You are on page 1of 17

Jurnal

EKONOMI
PEMBANGUNAN
Kajian Ekonomi Negara Berkembang
Hal: 61 – 70

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI


DI KARESIDENAN SEMARANG
ERA DESENTRALISASI FISKAL
Amin Pujiati
Universitas Negeri Semarang
E-mail:

Abstract

Every regions goverment must be able increasing their own regional income. The
finance of resources in fiscal decentralization era, such as: regional original income,
general allocation funds and natural resources revenue sharing and tax revenue sharing
This research aims to analyze the fiscal decentralization impact to economic growth
at regional district in sub provinsi Semarang. The tools of analisis is regression using panel
data with Generalized Least Square (GLS) method and Fixed Effect model. It uses district-
level data and supplied by the Indonesian Central Bureau of Statistics during 2002 - 2006
The regression result shows that regional income, natural resources revenue
sharing and tax revenue sharing, and labour forces have positive impact on economic
growth at regional district in sub provinsi Semarang.General allocation funds has negative
effect towards economic growth at regional district in sub provinsi Semarang. Fiscal
decentralization brings more advantages for regions to manage their own fiscal capacities.
The regions governments must be have informational advantages concerning resource
allocation with optimal

Keywords: Fiscal Decentralization, economic growth, Fixed Effect Model

PENDAHULUAN daerah secara proporsional, adil, demokratis


Penerapan otonomi daerah yang luas dan transparan.
saat ini bertujuan untuk mengembangkan Desentralisasi fiskal tidak akan
seluruh potensi ekonomi yang ada sehingga berguna jika tidak diikuti dengan
dapat memacu peningkatan aktivitas per- kemampuan finansial yang cukup memadai
ekonomian di daerah yang pada akhirnya oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu
meningkatkan perekonomian nasional. melalui UU No. 33/2004, diharapkan
Penerapan otonomi daerah yang telah nantinya akan dapat menyelesaikan per-
digariskan dalam UU No. 33/2004, masalahan tersebut. Sumber penerimaan
mensyaratkan adanya suatu perimbangan daerah yang digunakan untuk pendanaan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah menurut UU No. 33/2004
daerah. Perimbangan keuangan antara dalam peleksanaan desentralisasi meliputi:
pemerintah pusat dan daerah adalah suatu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
sistem pembiayaan pemerintah dalam Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi
rangka negara kesatuan yang mencakup Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH),
pembagian keuangan antara pemerintah pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan
pusat dan daerah, serta pemerataan antar yang sah. Dalam UU. No 33/2004
memberikan kewenangan bagi daerah untuk kabupaten/kota di Jawa Tengah menunjuk-
meningkatkan kemampuan pendapatannya, kan kinerja ekonomi yang baik. Dari tahun
yaitu dengan meluaskan jangkauan dari 2002 – 2006 di mana era pelaksanaan
bagian pajak dan bagi hasil sumber daya desentralisasi fiskal yang sudah dimulai dari
alam dengan pemerintah pusat. tahun 2001, ternyata hanya kabupaten-
Pemerintah daerah harus dapat kabupaten tertentu yang memiliki PDRB
meningkatkan penerimaanya untuk mem- tinggi yaitu: Kabupaten Cilacap, kabupaten
biayai kegiatan pembangunan, namun di era Kudus, Kabupaten Semarang dan Kota
desentralisasi fiskal harapan itu belum Semarang. Hal ini menunjukkan bahwa era
optimal yang tercermin dalam pertumbuhan desentralisasi fiskal di mana daerah diberi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). kewenangan dalam mengatur keuangan
Pertumbuhan PDRB riil menunjukkan daerahnya ternyata banyak kabupaten/kota
variasi antar daerah di Jawa Tengah setelah yang belum menunjukkan perubahan yang
pelaksanaan desentralisasi fiskal. signifikan dalam PDRB-nya. Meskipun
Pada gambar 1 bisa dilihat bahwa PDRB bukan satu-satunya indikator dalam
pada kurun waktu 2002 – 2006 belum semua pembangunan.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten / Kota Di Jawa


Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2000
Tahun 2002 - 2006

18000000.00

16000000.00
2002 2003 2004
14000000.00
2005 2006
PDRB ( juta rupiah )

12000000.00

10000000.00

8000000.00

6000000.00

4000000.00

2000000.00

0.00
cilacap
banyumas
purbalingga
banjarnegar
kebumen
purworejo
wonosobo
magelang
boyolali
klaten
sukoharjo
wonogiri
karanganyar
sragen
grobogan
blora
rembang
pati
kudus
jepara
demak
semarang
temanggung
kendal
batang
pekalongan
pemalang
tegal
brebas
k magelang
k surakarta
k salatiga
k semarang
k
k tegal

