Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
KURSIN
NIM. 1314000007
ii
rujukan-rujuan mengenai konseling kelompok dan mendalami rujukan tersebut
untuk pengembangan ketrampilan dalam melaksanakan konseling kelompok..
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Segala permasalahan pasti akan dapat diatasi kalau kita mau belajar dengan orang lain”.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sunguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”. (Alam Nasyroh, ayat 6-8).
Persembahan :
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku tercinta yang selalu
mendoakanku, mendukungku dan memberikan
semangat untuk tetap sabar dalam menjalani
kehidupan dan selalu memberikan yang terbaik
untuk putra-putrinya.
2. Keluarga besar Bapak Sutomo yang selalu sabar
menunggu kelulusanku.
3. istri tercinta dan anakku Farrel tersayang,
engkau adalah sumber inspirasiku.
4. Teman-teman Bimbingan dan Konseling
angakatan 2000.
5. Almamater UNNES.
v
KATA PENGANTAR
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan berbagai pihak, oleh
kepada :
1. Dr. A.T. Soegito, SH., MM., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah
ini.
3. Drs. Suharso, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling dan Dosen
4. Dra. Catharina Tri Anni, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
5. Dra. Wahyuni, Kepala Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang yang telah
vi
6. Dra. Sri Sugiarti dan C. Puji Astuti, S.Pd., Pembimbing Panti Pamardi Putra
melakukan penelitian.
7. Seluruh siswa Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang yang telah bersedia
8. Sobab-sobatku Irda, Yayan, Desi, Rudi, Retno, Fajar, Sigit, Ratri, Iqbal, Eka,
Koko, Bambang, dan desi unyil yang telah membantuku dan memberikan
persahabatan kita.
teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu akan mendapatkan imbalan
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
ix
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 40
A. Jenis penelitian .......................................................................... 40
B. Populasi, Sampel dan Tenik sampling....................................... 41
C. Variabel Penelitian .................................................................... 45
D. Desain Penelitian ....................................................................... 47
E. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 52
F. Validitas dan reliabilitas Instrumen........................................... 55
G. Metode Analisis Data ................................................................ 58
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Jumlah Populasi pada Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang......... 42
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Angket Penelitian............................................... 58
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Layanan Konseling Kelompok ............................... 62
Tabel 4. Hasil Persentase Skor Sub Variabel Perilaku Agresif Fisik Siswa
Sebelum Layanan Konseling Kelompok ........................................... 63
Tabel 5. Hasil Persentase Skor Sub Variabel Perilaku Agresif Verbal Siswa
Sebelum Layanan Konseling Kelompok ........................................... 64
Tabel 6. Hasil Persentase Skor Sub Variabel Perilaku Agresif Fisik Siswa
Setelah Layanan Konseling Kelompok.............................................. 65
Tabel 7. Hasil Persentase Skor Sub Variabel Perilaku Agresif Verbal Siswa
Setelah Layanan Konseling Kelompok.............................................. 66
Tabel 8. Penurunan Persentase Skor Perilaku Agresif Fisik Siswa Setelah
Layanan Konseling Kelompok .......................................................... 67
Tabel 9. Penurunan Persentase Skor Perilaku Agresif Verbal Siswa Setelah
Layanan Konseling Kelompok .......................................................... 69
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon dari Setiap sub Variabel Perilaku
Agresif Fisik .................................................................................... 70
Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon dari Setiap Sub Variabel Perilaku
Agresif Verbal ................................................................................. 71
xi
DAFTAR DIAGRAM
Hal
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
Pertemuan I ................................................................................. 78
Lampiran 2. Laporan Pelaksanaan evaluasi (Penilaian) Analisis Data dan Tindak
Lanjut Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
Materi I dan II ............................................................................. 83
Lampiran 3. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
PertemuanII................................................................................. 84
Lampiran 4. Laporan Pelaksanaan evaluasi (Penilaian) Analisis Data dan
Tindak Lanjut Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
Materi III..................................................................................... 89
Lampiran 5. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
Pertemuan III............................................................................... 90
Lampiran 6. Laporan Pelaksanaan evaluasi (Penilaian) Analisis Data
dan Tindak Lanjut Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
Materi IV..................................................................................... 95
Lampiran 7. Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling
Pertemuan IV .............................................................................. 96
Lampiran 8. Laporan Pelaksanaan evaluasi (Penilaian) Analisis Data
dan Tindak Lanjut Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
Materi V dan VI.......................................................................... 101
Lampiran 9. Angket Perilaku Agresif .............................................................. 102
Lampiran 10. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Perilaku Agresif .... 107
Lampiran 11. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Perilaku Agresif .... 112
Lampiran 12. Pedoman Observasi Fisik .......................................................... 117
Lampiran 13 Pedoman Observasi Verbal ........................................................ 119
Lampiran 14. Pedoman Observasi Fisik .......................................................... 121
Lampiran 15. Hasil Observasi Perilaku Agresif Fisik ..................................... 123
xiii
Lampiran 16. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Perilaku Agresif
Fisik Siswa Sebelum Perlakuan................................................ 133
Lampiran 17. Analisis Deskriptif Persentase Perilaku Agresif
Fisik Siswa Sebelum Perlakuan................................................ 140
Lampiran 18. Analisis Deskriptif Persentase Perilaku Agresif
Fisik Siswa Sesudah Perlakuan ................................................ 147
Lampiran 19. Hasil Observasi Perilaku Agresif Verbal.................................. 152
Lampiran 20. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Perilaku Agresif
Verbal Siswa Sebelum Perlakuan ............................................. 159
Lampiran 21. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Perilaku Agresif
Verbal Siswa Sebelum Perlakuan ............................................. 164
Lampiran 22. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Perilaku Agresif
Verbal Siswa Setelah Perlakuan ............................................... 174
Lampiran 23. Uji Wilcoxon Perilaku Agresif Fisik ......................................... 176
Lampiran 24. Uji Wilcoxon Perilaku Agresif Verbal ...................................... 178
Lampiran 25. Uji Wilcoxon Perilaku Agresif Tiap Aspek .............................. 180
Lampiran 26. Daftar Nama Klien yang Menjadi Sampel dalam Penelitian..... 182
Lampiran 27. Daftar Daftar Hadir.................................................................... 184
Lampiran 28. Surat Permohonan Ijin Penelitian Dari FIP UNNES................. 186
Lampiran 29. Surat Ijin Penelitian Dari Dinas Kesejahteraan Sosial .............. 187
Lampiran 30. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ......................... 188
BAB II
A. Perilaku Agresif
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang pengertian agresif, faktor pencetus
xiv
1. Pengertian Agresif
menerangkan sejumlah besar perilaku kasar atau keras. Didalam istila yang
kerugian bagi orang lain. Erat hubungannya dengan kemarahan karena kemarahan
dapat terjadi jika orang tidak memperoleh apa yang mereka inginkan.Emosi,
marah akan berkembang jika orang mendapat ancaman bahwa mereka tidak akan
mendapatkan apa yang mereka kehendaki dan kemungkinan pula akan terjadi
pemaksaan kehendak atas orang atau objek lain dak kemarahan akan berkembang
menuju agresi.
