You are on page 1of 34

Respon imun pada infeksi

Dr. Shirly Kumala, M.Biomed, Apt


•Jenis mikroba yang siap menyerang
•Tubuh berupaya untuk mempertahankan diri
•Hasilnya tergantung :
– dari jumlah dan fungsi limfosit Th, Ts, Tc
– Jumlah dan fungsi sel B
• jenis dan sifat dari bakteri
– Antigen virus, parasit eukariotik,
– Epitop
– Zat anti khemotaktik
– Membentuk kapsul anti-fagositik, resisten terhadap
fagosit.
– Analog sitokin
Respon imun terhadap infeksi secara
umum
• Mekanisme pertahanan tubuh oleh
struktur dan patogenitas bakteri:
– Dinding sel , mikobakteria dan spiroketa
– Lipid terhadap komplemen sel sitotoksik
– Fagositosis
– Toksik tanpa invasif
– Invasif tanpa toksik ( neutralising )
– Negatif Gram sel natural Killer
– Bakteri intraselluler sel T sitotoksik
•Respon imun terhadap mikroba
1. Pertahanan terhadap mikroba
diperantarai oleh mekanisme efektor
imunitas bawaan (non spesifik) dan
yang didapat. Sistem imum spesifik akan
meningkatkan sistem imun non spesifik

2. Respon imun non spesifik menentukan respon


imun spesifik
3. Sistem imun mampu memberikan
respon yang spesialistik dan berbeda
4. Survival dan patogenitas mikroba
sangat tergantung dari mikroba, dapat
menghindar dari sistem imun
5. kerusakan jaringan dan penyakit akibat
infeksi akibat dari respon pejamu.
Mekanisme pertahanan tubuh menurut
lokasi pertahanan
1. Mekanisme pertahanan pada permukaan tubuh
• Lini pertama tubuh barrier pada permukaan tubuh.
• Respon imun non spesifik
• Barier
• Asam lemak, lisozim dalam saliva, air mata dan sekret
hidung, Ig A, aktivitas fagosit komplemen, aktivitas
flora normal.
• Flora normal protein antimikroba (colisin)
• Kulit dengan epitel atau mukosa.
• penetrasi bakteri masuk jaringan
• Bakteri protease yang merusak Ig A
2. Mekanisme pertahanan sistemik
• Lini ke dua adalah pengenalan mo.
• Respon imum humoral dan seluler
• Jenis pengenalan mekanisme bawaan (non
spesifik), PMN dan Makrofag.
Pengenalan antigen bakteri tanpa tergantung pada
limfosit aktivasi jalur alternatif
• Bakteri positif Gram dan negatif Gram.
Pelepasan sitokin oleh makrofag , TNF dan Il -1
INF oleh sel NK.
• Sel fagosit profesional, tapi fakultatif : sel
epitel, endotel fibroblast.
• Sel PMN merupakan sel efektor utama
untuk bakteri ekstrasel
• Makrofag intrasel
• Pembunuhan secara intrasel yang efektif
memerlukan lisis sel terinfeksi ( NK dan
sel Tc)
• Mekanisme pertahanan didapat
( acquired) respon imun spesifik,
diawali dengan respon imun seluler yg
melibatkan limfosit dan makrofag.
• Limfosit T limfokine, menyebabkan
monosit berkumpul ditempat terjadinya
infeksi.
• Limfosit juga menghasilkan substansi
yang akan meningkatkan kemampuan
makrofag untuk membunuh bakteri.
• Respon imun seluler, khususnya terhadap
mo intraseluler dapat berlangsung :
1. Melalui sel T sitotoksik CD8+ , MHCkelas
I, dapat melisis sel yang terinfeksi
2. Melalui sel NK
3. ADCC
Unsur utama respon imun seluler : Sel T
yang diaktivasi APC
CD4+ berdeferensiasi menjadi sel T helper
atas pengaruh IL -2. MHC kelas II
• Peran sistem humoral dalam pertahanan
sistemik terhadap infeksi : pembentukan
dan aktivasi antibodi, komplemen dan
mediator lain.
• Peranan antibodi untuk mo ekstraseluler.
• Untuk virus netralisasi. atau melapisi
virus , sehingga virus tdk dapat melekat
atau menembus sel sasaran.
• Antibodi yang berperan Ig G dan Ig M
• IgM dan IgG merangsang 3 jenis
mekanisme efektor yaitu :
1. Ig G melapisi bakteri (Opsonisasi),
meningkatkan fagositosis dengan
pengikatan Fc pada sel
monosit/makrofag dan neutrofil.
mengaktifkan komplemen,
menghasilkan C3b, C3b ini yang akan
berikatan dengan reseptor C3RI dan
C3RIII, dan selanjutnya meningkatkan
fungsi fagosit
2. Antibodi menetralkan toksin bakteri
dan
mencegah toksin melekat pada sel
sasaran
3. IgG dan IgM mengaktifkan komplemen
yang berakibat dilepaskannya MAC
(Membrane attack complexs) dan
penglepaskan produk2 lain yang
merupakan mediator inflamasi.
Respon imun yang merusak sel pejamu