Kabupaten/ Kota

Sumber: BPS, 2007


Gambar 1

2
Tabel 1: Gini Ratio Per Karesidenan Di pertumbuhan ekonomi di Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah wilayah Karesidenan Semarang serta untuk
Tahun 2002 – 2006 mengestimasi pengaruh tenaga kerja ter-
hadap pertumbuhan ekonomi di Kabu-
Karesidenan Rata -Rata paten/Kota di wilayah Karesidenan
Banyumas 0,2351 Semarang.
Kedu 0,2426
Surakarta 0,2485 REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA
Pati 0,2039 Waluyo, Joko (2007) telah melaku-
Semarang 0,2532 kan penelitian tentang dampak desentralisasi
Pekalongan 0,2301 terhadap pertumbuhan ekonomi dan
Sumber: BPS, 2007 ketimpangan pendapatan antardaerah di
Indonesia.Metode penelitian yang digunakan
Dengan kondisi laju pertumbuhan adalah model ekonometrika persamaan
ekonomi yang sangat bervariasi antar daerah simultan dengan menggunakan data panel
setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal dan antar propinsi tahun 2001 – 2005, dengan
belum seperti yang diharapkan, disinyalir teknik estimasi Two Stage Least Square
terjadi peningkatan ketimpangan yang cukup (TSLS). Hasil yang didapat menunjukkan
besar antara Kabupaten/Kota pada Provinsi bahwa desentralisasi fiskal berdampak
Jawa Tengah. Propinsi Jawa Tengah apabila meningkatkan pertumbuhan ekonomi relatif
di bagi menurut wilayah karesidenan terdiri lebih tinggi di daerah pusat bisnis dan
dari enam karesidenan yaitu karesidenan daerah yang kaya sumber daya alam
Banyumas, karesidenan Kedu, karesidenan daripada daerah bukan pusat bisnis dan
Surakarta, karesidenan Pati, karesidenan miskin sumber daya alam. Mekanisme
Semarang dan keresidenan Pekalongan. transfer dana PKPD selama ini (UU No. 33
Dilihat antar wilayah karesidenan di tahun 2000) lebih menguntungkan bagi
propinsi Jawa Tengah juga menunjukkan daerah yang kaya sumber daya alam melalui
adanya ketimpangan. Pada Tabel 1 di atas mekanisme bagi hasil SDA. Alokasi dana
dapat dilihat ketimpangan antar karesidenan bagi hasil SDA untuk investasi sektor kunci
dengan menggunankan Gini Ratio. dalam perekonomian akan meningkatkan
Ketimpangan terbesar terjadi di Karesidenan pertumbuhan ekonomi daerah. Mekanisme
Semarang. DBHP lebih menguntungkan daerah kota
Dengan melihat gambaran kondisi yang merupakan pusat bisnis dan industri,
setelah pelaksanaan desentralisasi fiskal, karena basis pajak daerahnya lebih tinggi.
dapat diketahui bahwa daerah belum mampu Sedangkan daerah-daerah yang miskin SDA
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara dan bukan pusat bisnis dan industri
signifikan dan masih ada kesenjangan antar mengandalkan penerimaan daerahnya dari
daerah di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa DAU, dan DAK. Di samping itu desen-
Tengah meskipun daerah diberikan sumber tralisasi fiskal akan berdampak mengurangi
pendanaan yang lebih besar dan keleluasaan ketimpangan pendapatan antardaerah ter-
yang luas untuk mengelola sesuai dengan utama antara daerah-daerah di Pulau Jawa
keinginan atau kebutuhan. Tujuan penelitian dengan Luar Pulau Jawa dan Antara
ini adalah Untuk mengestimasi pengaruh Kawasan Barat Indonesia (KBI) dengan
variabel keuangan daerah (Pendapatan Asli Kawasan Timur Indonesia (KTI). Hal ini
Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum disebabkan oleh mekanisme equalizing
(DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap transfer melalui dana PKPD akan
mengurangi pembangunan yang bersifat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
jawa sentris. Tidak banyaknya SDA kabupaten Bantul, kabupaten sleman,
(Minyak, gas, dan kehutanan) yang terdapat kabupaten Gunung Kidul dan Kota
di Pulau Jawa berdampak terhadap pene- Yogyakarta. Peranan tenaga kerja terhadap
rimaan dana bagi hasil SDA Pulau Jawa pertumbuhan ekonomi adalah positif dan
relatif lebih kecil daripada daerah kaya SDA siugnifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
di luar Pulau Jawa. Walaupun diimbangi di seluruh kabupaten/kota Propinsi Daerah
dengan lebih baiknya penerimaan dana bagi Istimewa Yogyakarta. DAU tidak ber-
hasil pajak dan adanya DAU, dan DAK. pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
Priyo Hari, Adi (2006) telah melaku- kabupaten/kota Provinsi Yogyakarta
kan penelitian mengenai hubungan antara Dari sisi otoritas moneter, terjadinya
pertumbuhan ekonomi daerah, belanja pem- mekanisme transfer keuangan pusat-daerah
bangunan dan pendapatan asli daerah di berpotensi menimbulkan permasalahan
Kabupaten/Kota se Jawa-Bali. Data yang dalam operasi pengendalian moneter.
digunakan dalam analisisnya adalah data Terjadinya desentralisasi fiskal berpotensi
APBD realisasi pemerintah kabupaten dan menimbulkan resiko perubahan perilaku
kota tahun 1998 – 2003. Hasil penelitian pengendalian fiskal di daerah-daerah. Jika
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah mengalokasikan dananya
daerah mempunyai dampak yang signifikan untuk memperkuat fondasi perekonomian
terhadap peningkatan PAD. Namun per- daerah maka akan berdampak positip
tumbuhan ekonomi pemda kabupaten dan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi jika
kota masih kecil , akibatnya penerimaan dana transfer tersebut dialokasikan untuk
PAD-nya kecil. Terkait dengan PAD, pene- kegiatan-kegiatan yang tidak produktif,
rimaan yang menjadi andalan adalah retri- spekulatif dan konsumtif yang dapat
busi dan pajak daerah. Tingginya retribusi menimbulkan iddle money maka akan
bisa jadi merupakan indikasi semakin berdampak terhadap pengendalian moneter
tingginya itikad pemerintah untuk memberi- (terutama tentang jumlah uang beredar)
kan layanan publik yang lebih berkualitas. (Ismal; 2002). Hasil ini mendukung temuan
Belanja pembangunan diarahkan pada sektor sebelumnya di China bahwa desentralisasi
yang langsung dinikmati oleh publik. ekonomi akan meningkatkan pertumbuhan
Belanja pembangunan memberikan dampak ekonomi, tetapi bersifat inflationary (Brandt
yang positif dan signifikan terhadap PAD dan Zhu, 2000).
maupun pertumbuhan ekonomi. Abdullah dan Halim (2003) telah
Sasana, Hadi (2005) telah melakukan melakukan penelitian tentang pengaruh
penelitian mengenai dampak pelaksanaan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pen-
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan dapatan Asli Daerah (PAD) terhadap belanja
ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi pemerintah daerah. Studi kasus yang dilaku-
Daerah Istimewa Yogyakarta. Alat analisis kan di Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.
yang digunakan Pooled least Square (PLS) Hasil temuannya adalah sebagai berikut
dengan rentang waktu 2001 – 2003. Hasil DAU dan PAD berpengaruh signifikan
penelitiannya menunjukkan bahwa PAD terhadap belanja daerah
mempunyai hubungan yang positif dan Penelitian L. Jay Helms (1985)
berpengaruh secara signifikan terhadap dengan menggunakan data panel lintas
pertumbuhan ekonomi hanya di Kabupaten negara menunjukkan bahwa kenaikan pajak
Sleman dan Kota Yogyakarta. Dana alokasi pusat dan pajak daerah berdampak mem-
umum berpengaruh secara negatif dan perlambat pertumbuhan ekonomi daerah,