Dalam situasi tertentu orang akan melakukan agresi atau tidak me1akukan
agresi ditentukan oleh tiga variabel: (1) intensitas marah seseorang yang sebagian
ditentukan oleh taraf frustasi atau serangan yang menimbulkannya, dan sebagian
ditentukan oleh apa yang dipelajari seseorang tentang agresifitas dan pada
xv
akan merasa aman. Seseorang akan melakukan kekerasan terlebh dahulu dari pada
menyakiti orang lain yang dapat meyebabkan kerusakan fisik maupun mental.
Perilaku agresif dapat dilakukan karena adanya tujuan tertentu ataupun tidak
Perilaku agresi ditentukan oleh proses tertentu yang tejadi diotak dan
susunan saraf pusat. Agresi terjadi pada kebanyakan pria kerena
hormon pada pria lebih banyak dihasilkan oleh pria. Dapat kita lihat
bahwa kenakalan pada remaja banyak terjadi pada pria.
Menurut Meyer bahwa perilaku agresif timbul dari otak dan susunan saraf
pusat. Ini berarti bahwa perilaku agresif terjadi karena adanya
goncangan-goncangan pada otak yang dapat mengakibatkan kurang kontrolnya
proses kognisi yang berjalan
Agresi seperti dikemukakan para ahli tersebut di atas tampak memiliki
persamaan yang mendasar yaitu pada tingkah lakuyang merusak baik fisik psikis
maupun benda-benda yang ada di sekitrnya. Agresi juga melekat pada setiap
individu termasuk juga remaja. Remaja yang masih dalam proses perkembangan
mempunnyai kebutuhan-kebutuhann pokok terutama kebutuhan rasa aman kasih
sayang dan kebutuhan harga diri. Pada prinsipnya manusia ingin memiliki
kebutuhannya dengan cara yang dipilih. Kemungkinan remaja akan mengalami
frustasi atau perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Selanjutnya
situasi frustasi akan membuat orang, marah dan akan memperbesar kemungkinan
mereka melakukan perilaku agresif.
Pengaruh frustasi juga dapat dilihat dari sudut pandang yang lebih luas
dalam masyarakat. Depresi ekonomi menyebabkan frustasi yang mempengaruhi
hampir semua orang. Orang memperoleh pekerjaan atau tidak dapat memberi
sesuatu yang dinginkan dan jauh lebih dibatasi dalam semua segi kehidupan.
Akibatnya, berbagai bentuk agresi menjadi lebih umum.
Berdasar pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
agresifitas adalah bentuk perilaku yang dapat menyakiti orang lain dengan tujuan
xvi
untuk pemeliharaan hidup perilaku agresif itu sendiri berasal dari proses kognitif
yang terganggu.
2. Faktor Pencetus Agresif
Fakor pencetus adalah faktor yang mendasari perilaku agresif itu muncul.
Menurut Lorenz yang dikutip oleh Dayakisni (2003: 208) menjelaskanada empat
faktor pencetus agresif yaitu:
a. Deindividualis
adalah:
a. Penguatan (reinforcement)
maka individu akan merasa bahwa dirinya benar dan suatu ketika individu itu
xvii
diberi hukuman maka individu itu merasa bahwa dirinya sangat diatur dan akan
memunculkan emosi, akibat emosi yang tidak terkontrol maka menjadi agresif.
b. Imitasi
Imitasi juga salah satu faktor pencetus dari agresif karena proses imitasi
merupakan proses peniruan yang utuh kepada siapa saja entah itu
tokoh, orang tua, bintang film dan lain-lain. Apabila tokoh atau
bintang film melakukan sesuatu maka individu itu berusaha untuk
menirunya tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya.
c. Norma Sosial
d. Deindividualis
secara cepat dapat menyelesaiakan ada juga yang lambat untuk menyelesaikanya,
yang lambat meyelesaikan biasanya iri dan akan menimbulkan emosi yang
e. Agresi Instrumental
Jenis agresi ini terjadi karena pelaku agresif ingin memperoleh tujuan-tujuan
tertenu. Misalnya pembunuh bayaran mereka membunuh karena ada
imbalan uang bukan semata-mata ada dendam atau sedang marah.
Menurut Soubur, 2003: 435 menjelaskan ada dua macam faktor
pencetus agresi yaitu:
1) Tingkah laku agresif yang dilakukan untuk menyerang atau melawan orang lain
xviii
2) Tingkah laku agresif yang dilakukan sebagai sikap mempertahankan diri
terhadap kesenangan dari luar. Dari uraian di atas pencetus agresifitas dapat
dituangka dala skema berikut:
Faktor eksternal
Agresifitas
Faktor internal
C. Macam-macam Agresifitas
Ada berbagai bentuk agresi yang terjadi pada diri individu salah satu diantaranya
adalah seperti yang dikemukakan oleh Murry dan Bellak dalam Sukaji
1982 yang dikutip oleh Sugiyarta SL (1990:23-24) bahwa agresifitas
meliputi: agresifitas emosional verbal, agresifitas fisik sosial,
agresifitas destruktif dan agresifitas a sosial.
Agresif emosional verbal dapat ditampakkan dengan perilaku mudah marah atau
membencil orang, akan tetapi tidak secara fisik, contohnya menghina
perang mulut, mengutuk menertawakan dan lain-lain, Agresifitas fisik
sosial dapat ditampakkan dengan perilaku berkelahi, membunuh
membalas dendam. Agresifitas fisik sosial ini sangat berbahaya kalau
terus menerus dibiarkan tanpa adanya penanganan karena bisa
mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan harta benda. Agresifitas fisik
a soslal dapat ditampakan dengan perilaku merusak benda-benda
disekitarnya hanya untuk memabalas dendam tanpa adannya perang
fisik karena orang yang dihadapi pejabat atau aparat. Individu tidak
xix
berani berhadapan langsung, cara untuk membalas demdam adalah
dengan merusak harta benda yang dimiliki orang yang bersangkutan.
