You are on page 1of 2

Mengapa amerika maju?

Pernah nggak berpikir mengapa Amerika maju ? Saya sempat mengajukan pertanyaan ini ke diri
sendiri. Dalam bidang teknologi misalnya, banyak penemuan baru di dunia berasal dari Amerika.
Bahkan kalau mau dikhususkan di bidang software dan Internet, mungkin di atas 90% perusahaannya
berasal dari Amerika ! Coba perhatikan nama-nama ini: Microsoft, IBM, Google, Yahoo, YouTube,
MySpace, Netscape, Oracle … semuanya adalah perusahaan Amerika. Untuk perusahaan software
yang besar di luar Amerika saya hanya bisa memikirkan SAP dan Corel.
Semua ini membuat saya penasaran. Masalahnya, secara intelektual saya pikir Amerika tidak unggul.
Dalam olimpiade ilmiah misalnya, tidak terdengar mereka menjadi juara dunia. Yang merajai adalah
Cina atau negara-negara Eropa Timur (dan belakangan juga Indonesia tentunya ). Dalam buku The
World is Flat banyak ditulis bagaimana anak-anak di Amerika pendidikannya tertinggal dibandingkan
banyak negara lain. Orang-orang Asia bekerja lebih keras dan seringkali mempunyai prestasi lebih
tinggi dari orang Amerika. Dengan keadaan seperti itu bagaimana mereka bisa begitu menonjol di
dunia ?
Jawaban untuk ini tersirat di dalam The World is Flat dan saya pikir inilah kuncinya:
Amerika adalah mesin mimpi terbesar di dunia
Apa yang dimaksud dengan “mesin mimpi” ? Ini dia:
1. Setiap orang bebas memiliki mimpinya sendiri-sendiri
Ini adalah keunggulan dari negara yang bebas seperti Amerika. Setiap orang bisa memiliki
mimpinya sendiri-sendiri tanpa dibatasi oleh sistem politik, sosial, dan lain-lain. Di banyak
negara lain hal ini tidak terjadi. Ada saja peraturan yang membatasi mimpi mereka. Inilah salah
satu keunggulan Amerika dari Cina yang menerapkan sistem komunis. Di Cina masih banyak
peraturan yang membatasi, khususnya kalau bersentuhan dengan politik. Terus terang saja, saya
sama sekali tidak percaya Cina akan bisa menjadi kekuatan ekonomi terbesar dunia selama
mereka masih menerapkan sistem komunis seperti sekarang.
2. Setiap orang didorong untuk mewujudkan mimpinya
Mungkin semua orang bisa mempunyai mimpinya sendiri-sendiri, tapi untuk mewujudkan
mimpi pasti tidak mudah mengingat risiko yang diambil. Nah, di Amerika orang-orang
didorong untuk mewujudkan mimpinya. Dengan cara apa ? Yaitu dengan tersedianya insentif
finansial yang sangat besar kalau mereka berhasil mewujudkan mimpinya. Insentif ini terutama
dalam bentuk IPO (initial public offering) di pasar saham dan akuisisi dari perusahaan yang
lebih besar. Insentif IPO inilah yang menjadikan Sergey Brin dan Larry Page dari Google
masuk daftar orang terkaya dunia dalam usia masih 30-an tahun. Dan insentif akuisisilah yang
membuat orang-orang YouTube kebanjiran uang setelah dibeli Google.
Satu hal lagi yang juga membantu adalah kenyataan bahwa di Amerika setiap orang menerima
imbalan sesuai dengan kemampuan dan kontribusi masing-masing (sistem meritokrasi). Ini
berbeda dengan keadaan di kerajaan-kerajaan kaya minyak di mana para bangsawannya
menjadi kaya raya semata-mata karena faktor keturunan
3. Setiap orang dibantu untuk mewujudkan mimpinya
Amerika memiliki sistem yang bagus untuk membantu orang mewujudkan mimpi mereka
menjadi kenyataan. Yang pertama adalah dari segi hukum, di mana sangat mudah untuk
mendirikan maupun menutup perusahaan. Akibatnya orang-orang tidak bimbang untuk memulai
perusahaan baru. Yang kedua – dan ini mungkin paling menentukan – adalah tersedianya dana
secara besar-besaran bagi orang-orang “gila” melalui venture capital (VC). Karena banyak
mimpi membutuhkan dana tidak sedikit untuk diwujudkan, VC inilah yang memungkinkan
mimpi-mimpi tersebut menjadi kenyataan. Para venture capitalist di Amerika memiliki sistem
yang sangat handal untuk memilih dan memoles ide yang berprospek untuk didukung.
Dari sini tidak heran kalau banyak ide gila muncul dan berkembang di Amerika dan bukannya di
negara lain. Mungkin banyak hal lain di Amerika mudah ditiru, tapi saya yakin akan sangat sulit untuk
meniru “mesin mimpi” ini. Meskipun begitu, siapa tahu Indonesia suatu saat juga bisa menjadi mesin
mimpi. Bagaimana, mungkin tidak Indonesia menjadi mesin mimpi ?

You might also like