4
jika penerimaan pajak digunakan sebagai tanpa perubahan teknologi, akumulasi modal
dana perimbangan pusat-daerah. Hasil akan mendorong pertumbuhan keluaran per
penelitian ini juga mengindikasikan bahwa tenaga kerja, meningkatkan marginal
pemanfaatan dana perimbangan untuk product tenaga kerja serta meningkatkan
penyediaan barang publik akan berdampak upah. Namun akumulasi modal juga akan
terhadap kualitas barang publik lokal. mendorong berkurangnya pengembalian
Kesimpulan yang didapat menunjukkan modal (return of capital) dan menurunkan
bahwa pemberian insentif dana perimbangan tingkat suku bunga riil.
berdasarkan pengeluaran lebih baik daripada
berdasarkan penerimaan pajak. Desentralisasi Fiskal
Desentralisasi merupakan bagian dari
LANDASAN TEORI strategi setiap institusi yang berkehendak
Pertumbuhan Ekonomi untuk tidak mati dalam persaingan global. Ia
Menurut Todaro (2000) terdapat tiga adalah strategi untuk menjadi kompetitif.
faktor atau komponen utama dalam Demikian pula bagi sebuah negara. Desen-
pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, tralisasi menjadikannya terbagi menjadi
ketiganya adalah: Akumulasi modal yang bagian-bagian kecil yang terintegrasi dan
meliputi semua bentuk atau jenis investasi menjadi sebuah "makhluk organik" yang
baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan bergerak efisien mengatasi tantangan global.
fisik dan modal atau sumber daya manusia, Dalam praktik, desentralisasi dan otonomi
Pertumbuhan penduduk beberapa tahun bersifat tumpang tindih. Namun, dalam
selanjutnya yang akan memperbanyak makna keduanya memiliki perbedaan.
jumlah akumulasi kapital, kemajuan Desentralisasi merupakan sistem penge-
teknologi lolaan yang berkelebihan dengan sentrali-
Model pertumbuhan neoklasik sasi. Jika sentralisasi adalah pemusatan
dipelopori oleh Robert M. Solow pada tahun pengelolaan, maka desentralisasi adalah
1950-an. Model pertumbuhan ini telah di- pembagian dan pelimpahan. Rondinelli dan
terapkan dalam berbagai studi empiris di Cheema (dikutip Sarundajang, 1999).
banyak negara. Asumsi dasar yang dipakai Desentralisasi adalah "the transfer of plan-
dalam model ini antara lain, keluaran di- ning, decission making, or administrative
hasilkan dari penggunaan dua jenis masukan authority from the central government to its
yaitu modal dan tenaga kerja, perekonomian field organizations, local administrative
berada pada kondisi penggunaan tenaga units, semi-autonomous and parastatal
kerja penuh, perekonomian berada dalam organizations".
kondisi persaingan sempurna. Menurut Prawirosetoto (2002),
Ada dua hal utama yang dibahas Desentralisasi fiskal adalah pendelegasian
dalam model ini, yaitu peranan modal dan tanggung jawab dan pembagian kekuasaan
perubahan teknologi dalam pertumbuhan dan kewenangan untuk pengambilan
ekonomi. Namun untuk sementara keputusan di bidang fiskal yang meliputi
perubahan teknologi dianggap konstan aspek penerimaan (tax assignment) maupun
sehingga akan diketahui bagaimana peran aspek pengeluaran (expenditure assign-
modal dalam proses pertumbuhan. ment). Desentralisasi fiskal ini dikaitkan
Akumulasi modal dan kedalaman modal dengan tugas dan fungsi pemerintah daerah
terjadi pada saat pertumbuhan persediaan dalam penyediaan barang dan jasa publik
(stock) modal lebih cepat daripada (public goods/public service).
pertumbuhan tenaga kerja. Dalam kondisi

5
Desentralisasi fiskal merupakan inti nang guna mendistribusikan wewenang,
dari desentralisasi itu sendiri karena pem- tanggung jawab dan sumber-sumber ke-
berian kewenangan di bidang politik uangan untuk menyediakan pelayanan
maupun administrasi tanpa dibarengi dengan public, terutama yang menyangkut peren-
desentralisasi fiskal merupakan desen- canaan, pendanaan dan manajemen fungsi-
tralisasi yang sia-sia, sebab untuk dapat fungsi pemerintahan dari pemerintah pusat
melaksanakan kewenangan dan tanggung kepada aparat di daerah, badan otoritas ter-
jawab serta tugas-tugas pelayanan publik tentu atau perusahaan tertentu, Desen-
tanpa diberi wewenang di dalam penerimaan tralisasi fiskal (fiscal dezentralization) yaitu
maupun pengeluaran desentralisasi fiskal pelimpahan wewenang dalam mengelola
tidak akan efektif. Dengan demikian, desen- sumber-sumber keuangan, yang mencakup:
tralisasi fiskal akan memberi keleluasaan a) Self-financing atau cost recorvery dalam
kepada daerah untuk menggali potensi pelayanan publik terutama melalui
daerah dan memperoleh transfer dari pusat pengenaan retribusi daerah b) Cofinancing
dalam kerangka keseimbangan fiskal. Ter- atau coproduction, di mana pengguna jasa
dapat beberapa alasan untuk mempunyai berpartisipasi dalam bentuk pembayaran jasa
sistem pemerintahan yang terdesentralisai atau kontribusi tenaga kerja c) Transfer dari
(Simanjuntak, 2001): (1) Representasi pemerintah pusat terutama berasal dari Dana
demokrasi, umtuk memastikan hak seluruh Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
warga negara untuk berpartisipasi secara Khusus (DAK), sumbangan darurat, serta
langsung pada keputusan yang akan mem- pinjaman daerah (sumber daya alam) dan
pengaruhi daerah atau wilayah (2) Tidak Desentralisasi ekonomi (economic or market
dapat dipraktekkannya pembuatan kepu- decentralization), yaitu kebijakan tentang
tusan yang tersentralisasi, adalah tidak privatisasi dan deregulasi yang intinya
realistis pada pemerintahan yang sentralistis berhubungan dengan kebijakan pelimpahan
untuk membuat keputusan mengenai semua fungsi-fungsi pelayanan masyarakat dari
pelayanan rakyat seluruh negara, terutama pemerintah kepada sektor swasta sejalan
pada negara yang berpenduduk besar seperti dengan kebijakan liberalisasi
Indonesia (3) Pengetahuan lokal (lokal
knowledge), mereka yang berada pada METODE PENELITIAN
daerah lokal mempunyai pengetahuan yang Jenis dan Sumber Data
lebih banyak mengenai kebutuhan lokal, Data yang digunakan dalam
prioritas, kondisi, dll (4) Mobilitas sumber penelitian ini merupakan data sekunder yang
daya, mobilitas pada bantuan dan sumber bersumber pada laporan Badan Pusat
daya dapat di fasilitasi dengan hubungan Statistik khususnya data tahun 2002 sampai
yang lebih erat di antara populasi dan pem- dengan tahun 2006. Data utama yang
buat kebijakan pada tingkat lokal. diperlukan adalah semua variabel yang
Menurut Dilliger, dalam Sidik, diteliti meliputi Produk Domestik Regional
(2002), pada dasarnya terdapat empat jenis Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah
desentralisasi, yaitu: Desentralisasi politik (PAD), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana
(political decentralization), yaitu pemberian Alokasi Umum (DAU) dan Tenaga Kerja.
hak kepada warga Negara melalui per- Jenis data yang digunakan adalah data Panel
wakilan yang dipilih suatu kekuasaan yang yaitu gabungan Time series dan Cross
kuat untuk mengambil keputusan publik, Section. Data Time series dari tahun 2002 –
desentralisasi administrative (administrative 2006. Obyeknya adalah 6 kabupaten/kota di
decentralization), yaitu pelimpahan wewe- wilayah Karesidenan Semarang Yaitu: Kota

