Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
− Mengetahui berbagai jenis pemisahan dan pemurnian
− Memahami prinsip pemurnian zat dari campurannya
− Mengetahui perbedaan campuran homogen dengan campuran
heterogen
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
dilelehkan biasanya suhu akan berubah secara bertahap ketika zat padat tersebut
diubah seluruhnya menjadi cairan.
Kinetika adsorbsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh
absorben dalam fungsi waktu. Adsorbsi terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul
pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam,
karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini
menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorbsi. Peristiwa adsorbsi
disebabkan oleh gaya tarik molekul-molekul di permukaan adsorbens. Dimana
adsorben yang biasa digunakan dalam percobaan adalah karbon aktif.
Perbedaan sifat ini sering kali digunakan sebagai pengujian untuk
perbedaan bahan itu murni ata utidak. Jika suhu tetap, sementara bahan itu melelh,
maka bahan itu termasuk murni. Tetapi jika suhu berubah sementara zat tersebut
tidak melelh, maka zat tersebut tidak termasuk zat murni, melainkan campuran.
Materi dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menempati ruang
dan mempunyai massa. Setiap materi mempunyai sifat yang khas yang
membedakan dari materi lainnya. Namun demikian antara berbagai materi juga
terdapat berbagai persamaan sehingga kita dapat mengelompokkan materi itu
yang juga terdapat berbagai persamaan sehingga kita dapat mengelompokkan
materi berdasarkan wujud dan komposisinya.
Materi dapat berbentuk padat, cair atau gas. Perbedaan dari ketigaga jenis
wujudnya itu terletak pada struktur dan susunan partikelnya. Dalam padatan
partikelnya tersusun rapat dan diam di tempat, oleh karena itu mempunyai banyak
bentuk dan volum yang tetap. Dalam cairan partikelnya tersusun rapat tetapi dapat
bergerak sehingga cairan mempunyai volume tetap, tetapi bentuknya berubah
sesuai dengan wadah cairan tersebut. Dalam gas partikelnya relatif sangat
renggang dan bergerak bebas, di mana bentuk dan volumnya mengikuti keadaan.
Adapun zat-zat murni dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Unsur
Usnsur adalah materi yang paling sederhana dan tidak dapat diuraikan
menjadi zat-zat lain secara kimia. Misalnya air, air dapat diuraikan oleh
6
listrik menjadi dua jenis gas, yaitu hidrogen dan oksigen, sedangkan
hidrogen dan oksigen tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih
sederhana. Zat seperti hidrogen dan oksigen , yaitu zat tunggal yang secara
kimia tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih sederhana, disebut
unsur. Sedangkan zat-zat sperti air, yaitu zat tunggal yang dapat diurai
menjadi zat lain yang lebih sederhana, disebut senyawa. Beberapa contoh
unsur dalam kehidupan sehari-hari adalah besi, alumunium, emas, timah,
tembaga, karbon, oksigen, hidrogen, dan belerang serta perak.
Senyawa
Senyawa adlah zat tunggal yang dapat diuriaikan menjadi zat yang
lebih sederhana. Jumlah senyawa jauh lebih banyak dari jumlah unsure.
Pada tahun 1799, seorang ilmuwan Prancis bernama Josep Louis Proust
(1754 – 1826) menemukan satu sifat yang terpenting dalam senyawa yaitu
yang disebut hokum perbandingan tetap. Proust menyimpulan bahwa
perbandingan massa unsur dalam suatu senyawa adalah tertentu dan tetap.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sifat senyawa sebagaiberikut :
a) Tergolong zat tunggal
b) Dapat diuraikan menjasi zat yang lebih sederhana.
c) Terbentuk dari dua jenis unsure atau lebih dengan perbandingan
tertentu.
d) Mempunyai sifat tetrtentu yang berbeda dar sifat unsure penyusunan.
masa zat
Persen Masa = x 100%
masa campuran
Rumus lainnya
masa zat
Perjuta Masa = x 100%
masa campuran
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
− Batang pengaduk
− Cawan penguap
− Corong pisah
− Corong kaca
− Gelas kimia 100 mL
− Gelas beker
− Hot plate
− Pipet tetes
3.1.2 Bahan
− Garam dapur
− Kapur tulis
− Pasir
− Naftalena
− Minyak goreng
− Sirup mangga
− Norit
− Aquades
− Kertas saring
− Tissu
3.2.2 Filtrasi
− Diambil satu sendok bubuk kapur tulis lalu dimasukkan ke
dalam gelas kimia.
− Ditambahkan 50 mL aquades.
− Diaduk larutan tersebut, hingga larut.
− Disiapkan kertas saring dan corong kaca.
− Disaring menggunakan corong kaca dan kertas saring,
kemudian diamati.
3.2.3 Adsorbsi
− Diambil satu sendok norit yang telah dihaluskan dalam
kertas saring.
− Dialirkan sedikit demi sedikit sirup
− Diamati filtrat dari penyaringan tersebut
3.2.4 Kristalisasi
− Diambil satu sendok garan dapur kemudian dimasukkan
ke dalam gelas kimia
− Ditambahkan aquades, kemudian aduk hingga larut.
− panaskan larutan tersebut hingga mendidih dan aquades
menjadi berkurang sampai habis.
− Didinginkan larutan tersebut, kemudian diamati.
3.2.5. Sublimasi
− Dimasukkan 2gr Naftalena dan garam dicawan
penguap.
− Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang
dilubangi kecil-kecil.
− Ditutup lagi dengan corong kaca diatas kertas saring
dengan posisi terbalik dan lehernya disumbat kertas.
− Dipanaskan dan dibiarkan sampai menguap.
3.2.6 Ekstraksi
10
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Dekantasi
Dimasukkan 1 sendok - Pasir tidak larut dalam aquades
pasir - Setelah didiamkan, terbentuk
Tambahkan aquades 50 dua fase, dimana pasir
mL mengendap pada dasar beker
Di aduk gelas, hal tersebut dapat terjadi
Diamkan dan amati karena massa jenis pasir lebih
besar disbanding massa jenis
aquades
3. Adsorbsi
Di masukkan sirup ke - Sebelum dicampur srup warna
12
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaanyang telah dilakukan pada berbagai jenis
campuran. Campuran antara air dan pasir dapat dipisahkan dengan cara
diendapkan. Proses pemisahan ini dinamakan dekantasi, Prinsip kerja
dekantasi yaitu dilakukan karena perbedaan partikel, massa dan wujudnya
yang cukup besar. Dengan dekantasi kita dapat dengan cepat melihat
pemisahannya campuran antara air dan pasir sebenarnya dapat dilakukan
dengan cara filtrasi tetapi kurang efektif karena memakan waktu yang cukup
lama dan membutuhkan banyak kertas saring Terlihat pada endapan pasir
yang berada pada dasar beker gelas, hal ini terjadi karena massa jenis pasir
lebih berat dari massa jenis air.
Berbeda dengan pemisahan antara pasir dan air, pemisahan campuran air
dengan kapur tulis, dipishakan dengan cara filtrasi, prinsip kerjanya yaitu,
pemisahan zat dari campurannya melalui penyaringan yang didasarkan pada
perbedaan ukuran partikel zat-zat yang bercampur dimana ukuran pertikel
lebih kecil dari lubang penyaring akan melewati proses penyaringan
sedangkan ukuran pertikel yang lebih besar akan tertahan. Hali ini yang terjadi
pada percobaan antara air dengan bubuk kapur tulis, ketika dilakukan
penyaringan, bubuk kapur tulis tertahan di kertas saring sedangkan air
melewati kertas saring.
Untuk percobaan norit dengan sirup menggunakan proses adsorpsi, proses
ini membuat warna sirup menjadi lebih kuning muda dari warna asal yaitu
kuning pekat, hal ini dikarenakan prinsip kerja adsorpsi adalah menyerap zat
warna yang terdapat dalam campuran suatu larutan, karena dalam norit
terdapat arbon aktif yang berfungsi untuk penghilang warna larutan. Maka
dari itu warna sirup mengalami perubahan.
Pemisahan zat dari campurannya dengan cara menguapkan perlarutnya
sehingga campurannya menjadi jenuh dan membentuk kristal merupakan
proses kristalisasi, proses ini dilakukan pada air dan garam yang dipanaskan
14
Struktur Naftalena
17
BAB 5
PENUTUP
Ksimpulan
− Pemisahan dan pemurnian dapat dilakukan dengan cara dekantasi, filtrasi,
adsorpsi, kristalisai, sublimasi dan ekstraksi pelarut.
− Prinsip pemisahan dan pemurnian didasarkan pada perbedaan massa jenis,
titik didih, ukuran partikel dan kelarutan.
