Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Alhamdulilah, segala puji hanya milik Allah pencipta alam semesta yang telah banyak
memberikan rahmat dan memberikan lindungan serta kasih sayangnya kepada sekalian
mahluknya, sehingga Islam mampu menjadi agama yang menetramkan sekalian mahluk.
Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada sang pencerah umat, sang pemegang
kitab suci Al-Qur’an Nabi Muhammad SAW juga beserta para sahabatnya yang istiqomah
memperjuangkan Islam, semua ini tiada lain adalah hasil dari akal dan wahyu yang selalu
pemahaman yang baik akan melahirkan keistiqomahan, sudut pandang yang baik dan juga
ahlak yang baik. Dan dengan akal pulalah manusia bisa menjadi ciptaan pilihan yang allah
amanatkan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, begitu juga dengan wahyu yang
dimana wahyu adalah pemberian allah yang sangat luar biasa untuk membimbing manusia
Dalam perdebatan antara sesama kaum Muslim, cukup sering kita mendengar
timbulnya sebuah masalah ketika harus mendahulukan salah satu di antara akal dan wahyu.
Bahkan ulama sekaliber Yusuf Qardhawi pun tidak luput dari kritik dalam hal ini. Ada pihak-
pihak tertentu yang menganggap bahwa beliau lebih mengutamakan akalnya (yang jelas
terbatas) daripada wahyu. Begitu pula dengan aliran teologi dalam islam baik asy,ariyah
persoalan-persoalan teologi yang timbul dikalangan umat Islam perbedaan yang terdapat
antara aliran-aliran itu ialah perbedaan derajat dalam kekuatan yang diberikan kepada akal,
1
kalau mu’tazilah berpendapat bahwa akal mempunyai daya yang kuat, As’ariyah sebaliknya
Akal dan wahyu adalah sesuatu yang sangat komplek, saling berhubungan, saling
menguatkan. Inilah yang bisa membedakan manusia dengan mahluk lainya. Akal disebut
saling berhubungan dengan wahyu karena untuk menjadikan budi pekerti yang baik kita
harus dibina melalui ilmu yang baik pula yang ilmu itu ada dalam Al-Qur’an .
Semua aliran juga berpegang kepada wahyu , dalam hal ini yang terdapat pada aliran
tersebut adalah hanya perbedaan dalam interpretasi. Mengenai teks ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadits, perbedaan dalam interpretasi inilah, sebenarnya yang menimbulkan aliran-aliran
yang berlainan itu tentang akal dan wahyu. Hal ini tak ubahnya sebagai hal yang terdapat
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akal
1. Akal menurut pendapat Muhammad Abduh adalah ‘’suatu daya yang hanya
dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang memperbedakan manusia dari
mahluk lain’’.1)
wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan sumber
3. Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna
kalau tidak didasarkan akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada
B. Kekuatan akal
1
. www.mediamuslim.com
2
. www.wikipedia.com
3
6. Membuat hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.
C. Pengertian Wahyu
1. Wahyu baik berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari tuhan, Pribadi nabi
manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan
3. Wahyu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya ungkap dan
4. Apa yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal,
D. Kekuatan wahyu
1. Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
4
E. Akal dan Wahyu Menurut beberapa Aliran
Masalah akal dan wahyu dalam pemikiran kalam dibicarakan dalam konteks, yang
manakah diantara kedua akal dan wahyu itu yang menjadi sumber pengetahuan manusia
tentang tuhan, tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada tuhan, tentang apa yang
baik dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari yang
buruk.
bahwa akal mempunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut’’. 3) Sementara itu
aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional, mengatakan
juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan mempunyai
berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni
‘’kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan
yang baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu’’. 4) Sementara
itu aliran maturidiah Bukhara yang juga digolongkan kedalam pemikiran kalam tradisional
berpendapat ‘’bahwa dua dari keempat hal tersebut yakni mengetahui tuhan dan
mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan akal, sedangkan dua hal lainnya
yakni kewajiaban berterima kasih kepada tuhan serta kewajiban melaksanakan yang baik
3
. Harun Nasution,Teologi Islam, (Jakarta,ui,2009), hal 9
4
. Harun Nasution,Teologi Islam, (Jakarta,ui,2009), hal 84
5
. Harun Nasution,Teologi Islam, (Jakarta,ui,2009), hal 91
5
Adapun ayat-ayat yang dijadikan dalil oleh paham Maturidiyah Samarkand dan
mu’tazilah, dan terlebih lagi untuk menguatkan pendapat mereka adalah surat as-sajadah,
surat al-ghosiyah ayat 17 dan surat al-a’rof ayat 185. Di samping itu, buku ushul fiqih
berbicara tentang siapa yang menjadi hakim atau pembuat hukum sebelum bi’sah atau nabi
diutus, menjelaskan bahwa Mu’tazilah berpendapat pembuat hukum adalah akal manusia
sendiri . dan untuk memperkuat pendapat mereka dipergunakan dalil al-Qur’an surat Hud
ayat 24.