6
Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Effects ditentukan dengan menggunakan uji
Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten goodness of fit. Untuk pendekatan Fixed
Demak dan kabupaten Grobogan. Effects atau common menggunakan uji F
statistik. Adapun uji F test yang dilakukan
Definisi Operasional Variabel adalah sebagai berikut:
Definisi operasional variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah (R 2 u  R 2 p ) /( n  1)
F(n  1, nT  n  K ) 
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah (1) (1  R 2 u ) /( nT  n  K )
Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari
hasil pajak daerah, retribusi daerah,
di mana: u = unrestricted model, p =
pendapatan dari laba perusahaan daerah, dan
lain-lain pendapatan yang sah (2) restricted model, n = jumlah unit cross-
Pertumbuhan Ekonomi diproksi dengan section, T= jumlah unit waktu dan K=
jumlah parameter yang diestimasi (Green,
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
menurut dasar harga konstan tahun 2000 (3) 2000: 562). Jika ternyata hasil perhitungan
Dana Bagi Hasil adalah bagian dari dana uji F ≥ F (n-1, nT-n-K) ini berarti Ho
ditolak, artinya intersep untuk semua unit
perimbangan untuk mengatasi ketimpangan
vertikal yang dilakukan melalui pembagian cross sections tidak sama. Dalam hal ini,
hasil antara pemerintah pusat dan daerah akan digunakan Fixed Effects model untuk
mengestimasi persamaan regresi.
penghasil, dari sebagian penerimaan
perpajakan (nasional) dan penerimaan Metode GLS (Generalized Least
sumber daya alam (4) Dana Alokasi Umum Squares) dipilh dalam penelitian ini karena
merupakan transfer yang bersifat umum adanya nilai lebih yang dimiliki oleh GLS
(block grant) untuk mengatasi ketimpangan dibandingkan OLS dalam mengestimasi
horizontal dengan tujuan utama pemerataan parameter regresi. Gujarati (2003) menye-
kemampuan keuangan antar daerah (5) butkan bahwa metode OLS yang umum
Tenaga Kerja adalah jumlah penduduk yang tidak mengasumsikan bahwa varians vari-
abel adalah heterogen, pada kenyataannya
berusia 10 tahun keatas yang bekerja selama
seminggu yang lalu. variasi data pada data pooling cenderung
heterogen. Metode GLS sudah memper-
hitungkan heterogenitas yang terdapat pada
Alat Analisis
variabel independent secara eksplisit
Teknik penaksiran model
Untuk mengestimasi pengaruh PAD, sehingga metode ini mampu menghasilkan
estimator yang memenuhi kriteria BLUE
Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan
Tenaga Kerja terhadap pertumbuhan (best linear unbiased estimator).
ekonomi digunakan alat analisis regresi
dengan model data panel. Ada dua Model analisis
pendekatan mendasar yang digunakan dalam Model yang digunakan dalam
menganalisis panel data. Pertama, pen- penelitian ini adalah sebagai berikut:
dekatan Fixed Effects dan Pendekatan Q t = A K t α L t β .......................................... (2)
kedua, adalah Random Effects. Sebelum Dengan asumsi A (teknologi) diasumsikan
model diestimasi dengan model yang tepat, sebagai variabel eksogen PAD, DBH, DAU
terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi = K dan TK = L serta PDRB = Q, Maka
apakah Fixed Effects atau Random Effects persamaan (1) dapat diformulasikan
atau keduanya memberikan hasil yang sama. menjadi:
Pilihan antara Fixed Effects dan Random