− Campuran homogen merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan
antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam
campuran homogen mempunyai sifat yang sama sedangkan campuran
heterogen merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang tidak
dapat bercmapur satu dengan yang lain secara sempurna sehingga dapat
dikenali/diketahui perbedaan sifat-sifat partikel dari zat yang bercampur
tersebut, seperti bentuk dan warna
Saran
Diharapkan pada percobaan selanjutnya, digunakan teknik pemisahan dan
pemurnian dengan cara rekristalisasi dan sentrifugasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
− Mempelajari cara pembuatan larutan dari bahan cair dan padat dengan
konsentrasi tertentu.
− Mengetahui perbedaan larutan jenuh dengen larutan tidak jenuh.
− Mengetahui perbedaan larutan homogen dengan larutan heterogen.
21
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya
dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer
adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah
pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian
besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah
medium dalam mana solute terlarut. Faktor yang mempengruhi kelarutan
suatu zat antara lain adalah tekanan, sifat zat, suhu, dan luas permukaan.
Semua gas pada umumnya dapat bercampur dengan sesamanya (misibel).
Karena itu semua campuran gas adalah larutan. Meskipun demikian campuran
fase gas jarak pisah antaranya molekul relative jauh, sehingga tidak dapat
saling tarik-menarik secara efektif. Larutan dapat berfase padat, dalam larutan
pada pelarutnya adalah zat padat. Kemampuan membentuk larutan padat
sering terdapat pada logam dan larutan tertentu dimana atom terlarut
mengerahkan beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain. Atom terlarut
dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi pelarut. Pembentukan larutan padat
ini terjadi apabila atom terlarut cukup kecil utnuk memasuki lubang-lubang
dan diantara atom pelarut.
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air
yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak
disebutkan pelarutmya.
pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam
sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-
satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm
serta ditambah dengan persen massa dan persen volume.
Banyak cara menentukan konsentrasi larutan yang semuanya menyatakan
kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut atau larutan. Dengan demikian,
setiap sistem konsentrasi harus menyatakan hal-hal sebgai berikut :
a. Satuan yang digunakan untuk zat terlarut
b. Kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan keseluruhan
c. Satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua konsentrasi.
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:
1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan.
Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
2. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang
diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat
terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi
persamaan :
M1V1 = M2V1
M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan
M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan
V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan
Konsentrasi dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi
molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar.
Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1
molar dan ditulis 1 M.
23
Rumus Molaritas
Ket Ket : M = Molarits
n n = mol
M=
V V = volume dalam larutan
atau
Ket : g = massa zat terlarut
Mr = massa relatif zat terlarut
g 1000
M= X V = volum dalam ml
Mr V
Ket : m = molalitas
m=n n = mol
P
P = massa pelarut (Kg)
atau
3. Persen Massa
Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b),
menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan
Rumus persen massa :
5. ppm
ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta
bagian campuran.
Rumus ppm :
6. Fraksi Mol
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol
seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut).
Rumus Fraksi mol :
larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.
25
V V Mr
Valensi menyatakan banyaknya ion H atau OH- (dalam larutan asam dan
+
Komponen Larutan
Suatu larutan terdiri atas dari dua komponen yang penting. Biasanya salah
satu komponen yang mengandung jumlah zat yang lebih banyak disebut
pelarut (solvent). Pelarut dipandang sebagai pembawa atau medium zat
terlarut yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia. Kemudian, komponen
lainnya yang mengandung zat yang lebih sedikit disebut zat terlarut (solute).
Kedua komponen dalam larutan dapat sebagai pelarut atau terlarut tergantung
komposisinya. Larutan di bagi menjadi tiga jenis yitu:
1. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh.
2. larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.
3. Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung lebih banyak solute
yang diperlukan dari pada solvent.
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Larutan pekat merupakan larutan yang mengandung relatif lebih banyak
solute.
2. Larutan encer merupakan larutan yang relatif sedikit mengandung solute.
26
Pembuatan Larutan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-
kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan
aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih
dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya,
percikan asam sulfat ini merusak kulit.
Prinsip Kelarutan
Dua senyawa dapat bercampur (micible) lebih mudah bila gaya tarik antar
molekul terlarut dan pelarut semakin besar. Besarnya gaya tairk ini ditentukan
oleh jenis ikatan pada masing- masing molekul. Bila gaya tari antara
molekulnya termasuk dalam kelompok yang sama (misalnya air dan etanol),
maka keduanya akan saling melarutkan. Sedangkan bila kekuatan gaya tarik
antara molekulnya berbeda jenis (misalnya air dan heksana), maka tidak akan
saling melarutkan.
Dalam ilmu kimia dikenal suatu ungkapan ”Like Dissolves Like,” yaitu
jika molekul terlarut dalam pelarut mirip, maka akan mudah bercampur.
Secara umum, terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa non polar, dan
senyawa kovalen polar atau senyawa ion larut ke dalam pelarut polar. Dengan
kata lain ”sejenis melarutakan sejenis,” dimana sejenis di sini menunjukkan
persamaan dalam hal kekuatan gaya tarik antara molekulnya.
27
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
Prosedur Percobaan
Pembuatan Larutan BaCl2
− Ditimbang BaCl2 sebanyak 5,20 gram menggunakan alumunium foil.
− Pindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas kimia 100 mL yang berisi
dan telah dibilas dengan aquades
− Tambahkan aquades dan aduk hingga larut sempurna
− Dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu takar 100 ml dengan
menggunakan corong kaca, dimana hasil bilasannya dimasukkan ke
dalam labu takar 100 mL
28
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Pembuatan Larutan BaCl2
Dik : M = 0,1 M
Mr BaCl2 = 208
Vair = 250 mL
Dit : gr = ……. Gram
Penyelesaian:
M = (gr/Mr)x(1000/ Vair)
0,1 = (gr/208)x(1000/250)
20,8 = 4 x gr
Gr = 20,8/4
Gr = 5,2 gram
4.2.2 Perhitungan Pembuatan Larutan H2SO4
Dik ; M1 = 1 M , M2 = 18 M
V1 = 100 mL
Dit = V2=....mL?
Penyelsaian:
V1 x M1= V2 M2
100 (1) = V2 x M2
100 = V2 x 18
V2 = 100/18
V2 = 5,6 mL
4.3 Pembahasan
31
Larutan merupakan campuran homogen dari molekul atom ion dari dua zat
atau lebih, karena susunannya dapat berubah-ubah larutan sering disebut juga
sebagai campuran. Larutan terdiri dari zat yang terlarut(solute) dan
pelarut(solvent). Solute disebut sebagai fase dalam (fase terdispersi) karena
berada dalam jumlah sedikit sedangkan solvent di sebut sebagai fase luar (fase
pendispersi) karena memiliki jumlah lebih banyak di bandingkan solute.
Dalam percobaan yang dilakukan adalah pembuatan larutan BaCl2 yang
dilarutkan dalam air dan pembuatan H2SO4 yang diencerkan dengan air,
dimana BaCl2 dan H2SO4 pekat adalah solute dan air adalah solvent.
Campuran adalah penggabungan dia atau lebih zat dimana dalam
penggabungan ini, zat-zat tersebut mempertahankan identitas masing-masing.
Berdasarkan sifatnya, campuran dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Campuran homogen, merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan
antara zat-zat yang bercampur didalamnya. Seluruh bagian dalam
campuran homogenmempunyai sifat yang sama.
2. Campuran heterogen, merupakan campuran yang mengandung zat-zat
yang tidak dapat bercampur satu dengan yang lain secara sehingga dapat
dibedakan partikel sifat dari zat yang tercampur tersebut, seperti bentuk
dan warna.
Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih
dahulu. Dalam menghitung knsentrasi dapat dinyatakan dengan molaritas,
molalitas, normalitas, fraksi mol (x), persen beratppm dan mg persen.
Konsentrasi merupakan perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total
zat dalam larutan, atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut.
1. Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dimensi
molaritas ialah mol/L atau mol L-1 , disingkat M dan diucapkan molar.
Larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut dalam 1 liter larutan disebut 1
molar dan ditulis 1 M.
Rumus Molaritas
n
M=
V
32
atau
Ket : g = massa zat terlarut
Ket : m = molalitas
m=n n = mol
P
P = massa pelarut (Kg)
atau
3. Persen Massa
33
Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b),
menyatakan jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan
Rumus persen massa :
5. ppm
ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta
bagian campuran.
Rumus ppm :
massa zat terlarut (komponen)
ppm massa = x 100 %
massa larutan (campuran)
6. Fraksi Mol
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol
seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut).
Rumus Fraksi mol :
larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan.
