, H0

diterima. Dan jika Ttabel < Thitung, maka H1 diterima, begitupun jika

sig > ά (0,05), maka H0 diterima H1 ditolak dan jika sig < ά (0,05),

maka H0 ditolak H1 diterima.

Untuk mengetahui pengukuran jawaban responden, penulis menggunakan

metode skala Likert (Likert’s Summated Ratings).

Dalam pengukuran jawaban responden, pengisian kuesioner kepemimpinan

situasional terhadap produktivitas kerja pegawai diukur dengan menggunakan

skala likert, dengan tingkatan sebagai berikut :

1. Jawaban Sangat Setuju diberi bobot 5

2. Jawaban Setuju diberi bobot 4

3. Jawaban Ragu-ragu diberi bobot 3

4. Jawaban Tidak Setuju diberi bobot 2

44
5. Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi bobot 1

3.6 Defenisi Operasional Variabel

1. Kemanfaatan (Usefulness) didefnisikan oleh Davis F.D (1989) sebagai

derajat dimana seorang individu percaya bahwa menggunakan teknologi

akan meningkatkan kinerjanya.

2. Kemudahan Penggunaan (Ease of Use) didefinisikan oleh Davis F.D

(1989) sebagai derajat dimana seorang individu percaya bahwa

penggunaan sistem atau belajar menggunakan sistem adalah tidak sulit.

3. Kinerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan ataupun

kegagalan karyawan dalam melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan

standar yang berlaku pada PT. Pelabuhan Indonesia VI Cabang Makassar.

45

You might also like