Sedangkan agresifitas destruktif dapat ditampakan dengan perilaku
menyerang binatang, memukul diri sendiri dan bunuh diri. Ini
disebabkan karena individu merasa kesal dengan dirinya sendiri dan
frustasi. Contohnya individu menderita penyakit yang menaun dan
tidak sembuh-sembuh akibatnya menjadi tanggungan keluarga dan
individu itu memutuskan untuk bunuh diri supaya tidak menjadi
tanggungan keluarga lagi.
xx
9 Agresi verbal pasif tidak langsung, Yaitu tindakan agersi verbal
yang dilakukan oleh individu/kelompok dengan cara tidak
berhadapan dengan individu /kelompok lain yang menjadi
targetnya dan tidak terjadi kontakverbal secara langsung seperti,
tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara
Menurut Sear, Freedman dan Paplau yang dikutip oleh Wirawan (1996-
(Misainya, Pistolnya kosong atau macet). Perilaku agresif adalah yang paling
sedikit mempunyai unsur maksud melukai dan lebih pasti terdapat pada
Sementara itu perilaku melukai yang tidak disertai dengan maksud melukai
tidak diagap sebagai perilaku agresif. Sementara perilaku agresif yang anti
Dari beberapa penjelasan para tokoh di atas tentang macam-macam agresif dapat
xxi
1. Agresi fisik aktif langsung, tindakan agresi fisik yang dilakukan individiu/
lain yang menjadi targetnya dan menjai kontak secara fisik langsung, seperti
2. Agresi fisik pasif langsung, tindakan agresi fisik yang dilakukan, oleh
yang menjadi targetnya, namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung
3. Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresif verbal yang dilakukan oleh
4. Agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan
Dari beberapa macam agresif dalam penelitian ini hanya akan menggunakan dua
1. Agresi fisik aktif langsung, tindakan agresi fisik yang dilakukan individu/
lain yang menjadi targetnya dan menjadi kontak secara fisik langsung, seperti
2. Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresif verbal yang dilakukan oleh
xxii
D. Usaha untuk Mengurangi Perilaku Agresif
stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitar. Lingkungan yang buruk akan
sehingga anak akan melihat bahwa orang tua tidak lagi memperhatikan dan
Usaha untuk mencontrol perilaku yaitu dengan tehnik Modeling dan modifikasi.
1. Penegakan Fisik
Kita mengontrol perilaku fisik. Misalnya beberapa dari kita
menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan
kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukan dengan
bentuk lain seperti berjalan menjauhi sesorang yang telah
menghina agar kita tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang
tersebut terlarang untuk mengontrol perrilaku yang tidak
diinginkan. misalnya, pengendara truk minum obat perrangsang
agar tidak mengantuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan
fisikyang dapat memudahkan pelaku tertentu, yang bisa dilihat
pada orang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai
kaca mata
2. Mengubah kondisi stimulus
Suatu tehnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggung
jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan
menyisihkan sekotak,permen dari hadapanya sehingga dapat
xxiii
mengekang diri sendiri. Dalarn contoh tersebut, orang
menyingkirkan diskriminatif stimuli yang menyebabkan perilaku
yang diingikan. Akan tetapi kita tidak hanya menyingkirkan
stimulus tertentu pada situasi tetentu. Kita tidak juga menghadirkan
stimulus untuk melakukan sesuatu perilaku tertentu. misalnya kita
menggunakan kaca cermin untuk menguasai tarian yang sulit
dikuasai
3. Memanipilasi kondisi emosional
Skiner menyatakan bahwa kadang kita mengadakan perubahan
emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. MisaInya,
beberapa orang menggunakan tehnik meditasi untuk mengatasi
stres. Serupa dengan itu kita mungkin memiliki suasana hati vang
baik sebelum menghadiri Pertemuan yang membuat stres agar kita
dapat menunjukan perilaku yang tepat.
4. Melakukan rspon-respon lain
Kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang
membawa hukuman dengan melakukan hal lain. misalnya, untuk
menahan diri agar tidak menyereng orang yang sangat tidak kita
sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan
dengan pendapat kita tentang mereka.
5. Menguatkan diri secara positif
Salah satu tehnik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku,
menurut Skiner adalah dengan self reinforcement. Kita
mengendalikan diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai.
Misalaya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah
belajar dengan keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik,
dengan menonton film yang bagus.
6. Menghukum diri sendiri
Akhirnya seseorang mungkin menghukum diri sendiri' karena gagal
mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya mahasiswa menghukum
dirinya karena melakukan ujian dengan baik dengan cara
menyendiri dan belajar kembali dengan giat.
menunjukan apa yang dikatakan pada diri mereka sendiri sambil melakukan suatu
tugas.
xxiv
Dalam tahap ini dilakukan hal-hal (a) konselor menginstrusikan
klien untuk mendengarkan apa yang dikatakan konselor, (b)
konselor melakukan modeling seperti verbalisasi bimbingan diri
sendiri dengan keras (c) bimbingan diri yang didemonstrasikan
konselor itu meliputi lima komponen. pertanyaan tentang
tuntutan-tuntutan dari tugas, menjawab pertanyaan melalui tugas
rencana yang akan dikerjakan, memusatkan tugas-tugas dan
bimbingan diri selama bertugas,menangani evaluasi diri jika
perlu memperbaiki kesalahan, dan penguatan diri sendiri bagi
penyelesaian tugas.
2. Bimbingan eksternal yang terlihat
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan yang meliputi, (a)
konselor menginstrusikan klien untuk melakukan tugas-tugas
dan konselor melatih untuk membimbingnya, (b) klien
melaksanakan tugas-tugas sedangkan konselor melatih dengan
verbalisasi bimbingan diri sendiri verbalisasi itu meliputi lima
komponen bimbingan diri yaitu, pertanyaan tentang tugas,
menjawab pertanyaan memusatkan perhatian pada tugas dan
bimbingan selama tugas, melakukan evaluasi diri dan pembetulan
kesalahan dan memberi penguatan.
3. Pekerjaan rumah
Pada tahap terakhir ini konselor menginstrusikan klien unituk
melaksanakan pekerjaan rumah. Instuksi itu meliputi apa yang
dikerjakan seberapa banyak atau sering tugas itu dikerjakan
kapan dan dimana melakukannya, dan cara melakukan
monitoring diri selama mengerjakan pekerjaan rumah. disamping
itu konselor juga merencanakn pertemuan face to face atau lewat
telepon untuk menindak lanjuti pekerjaan rumah itu.