V V Mr
Valensi menyatakan banyaknya ion H atau OH- (dalam larutan asam dan
+
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
− Untuk membuat larutan dari bahan cair dan padat dilakukan
dengan cara mencampurkan bahan cair dan padat kedalam gelas kimia,
kemudian diaduk.
− Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang
dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Sedangkan larutan
jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.
− Larutan homogen adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat
menjadi sama sifatnya karena bergabung, sedangkan larutan heterogen
adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat bercampur, namau masih
dapat dibedakan unsur-unsurnya.
5.2 Saran
Diharapkan sebelum melakukan praktikum, praktikan terlebih dahulu
mengetahui proses pembuatan larutan agar tidak terjadi kesalahan dalam
pembuatan larutan
37
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
− Memisahkan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi
komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase (fase diam dan fase
gerak).
− Mengetahui prinsip kerja dari kromatografi kertas.
− Menentukan harga Rf dari masing-masing noda zat warna.
40
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari
Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil dari
pigmen-pigmen lain pada ekstrak tanaman. Kromatografi berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti warna dan graphos
yang berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan
tulis, warna senyawa-senyawa tersebut jelas hanya kebetulan saja terjadi dalam
proses pemisahan ini. Tswett sendiri mengantisipasi penearapan pada beraneka
ragam sistem kimia. Seandainya karyanya segera ditanggapi dan diperluas,
beberap bidang sains mungkin akan lebih cepat maju. Demikianlah kromatografi
tetap tersembunyi sampai sekitar tahun 1931, ketika pemisahan karotenatumbuhan
dilaporkan oleh ahli sains organik terkemuka yaitu Kuhn. Penelitian ini menarik
lebih banyak perhatian dan kromatografi adsorsi menjad meluas pemakaiannya
dalam bidang kimia hasil alam.
Seiring perkembangan zaman, terdapat 4 perkembangan utama yaitu :
1. Kromatografi pertukaran ion dalam akhir dasawarsa 1930-an
2. Kromatografi partisi dalam tahun 1941
3. Kromatografi gas pada tahun 1952
4. Kromatografi gel pada tahun 1959
Selain kemajuan utama ini, yang memberi mekanisme tambahan pada adsorpsi
untuk mendistribusikan zat terlarut antara fase-fase stationen dan mobil,mucul
juga modifikasi dalam geometri sistem kromatografi, seperti dalam kromatografi
kertas dan kromatografi lapis tipis.
Perkembangan teoritis yang memungkinkan pemahaman tuntas akan
proses kromatografi dan karenanya menjelaskan faktor-faktor yang menentukan
penampilan kolom, pertama kali muncul dalam hubungan dengan kromatografi
gas. Namun pandangan-pandangan tertentu diantaranya terbukti dengan
penyesuaian yang cocok, sama menolongnya dengan memahami kromatografi
dalam mana fase geraknya adalah cairan. Jadi sekitar tahun 1968 mulailah suatu
41
3. Kromatografi gas-padat
Digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Pada waktu dulu
teknik tidak berkembang karena keterbatasannya sama seperti halnya
kromatografi cairan-padat, tetapi penelitian lebih lanjut dengan macam fase padat
baru memperluas panggunaan teknik ini.
4. Kromatografi gas-cairan
Merupakan metode pemisahan yang sangat efisien dan serba guna. Teknik
lebih menyebabkan revousi dalam kimia organik, sejak dikenalkan pertama kali
oleh James dan Marthin pada tahun 1052. hambatan yang paling utama ialah
bahan cuplikan harus mempunyai tekanan uap paling tidak beberapa liter pada
suhu kolom, sistem ini sangat baik sehingga dapat dikatakan sebagai metode
pilihan dalam kromatografi karena daat memisahkan dengan cepat dan peka.
6. Penyaringan gel
Pennyaringan gel merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri
dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier yang mempunyai ikatan
silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan seperti saringan
43
8. Kromatografi kertas
Pada kromatografi kertas senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan dapat
diambil dari kertas dengan jalan memotong noda (spot) yang kemudian
melarutkan secara terpisah.
Setetes dari larutan cupikan yan gmengandung sejumlah komponen yang
dipisahkan dengan cara diteteskan pada daerah yang diberi tanda diatas sepotong
kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang dibuat. Bila noda
telah kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang telah berisi pelarut
sebagai fase gerak dimana ujung yang dengan dengan cuplikan tercelup (noda
harus tidak tercelup, sedikit diatas permukaan pelarut). Pelarut bergerak melalui
serta-serta dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen-kpmponen
dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila
permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah
waktu yang telah ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari
permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika
senyawa-senyawa tidak berwarna maka harus dideteksi dengan metode kimia atau
fisika. Cara yang biasa adalah menggunsksn suatu pereaksi yang memberikan
sebuah warna terhadapbeberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Sering juga
menggunakan cara deteksi dengan sinar ultra violet atau teknik radiokimia.
Metode identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada
kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf:
44
terdapat suatu noda absorbennya dapat dikerok dari lempeng dengan suatu
spatula.zat terlarutnya dielusi dari dalam bahan padat dengan suatu pelarut yang
sesuai dengan konsentrasi larutan itu ditetapkan oleh suatu teknik seperti
spektrofometri.
Prinsip Kromatografi
Pemisahan yang terjadi dalam kromatografi dilaksanakan sedemikian rupa
dengan memanipulasi sifat-sifat fisik umum dar suat senyawa atau molekul yaitu :
a) Kecenderungan suatu molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan)
b) Kecenderungan suatu molekul untuk bertaut dengan suatu serbuk bahan
padat (absorbsi)
c) Kecenderungan suatu molekul untuk menguap (volatilitas)
Dalam kromatografi, senyawa-senyawa yang akan dipisahkan ditempatkan
pada situasi dinamik (bergerak) yaitu dengan melakukan pengaliran dan selama
itu akan terjadi peristiwa pelarutan, absorbsi atau penguapan.
Untuk menerangkan suatu proses pemisahan diambil suatu contoh yang
berada dala situasi statik (diam). Jika suatu senyawa ditaruh dalam corong
pemisah yang berisi dua macam pelarut yang sukar bercampur (misalnya air dan
eter) , maka senyawa tersebut akan terdistribusi (partisi) diantara kedua pelarut
tersebut. Dalam hal ini sifat kelarutan sangat berperan dalam proses pemisahan.
Bila suatu senyawa dimasukkan kedalam cairan yang berisi serbuk absorben
(misalnya arang), maka senyawa tersebut akan terdistribusi diantara cairan dan
absorben. Maka dalm hal ini sifat kelarutan dan absorbsi berperan dalam proses
pemisahan tersebut.
46
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Perhitungan
− Tinta hijau
− Ekstrak mawar
4.3 Pembahasan
Kromatografi adalah proses pemisahan campuran dalam berbagai wujud
baik gas, padat, maupun cair, dengan didasarkan pada perbedaan migrasi
komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase yaitu fase gerak dan
fase diam. Dimana fese diam dapat berupazat padat atau zat cair, sedangkan
fase gerak berupa zat cair atau gas. Kromatografi berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri dari dua kata yaitu chromos yang berarti warna dan graphos yang
berarti menulis. Meskipun kromatografi diturunkan dari kata warna dan tulis,
Kromatografi pertama kali diberikan oleh Michel Tswett, seorang ahli dari
Botani Rusia, yang menggunakan kromatografi untuk memisahkan klorofil
dari pigmen-pigmen lain pada ekstrak tanaman.
Prinsip dari kromatografi itu sendiri adalah memisahkan zat-zat
berdasarkan perbedaan kecepatan perembesan zat-zat didalam campuran
tersebut dalam suatu medium pelarut, dengan kata lain memisahakan
campuran dengan kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan
50
diantara dua fase yaitu fese diam dapat berupazat padat atau zat cair, dan fase
gerak berupa zat cair atau gas.
Terdapat berbagai macam-macam penggolongan metode kromatografi.
Penggolongan yang didasarkan dengan fasenya dapat dibedakan menjadi:
− Kromatografi Gas-Cair, Bila fase geraknya berupa gas dan fase
diamnya berupa cairan yang dilapiskan pada padatan pendukung yang
inert.
− Kromatografi Gas-Padat, Bila fase geraknya berupa gas dan
fase diamnya berupa padatan yang menyerap.
− Kromatografi Cair-cair, Bila fase gerak dan fase diamnya
berupa cairan yang dilapiskan pada permukaan padatan yang inert.
− Kromatografi Cair – Padat, Bila fase geraknya berupa cair,
sedangkan fase diamnyaberupa padatan yang amorf yang dapat mengali.