7
Y = f (PAD, DBH, DAU, TK). goodness of fitnya. Hasil uji signifikansi F
……………(3) secara lengkap bisa dilihat pada lampiran 1.
Dari persamaan (1) dan (2) maka diperoleh: Hasil uji signifikansi F yang
PDRB =A PAD α 1 DAU α 2 DBH α 3 TK α 4 dirangkum dari lampiran 1, dapat disimpul-
…………..(4) kan bahwa hasil F hit sebesar 14,2340 dan
Untuk menggunakan model empiris linear F tabel dengan α = 0,05 karena Fhit > F tabel,
dari persamaan (3) diturunkan dengan maka signifikan yang berarti model yang
menggunakan log, sehingga diperoleh dipakai untuk mengestimasi pengaruh
persamaan sebagai berikut: pelaksanaan desentralisasi fiskal terhadap
LY t = α0 + α1 LPAD + α2 LDBH + α3 LDAU pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di
+ α4 LTK + e t .................(5) karesidenan Semarang adalah Fixed Effect.
Di mana:
LY = Produk Domestik Regional Bruto Hasil estimasi
LDBH = Dana Bagi Hasil Tabel 3 berikut ini menyajikan
LPAD = Pendapatan Asli Daerah ringkasan hasil estimasi model yang dipakai
LDAU = Dana Alokasi Umum (fixed effect) dengan jumlah observasi 30
LTK = Tenaga Kerja yang diolah dengan menggunakan Eviews
α0 = Konstanta 3.1. Hasil regresi selengkapnya (common,
α1 - α4 = Koefisien parameter fixed effect, random effect) bisa dilihat pada
et = Disturbance error lampiran 2 – 4. Dengan membandingkan
hasil estimasi pengaruh pelaksanaan
Uji asumsi klasik desentralisasi fiskal kabupaten/kota di
Uji asumsi klasik yang dilakukan karesidenan Semarang dari tiga model yang
dalam penelitian ini adalah Uji berbeda, dilihat dari goodness of fitnya (R2, t
Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas statistik, F statistik) maka yang dipilih
dan Uji Autokorelasi sebagai model adalah model Fixed effect.
Adapun persamaannya sebagai berikut:
PEMBAHASAN HASIL LPDRB_ GROBOGAN
Hasil Regresi = 2753687 + 0.007323 LPAD
Uji spesifikasi model + 0.164632LDBH - 0.001289 LDAU
Untuk mengestimasi apakah + 0.766495 LTK
Pendapatan Asli daerah (PAD), Dana Bagi
LPDRB_ DEMAK
Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU)
= 218999.7 + 0.007323 LPAD
dan Tenaga Kerja (TK) berpengaruh
+ 0.164632LDBH-0.001289 LDAU
terhadap pertumbuhan ekonomi (Produk
+ 0.766495 LTK
Domestik Regional Bruto/PDRB), maka
terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi LPDRB_ SEMARANG
model yang digunakan dengan = 27569.48 + 0.007323 LPAD
menggunakan uji F. Uji F pada dasarnya + 0.164632 LDBH - 0.001289 LDAU
membandingkan antara model common yang + 0.766495 LTK
mengasumsikan intersep untuk semua unit
LPDRB_ KENDAL
cross section sama dengan model Fixed
= 1121296. + 0.007323 LPAD
Effect yang mengasumsikan intersep
+ 0.164632 LDBH - 0.001289 LDAU
berbeda antar unit crosss section. Sedangkan
+ 0.766495 LTK
untuk memilih Fixed Effect atau Random
LPDRB_ KSALATIGA
Effect menggunakan pengujian dilihat dari

8
= 225563.0 + 0.007323 LPAD ekonomi (PDRB) akan meningkat 0,1
+ 0.164632 LDBH - 0.001289 LDAU persen.
+ 0.766495 LTK Dana Bagi Hasil (DBH) menunjuk-
kan tanda yang positif dan signifikan secara
LPDRB_ KSEMARANG
positif pada derajat kepercayaan 1 persen
= 128562.8 + 0.007323 LPAD
untuk semua kabupaten/kota. Hal ini kon-
+ 0.164632 LDBH - 0.001289 LDAU
sisten dengan hasil penelitian Sasana (2005).
+ 0.766495 LTK
Hasil yang demikian mengindikasikan
bahwa kabupaten/kota di karesidenan
Pembahasan
Semarang dapat mengoptimalkan perolehan
Berdasarkan hasil estimasi, Pen-
dana bagi hasil untuk kepentingan pem-
dapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan
bangunan daerah. Koefisien DBH sebesar
tanda positif dan signifikan secara statistik
0,16 yang berarti apabila ada peningkatan
pada derajat kepercayaan 1 persen untuk
DBH sebesar 10 persen, maka pertumbuhan
semua kabupaten/kota. Hasil ini konsisten
ekonomi (PDRB) akan meningkat 1,6
dengan hasil penelitian Sasana (2005), Adi
persen.
(2006), Saragih (2003) dan Bappenas (2003)
Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Lin dan Liu (2000). Saragih (2003)
menunjukkan tanda yang negatif dan signi-
menyatakan bahwa pertumbuhan PAD
fikan secara statistik pada derajat keper-
merupakan ekses dari pertumbuhan
cayaan 1 persen untuk semua kabu-
ekonomi. Sependapat dengan ini Bappenas
paten/kota. Dana Alokasi Umum (DAU) di
(2003) menegaskan bahwa pertumbuhan
kabupaten/kota di karesidenan Semarang
PAD seharusnya sensitif terhadap kenaikan
besarnya rata-rata sekitar 60,5 persen dari
PDRB, artinya setiap terjadi kenaikan PDRB
penerimaan APBD. Hal ini bisa dikatakan
akan memberikan dampak positif terhadap
mayoritas kabupaten/kota menggantungkan
kenaikan PAD.
pembiayaan daerahnya dari DAU.Temuan
Selama ini pemerintah-pemerintah
ini sejalan dengan hasil penelitian dari
daerah (kabupaten dan kota) bisa dikatakan
Sasana (2005), dengan hasil tanda yang
keliru dalam memaknai desentralisasi fiskal.
negatif untuk pengaruh DAU terhadap per-
Tidak efektifnya berbagai perundangan baru
tumbuhan ekonomi (PDRB), berarti peme-
yang dikeluarkan menunjukkan tidak
rintah daerah di era desentralisasi masih
sensitifnya pemerintah terhadap berbagai
kurang dapat menetapkan skala prioritas
kekuatan lokal yang dimiliki. Seharusnya
pembangunan daerahnya secara optimal atas
pemerintah mampu mengimbangi berbagai
sektor-sektor pembangunan yang memberi-
produk baru tersebut dengan pengembangan
kan efek multiplier luas terhadap per-
potensi ekonomi lokal, misal dengan
ekonomian masyarakat. Selain itu masih
memberikan peluang yang lebih luas kepada
relatif besarnya tingkat kebocoran yang ter-
investor. Dibutuhkan kepekaaan yang tinggi
jadi, sehingga pengaruh Dana Alokasi
terhadap berbagai kebutuhan investor untuk
Umum menjadi negatif terhadap per-
meningkatkan aktivitas investasi ini.
tumbuhan ekonomi (Sasana, 2005).
Tingginya aktivitas ini akan memberikan
Tenaga kerja (TK) memainkan peran
tambahan penerimaan daerah setempat (Lin
yang penting dalam penelitian ini, dengan
dan Liu (2000), Saragih (2003), dan
melihat angka koefisiennya yang besar.
Bappenas (2003). Koefisien PAD sebesar
Koefisien tenaga kerja menunjukkan tanda
0,01yang berarti apabila ada peningkatan
yang positif dan signifikan secara statistik
PAD sebesar 10 persen pertumbuhan
pada tingkat kepercayaan 1 persen untuk