Cormier dan Cormier di atas, yaitu melalui layanan konseling kelompok. Karena
di dalam konseling kelompok terdapat beberapa metode dan teori itu seperti
xxv
konseling kelompok merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan dalam suasana kelompok (Sukardi,2000: 491).
Dalam layanan konseling kelompok terdapat dinamika kelompok yang
kepercayaan diri dan kepercayaan orang lain seperti berani mengemukakan atau
percaya diri dalam berperilaku terhadap orang lain, cinta diri yang dapat dilihat
dari dalam berperilaku dan gaya hidupnya untuk memelihara diri, memiliki
pemahaman yang tinggi terhadap segala kekurangan dan kemampuan dan belajar
memahami orang lain ketegasan dan menerima kritik dan memberi kritik dan
dengan baik.
xxvi
Pada kegiatan konseling kelompok setiap anggota kelompok mendapat
dalam kelompok.
xxvii
memecahkan masalah juga setiap anggota kelompok dapat belarjat
lain.
Konseling kelompok mentepakan salah satu layanan bimbingan dan konselig yang
diselenggarakan di sekolah layanan. konseling kelompok pada
hakekatnya adalah wawancara, konseling antara konselor profesional
sebagai pemimpin kelompok utuk memecahkan masalah dengan
pertimabangan pribadi para anggota, kelompok dengan memanfaatkan
dinamika kelompok.
Konseling kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan
mewujudkan diri.
xxviii
Konseling kelompok dapat dijadikan sebagai media mengembangkan
dengan apa yang dikatakan Prayitno (1995: 24) layanian konseling kelompok
sosial yang bertenggang rasa. Pelampiasan pribadi yang mau menenang sendiri,
benar sendiri, kuat sendiri di atas pengorbanan anggota k-elompook valig Jahn
Fungsi layanan konseling kelompok yang paling utama adalah kuratif atau
xxix
juga bersifat perseveratif klien dapat melaksanakan fungsinya
di masyarakat mungkin dalam bentuk pengalaman hidupnya.
xxx
Bagi siswa konseling kelompok dapat bermanfaat sekali karena melalui interaksi
itu dari pada bila mereka berbicara dengan seorang konselor dalam
dan orang lain apa adanya serta meningkatkan diri sendiri dan orang
Suatu kelompok yang sukses dihasilkan dari perencanaan yang cermat dan
terperinci. perencanaan meliputi tujuan, dasar pembentukan
kelompok, dan jenis kelompok masyarakat yang menjadi anggota dan
hal-hal dasar lain termasuk cara mengumumkan cara merekrut
anggota, pemilihan dan seleksi keanggotaan, banyaknya kelompok,
lama waktu, frekuensi dan lama waktu pertemuan, struktur dan format
kelompok,metode persiapan keanggotaan kelompok terbuka atau
xxxi
tertutup, keanggotaanya suka rela atau bukan, prosedur follow up dan
evaluasinya.
Layanan konseling keolompok tidak selalu efektitf untuk semua orang. Ada
beberapa kondisi anggota yang perlu diperhatikan sehingga kelompok
tidak direkomendasikan. kondisi tersebut adalah dalam keadaan kritis,
misalnya depresi dan ingin bunuh diri. Sangat takut untuk berbicara
dalam kelompok. klien sangat tiodak efektif didalam hubunga
pribadinya, atau ia tidak sama sekali mempunyai ketrampilan sosial.
klien sangat tidak menyadari akan perasaanya, motivasinya maupun
pikirannya. klien menyunjukan perilaku yang menyimpang dan terlalu
banyak meminta perhatian dari orang lain sehingga sangat
mengganggu di dalam kelompok. Klien dalam keadaan psikotik akut
yang diperkirakan akan sangat mengganggu jalanya konseling karena
keterbatasan ekspresi verbal. Klien sangat agresif sehingga akan
membuat anggota lain merasa takut.
Suatu kelompok yang homogen atau lebih fungsional dibanding dengan
remaja masalah lebih difokuskan pada masalah remaja seperti hubungan antar
yang harus dilakukan dalam pembentukan kelompok sehingga ada kerja sama
Keanggotaan merupakan salah satu unsur yang sangat pokok dalam proses
kehidupan kelompok tidak ada anggota tidaklah mungkin ada sebuah kelompok
kegiatan atau kehidupan kelompok itu sebagian besar didasarkan atas peranan
anggota kelompok.
dibawah ini yang hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika
xxxii
2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam
kegiatan kelompo
3) Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya
tujuan bersama
4) Membant tersusunya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya
dengan baik
5) Benar-benar berusaha untuk secara efektif ikut serta dalam seluruh
kegiatan kelompok
6) Mampu mengkomunikasikan secara terbuka
7) Berusaha membantu orang lain
8) Memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk juga
menjalani perannya
9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok tersebut
Frekuensi dan lamanya pertemuan bergantung dari tipe kelompok atau macamnya.
Biasanya satu kali dalam seminggu dua jam untuk kelompok dewasa.
Kelompok anak-anak dan remaja makin seringnya pertemuan dengan
waktu yang pendek akan semakin baik
d. Jangka Waktu Pertemuan Kelompok
xxxiii
Dalam usaha membantu mengurangi masalah pada situasi mendesak seperti jalan
keluar, konselor akan melakukan jadwal yang baik delapan sampai sepuluh
kelompok selama enam minggu dalam satu minggu diadakan dua kali pertemuan
merujuk pendpat dari Mehler. Alasan yang mendasar bahwa kelompok yang
kedalam kelompok.
e. Tempat Pertemuan
Setting atau tata letak ruang, bila memungkinkan untuk saling berhadapan
Proses pelaksanaan dalam penelitian ini adalah dalam jenis kelompok yang
orang, lama pertemuan selama 45 menit, dalam satu minggu dilaksanakan 2 kali
xxxiv
Menurut Prayitno (1995: 40) tahap-tahap pelaksanaan layanan konseling
kelompok ada 4 tahap yang meliputi: tahap pembentukan , tahap peralihan, tahap
a. Tahap Pembentukan
diri, adapun tujuan dari tahap ini adalah anggota memahami pengertian dan
menerima dan membantu diantara para anggota tumbuhnya suasana bebas dan
terbuka dan dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan dalam
/pengakraban.
a. Tahap Peralihan
ketiga. adapun tujuan dari tahap peralihan adalah terbebaskanya anggota dari
perasaan atau sikap enggan, ragu, malu atau saling tidak percaya untuk
xxxv
kebersamaan, makin matapnya minat untuk ikut serta dalam kegiatan
kelompok.