Pemisahan yang terjadi dalam kromatografi dilaksanakan sedemikian rupa
dengan memanipulasi sifat-sifat fisik umum dari suatu senyawa atau molekul,
yaitu:
3. kelarutan, sifat kelarutan solvent harus sama atau mirip agar dapat
melarutkan solut.
4. Waktu, semakin bertamabah waktu, semakin meningkat harga Rf.
Penggolongan yang didasarkan dengan teknik yang digunakan dalam
kromatografi dapat dibedakan:
1. Kromatografi Kolom
Kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk memisahkan
komponen-komponen dalam campuran.
2. Kromatografi Kertas
Teknik kromatografi kertas yang menggunakan kertas saring sebagai
penunjang fase diam
3. Kromatografi Lapis Tipis ( KLT )
Teknik yang menggunakan penyokong fase diam berupa lapisan tipis
seperti lempeng kaca, alumunium atau pelat inert
4. Kromatografi Gas
Proses pemisahan campuran menjadi menjadi komponen-komponennya
dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang melewati suatu
lapisan ( Sorben yang diam ).
5. Kromatografi ion
Bidang khusus kromatografi cairan-cairan, seperti namanya, sistem ini
khususnya digunakan untuk proses ion, kromatografi penukaran ion dapat
mengganti atau mengatasi pemisahan rumit dari logam tanah dan asam
amino.
6. kromatografi Gel
proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran
molekul polisakarida linear yang mempunyai ikatan silang.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
− Untuk memisahkan komponen-komponen dari suaut zat, dapt
dilakukan dengan teknik kromatografi yang didasarkan pada perbedaan
kecepatan migrasi komponen-komponen yang dipisahkan antara dua fase
(fase diam dan fase gerak).
− Pada kromatografi kertas, senyawa-senyawa yang dapat dipisahkan
dapat diambil dari kertas dengan jalan memotong noda (spot) yang
kemudian melarutkannya secara terpisah.
− Harga Rf dari masing-masing zat, yaitu:
N-heksan dengan noda (tinta)
• Tinta biru, harga Rf = 0
• Tinta merah, harga Rf = 0,07
• Tinta hijau, harga Rf = 0,09
N-heksan dengan ekstrak
• Ekstrak kunyit, harga Rf = 0,2
• Ekstrak mawar, harga Rf = 0,04
• Ekstrak suji, harga Rf = 0,06
5.2 Kesimpulan
Disarankan untuk praktikum selanjutnya digunakan pemisahan dengan
cara teknik kromatografin kolom, agar dapat dibandingkan harga Rf masing-
masing komponen dan pelarutnya.
55
DAFTAR PUSTAKA
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan.Yogyakarta:Konsius
Underwood, A.L.1986.Analisis Kimia Kuantitas.Jakarta:Erlangga
Wetheim.2000.Kamus Kimia Bergambar.Jakarta:Erlangga
56
BAB 1
PENDAHULUAN
Selain gejala-gejala yang di sebut di atas, dalam reaksi kimia kita harus
mengetahui secara pasti jumlah zat yang bereaksi. Untuk itu kita memerlukan
satuan yang menyatakan jumlah zat yang telah bereaksi. Dimana satuan
tersebut adalah mol dan cara perhitunganzat dalam reaksi kimia di sebut
stoikiometri. Sehingga dalam percobaan ini kita akan mengetahui apa
sebenarnya arti dari stoikiometri dan bagaimana pengaruhnya terhadap reaksi
kimia.
1.2 Tujuan
− Mengetahui perbedaan reaksi stoikiometri dan reaksi non stoikiometri.
− Mengetahui pengertian reaksi eksoterm dan endoterm.
− Mengetahui titik maksium dan titik minimum sesuai dengan titik
stoikiometri sistem.
58
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Massa setiap atom satu per satu sangat kecil sekali, bahkan atom
yang paling berat pun massanya kurang dari 5 x 10-25 kg ialah bilangan yang
sangat kecil dan sukar untuk ditetapkan dalam perhitungan.
Untuk memudahkan dalam mengingat maupun dalam perhitungan –
perhitungan massa satu atom atau massa satu molekul dinyatakan dengan
satuan massa atom (atomic massa unit) (SMA). Atom yang dipakai sebagai
patokan adalah isotop karbon C1 dengan lambang 12C. Dimana massa 1 atom
karbon c = 12 SMA, 1 SMA adalah satuan massa yang sangat keal (1 SMA =
1.66 c 10-24 satuan).
1.1 Massa Atom Relatif
Massa realtif suatu atom (Ar) adala perbandingan massa satu atom
unsur dengan 1/12 massa 1 atom 12C (2,00 x 10-23 gr)
m _a1_ as st_Uoa mn s u r X
A r U= n s u r X 1 2
1/1 _ m2 _a1_ as st Coa m
Massa atau realtif (Ar) mempunyai sinonim
- Berat atom (BA)
- Nomor atom
- Bilangan massa
1.2 Massa Molekul Relatif (Mr)
Massa molekul relative (Mr) suatu zat merupakan perbandingan
massa 1 molekul zat dengan 1/12 massa 1 atom 0C (2,00 x 10-23 gr)
m _a1_ ms s oa_ z l ae tk Xu l
M r U= n s u r X1 2
1/1 _ m2 _a1_ as st Coa m
Massa molekul relatif (Mr) mempunyai sinonim:
- Berat molekul (BM)
- Massa rumus
61
- Massa formula
Massa molekul realtif senyawa adalah jumlah total massa atom relatif
unsur-unsur penyusunnya.
Mol
22,4
Jumlah Partikel
62
unsure – unsure selain yang tujuh tersebut diatas, yang juga berbentuk
molekul dengan dua atom atau lebih yang disebut molekul poliatom,
misalnya molekul S8 dari belerang dan molekul P4 dari fosforus.
• Rumus empiris, menyatakan perbandingan bilangan bulat terkecil dari atom –
atom yang membentuk suatu senyawa, misalnya H2O2 mempunyai rumus empiris
HO.
• Rumus molekul, menyatakan banyaknya atom yang sebenarnya yang terdapat
dalam molekul atau satuan terkecil dari suatu senyawaan.
Dengan mengetahui beberapa sifat jenis reaksi, kita dapat menerangkan
reaksi-reaksi kimia lebih mudah, dan mungkin reaksi menjadi lebih mudah
dipahami. Jenis-jenis reaksi kimia adalah sebagai berikut:
• Reaksi pembakaran adalah suatu reaksi dimana suatu unsur atau senyawa
tergabung dengan O2 membentuk senyawa yang mengandung O2
sederhana, misalnya CO2, H2O, dan SO2. Reaksi propane dengan oksigen
dan trietilena glikol dengan oksigen merupakan reaksi-reaksi pembakaran.
• Penggabungan (sintesis) adalah suatu reaksi dimana suatu zat yang lebih
kompleks terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik
unsur maupun senyawa) seperti reaksi :
2H2 + O2 2H2O
• Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat
yang lebih sederhana, seperti reaksi:
2Ag2O 4Ag + O2
65
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
− Gelads Kimia 50 mL
− Gelas Ukur 25 Ml
− Enlemeyer
− Termomether
− Hot plet
− Pipet Tetes
3.1.2 Bahan
− Larutan NaOH 1 M
− Larutan HCl 1 M
− Larutan H2SO4
− Aquades
− Tissu
BAB 4
PEMBAHASAN
4.2 Reaksi
4.2.1 Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
4.2.2 Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4
2NaOH(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
4.3 Perhitungan
4.3.1 Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl
m 2 mmol 6 mmol - -
r 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol
s - mmol 4 mmol 2 mmol 2 mmol
Yang tersisa adalah NaOH ( 4 mmol )
V = n/M → 4 mmol/ 1M = 4 ml
m 4 mmol 4 mmol - -
r 4 mmol 4 mmol 4 mmol 4 mmol
s 0 0 4 mmol 4 mmol
m 6 mmol 2 mmol - -
r 2 mmol 2 mmol 2 mmol 2 mmol
s 4 mmol 0 2 mmol 2 mmol
Yang tersisa adalah NaOH ( 4 mmol )
V = n/M → 4 mmol/ 1 M = 4 ml
4.3.2 Stoikiometri Sistem NaOH dan H2SO4
m 8 mmol 4 mmol - -
r 8 mmol 4 mmol 4 mmol 8 mmol
s 0 0 mmol 4 mmol 8 mmol
m 12 mmol 2 mmol - -
r 4 mmol 2 mmol 2 mmol 4 mmol
s 8 mmol 0 mmol 2 mmol 4 mmol
4.4 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan berdasarkan perbandingan pada koefisien dari
suatu persamaan reaksi yang telah disetarakan. Percobaan ini termasuk dalam
stoikiometri dimana sroikiometri merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan hubungan-hubungan kuantitatif dari suatu reaksi kimia atau
71
senyawa kimia. Reaksi stoikiometri adalah reaksi dimana jumlah mol mula-
mula seluruh pereaksi habis pada saat bereaksi, sehingga tidak memiliki mol
sisa. Sedangkan reaksi non-stoikiometri merupakan reaksi dimana masih
terdapat mol sisa dari pereaksi setelah terjadinya reaksi. Prinsip dasar dari
percobaan ini adalah metode variasi kontinyu, yaitu dilakukan serangkaian
pengamatan yang kuantitas molar totalnya sama tetapi masing-masing molar
pereaksinya berubah-ubah(bervariasi). Tujuannya yaitu untuk menentukan
titik maksimum dan titik minimum sesuai dengan titik stoikiometri sistem.