• Penyembuhan setelah infeksi virus


hepatitis B (VHB) atau virus (EBV)
• Timbul autobodi
• Infeksi virus dapat menggangu toleransi
terhadap self antigen, melalui 2
mekanisme :
– Aktivator sel B poliklonal
– Virus dengan antigen host dapat membentuk
antigen baru autoimun
• ANTIBODI terhadap virus akan melapisi
virus yang terdapat pada permukaan sel,
sehingga mencegah limfosit Tc mengenal
dan menghancurkan sel yang terinfeksi,
akan menghambat respon imun.
• Penyakit inflamasi:
– Glomerulonefritis, demam rematik dan
penyakit jantung rematik
– Respon imun seluler inappropriate.
Respon imun seluler inappropriate. :
Ruam pada campak hipersensitivitas jenis
lambat, bertujuan utk membatasi replikasi
dan menjalarnya virus.
Upaya mo utk menghindar dari respon imun.

• Memproduksi substansi yg melawan


substansi pembunuh.
1. Imunological silence
• Memodifikasi struktur antigen atau ekspresi
MHC
• Molecular mimicry
– Rekombinasi DNA antigen permukaan Neisseria
– Silent genes

2. Protease yang merusak Ig A.


3.Menginfeksi sel non fagosit, sehingga ia
tidak terpapar pada antibodi.