Adapaun kegiatan dalam tahap ini menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh
keikutsertaan anggota.
Peranan pemimpin kelompok, menerima suasana yang ada secara sadar dan
b. Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan bertujuan membahas suatu masalah atau topik yang relevan
dengan kehidupan anggota secara mendalam dan tuntas adapun dalam tahap
tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal belum
jelas yang menyangkut masalah atau topik tersebut secara tuntas dan
lalu-lintas yang sabar dan terbuka, aktif tetapi tidak banyak bicara.
c. Tahap Pengakhiran
secara mendalam dan tuntas, terrumuskan rencana kegiatan lebih lanjut, tetap
xxxvi
dirasakannya hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun kegiatan
diakhiri.
xxxvii
berteman secara akrab dengan sesama anggota. Dalam layanan konseling
kelompok interaksi antar individu antar anggota kelompok merupakan suatu yang
khas yang tidak mungkin terjadi pada konseling perorangan. Karena dalam
layanan konseling kelompok terdiri dari individu yang heterogen terutama dari
latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing.
Prilaku agresif merupakan hasil belajar yang keliru dan upaya
menanganinya adalah dengan interaksi melalui lingkungan yang intensif dan terus
menerus. Interaksi yang intensif dan terus menerus dapat dilakukan dengan
layanan konseling kelompok karena dengan layanan konseling kelompok ini para
anggota dapat belajar bersama dengan anggota kelompok yang lain dalam
memecahkan masalah yang dihadapi, selain itu pemberian alternatif-alternatif
bantuan yang ditawarkan oleh para anggota kelompok yang lain lebih efektif
sebab anggota kelompok tersebut sudah mengalami secara langsung.
Para anggota kelompok saling dapat memberi dan menerima pendapat-
pendapat yang disampaikan oleh para anggota kelompok. Layanan konseling
kelompok juga dapat sebagai media latihan untuk menghargai orang lain atau
anggota kelompok yang lain, sehingga diharapkan dapat mengurangi emosi yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan menghargai orang lain para
anggota berfikir bahwa orang lain salah, belum tentu dirinya benar. Dengan
adanya anggapan seperti itu pada tiap-tiap kelompok, anggota kelompok akan
mempertimbangkan baik dan buruk apa yang akan dilakukan.
Dalam layanan konseling kelompok terdapat dinamika kelompok yang
dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresif yaitu, mereka dapat
mengembangkan berbagai ketrampilan yang pada intinya meningkatkan
kepercayaan diri dan kepercayaan orang lain seperti berani mengemukakan atau
percaya diri dalam berperilaku terhadap orang lain, cinta diri yang dapat dilihat
dari dalam berperilaku dan gaya hidupnya untuk memelihara diri, memiliki
pemahaman yang tinggi terhadap segala kekurangan dan kemampuan dan belajar
memahami orang lain, ketegasan dan menerima kritik dan memberi kritik dan
ketrampilan diri dalam penampilan dirinya serta dapat mengenadalikan perasaan
dengan baik.
Dengan adanya dinamika kelompok pemimpin kelompok dapat
memberikan metode untuk mengurangi perilaku agresif seperti metode pengalihan
(displacement). Konsep dari metode pengalihan adalah bahwa perilaku dapat
dialihkan ke subjek yang lebih lemah. Ini sangat erat sekali hubungannya dengan
perilaku agresif apabila seseorang melakukan tindakan perkelahian karena hinaan
atau ejekan dari orang lain maka dengan pengalihan dari perkelahian itu seseorang
dapat melampiaskannya dengan ketrampilan yang ada.
Dari konsep pengalihan yaitu bahwa perilaku dapat dialihkan ke subjek
lebih lemah. Subjek yang lebih lemah ini dapat dialihkan melalui pekerjaan,
xxxviii
Mandiri Semarang sangat cocok. Seorang siswa yang sering melakukan
dengan subjek yang lebih lemah yaitu melalui pemantapan ketrampilan yang
dikehidupan para anggota kelompok. Dari hal itu diharapkan para anggota
kelompok dapat berperilaku sesuai dengan norma dan aturan yang ada pada
F. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas, maka diajukan hipotesis penelitian ini
adalah: “Layanan konseling kelompok efektif untuk mengurangi perilaku agresif
pada siswa Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang 2004/ 2005”.
xxxix
BAB III
METODE PENELITIAN
ilmiah. Agar hasil penelitian yang ditemukan dapat menjadi pengetahuan yang
disesuaikan dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai dapat
memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu dengan penguasaan metodologi
penelitian secara mantap diharapkan penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah
berikut:
Jenis Penelitian
yang dilaksanakan terhadap variabel masa yang akan datang. Di sebut sebagai
variabel yang akan datang, belum terjadi tetapi sengaja untuk didatangkan atau
diadakan oleh peneliti dalam bentuk perlakuan (treatmen) yang terjadi dalam
xl
Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti memberikan perlakuan atau
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Panti Pamardi Putra Mandiri
Semarang yang terdiri dari tujuh wisma yaitu: Wisma Gajah Mada, Wisma
Pangeran Diponegoro, Wisma Yos Sudarso, Wisma W.R Supratman, Wisma
Imam Bonjol Wisma Hasanudin dan Wisma Jendral Sudirman dengan jumlah
sebanyak 57 siswa.
Tabel 1. Subjek populasi pada Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang
No Nama Wisma Jumlah siswa
1 Jendral Sudirman 8
2 Yos Sudarso 9
3 Imam Bonjol 8
4 Gajah Mada 8
5 W.R Supratman 8
6 Hasanudin 8
7 Diponegoro 8
Jumlah Total 57
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah sebagian dari siswa
Pamardi Putra Mandiri Semaramng yang terdiri dari 7 wisma, maka siswa yang
menjadi sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari siswa panti . Adapun
purposive sampling.