Pada percobaan yang dilakukan terdapat reaksi stoikiometri pada sistem
NaOH dan HCl dengan konsentrasi 1M dan volume masing-masing 4 mL.
Dan pada sistem NaOH dan H2SO4 denagan konsentrasi dan volume yang
sama, sedangkan reaksi non-stoikiometri terdapat pada sistem NaOH dan HCl
anrata 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL HCl 1 M, yaitu HCl yang meiliki
mol sisa. Sedangkan pada reaksi antara 6 mL NaOH 1 M ditambahkan 2 mL
HCl 1 M, yaitu NaOH yang memiliki mol sisa.
Pada percobaan 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL HCl 1 M, suhu mula-
mula NaOH 30oC dan HCl 30oC, sedangkan suhu campuran keduanya 31oC.
Karena mengalami penambahan suhu, maka reaksi ini dinamakan reaksi
eksoterm.
Pada percobaan 4 mL NaOH 1 M ditambahkan 4 mL HCl 1 M, suhu mula-
mula NaOH 30oC dan HCl 31oC, sedangkan suhu campuran keduanya
mengalami penambahan suhu dari kedua suhu awal yaitu 32oC, maka reaksi
ini dinamakan reaksi eksoterm.
Pada percobaan 6 mL NaOH 1 M ditambahkan 2 mL HCl 1 M, suhu mula-
mula NaOH 31oC dan HCl 29oC, sedangkan suhu campuran dari kedua zat
tersebut berada diantara suhu awal yaitu 30oC.
Pada percobaan 2 mL NaOH 1 M ditambahkan 6 mL H2SO4 1 M, suhu
mula-mula NaOH 32oC dan H2SO4 30oC, sedangkan suhu campuran keduanya
32oC. Karena mengalami penambahan suhu, maka reaksi ini dinamakan reaksi
eksoterm.
72
Titik minimum sistem ini dapat dilihat dari perhitungan pada perbandingan
3:1, reaktan NaOH 1M dan HCl 1M masih terdapat mol NaOH yang tersisa,
karena larutan NaOH bersifat basa kuat yang dapat mempengaruhi suhu
campuran tersebut.
Grafik 1. stoikiometri sistem NaOH dan HCl
Stoikiometri sistem
NaOH1 M +HCl 1 M
33
Titik Maksimum
Suhu Campuran
32
31
(C)
30
29 Titik Minimum
28
27
2 mL +6 mL 4 mL +4 mL 6 mL +2 mL
Stoikiometri sistem
NaOH1M+H2SO41M
Suhu Campuran
33
TitikMaksimum
32
31
(C)
30
29
TitikMinimum
28
27
2mL+6mL 4mL+4mL 6mL+2mL
Pada percobaan stoikiometri kali ini terdapat beberapa faktor kesalahan yang
mempengaruhi dalam penghambatan antar lain:
• Kurang teliti dalam melakukan perhitungan atau membaca
skala pada termomether.
• Kesalahan dalam penggunaan termomether, yaitu pada saat
melakukan perhitungan suhu, termomether tidak boleh menyentuh
tubuh.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
− Reaksi stoikiometri adalah proses reaksi dimana jumlah mol mula-
mula seluruh reaktan habis pada saat bereaksi, sehingga tidak memiliki
mol sisa. Sedangkan reaksi non-stoikiometri merupakan reaksi dimana
masih terdapat mol sisa dari reaktan setelah terjadi reaksi.
− Reaksi eksoterm adalah reaksi yang melepas kalor dari sistem ke
lingkungan bertambah, dan reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap
kalor dari lingkungan ke sistem sehingga suhu lingkungan berkurang.
− Titik minimum adalah titik yang menunjukkan suhu campuran
terendah dari beberapa suhu lainnya yang di ukur dari dua zat yang
75
bereaksi pada volume yang sama. Sedangkan titik maksimum adalah titik
yang menunjukkan suhu campuran tertinggi dari beberapa suhu campuran
lainnya yang yang diukur dari dua zat yang bereaksi pada volume yang
sama.
5.2 Sarans
Dalam percobaan stoikiometri ini sebaiknya termoether yang digunakan
untuk mengukur larutan, masing-masing satu termometer untuk mengukur
satu larutan agar hasil yang di dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
dikenal dengan nama laju reaksi yaitu cepat lambatnya suatu reaksi itu
berlangsung atau perubahan konsentrasi pereaksi persatuan waktu. Untuk
mempercepat laju reaksi, dalam ilmu kimia dikenal dengan adanya teori
tumbukan yaitu mengenai percepatan tumbukan antar molekul, konsentrasi
yaitu banyaknya kandungan zat. Luas permukaan yaitu berupa serbuk dengan
penampang luas yang dapat mempercepat berlangsungnya reaksi, suhu yaitu
semakin tinggi suhu maka semakin cepat pula reaksi berlangsung dan yang
terakhir adalah katalisator yaitu zat yang dapat mempercepat suatu reaksi
tanpa mengalami perubahan yang berarti dan tidak kekal.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi dalam perubahan laju reaksi. Sebagai contoh
perubahan suhu dalam laju reaksi. Pada percobaan ini diselidiki apakah
dengan bertambahnya suhu laju reaksi suatu campuran akan ikut meningkat
atau sebaliknya begitu pula dengan bertambahnya konsentrasi.
1.2 Tujuan
− Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
− Mengetahui ketergantungan laju reaksi terhadap teori tumbukan
− Menentukan laju reaksi suatu reaksi kimia
78
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Cepat lambatnya suatui reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi
dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi
persatuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter, tetapi
untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti dengan satuan tekanan,
seperti Atmosfer (atm), millimeter merkorium (mmHg) atau pascal (Pa). satuan
waktu dapat detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun bergantung pada reaksi
itu berjalan cepat atau lambat. Dapat dirumuskan sebagai berikut.
perubahan konsentrasi
Laju reaksi =
satuan waktu
79
Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung maupun tak
langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya pereaksi yang tersisa
setelah penggal-penggal waktu tertentu.
Reaksi kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi
hasil reaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan reaksi:
Pereaksi (reaktan) hasil reaksi (produk)
Seperi halnya contoh diatas, maka laju reaksi dapat dinyatakan sebagai
berkurangnya jumlah pereksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya
jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu.
Ukuran jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai
konsentrasi molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi
menyatakan berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat
hasil reaksi setiap satuan waktu. Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan dalam
satuan mol.dm-3.det-1 atau mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau molaritas,
merupakan satuan konsentrasi larutan.
Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau kimia. Dengan cara
fisika, penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak langsung yaitu
berdasarkan sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi oleh konsentrasi
campuran, misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk reaksi gas). Adsorpsi
cahaya dan lainnya. Penentuan secara kimia dilakukan dengan menghentikan
reaksi secara tiba-tiba (reaksi dibekukan). Setelah selang waktu tertentu,
kemudian konsentrasinya ditentukan dngan metode analisis kimia.
Laju reaksi dapat ditentukan melalui percobaan yaitu dengan mengukur
konsentrasi salah pereaksi atau salah satu produk. Dengan selang waktu tertentu
selama reaksi berlangsung untuk reaksi yang berlangsung lambat, hal itu dapat
dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari campran reaksi lalu
menganalisisnya. Misalnya reaksi hidrolisis etil asetat berikut in :
Reaksi itu berlangsung lambat sehingga konsentrasi asma asetat yang terbentuk
dengan mudah dapat ditentukan dengan menggunakan suatu larutan basah. Cara
yang lebih umum ialah menggunakan suatu alat yang dapat menunjukkan secara
kontinyu salah satu perubahan fisis yang menyertai reaksi, misalnya untuk reaksi
yang membebaskan gas, alat dirancang agar dapat mencatat volume gas yang
terbentuk ; untuk reaksi yang diserati perubahan warna, alat dirancang agar dapat
mengukur perubahan itensitas warna, untuk reaksi gas yang disertai perubahan
jumlah mol, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan tekanan gas.