9
semua kabupaten/kota. Koefisien tenaga dengan sendirinya model ini sudah terbebas
kerja yang besar ini belum bisa dikatakan dari multikolinearitas.
adanya peningkatan kualitas tenaga kerja Uji Heteroskedastisitas, masalah ini
tetapi hanya dari sisi kuantitas. Hal ini bisa muncul bersumber terutama dari variasi data
dilihat dari penduduk yang berumur 10 cross section yang digunakan. Metode GLS
tahun keatas menurut pendidikan tertinggi (Generalized Least Squares) yang pada
yang ditamatkan rata-rata dari kabu- intinya memberikan pembobotan kepada
paten/kota di karesidenan Semarang variasi data yang digunakan, dengan kuadrat
sebagian besar adalah tingkat SD, yaitu varians dari model. Fasilitas yang ada di
sebesar 70 persen kecuali kota Salatiga dan program Eviews dengan memilih cross
Kota Semarang rata-rata 40 persen, section weight dan White Heteroscedasticity
meskipun apabila dilihat dari jumlah jam Covarians maka masalah heteroskedastisitas
kerja seminggu bagi yang bekerja lebih dari sudah dapat diatasi.
35 jam/minggu rata-rata 67 persen untuk Uji Autokorelasi, yang paling
semua kabupaten/kota pada tahun 2005. sederhana adalah menggunakan uji Durbin
Nilai koefisien tenaga kerja 0,76 artinya jika Watson (DW). Sebagai rule of thumb nilai
ada peningkatan tenaga kerja sebesar 10 DW hitung yang mendekati 2 dianggap
persen akan meningkatkan pertumbuhan menunjukkan bahwa model terbebas dari
ekonomi (PDRB) sebesar 7,6 persen. Jumlah autokolinearitas (Gujarati, 2003).Dari hasil
tenaga kerja yang lebih besar diharapkan estimasi diketahui Durbin Watson (DW)
akan menambah jumlah tenaga yang statistik sebesar 2,100. Kalau berpedoman
produktif yang memacu pertumbuhan pada rule of thum sebenarnya sudah bisa
ekonomi. dikatakan bahwa model terbebas dari
Uji penyimpangan asumsi klasik autokorelasi. Untuk lebih meyakinkan bisa
untuk Multikolinearitas dilakukan dengan membandingkan antara DW statistik dengan
pendeteksian atas nilai R2 dan signifikansi DW tabel. Nilai d l dan d u dengan jumlah
dari variabel yang digunakan. Rule of variabel bebas 4 dan N sebesar 30 adalah
Thumb mengatakan apabila didapatkan R2 masing-masing 1,143 dan 1,739, maka
yang tinggi sementara terdapat sebagaian keputusan untuk mengatakan bahwa model
besar atau semua variabel yang secara terbebas dari masalah autokorelasi apabila
parsial tidak signifikan, maka diduga terjadi d u < d < 4 – d u (1,739 < 2,100 < 2,261) bisa
multikolinearitas pada model tersebut diterima. Hal ini berarti model sudah
(Gujarati, 2003). Lebih dari itu, terbebas dari masalah autokorelasi.
multikolinearitas biasanya terjadi pada
estimasi yang menggunakan data runtut PENUTUP
waktu. Dengan mengkombinasikan data Simpulan
time series dengan data cross section Hasil esimasi regresi pengaruh pelak-
mengakibatkan masalah multikolinearitas sanaan desentralisasi fiskal terhadap per-
secara teknis dapat dikurangi. Penelitian ini tumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di
menggunakan data panel, jadi sebenarnya karesidenan Semarang adalah sebagai beri-
secara teknis sudah dapat dikatakan masalah kut: Pendapatan Asli Daerah (PAD) ber-
multikolinearitas sudah tidak ada. Hal pengaruh positif dan signifikan terhadap
tersebut diperkuat dengan hasil estimasi pertumbuhan ekonomi. Peningkatan PAD
model semua variabel yang digunakan yang dianggap sebagai modal, secara
signifikan dan nilai R2 yang tinggi, sehingga akumulasi akan lebih banyak menimbulkan
eksternalitas yang bersifat positif dan akan

10
mempercepat pertumbuhan ekonomi, dana bah jumlah tenaga produktif. Bertambahnya
Hasil Bagi (DBH) berpengaruh positif dan tenaga produktif akan meningkatkan output
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. sehingga memacu pertumbuhan ekonomi.
Pengoptimalan perolehan Dana Bagi Hasil
yang dianggap sebagai modal bagi Implikasi Kebijakan
kepentingan pembangunan daerah akan Implikasi kebijakan dalam penelitian
mempercepat pertumbuhan ekonomi, dana ini adalah Pendapatan Asli daerah (PAD)
Alokasi Umum (DAU) berpengaruh negatif berdasarkan hasil penelitian koefisiennya
dan signifikan terhadap pertumbuhan kecil, sehingga perlu adanya upaya
ekonomi. Temuan ini tidak mendukung teori peningkatan PAD melalui optimalisasi
pertumbuhan Neo Klasik yang beranggapan penerimaan pajak daerah dan retibusi.
bahwa modal akan mempercepat per- Adapun retribusi yang belum optimal antara
tumbuhan. Hal ini membuktikan meskipun lain retribusi tempat penitipan anak, retribusi
ada keleluasaan dalam mengelola keuangan pengelolaan limbah cair. Disamping itu
daerah, daerah belum dapat menetapkan peningkatan efisiensi administrasi dan
skala prioritas pembangunan daerah secara menekan biaya pemungutan perlu dilakukan
optimal atas sektor-sektor pembangunan. dengan pelayanan satu atap (one stop
Penetapan skala prioritas pembangunan akan service), perlu memperhatikan produk-
memberikan efek multiplier terhadap per- produk unggulan daerah masing-masing atau
ekonomian masyarakat, sehingga dapat sektor-sektor yang menghasilkan multiplier
mempercepat pertumbuhan ekonomi, tenaga effect bagi pertumbuhan ekonomi sehingga
kerja (TK) sebagai faktor penting memper- pelaksanaan desentralisasi fiskal yang
cepat pertumbuhan ekonomi mempunyai berarti punya kewenangan dalam mengatur
pengaruh yang positif dan signifikan ter- keuangan daerah dapat berpengaruh positif
hadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga terhadap pertumbuhan ekonomi.
kerja yang lebih besar berarti akan menam-