xli
Menurut Hadi (2000: 226) purposive sampling adalah pemilihan
sekelompok subjek didasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah
Mempunyai tingkat agresifitas yang sangat tinggi, 3) Sampel berada dalam satu
Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
tersebut, daapat disimpulkan bahwa variabel merupakan objek yang bervariasi dan
Jenis Variabel
xlii
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas
atau variabel independen dan variabel terikat atau variabel dependen. Variabel
Variabel Bebas
Kelompok (X)
Variabel Terikat
timbul karena variabel bebas atau respon dari variabel bebas (Sudjana,1998:
124). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Perilaku
variabel bebas dan perilsaku agresif sebagai variabel terikat. Karena dalam
penelitian ini variabelnya ganda maka variabel yang satu mempunyai hubungan
xliii
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat yaitu berpengaruh terhadap
Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini yang akan dijelaskan adalah variabel bebas
agresif adalah perilaku yang dapat merugikan orang lain yang bersifat fisik
Bentuk-bentuk agresifitas
(1) Memukul, (2) Mendorong, (3) Berkelahi, (4) Menendang, (4) Menampar
xliv
Desain Penelitian
kelompok dalam mengurangi perilaku agresif siswa akan dilakukan dengan quasi
penelitian ini untuk memperoleh dari suatu perlakuan tanpa kelompok kontrol.
mengobservasi efek atau pengaruh yang terjadi akibat manipulasi tersebut. Dalam
kelompok.
desain. Dalam desain ini subjek dikenakan dua kali pengukuran (observasi).
siswa Panti Pamardi Putra Mandiri sebelum diberi layanan konseling kelompok
(pretest) dengan kode 01, dan pengukuran (observasi) yang kedua untuk
01 X 02
(Arikunto, 1996:84)
xlv
Keterangan:
01 = Pengukuran (observasi) pertama, prilaku agresif sebelum diberi layanan
yang pertama.
Pre-test
Tujuan pre-test
Mandiri Semarang
Mengetahui tingkat agresifitas baik yang fisik maupun yang non fisik
Perlakuan (Treatment)
Tujuan perlakuan
xlvi
Untuk mengurangi agresifitas pada siswa Panti Pamardi Putra
Mandiri Semarang
yang dikatakan pada diri sendiri selagi melakukan suatu tugas. Dalam
modeling ini ada beberapa tahap yang harus dilalui yaitu: a) Model tugas
rumah.
2) Materi eksperimen
a) Pertemuan I
Konsep diri. Dari tema yang diajarkan para siswa lebih tahu atau
berfikir kearah masa depan tanpa berfikir yang negatif mereka akan
b) Pertemuan II
xlvii
Perilaku agresif fisik dan agresif verbal. Dengan indikatornya yaitu
melihat kelemahan dan kelebihan yang ada pada diri individu itu
sendiri.
c) Pertemuan III
Potensi diri. Dari tema yang diajarkan para siswa akan mengetahui
d) Pertemuan IV
emosi merupakan suatu totalitas yang intens dari pada perasaan dan
mencakup organisme.
Pertemuan akan dilakukan selama 8 kali pertemuan yang mana dalam satu
minggu akan dilakukan dua kali pertemuan dengan durasi waktu selama
4) Bentuk kelompok
peneliti sebagai subjek dari modeling itu sendiri. Peneliti akan mencoba
xlviii
membentuk perilaku baru yang lebih positif tanpa adanya kekerasan yang
dilakukan
Post-test
Tujuan post-test
Mengetahui perubahan perilaku secara positif yang terjadi pada siswa Panti
tubuh teman
Siswa mau menerima kritik dari orang lain dengan lapang dada
akurat, relevan dan reliable. Untuk memperoleh data yang dimaksud maka
adalah sama dengan alat evaluasi. Mengevaluasi adalah memperoleh data tentang
xlix
status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan,
Berikut ini dijelaskan pengertian dari alat observasi dan jenis-jenis alat
observasi.
Menurut Arikunto (1996: 232) metode observasi adalah salah satu cara
instrumen.
yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai perilaku siswa atau proses
pengamatan.
2. Jenis-jenis Observasi
Menurut Arikunto ( 1996: 146) jenis-jenis observasi ada dua macam, yaitu
l
b. Observasi non sistematis yaitu, observasi yang dilakukan oleh pengamat
Sedangkan menurut Sudjana (1998: 85) ada tiga jenis observasi yaitu,
partisipan.
proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan diamati langsung oleh
pengamat.
c. Observasi partisipasi yaitu pengamat harus melibatkan diri dan ikut serta
dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati.
3) Observasi dapat digunakan untuk menilai hasil belajar dan perilaku siswa
li
3) Pengamat cepat bosan, sehingga hasil pengamatan banyak dipengaruhi
diamati.
observasi dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk subjek yang diamati,
pencatat observasi dalam bentuk skala penilaian (Rating Scale). Alasan peneliti
secara langsung dari subjek penelitian melalui aspek yang diamati, observasi juga
lebih tepat untuk menilai perilaku agresif siswa selama di kelas maupun di luar
teknik skala penilaian (rating scale) dalam bentuk kuantitatif deskriptif, karena
yang akan diamati dengan cara memberi tanda ( V ) pada kolom penilaian yang
2. Angket
1 Dalam waktu singkat secara serentak dapat diperoleh data yang relatif
banyak.
lii
3 Dalam mengisi angket responden diberi waktu khusus sehingga dalam
4 Secara psikologi responden tidak merasa terpaksa dan dapat menjawab lebih
responden
mudah.
4 Memberi kesempatan untuk bertanya jika ada pertanyaan yang belum jelas.
liii
Berdasarkan penjelasan diatas bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini
jawaban empat pilihan yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Instrumen
agresifitas siswa sehingga dapat diketahui tingkat siswa dari yang rendah sampai
yang tinggi. Pernyataan dalam angket dibuat dalam bentuk pernyataan positif dan
negatif dengan alasan untuk mengcroscek jawaban dari responden sehingga data
1. Menyusun angket
penyusunan alat ukur tersebut. Dengan demikian dalam menyusun instumen agar
liv
dapat mencerminkan apa yang hendak diukur maka didasarkan pada suatu
konstruk.
agresif yang selanjutnya dirinci sebagai sub variabel. Dari sub- variabel dibuat
agresif.