Bila sistem pertahanan tubuh tidak mampu


menyingkirkan mo bersangkutan secara
tuntas, mo itu akan menetap dan
berakibat infeksi kronis atau carrier
Reaksi imun pada infeksi mo
ekstraseluler
1. Reaksi non spesifik:
• Imunitas bawaan ( innate immunity), pertahan
terdepan setelah kulit dan mukosa.
• PMN dan Makrofag
• Kemotaktik
• Kemampuan adhesi PMN meningkat, karena sinyal
akan merangsang ekspresi reseptor Fc maupun
reseptor komplemen pada permukaan sel.
• PMN melakukan dipedes ketempat infeksi,
menagkap dan menelan mikroba dan
membunuhnya.
Proses fagositosis
• Pergerakan, khemotaksis
• Pengenalan, opsonisasi
• Penelanan, pinositosis
• Pembentukan fagosom
• Degranulasi peroksidase dan hidrolase
• Kematian bakteri
• Respiratory burst:
– Proses oksidatif
– Proses non oksidatif
Proses oksidatif melalui mieloperoksidase, dasarnya
pengikatan H2O2 dengan Fe yang terdapat pada
mieloperoksiadase.
Membentuk komplek zat yang toksik HOCl)
Proses oksidatif tanpa mieoloperoksidase , oksidase
masih dapat berlangsung , karena masih ada ada H2O2,
superoksida dan radikal hidrokdil, namun daya
oksidatifnya tidak tinggi.
• Non oksidatif ;
• Berlangsung dengan batuan berbagai
protein sitolitik : flavoprotein, sitochrom-
b, laktoferin, lizosim, katepsin G, difensin
dll.
• Mekanisme : terjadinya karena protein
bermuatan positif yang ada dalam PMN
dan Makrofag dalam suasana alkali
bersifat toksik dan dapat merusak lapisan
lemak dinding sel kuman negatif Gram.
• Interleukin 4 sebagai aktivator neutrofil
2. Reaksi spesifik
Sel sel sistem imun yg bereaksi secara
spesifik adalah sel B yang memproduksi
antibodi, limfosit T yang mengatur
sintesis antibodi, atau sel T sitotoksik.
Bereaksinya sel B dan sel T diawali dengan
terperangkapnya mikroba oleh makrofag
atau monosit yg berfungsi sebagai APC.
Mengajukan antigen mikroba kepada sel
Th
• Makrofag menangkap bakteri yg telah
diopsonisasi oleh Ig G, melakukan
endositosis, memproses antigen lalu
menampilkannya kembali Eksositosis
bersama dengan ekspresi MHC kelas II
kepada T h.
• Sel Th merangsang sel B utk produksi
Antibody yg spesifik utk mikroba
tersebut.
3. Interaksi antar mikroba dengan sistem imun
Beberapa jenis bakteri, mampu menghindari
proses fagositosis dari respon imun.
a. Memproduksi toksin yang menghambat
khemotaksis.
b. Membentuk kapsul sehingga tidak dapat
melekat
c. Memproduksi mol2 yg menghambat proses
fusi lisosom dengan fagosom, menghambat
makrofag bereaksi dengan IFN
d. Mengganggu fungsi makrofag sebagai APC
e. Memproduksi substansi ekstraseluler yang
menghambat fagososis oleh PMN
Sistem imun mempunyai banyak cara untuk
melawan upaya bakteri , agar fagositosis
tetap dapat berlangsung.
Antibodi , yg dapat menetralisir toksin
mengikat toksin sehingga terbentuk
kompleks yang dapat dihancurkan oleh
fagosit, anti Ig G atau anti C3b
atutoantibodi alami.
Opsonisasi bakteri dengan antibodi dan
komplemen mempermudah fagosit
melekat pada bakteri.
Perlekatan bakteri pada permukaan mukosa
dicegah dengan melapisi bakteri dengan
Ig A sekretorik, Bila bakteri dapat
mengatasi sawar Ig A dan tetap dapat
menembus mukosa,maka sistem imun
bekerja kemudian adalah Ig E, terutama
yang melekat pada mastosit.
Proses selanjutnya adalah degranulasi
mastosit lokal. Sel 2 PMN yang tiba di
tempat infeksi melakukan fagositosis,
bakteri dihancurkan melalui mekanisme
sitocytotoxicity ADCC.
Reaksi imun pada infeksi mo
intraseluler
• Salah satu ciri bakteri intraseluler fakultatif adalah
bakteri ini dapat hidup bahkan berkembang biak dalam
fogosit. Mikroba ini menemukan tempat untuk
bersembunyi hingga tidak terjangkau oleh antibodi
dalam sirkulasi.
• Beberapa bakteri dapat hidup dan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag setelah difagositosis.
• Bakteri dapat mencegah proses pembunuhan
intraseluler dengan menghambat penggabungan (Fusi)
lisosom dengan vakuola yang berisi mikroba
• M. tuberkulosis, menghambat fagositosis dengan
pembentukan ROI , atau mengelak dari perangkap
fagosom.
Dalam keadaan ini yang bekerja adalah respon
seluler
Dalam melawan bakteri intraseluler ada 2 jenis
reaksi yang terjadi yaitu :
1. Pembunuhan bakteri intraseluler yang
difagositosis oleh maktrofag teraktivasi.
Aktivasi terjadi melalui sitokin, khususnya
IFN - yang diproduksi oleh sel T
1. Lisis sel yg terinfeksi oleh sel T CD8+. Protein
bakteri intraseluler dapat merangsang sel T
CD4+ (melalui kompleks antigen MHC kelas II)
• Maupun CD8+ ( melalui komplek antigen MHC
kelas I). Bakteri intraseluler menginduksi
perkembanagn sel T menjadi fenotip sel Th1.
karena bakteri ini merangsang produksi Il -2
oleh makrofag dan produksi IFN- oleh sel NK.
Kedua sitokin ini meningkatkan perkembangan
sel Th1 .
• Dilain pihak Sel Th-1 juga memproduksi IFN-
yang mengaktifkan makrofag untuk
memproduksi ROI dan enzim2 yang dapat
membunuh bekteri.
• Bakteri intraseluler dapat menghindari
diri dari berbagai mekanisme
pembunuhan itu dengan memproduksi
hemolisin atau menghindari fagolisosom
dengan masuk ke dalam sitoplasma.
• Tetapi sel T CD8+ akan memproduksi
lebih banyak IFN- dan melisiskan sel yg
diduga menyimpan bakteri dalam
sitoplasma
• Kalau mikroorganisme masih belum dapat
dibunuh secara efektif, terjadi respon imun
seluler kronik berupa penimbunan makrofag
yang berada di sekitar mo. Disusul oleh proses
granulasi dan fibrosis yang berakhir dengan
pembentukan granuloma.
• Selain itu juga TNF- oleh makrofag dan sitokin
lain ( TNF- )
• TNF- meningkatkan pembentukan dinding
fibrotik yang membungkus bakteri , tetapi juga
memberikan kontribusi pada kerusakan
jaringan.
• TNF- selain berperan dalam mekanisme
protektif juga berperan dalam terjadinya
kerusakan jaringan.
• Di dalam granuloma, bakteri tetap dapat
melakukan replikasi dalam vakuola
makrofag dan diduga makrofag yang
mengalami lisis akan difagositosis oleh
makrofag lain dan memungkinkan bakteri
dapat hidup terus dalam makrofag.

You might also like