Sementara itu aliran kalam tradisional mngambil beberapa ayat Al-qur’an sebagai
dalil dalam rangka memperkuat pendapat yang mereka bawa . ayat-ayat tersebut adalah
ayat 15 surat al-isro, ayat 134 surat Taha, ayat 164 surat An-Nisa dan ayat 18 surat Al-Mulk.
Sebenarnya akal dalam pandangan Islam diletakkan pada tempat yang layak, tidak
meninggikannya hingga menjadi sesuatu yang dipertuhankan. Tetapi juga tidak direndahkan
atau dihinakan hingga penyandangnya tak ubahnya seperti hewan. Mengutip perkataan Ali
bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al-Halabi al-Atsari,’’Islam telah menunjukkan beberapa
Islam juga menantang akal manusia agar mendatangkan kitab semisal al-Qur'an.
Diharapkan dengan ketidakmampuan akal manusia untuk mendatangkan kitab seperti al-
Qur'an, manusia mau mengakui bahwa al-Qur'an benar-benar datang dari sisi Alloh
Subhanahu wa Ta'ala. Firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala, yang artinya: "Maka hendaklah
mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Qur'an itu jika mereka orang-orang yang
6
Selain itu, akal juga diarahkan untuk memikirkan makhluk-makhluk Alloh (al-Qur'an
Surah Ali Imran: 191; ar-Ruum: 8), untuk memikirkan syari'at Alloh Subhanahu wa Ta'ala (al-
Baqarah: 179, 184 dan al-Jumu'ah: 9), untuk mengamati umat-umat terdahulu dan mengapa
mereka durhaka (al-An'am: 6,11) dan juga diarahkan agar akal manusia mau memikirkan
akalnya sendiri. Hingga, setiap masalah dihadapi hanya oleh kekuatan akalnya. Terlebih
dalam masalah yang berkaitan dengan agama. Contoh kasuistik yang telah begitu lekat
dalam perjalanan sejarah Islam dalam masalah dominasi akal, adalah aliran Mu'tazilah atau
Neo Mu'tazilah sebagai pewaris leluhurnya di masa sekarang. Kelompok satu ini berprinsip
bahwa naql (wahyu/nash) tidak boleh bertentangan dengan akal. Oleh karena itu, setiap
masalah syari'at bisa dicerna oleh akal. Dan jika ada suatu nash yang nampak (menurut
mereka) bertentangan dengan akal, niscaya mereka akan mena`wilkan nash tersebut,
sehingga selaras dengan akalnya. Pola pikir semacam inilah yang akhirnya menjungkir
balikkan nash-nash yang telah dipahami dan diyakini oleh para salafu al-ummah dulu. Dari
pola pemahaman yang demikian, lantas lahir beragam ta`wil, yang pada hakekatnya
menafikan sifat-sifat Allah, nikmat dan adzab kubur, surga dan neraka, qadar Alloh
Sesuatu yang masuk akal menurut Islam adalah sesuatu yang sesuai dengan al-kitab
was-sunnah, sedangkan sesuatu yang tidak masuk akal (majhul) adalah sesuatu yang
menyalahi al-Qur'an dan As Ssunnah. Petunjuk adalah sesuatu yang selaras dengan manhaj
7
sahabat, dan tidak ada jalan lain untuk mengenali petunjuk serta pola-pola sahabat
BAB III
PENUTUP
Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk yang mempunyai akal untuk berpikir
dan berbuat dan diturunkanlah kepada mereka wahyu, agar menjadi penuntun bagi mereka.
Dapatlah dikatakan hubungan antara wahyu dan akal merupakan bagian dari rencana Allah
untuk menjadikan manusia sebagai mahluk yang bertaqwa kepadanya. Yang terpenting kita
dalam Menghadapi suatu nash, khususnya yang berkenaan masalah aqidah, tidaklah perlu
melalui perbincangan yang panjang lebar atau memaksakan. Tetapi cukup dengan
Demikianlah sikap yang patut menjadi teladan dalam mengimani ayat-ayat Alloh
Subhanahu wa Ta'ala dan hadits shahih dari Rasululloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Mudah-
8
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, UI Press, Jakarta, cetakan kedua, 1986.
Jakarta, 2009.
Syukur, Amin, Prof. Dr. H.M MA., Pengantar Studi Islam, CV. Bima Sejati, Semarang, 2003.
www.mediamuslim.info
www.wikipedia.com