Gambar diatas memperlihatkan bagan suatu alat yang dapat mengukur perubahan
tekanan pada suatu reaksi gas, seperti penguraian dinitrogen pentaoksida
membentuk nitrogen dioksida dan oksigen.
2N2O5 (g) 4NO2 (g) + O2 (g)
reaksi itu disertai pertambahan jumlah mol gas, yang menyebabkan pertambahan
tekanan, yang dapat dibaca pada manometer. Semakin banyak N2O5 yang terurai
semakin besar tekanan. Bila reaksi dilangsungkan pada volume dan suhu tetap,
maka pertambahan tekanan dapat dikaitkan dengan pertambahan jumlah mol.
Dengan demikian laju penguraian N2O5 itu dapat ditentukan.
Dalam laju reaksi dikenal juga laju reaksi sesat, yaitu laju reaksi rata-rata
yang dihitung dalam selang waktu yang berbeda-beda dan diperlukan perhitungan
laju reaksi yang berlaku dalam setiap saat. Lajureaksi juga dapat ditentukan
melalui cara grafik. Laju reaksi sesaat merupkan gradient dari kurva antara waktu
dengan perubahan konsentrasi pada selang waktu tertentu. Oleh karena itu,
terdapat suatu bilangan tetap yang merupakan angka faktor perkalian terhadap
konsentrasi yang disebut sebagai tetapan laju reaksi (K). dengan demikian, laju
reaksi sesaat secara umum dapat dinyatakan sebagai :
Laju reaksi ≈ K [Konsentrasi Zat]
Konsentrasi
81
Dimana:
Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir
Vo = laju reaksi awal to = suhu awal
Katalisator
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai
ternyata tidak berubah. Misalnya pada peruraian kalium klorat untuk
menghasilkan gas oksigen.
2KClO3 (s) 2KCl(s) + 3O2
Reaksi berlangsung pada suhu tinggi dan berjalan lambat, tetapi dengan
penambahan kristal MnO2 kedalamnya ternyata reaksi akan dapat berlangsung
dengan lebih cepat pada suhu yang lebih rendah. Setelah semua KClO3 terurai
ternyata MnO2 masih tetap ada (tidak berubah). Dalam reaksi tersebut MnO2
disebut sebagai katalisator.
Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa
dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan terlibat
dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi berlangsung, tetapi
setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh kembali dalam jumlah
yang sama. Katalisator mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya
reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang lebih
rendah dari pada jalur reaksi yang biasa ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa
katalisator berperan dalam menurunkan energi aktivasi.
Tekanan gas
Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga
letak partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukkan. Jadi, makin
besar tekanan gas maka makin cepat reaksinya.
Teori tumbukan
Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju reaksi dapat dijaleaskan dengan
teori tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil
tumbukan antar partikel pereaksi. Akan tetapi, tidaklah setiap tumbukan
83
dimaksud adalah orde reaksi keseluruhan. Orde reaksi juga bisa dikatakan sebagai
besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi.
Orde reaksi memiliki beberapa makna diantaranya :
a. Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya,
asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu
tidak mempengaruhi laju reaksi. Reaksi yang berorde nol dapat dijelaskan
juga seperti gambar grafik berikut :
[X]
b. Orde satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi
pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih
besar. Orde satu dapat dijalaskan dengan grafik dibawah :
[X]
c. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila
konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9
kali lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan seperti grafik berikut :
85
[X]
d. Orde Negatif
Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.
[X]
[X]
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Bahan
− Kertas
− Larutan HCl 1 M
− Larutan HCl 2 M
− Larutan Na2S2O3 0,1 M
− Larutan Na2S2O3 0,2 M
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Reaksi
Na2S2O3 + 2HCl → 2 NaCl + S + SO2 + H2O
4.3 Perhitungan
4.3.1 Pengaruh konsentrasi
0,304=2x
x= 2log 0,304
x=
x=-1,7
89
X
[Na2S2O3]y
3,86=2y
y= 2log 3,86
y=
y= 1,9
X
[Na2S2O3]y
0,0046= k [HCl]x[Na2S2O3]y
0,0046= k (1)(0,0126)
k= 0,365
jadi persamaan laju reaksi
X
[Na2S2O3]y
= 0,365 [HCl]-1,7[Na2S2O3]1,9
0,74=[2]x
x= 2log 0,74
x=
X= -0,43
X
[Na2S2O3]y
1,1875=[2]y
y = 2log 1,1875
y=
91
y = 0,25
X
[Na2S2O3]y
0,043 = k [1]-0,43[0,1]0,25
0,043 = k (1)(0,562)
k = 0,076
4.4 Pembahasan
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung atau dapat
juga dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi per
satuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakn dalam mol per liter. Orde reaksi
adalah bilangan pangkat yang menyatakan naiknya laju reaksi akibat naiknya
reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi kimia pada prinsipnya
menentukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi pereaksi terhadap
laju reaksinya.tumbukan efektif merupakan tumbukan yang menghasilkan
92
reaksi, dan energi minimum yang diperlukan supaya reaksi dapat berlangsung
disebut energi aktifasi(Ea).
Dalam percobaan laju reaksi ini ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,
yaitu:
Konsentrasi
Secara umum konsentrasi pereaksi akan mempengaruhi laju reaksi.
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk setiap reaksi.
Semakin tinggi konsentrasi berarti makin banyak molekul-molekul dalam
setiap satuan luas ruangan, dengan demikian tumbukan antar molekul makin
sering terjadi. Semakin banyak tumbukan yang terjadi berarti kemungkinan
untuk menghasilkan tumbukan efektif semakin besar dan reaksi berlangsung
lebih cepat. Untuk beberapa reaksi, laju reaksi dapat dinyatakan dalam
persamaan matematik yang dikenal dengan hukum laju reaksi atau persamaan
laju reaksi.
Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda dengan
reaksi yang berlangsung dalam system heterogen. Pada reaksi yang homogen,
campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal ini dapat mempercepat
berlangsungnya reaksi kimia karena molekul-molekul ini dapat bersentuhan
satu sama lainnya. Dalam system heterogen, reaksi hanya berlangsung pada
bidang-bidang perbatasan dan pada bidang-bidang yang bersentuhan dari
kedua fase.
Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atom-atom atau ion-
ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu bertumbukan. Makin halus suatu
zat maka makin luas permukaannya sehingga makin besar kemungkinan
bereaksi dan makin cepat reaksi itu berlangsung.
Temperatur
Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah bila suhunya berubah. Laju
reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikkan suhu sebesar
100C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau tiga kali. Kenaikkan
laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikkan suhu akan menyebabkan makin
93
Dimana:
Vt = laju reaksi akhir t = suhu akhir
Vo = laju reaksi awal to = suhu awal
Katalisator
Beberapa reaksi kimia yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan
menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat tersebut setelah reaksi selesai
ternyata tidak berubah
Katalisator adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa
dirinya mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan
terlibat dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama reaksi
berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalisator akan diperoleh
kembali dalam jumlah yang sama. Katalisator mempercepat reaksi dengan
cara mengubah jalannya reaksi. Jalur reaksi yang ditempuh tersebut
mempunyai energi aktivasi yang lebih rendah dari pada jalur reaksi yang biasa
ditempuh. Jadi dapat dikatakan bahwa katalisator berperan dalam menurunkan
energi aktivasi.
Tekanan gas
Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil, sehingga
letak partikel makin berdekatan dan makin mudah bertumbukkan. Jadi, makin
besar tekanan gas maka makin cepat reaksinya.
Teori tumbukan
Pengaruh dari berbagai faktorterhadap laju reaksi dapat dijaleaskan dengan
teori tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi berlangsung sebagai hasil
94
[X]
2. Orde satu
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya
jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika
konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31
atau 3 kali lebih besar. Orde satu dapat dijalaskan dengan grafik dibawah :
[X]
95
3. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika
laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila
konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau
9 kali lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan seperti grafik berikut :
[X]
4. Orde Negatif
Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.
[X]
[X]
dibutuhkan oleh tanda silang untuk hilang (tidak terlihat) lagi. Lebih lama dari
percobaan pertama, yaitu 726 detik. Hal ini seharusnya lebih cepat dari
percobaan pertama, karena konsentrasi larutan HCl ditambah menjadi 2M.
dimana seperti kita ketahui bahwa semakin besar konsentrasi maka laju
reaksinya semakin cepat. Hal ini dikarenakan karena larutan yang
konsentrasinya besar (pekat) mengandung partikel yang lebih rapat, jika
dibandingkan denagn larutan yang konsentrasinya kecil (encer), sehingga
lebih mudah dan lebih sering bertumbukan. Pada percobaan ketiga,
pencampuran larutan 0.2M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3 mL memerlukan
waktu yang lebih cepat daripada percobaan ke-1 dan ke-2 sebelumnya, dimana
waktu yang diperlukan agar tanda silang tak terlihat lagi adalah 184 detik. Hal
ini dikarenakan bertambahnya konsentrasi Na2S2O3 menjadi 2M. Dari data
diatas dapat dilihat bahwa konsentrasi terbesar terdapat pada percobaan
ketiga,sehingga pada percobaan ketiga waktu yang diperlukan adalah yang
paling cepat. Hal in membuktikan bahwa semakin besar (pekat) konsentrasi
maka semakin cepat laju reaksinya.