2. Menentukan skor
bentuk sekala bertingkat yang berisi alternatif pilihan jawaban dalam kolom
secara urut, yaitu selalu, sering, jarang dan tidak pernah. Dengan skor yang
lv
Dalam mendeskripsikan perilaku agresif fisik dan verbal yang
memiliki rentangan skor dari 1-4, sehingga interval kriteria perilaku agresif
lvi
Tabel. 4 Kisi- kisi Instrumen Angket Penelitian
Variab
Sub-variabel Indikator Item + -
el
Perilaku 1 Memukul 1,2,3,4,5,6,7, 1,2,5,6,7 3,4, 8,9
agresif . 8,9
Mendorong 10,11,12,13, 10,11,13, 12,15
A 14,15,16 14,
g Berkelahi 17,18,19,20,2 17,18,19, 24, 25
r 1,22,23,24,25 22,23
e Menendang 26,27,28,29, 27,29,30, 26,28,32
s 30,31,32 31
i Menampar 33,34,35,36, 33,34,37, 35,36,38
37,38
f Menghina 39,40,41,42, 39,40,43 41,42
i 43,
s Marah 44,45,46,47, 44,46,49 45,47,48
i 48,
k Memaki 49,50,51,52, 50,52,53 49, 51,52
53, 54, 54
a Mengumpat 55,56,57,58, 55,56,58, 57,59,60
k 59,60
t
i
f
l
a
n
g
lvii
s
u
n
g
2. Agresi
verbal
pasif
langsung
Validitas angket
lviii
NXY − (∑ X )(∑ Y )
rx y =
( N ∑ X 2 − (∑ Y ) 2 )( N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
Keterangan :
N = Jumlah siswa
∑Y = Skor total
Reliabilitas Angket
atau alat pengukur (Nasir, 1998: 169). Dalam penelitian ini untuk mengukur
K Σσb
2
r11 = 1 1 −
K σb 2
Keterangan :
Validitas Observasi
lix
Untuk mengetahui validasi lembar observasi dalam penelitian ini digunakan
observasi yang telah disusun pada orang yang ahli untuk dianalisis tingkat
validasi isi.
Reliabilitas Observasi
melakukan ratings atau penilaian. Prosedur ini ditempuh dengan tujuan untuk
menguji apakah penilai atau riter mampu memberikan penilaian yang sama
dengan riter lain atau tidak terhadap suatu obyek pengamatan yang sama. Jika
ternyata penilaiannya sama atau konsisten antara riter yang satu dengan riter
yang lainnya, maka kedua riter ini layak untuk dipakai. Adapun rumus
Ss 2 − Se 2
r = dimana,
Ss 2 + (k − 1) Se 2
2 (∑ T 2 ) /k + (∑ i) 2 /nk
Ss =
(n − 1)
Keterangan:
r = koofesien korelasi
se2 = varians error, yaitu varians interaksi antara subjek (s) dan rater (r)
lx
Metode Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam
kegiatan penelitian. Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis
dan menarik tentang masalah yang akan diteliti digunakan rumus wilcoxon
sebagai berikut:
n(n + 1)
T−
T − µT 4
z= =
σT n(n + 1)(2n + 1)
24
Keterangan :
n = Jumlah sampel
( Sugiyono, 1997 :
154 )
Dari hasil hitung tersebut dikonsultasikan dengan indeks tabel wilcoxon. Jika
hasil analisis lebih besar dari indeks tabel wilcoxon, maka berarti konseling
kelompok dianggap efektif dalam mengurangi perilaku agresif.
lxi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
lxii
kegiatan tersebut antara lain:
2. Mengurus Perijinan
B. Pelaksanaan Penelitian
8 siswa yang mempunyai skor perilaku agresif paling tinggi untuk dijadikan
4. Pemberian layanan ini dilaksanakan pada bulan juli sampai bulan Agustus
2005.
lxiii
modeling III
11 11 Agustus 2005 - Perlakuan berupa pemberian teknik 45 menit
modeling IV
12 13 Agustus 2005 - Pengakhiran treatmen 45 menit
13 23 Agustus 2005 - Post test 45 menit
C. Hasil Penelitian
fisik dan verbal siswa Panti Pamardi Purta Mandiri Semarang sebelum layanan
konseling kelompok, 2) mengetahui perilaku agresif fisik dan verbal siswa Panti
Data hasil penelitian terhadap perilaku agresif fisik mapun verbal siswa
sebelum dilaksankan layanan konseling kelompok dapat dilihat pada tabel dan
Tabel 6.Hasil Persentase Skor Sub Variabel Perilaku Agresif Fisik Siswa
Sebelum Layanan Konseling Kelompok
lxiv
Lebih jelasnya perilaku agresif fisik siswa sebelum dilakukan konseling
Gambar 1.
Persentase Perilaku Agresif Fisik Sebelum Layanan Konseling Kelompok
masuk dalam kategori tinggi sedangkan perilaku agresif fisik berkelahi (67,42%)
Tabel 7.Hasil Persentase Skor Sub Variabel Perilaku Agresif Verbal Siswa
Sebelum Layanan Konseling Kelompok
lxv
Lebih jelasnya perilaku agresif fisik siswa sebelum dilakukan layanan
Gambar 2.
Persentase Perilaku Agresif Verbal Sebelum Layanan Konseling Kelompok
Data hasil penelitian terhadap perilaku agresif fisik mapun verbal siswa
setelah dilaksankan layanan konseling kelompok dapat dilihat pada tabel dan
Tabel 8.Hasil Persentase Skor Sub Variabel Perilaku Agresif Fisik Siswa
Setelah Layanan Konseling Kelompok
No. Sub Variabel % Skor Kriteria
1 Memukul 37,42 Rendah
2 Mendorong 54,84 Rendah
lxvi
3 Berkelahi 35,47 Rendah
4 Menendang 49,69 Rendah
5 Menampar 37,08 Rendah
Sumber : Data Penelitian
Lebih jelasnya perilaku agresif fisik siswa di Panti Pamardi Putra Mandiri
Gambar 3.
Persentase Perilaku Agresif Fisik Setelah Layanan Konseling Kelompok
Tabel 9.Hasil Persentase Skor Sub Variabel Perilaku Agresif Verbal Siswa
Setelah Layanan Konseling Kelompok
lxvii
Secara grafis perilaku agresif verbal siswa setelah diberikan layanan
Gambar 4.
Persentase Perilaku Agresif Verbal Setelah Layanan Konseling Kelompok
Kelompok
layanan konseling kelompok dapat dilihat pada tabel dan diagram batang berikut.
lxviii
4 Menendang 81,88 49,69 32,19
5 Menampar 78,44 37,08 41,36
Sumber : Data Penelitian
layanan konseling kelompok dapat dilihat pada diagram batang berikut ini:
Gambar 5.
Penurunan Perilaku Agresif Fisik Setelah Layanan Konseling Kelompok
Berdasarkan grafik 10 di atas menunjukkan bahwa seluruh aspek perilaku
agresif fisik siswa di Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang setelah diadakan
agresif fisik tersebut, penurunan yang paling besar adalah pada aspek memukul
dan aspek menampar yaitu 45,39% dan 41,16%, kemudian dikuti oleh aspek
mendorong (35,08%), aspek menendang (32,19%) dan yang terakhir yaitu aspek
berkelahi (31,65%).