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S dan Halim, A, (2003). “Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Pemerintah Daerah; Studi Kasus
Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali”, Simposium Nasional Akuntansi. Surabaya.
Adi, Priyo Hari, (2006). “Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Belanja
Pembangunan dan Pendapatan Asli daerah (Studi Kasus kabupaten dan Kota se
Jawa- Bali)”, Simposium Nasional Akuntansi. Padang.
Baltagi, Badi, H., (2001). Econometric Analysis of Panel data, John Wiley & Sons, LTD,
New York.
Bappenas, (2003). Peta Kemampuan Keuangan Propinsi Dalam Era Otonomi Daerah:
Tinjauan Atas Kinerja PAD dan Upaya yang dilakukan Daerah. Direktorat
Pengembangan Otonomi daerah.
Biro Pusat Statistik, (2004). Statistik Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan
Pemerintah Kabupaten/Kota Tahun 2001 – 2003.
______, Jawa Tengah Dalam Angka, 2001- 2006.
______, Grobogan Dalam Angka, 2001 – 2006.

11
______, Demak Dalam Angka, 2001 – 2006.
______, Kendal Dalam Angka, 2001 – 2006.
______, Semarang Dalam Angka, 2001 – 2006.
______, Kota Salatiga Dalam Angka, 2001 – 2006.
______, Kota Semarang Dalama Angka, 2001 – 2006.
Green, William, H., (2000). Econometric Analysis, Prentice-Hall, Inc, New York.
Gujarati, D., (2003). Basic Econometrics, Mc Graw Hill, inc, New York.
Hanafi, Mamduh M. dan Halim, Abdul, (2001). Analisis Laporan Keuangan, UPP AMP
YKPN, Yogyakarta.
Himpunan peraturan Perundang-undangan, Petunjuk dan Pelaksanaan Dana Perimbangan
Dan Pengelolaan Keuangan Daerah, 2006, Fokusmedia, Bandung.
KPPOD, (2002). Daya Tarik Investasi Kabupaten/Kota di Indonesia: Persepsi Dunia Usaha.
Lin, Justin Yifu dan Zhiqiang Liu, (2000). Fiscal Decentralization and Economic Growth in
China. Economic Development and Cultural Change. Chicago. Vol 49. Hal: 1- 21.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman pengelolaan
Keuangan daerah., 2007, PT Buku Kita, Jakarta.
Prawirosetoto, Yuwonono, (2002). “Desentralisasi Fiskal di Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan
Bisnis, Vol. 2 Agustus, Jakarta : Unika Atmajaya.
Saragih, Juli Panglima, (2003). Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah Dalam
Otonomi. Penerbit Ghalia Indonesia.
Sasana, Hadi, (2005). “Analisis Dampak Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Kesenjangan Antar Wilayah, antar Sektor di
Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, Jurnal Bisnis dan
Ekonomi Vol.12 No.2, September 2005.
Simanjuntak, Robert, (2001). Decentralization and Local Autonomy.
www.worldbank.org/wbi/publicfinance/document/ASEM/brodjonegoro. pdf.
Sidik, Machfud, (2002). Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Dalam Rangka
Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah. Wisuda Angkatan XXI STIA LAN
Tahun Akademik 2001-2002. Orasi Ilmiah.
Suparmoko, (2002). Ekonomi Publik Untuk Keuangan & Pembangunan Daerah, Andi Offet,
Yogyakarta.
Todaro, Michael, P., (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Alih Bahasa
Indonesia: Burhanudin Abdullah dan Harris Munandar.
Widodo, Tri, (2006). Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Daerah), UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

12
Waluyo, Joko, (2007). Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Ketimpangan Pendapatan Antardaerah Di Indonesia, Parallel Session IA: Fiscal
Decentralization 12 Desember 2007, Wisma Makara, Kampus UI – Depok.

Lampiran 1: Uji F Statistik

(R 2 u  R 2 p ) /( n  1)
F(n  1, nT  n  K ) 
(1  R 2 u ) /( nT  n  K )
(0,997155  0,976907) / 5
F(5,0) 
(1  0,997155) / 10
0,020248 / 5

0,002845 / 10
 14,23407

Lampiran 2: Hasil Estimasi Regresi dengan Metode Common


Dependent Variable: LPDRB?
Method: GLS (Cross Section Weights)
Date: 11/05/07 Time: 04:12
Sample: 2001 2005
Included observations: 5
Number of cross-sections used: 6
Total panel (balanced) observations: 30
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -453743.3 115328.7 -3.934349 0.0006
LPAD? 0.024448 0.006957 3.513875 0.0017
LDBH? 0.168945 0.005752 29.37208 0.0000
LDAU? 0.001609 0.000338 4.757143 0.0001
LTK? 0.267867 0.240972 1.111612 0.2769
Weighted Statistics
R-squared 0.976907 Mean dependent var 14105282
Adjusted R-squared 0.973212 S.D. dependent var 16332793
S.E. of regression 2673179. Sum squared resid 1.79E+14
F-statistic 264.3967 Durbin-Watson stat 1.937469
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.221585 Mean dependent var 3021136.
Adjusted R-squared 0.097038 S.D. dependent var 2824619.
S.E. of regression 2684075. Sum squared resid 1.80E+14
Durbin-Watson stat 1.561259

Lampiran 3:
Hasil Estimasi Regresi dengan Metode Fixed Effects

13
Dependent Variable: LPDRB?
Method: GLS (Cross Section Weights)
Date: 11/03/07 Time: 14:01
Sample: 2001 2005
Included observations: 5
Number of cross-sections used: 6
Total panel (balanced) observations: 30
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LPAD? 0.007323 0.000158 46.29695 0.0000
LDBH? 0.164632 0.001126 146.2157 0.0000
LDAU? -0.001289 0.000116 -11.13470 0.0000
LTK 0.766495 0.007289 105.1620 0.0000
Fixed Effects
_GROBOGAN--C 2753687.
_DEMAK--C 218999.7
_SEMARANG--C 27569.48
_KENDAL--C 1121296.
_KSALATIGA--C 225563.0
_KSEMARANG--C 128562.8
Weighted Statistics
R-squared 0.997155 Mean dependent var 26727201
Adjusted R-squared 0.995874 S.D. dependent var 41563851
S.E. of regression 2669702. Sum squared resid 1.43E+14
F-statistic 2336.389 Durbin-Watson stat 2.100169
Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.306306 Mean dependent var 3021136.
Adjusted R-squared -0.005856 S.D. dependent var 2824619.
S.E. of regression 2832878. Sum squared resid 1.61E+14
Durbin-Watson stat 1.717930

14
Lampiran 4: Hasil Estimasi Regresi dengan Metode Random Effefts

Dependent Variable: LPDRB?