Pada percobaan ke-4 berdasarkan pengaruh temperature pencampuran
0.1M Na 2S2O3 2 mL dengan 1M HCl 3mL, dimana Na2S2O3 dipanaskan
hingga 400C, ternyata waktu untuk hilangnya kertas adalah 23 detik. Pada
percobaan ke-5 pencampuran antara 0.1M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3
mL didapatkan waktunya adalah 31 detik. Dari hasil pengamatan pada
percobaan ke-4 dan ke-5 diketahui telah terjadi kesalahan percobaan.
Seharusnya waktu yang diperlukan pada pecobaan ke-4 lebih lama dari
percobaan ke-5, karena jumlah konsentrasi pada percobaan ke-4 lebih kecil
daripada percobaaan ke-5. selain itu juga karena terjadinya penambahan
temperature pada Na2S2O3. Kesalahan ini terjadinya kemungkinan karena
lambatnya praktikan dalam memasang stopwatch atau juga karena turunnya
temperature lebih dulu sebelum dicampurkan dengan larutan HCl. Pada
percobaan ke-6, pencampuran antara 0.2M Na2S2O3 2 mL dengan 2M HCl 3
mL, ternyata waktu yang dibutuhkan agar tanda silang tak telihat lagi adalah
26 detik. Berdasarkan hasil pengamatan, waktu pada percobaan ke-6 jauh
97
lebih cepat dari percobaan ke-5. hal ini dikarenakan karena konsentrasi
Na2S2O3 ditambah hingga 0.2M dengan temperature 400C. dimana seperti kita
ketahui bahwa semakin tinggi temperature maka semakin cepat laju reaksinya.
Kenaikan laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikan suhu akan menyebabkan
makin cepatnya molekul-molekul pereaksi bergerak sehingga memungkinkan
terjadi tabrakan antar molekul. Dari ke-6 pecobaan yang telah dilkuakan dapat
dibuktikan bahwa konsentrasi dan suhu mempengaruhi suatu laju reaksi.
Fungsi dari Na2S2O3 dan HCl adalah sebagai pereaksi, yang dalam
percobaan ini dipengaruhi oleh konsentrasi dan temperature. Pada saat
Na2S2O3 dan HCl dengan konsentrasi yang berlainan (bervariasi) direaksikan
maka akan terjadi suatu reaksi yang memerlukan waktu untuk menentukan
laju reaksi dari masing-masing percobaan. Dengan begitu akan memperoleh
orde reaksi, harga K, dan persamaan laju reaksinya. Prinsip percobaan pada
laju reaksi ini adalah didasarkan pada perubahan konsentrasi terhadap waktu.
Hal ini dapat dilihat pada percobaan Na2S2O3 0.1M dan 0.2M dengan larutan
HCl 1M dan 2M. dari setiap campuran yang berbeda konsentrasinya memilki
laju reaksi yang berbeda.
Pemanasan pada percobaan ini dilakukan pada temperature 400C
dikarenakan temperature tersebut merupakan ketetapan yang apabila suhu atau
tempratur tersebut diturunkan akan membuat laju reaksi lambat dan apabila
temperature tersebut dinaikkan akan membuat laju reaksi menjadi cepat.
Sehingga hal ini akan membuat Na2S2O3 menguap. Dengan begitu
menguapnya Na2S2O3 maka HCl tidak akan bisa bereaksi karena Na2S2O3 nya
tela habis menguap. Tentunya hal ini tidak dapat menentukan laju reaksi suatu
reaksi kimia. Sehingga pada temperature 400C inilah yang digunakan sebagai
pembanding antara suhu yang lebih rendah (temperature kamar).
Pada percobaan kali ini konsentrasi zat dibuat berbeda adalah untuk
menghasilkan suatu laju reaksi yang berbeda pula. Sehingga dapat
membandingkan laju reaksi suatu reaksi kimia satu sama lain baik yang
dipengaruhi oleh konsentrasi maupun temperature terhadap laju reaksi.
Dengan bertambahnya suatu konsentrasi zat maka laju reaksinya akan
98
semakin cepat pula, sehingga waktu yan diperlukan pun lebih sedikit
dibandingkan dengan kecilnya konsentrasi suatu zat. Karena zat yang
konsentrasinya kecil atau rendah mengandung jumlah pertikel yang lebih
sedikit, sehingga partikel-patkelnya lebih renggang disbanding zat yang
konsentrasina besar. Partikel yang susunannya lebih renggang akan jarang
bertumbukan sehingga kemungkinan terjadi reaksi kecil.
Dapat dilihat perbedaan antara larutan yang dipanaskan dan lautan yang
tidak dipanaskan atau anatara yang dipengaruhi oleh konsentrasi atau
temperature. Pada larutan yang tidak dipanaskan (dipengaruhi konsentrasi),
reaksi larutan berlangsung lambat dan laju reaksinya pun lebih kecil,
sebaliknya pada larutan yang dipanaskan (dipengaruhi oleh temperature),
reaksi larutan berlangsung dengan cepat dan laju reaksinya pun lebih besar.
Dalam melakukan percobaan laju reaksi terdapat berbagai kesalahan yang
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
− Kurang teliti dalam melakukan perhitungan waktu yang menggunakan
stopwatch.
− Saat memanaskan larutan tidak sesuai dengan suhu yang ditentukan
− Tidak dilakukan pengadukan saat mencampurkan larutan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
− Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu luas permukaan,
konsentrasi, suhu, tekanan, dan katalis.
− Laju reaksi menyatakan ukuran kelajuan berlangsungnya reaksi kimia, dan
dapat ditentukan dengan mengukur laju berkurangnya salah satu pereaksi
atau laju terbentuknya suatu produk.
– Berdasarkan teori tumbukan, kelajuan reaksi bergantung pada:
∗ Frekuensi tumbukan
∗ Energi partikel pereaksi
99
∗ Arah tumbukan
5.2 Saran
diharapkan dalam melakukan praktikum laju reaksi janga hanya
mengganakan larutan Na2S2O3 dan HCl, tapi juga menggunakan larutan H2SO4
agar dapat dibandingkan laju reaksinya.
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
− Mengetahui perbedaan garam sulfat dengan garam hidroksida.
− Mempelajari beberapa sifat unsur golongan IA dan IIA.
− Mengetahui kereaktifan unsur-unsur golongan IA dan golongan IIA.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi unsur yaitu suatu zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi
zat-zat lain yang lebih sederhana dengan reaksi kimia sederhana. Sedangkan
sistem periodik unsur adalah susunan yang menggambarkan suatu letak keadaan,
periode, golongan, dan unsur kimia. Sistem periodik unsur disusun berdasarkan
kenaikan nomor atom (kenaikan jumlah proton dan muatan inti). Sistem periodik
dibagi menjadi periode yaitu unsur-unsur yang terletak dalam baris yang
horizontal dan golongan yaitu unsur yang terletak dalam kolom yang vertikal.
A. Golongan IA (Alkali)
102
Disebut juga unsur alkali karena sifat logam ini membentuk basa-basa
yang kuat. Dalam sistem periodik terletak terletak pada lajur paling kiri. Unsur-
unsur alkali merupakan unsur-unsur logam dengan satu elektron pada elektron
terluarnya. Unsur-unsur yang terletak dalam logam alkali adalah Litium (Li),
Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs), dan Fransium (Fr).
Sifat-sifat umum Li Na K Rb Cs
Nomor atom 3 11 19 37 55
Konfigurasi elektron 1s2 2s1 [He]3s1 [Ne]4s1 [Ar]5s1 [Kr]6s1
Titik leleh (K) 454 371 337 312 302
Titik didih (K) 1.609 1154 1039 967 952
Jari-jari atom ( Ắ) 1,34 1,54 4,3 4,2 3,9
Jari-jari ion (Ắ) 0,6 0,95 1,33 1,48 1,69
Energi ionisasi I (Kj/mol) 520 495 418 403 374
Energi ionisasi II (Kj/mol) 7298 4563 3051 2632 2420
Elektronegativitas 0,98 0,93 0,82 0,82 0,79
Poetnsial elektrode (volt) -3,04 -2,71 -2,93 -2,99 -3,02
Massa jenis (g/mol) 0,63 0,97 0,86 1,53 1,95
senyawa ion yang mengandung ion 02- (bilangan oksida= -2). Oleh
karena itu sangat mudah bereaksi dengan air dan Oksigen, maka logam
alkali biasanya disimpan dalam cairan yang inert seperti minyak tanah
(kerosin) atau di dalam botol yang diisolasi. Walaupun demikian,
permukaan logam itu sedikit demi sedikit bereaksi juga.