Pamardi Putra Mandiri Semarang meliputi aspek memukul dan aspek menampar,
lxix
layanan konseling kelompok dapat dilihat pada tabel dan diagram batang berikut
ini :
lxx
Gambar 6.
Penurunan Perilaku Agresif Verbal Setelah Layanan Konseling Kelompok
agresif verbal siswa di Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang setelah diadakan
agresif verbal tersebut, penurunan yang paling besar adalah pada aspek memukul
dan menampar yaitu 45,39% dan 41,16%, kemudian dikuti oleh aspek mendorong
(35,08%), aspek menendang (32,19%) dan yang terakhir yaitu aspek berkelahi
(31,65%).
Siswa
dalam mengurangi perilaku agresif fisik dan verbal siswa dilakukan dengan
analisis statistik non parametrik yaitu uji wilcoxon. Berdasarkan hasil uji
wilcoxon terhadap data perilaku agresif fisik siswa diperoleh Zhitung = 2,521 >
Ztabel = 1,96 dan untuk data perilaku agresif verbal diperoleh Zhitung = 2,521 >
efektif untuk menurunkan perilaku agresif fisik maupun verbal siswa di Panti
lxxi
Secara, lebih spesifik berikut ini disajikan hasil analisis tentang efektivitas
Tabel 12.Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon dari Setiap sub Variabel Perilaku
Agresif Fisik
Sub Variabel Zhitung Ztabel Kriteria
Memukul 2,521 1,96 Signifikan
Mendorong 2,521 1,96 Signifikan
Berkelahi 2,521 1,96 Signifikan
Menendang 2,521 1,96 Signifikan
Menampar 2,521 1,96 Signifikan
Sumber : Data Penelitian
agresif fisik antara sebelum dan sesudah adanya layanan konseling kelompok
Tabel 13.Ringkasan Hasil Uji Wilcoxon dari Setiap Sub Variabel Perilaku
Agresif Verbal
Sub Variabel Zhitung Ztabel Kriteria
Menghina 2,521 1,96 Signifikan
Memaki 2,521 1,96 Signifikan
Marah 2,521 1,96 Signifikan
Mengumpat 2,521 1,96 Signifikan
Sumber : Data Penelitian
perilaku agresif verbal antara sebelum dan sesudah adanya layanan konseling
kelompok ditinjau dari tiap-tiap sub variabel yaitu menghina, memaki, marah dan
mengumpat.
lxxii
D. Pembahasan
agesif fisik dan verbal pada siswa di Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang
menunjukkan bahwa rata-rata perilaku agresif fisik dan verbal siswa setelah
bahwa layanan konseling kelompok yang berisi materi tentang konsep diri,
perilaku agresif fisik dan verbal, pontensi diri dan cara mengurangi perilaku
kategori sangat tinggi, berkelahi dan menendang yang masuk dalam kategori
tinggi serta menampar yang masuk dalam kategori sedang, setelah adanya layanan
masuk dalam kategori sanggat tinggi dapat menurun menjadi kategori sedang. dan
lxxiii
indikator marah dan mengumpat yang sebelumnya masuk dalam kategori
tinggidapat menurun dalam kategori rendah. Dengan demikian secara umum dapat
kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang
bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antara sesama
mengemukakan atau percaya diri dalam berperilaku terhadap orang lain, cinta diri
yang dapat dilihat dan dalam berperilaku dan gaya hidupnya untuk memelihara
kemampuan dan belajar memahami orang lain, ketegasan dan menerima, kritik
dan memberi kritki dan ketrampilan diri dalam penampilan dirinya serta dapat
Prayitno (1994, 311) yang menyatakan bahwa melalui konseling kelompok dapat
pribadi yang, khas yang tidak mungkin terjadi pada layanan konseling individu
lxxiv
atau perorangan. Layanan konseling kelompok dapat dijadikan sebagai tempat
Secara nyata terlihat dari hasil penelitian ini sebelumnnya, para siswa
secara fisik maupun verbal untak melampiaskan kekesalan hatinya atau untuk
membela temannya entah mereka berada dalam posisi yang benar ataupun
perilaku agresif baik fisik maupun verbal pengetahuan tentang potensi dirinya
bahwa perilaku yang dilakukan tidak sesuai dengan norma yang ada di
masyarakat. Selain itu di dalam modeling klien dapat berlah untuk mengubah
stimlus yang ada pada dirinya. Misalnya konselor mencontohkan hal yang baik
kepada klien, walaupun sulit untuk dilakukan k1ien akan berusaha melakukannya.
Perilaku yang lain yang dapat ditampakkan dalam proses modeling yaitu
melakukan respon lain, di dalam proses modeling klien juga sadar bahwa mereka
dituntat untuk melakukan respon lain yang lebih baik dibandingkan dengan
perilaku yang sebelumnya. Apabila klien bisa untuk mengontrol dirinya sendiri
secara baik yang ditunjukkan dari kemampuan klien melakukan respon lain yang
lebih baik maka klien akan berusaha untuk menguatkan diri secara positif.
Apabila klien mendapatkan masalah maka k1ien akan memandang bahwa masalah
tersebut akan dapat dipecahkan klien sendiri tanpa harus merugikan orang lain,
lxxv
menjadikan mereka sadar akan pentingnya berperilaku yang ramah, sopan, sabar,
meningkatkan kesadaran siswa yang memiliki perilaku agresif akan arti penting
buruk akan menghasilkan manusia yang buruk dan lingkungan yang baik akan
lxxvi
BAB V
A. Kesimpulan
berikut :
kelompok adalah tinggi dengan skor 288,3 dan setelah mendapatkan layanan
perilaku agresif verbal siswa yang pada mulanya sangat tinggi dengan skor
agresif siswa di Panti Pamardi Putra Mandiri Semarang. Hal ini ditujukan dari
lxxvii
B. Saran
kepercayaan diri, cinta diri, pemahaman diri atas segala kekurangan dan
kemampuan, ketegasan dalam menerima kritik dan memberi kritki serta dapat
mengendalikan perasaan dengan baik sehingga adanya gejolak yang ada dalam
agresifnya.
lxxviii
lxxix
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyarta S.L., 1990. Paper Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap
Agresifitas (Remaja). Fakultas Pasca Sarjana UNPAD.
lxxx
Sukardi, 1996. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
lxxxi