Method: GLS (Variance Components)
Date: 11/05/07 Time: 04:06
Sample: 2001 2005
Included observations: 5
Number of cross-sections used: 6
Total panel (balanced) observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -3478773. 2047546. -1.698996 0.1017
LPAD? 0.240673 0.087217 2.759471 0.0107
LDBH? 0.158451 0.133247 1.189154 0.2456
LDAU? -0.002340 0.013597 -0.172131 0.8647
LTK? 2.118648 4.544728 0.466177 0.6451
Random Effects
_GROBOGAN--C -1500670.
_DEMAK--C 937317.6
_SEMARANG--C 1096.072
_KENDAL--C -40640.79
_KSALATIGA--C 118607.8
_KSEMARANG--C 484289.2
GLS Transformed Regression
R-squared 0.354854 Mean dependent var 3021136.
Adjusted R-squared 0.251630 S.D. dependent var 2824619.
S.E. of regression 2443532. Sum squared resid 1.49E+14
Durbin-Watson stat 2.434379
Unweighted Statistics
including Random Effects
R-squared 0.234306 Mean dependent var 3021136.
Adjusted R-squared 0.111795 S.D. dependent var 2824619.
S.E. of regression 2662052. Sum squared resid 1.77E+14
Durbin-Watson stat 2.051121

CURRICULUM VITAE

15
1. IDENTITAS
1. Nama Amin Pujiati, SE.M.Si
2. NIP 132320654
3. Tempat / Tgl. Lahir Kudus, 21 Agustus 1969
4. Alamat Rumah Jl. Lamongan Barat III/ 38 Semarang
Telepon (024) 8501448 , HP. 08156622997
E-mail apuji06@yahoo.co.id
5. Alamat Kantor Gedung C6 Fakultas Ekonomi, Kampus , UNNES
Sekaran Gunungpati
Telepon /Fax (024 ) 70778922 / ( 024 ) 8508015
6. Agama Islam

2. PENDIDIKAN
No Universitas/Isntitut dan Gelar/ Tahun Bidang Studi
Lokasi Jenjang Selesai
1. Universitas Diponegoro S.E / S1 1992 Ekonomi Pembangunan
Semarang Ekonomi Pembangunan
2. Universitas Gadjah Mada M.Si / S2 2004
Yogyakarta

3. PENGALAMAN KERJA 5 TAHUN TERAKHIR


1. Tahun 1994 - 2006 Dosen Tetap STIE Stikubank Semarang
2. Tahun 2006 - Sekarang Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UNNES

4. PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH 5 TAHUN TERAKHIR


No Penelitian / Karya Ilmiah Tahun
1. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah 2003
Terhadap Dollar Amerika Serikat ( Model Dornbusch Sticky Price )
2. Pertumbuhan Industri Manufaktur Besar dan Menengah Kabupaten/ 2004
Kota di Jawa Tengah Tahun 1993 – 2002
3. Analisis Spasial Industri Manufaktur Besar dan Menengah di Jawa 2005
Tengah

4. Pengaruh Knowledge Spillover Terhadap Pertumbuhan dan Kinerja 2006


Industri Di Jawa Tengah

5. Identifikasi Konsentrasi Spasial Dan Spesialisasi Industri Dalam Rangka 2007


Peningkatan Daya Saing Daerah ( Studi Kasus Di Kabupaten / Kota di
Jawa Tengah )
6. Analisis Penetapan Kawasan Andalan Sebagai Pusat Pertumbuhan dan 2007
Penggerak perekonomian Wilayah di Jawa Tengah
7. Etos Kerja Wanita Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga 2007 2007
8. Penerapan Monetary Model Dalam Menganalisis Fluktuasi Nilai Tukar 2008
Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat
9. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar di 2008

16
Indonesia
10. Disparitas dan Spesialisasi Industri Manufaktur Kabupaten / Kota di 2008
Jawa Tengah
11. Pengujian Hipotesis Eksternalitas Dinamis MAR ( Marshall, Arrow, 2008
Romer ) Porter dan Jacobs terhadap Pertumbuhan Industri di Kawasan
Industri Jawa Tengah
Penulisan Buku / Jurnal
1. Sustainable Development : Teori dan Implementasinya , Majalah Ilmiah 2003
Fokus Ekonomi, Vol.2, No.3,
2. Inter Firm Linkage : Teori dan Penerapannya di Indonesia, Majalah 2003
Ilmiah Fokus Ekonomi, Vol.2, No.2
3. Konsep Local Economic Development : Masih Relevansikah di Era 2005
Otonomi Daerah ?, Fokus Ekonomi, Vol.4, No.1
4. Dinamika Industri Manufaktur Besar dan Menengah di Jawa Tengah, 2005
Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 12, No.2,
5. Analisis Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah dengan Metode 2005
Generalized Least Square ( GLS ), Telaah Manajemen, Vol.2, Edisi.2,
6. Kapita Selekta Ekonomika, Modul Pra MM STIE Stikubank, 2005 2005

5. PENGABDIAN MASYARAKAT 5 TAHUN TERAKHIR


No Pengabdian Masyarakat Tahun
1. Pemberdayaan Usaha Kecil Melalui Program Keterkaitan Di Kelurahan 2005
Purwosari Kecamatan Kota Kabupaten Kudus
2. Sosialisasi Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006 Tentang 2007
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah di Kecamatan Gunungpati
Semarang
3. Pembinaan Mentalitas dan Penanaman Jiwa Kewirausahaan bagi 2008
Masyarakat Pengemis di Desa Batu dan Gorawe Kecamatan
Karangtengah Kabupaten Demak
4. Meningkatkan Kemampuan guru dalam Menyusun Penelitian Tindakan 2008
Kelas ( PTK ) di SMK PGRI 01 Semarang

17

You might also like