3. Jari-jari Atom
Dari Li sampai Fr jari-jari atom semakin besar. Hal ini sesuai dengan
kenaikan nomor atomnya. Dengan semakin besarnyajari-jari atom maka jarak
antara inti atom dan elektron valensinya semakin besar pula. Oleh karena itu
elektron valensinya makin lemah dan makin mudah melepas elektronnya.
4. Energi Ionisasi
Karena dari Li sampai Fr elektron valensinya makin mudah dilepas maka
energi ionisasinya semakin kecil dari Li sampai Fr. Hal ini disebabkan energi
yang diperlukan untuk melepas elektron valensi semakin kurang.
5. Keelektronegatifan
Unsur-unsur alkali adalah unsur-unsur elektronegatif. Dengan demikian
besar keelektronegatifannya relatif rendah dibandingkan unsur lainnya. Dari
Li sampai Fr keelektronegatifannya berkurang. Hal ini disebabkan jari-jarinya
semakin berkurang. Unsur-unsur logam alkali tidak terdapat dalam keadaan
bebas di alam, melainkan terdapat dalam bentuk NaCl pada air laut juga pada
garam. Na dan K adalah unsur keenam dan ketujuh paling banyak dalam kerak
bumi. Kedua unsur ini sangat penting dalam kehidupan. Sedangkan unsur-
unsur yang lain hanya sedikit terdapat di alam.
e. Barium (Ba)
f. Radium (Ra)
Sifat-sifat umum Be Mg Ca Sr Ba
Nomor atom 4 12 20 38 56
Konfigurasi elektron [He]2s2 [Ne]43s2 [Ar]4s2 [r]5s2 [Xe]6s2
Titik leleh (K) 1553 923 1111 1041 987
Titik didih (K) 3.043 1883 1713 1653 1913
Jari-jari atom ( Ắ) 1,12 1,6 1,97 2,15 2,22
Jari-jari ion (Ắ) 0,31 0,65 0,99 1,13 1,35
Energi ionisasi I (Kj/mol) 900 740 590 550 500
Energi ionisasi II (Kj/mol) 1800 1450 1150 1060 970
Elektronegativitas 1,57 1,31 1 0,95 0,89
Poetnsial elektrode (volt) -1,85 -2,37 -2,87 -2,89 -2,9
Massa jenis (g/mol) 1,86 1,75 1,55 2,6 3,6
2. Jari-Jari Atom
Seperti pada logam alkali, dari Ba sampai Ra jari-jari atom bertambah
besar sehingga kedua elektron valensinya semakin mudah dilepas.
3. Energi Ionisasi
Unsur-unsur logam alkali tanah mempunyai 2 elektron valensi.
Ionisasinya dapat terjadi dengan melepaskan satu elektron valensi (energi
ionisasi pertama) dan kedua (energi ionisasi kedua).
M ⇒ M+ + e- (ionisasi ke-1)
4. Keelektronegatifan
Unsur-unsur alkali tanah lebih keelektronegatifan ketimbang alkali. Hal
ini disebabkan jari-jari atomnya semakin besar, sehingga semakin sulit
untuk mengikat elektronnya.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
− Penjepit tabung
− Pinset
− Pipet tetes
− Rak tabung reaksi
− Tabung reaksi
3.1.2 Bahan
− Aquades
− Indikator PP
− Larutan BaCl2 0,1 M
− Larutan CaCl2 0,1 M
− Larutan H2SO4 1 M
− Larutan NaOH 1 M
− Logam Kalium
− Pita Magnesium
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Reaksi
4.2.1 Reaksi Kelarutan Garam Sulfat
- BaCl2 + H2SO4 → BaSO4 + 2HCl
- CaCl2 + H2SO4 → CaSO4 + 2HCl
4.2.2 Reaksi Kelarutan Garam Hidroksida
- BaCl2 + 2KOH → Ba(OH)2 + 2KCl
- CaCl2 + 2KOH → Ca(OH)2 + 2KCl
4.2.3 Reaksi Reaktivitas Unsur
− Mg + 2H2O → Mg(OH)2 + H2
− Mg(OH)2 + Indikator PP
111
4.3 Pembahasan
Logam alkali (golongan IA) merupakan unsure yang sangat reaktif dan
mudah membentuk ion positif. Selain disebabkan oleh jumlah electron valensi
yang sedikit dan ukuran jari-jari atom yang besar, sifat ini juga disebabkan
112
oleh harga ionisasimnya lebih kecil dibandingkan unsure logam golongan lain.
Kereaktifan logam alkali dibuktikan dengan kemudahannya bereaksi dengan
air, unsure-unsur halogen, hydrogen oksigen dan belerang, kereaktifan ini
dipengaruhi oleh electron valensi dari unsure-unsur dan energi ionisasinya.
Logam alkali tanah (golongan IIA) bersifat pereduksi kuat. Semakin
kebawah, sifat pereduksi ini semakin kuat. Hal ini ditunjukkan oleh
kemampuan bereaksi dengan air yang semakin meningkat dari berilium ke
barium. Selain dengan air, unsur logam alkali tanah juga dapat bereaksi
dengan gas oksigen, hidrogen, nitrogen. Senyawa logam alkali tanah
kelarutannya meningkat dari berilium ke barium.
Sifat fisik logam alkali, memiliki titik leleh dan titik didih di atas suhu
ruangan(25oC). Semua unsur logam alkali berwujud padat pada suhu ruangan
khusus sesium, jika suhu lingkungan pada saat pengukuran melebihi 28oC,
unsur alkali berwujud cair.
Sifat fisik logam alkali tanah berwujud padat pada suhu ruangan,
kerapatan logam alkali tanah lebih besar dari kerapatan logam alkali sehingga
logam alkali tanah bersifat lebih keras dari logam alkali.
Apabila kita membandingkan kereaktifan antara golongan IA dan
golongan IIA, maka akan diperoleh bahwa golongan IA yang lebih reaktif.
Hal ini dikarenakan pada golongan IA memiliki jari-jari atom yang lebih besar
dibandingkan dengan golongan IIA, selain itu, karena golongan Ia melepas
elektron relatif lebih sedikit, sehingga daya reaktifnya semakin kuat,
sednagkan golongan IIA melepas dua elektron valensinya. Karena memiliki
kereaktifan yang kuat, maka tanpa dipanaskan logam kalium juga dapat
bereaksi. Fungsi ditetesi indikator PP yaitu untuk melihat perubahan warna
larutan basa yang terbentuk mengindikasikan tingkat kebasaan larutan
tersebut. Dimana fungsi indikator PP sendiri adalah untuk mengidentifikasi
ion OH- pada larutan. Jika semakin tua larutan, maka semakin kuat tingkat
kebasaan larutan tersebut.
Dalam larutan garam sulfat golongan IIA memiliki sifat kelarutan yang
kecil dimana kelarutan garam sulfat dari atas ke bawah dalam satu golongan
113
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
115
− Kereaktifan untuk unsure logam alkali dan alkali tanah semua sama, yaitu
kereaktifan dari unsure-unsurnya bertambah dari atas ke bawah dan pada
dasarnya kereaktifan lagam alkali dan alkali tanah berkaitan dengan energi
ionisasinya yang rendah, sehingga mudah melepaskan electron
− Kelarutan garam sulfat dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin
kecil, sedangkan kelarutan garam hidroksida, dalam satu golongan dari
atas kebawah semakin besar.
− Sifat unsure golongan alkali yaitu: konfigurasi electron valensi adalah ns1,
energi ionisasi relative rendah, serta dalam satu golongan energi ionisasi,
titik didih dan titik leleh, dari ats ke bawah semakin kecil. Sedangkan sifat
unsure golongan alkali tanah yaitu: jari-jari atom lebih kecil dari golongan
alkali, merupakan logam yang lunak dan dapat menghantarkan listrik dan
panas yang baik serta konfigurasi electron valensinya ns2.
5.2 Saran
Percobaan yang dilakukan sebaiknya tidak hanya terbatas pada BaCl2 dan
CaCl2 tetapi unsure yang lain juga agar lebih banyak perbandingan, seperti
MgCl2 dan SrCl2.
DAFTAR PUSTAKA