You are on page 1of 13

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangbiakan tanaman secara generatif adalah melalui proses
perkawinan / penyerbukan. Pembuahan sel telur dan perkembangannya hanya
akan terjadi jika butir serbuk sari sampai kepada stigma. Penyerbukan berbeda
dengan pembuahan, penyerbukan adalah peleburan gamet jantan dan gamet
betina. Penyerbukan ada dua macam, yaitu penyerbukan sendiri dan penyerbukan
silang. Penyerbukan sendiri adalah proses penyerbukan kepala putik oleh serbuk
sari yang berasal dari bunga itu sendiri atau dari bunga lain pada tumbuhan yang
sama.
Alat reproduksi tanaman adalah bunga dan pada bunga pada umumnya
terdapat struktur jantan (serbuk sari) dan betina (putik). Pada saat bertemunya
serbuk sari ke kepala putik maka terjadilah proses penyerbukan yang nantinya
akan menghasilkan buah dan terdapat biji didalamnya untuk meneruskan
keturunannya. Pola variasi genetik di alam sangat ditentukan oleh mekanisme
penyerbukan pada tanaman. Dalam proses penyerbukan terdapat dua macam
penyerbukan, yaitu penyerbukan terbuka (kasmogami) dan penyerbukan tertutup
(kleistogami).
Penyerbukan silang ialah proses perpindahan serbuk sari dari anther bunga
tumbuhan ke stigma bunga tumbuhan lain yang sama atau species yang
berkerabat. Penyerbukan dapat dibantu oleh angin dan serangga, burung, keong,
dan binatang kecil lain. Contoh tanaman yang menyerbuk sendiri adalah gandum,
padi, kedelai dan lain-lain. Penyerbukan silang lebih umum terjadi dibanding
dengan penyerbukan sendiri. Penyerbukan silang menghasilkan kombinasi satuan
keturunan yang lebih beragam dari keduanya. Pengaruh langsung dari
penyerbukan silang adalah banyaknya spesies dari produksi biji yang dihasilkan
dan bersifat lebih kuat dari turunannya.
Teknik penyerbukan silang buatan:
1. Persiapan
 Pengamatan bunga : pembungaan, benang sari, putik
 Mengumpulkan informasi mengenai : asal usul dan sifat
tanaman, waktu penyerbukan yang baik
 Pemilihan induk jantan dan betina
 Pemilihan bunga-bunga yang akan disilangkan
2. Isolasi kuncup terpilih
3. Kastrasi/emaskulasi
 Membuang semua benang sari dari sebuah kuncup bunga yang akan
dijadikan induk betina dalam penyerbukan silang
 Dimaksudkan untuk menghindarkan penyerbukan sendiri
 Dilakukan sebelum bunga mekar (putik dan benang sari belum masak)
4. Pengumpulan dan penyimpanan serbuk sari
5. Melakukan penyerbukan silang

1.2 Tujuan dan Manfaat


1. Kastrasi : untuk mencegah penyerbukan sendiri (self fertilization).
2. Hibridisasi : Untuk mengawinkan dua jenis tanaman yang mempunyai sifat-
sifat berbeda dan hendak menyatukan dalam satu tanaman.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Bunga merupakan fase penting dalam proses pembentukan biji. Pada


dasarnya bunga terdiri dari beberapa organ, namun hanya dua organ saja yang
terlibat dalam pembentukan biji, yaitu benang sari (stamen) dan putik (pistil).
Benang sari menghasilkan serbuk sari yang masing-masing membentuk gamet
jantan. Sedangkan putik akan membentuk bakal biji (ovulum) yang mengandung
telur. Pada waktu proses penyerbukan, yaitu jatuhnya serbuk sari pada kepala
putik, terbentuklah tabung serbuk sari, kemudian berlangsung pembuahan antara
sperma dengan telur. Proses akhir dari pembuahan ini adalah terbentuknya biji
(Hanum, 2008).
Agar persilangan berhasil perlu diketahui tujuan dan prioritas persilangan
serta sifatsifat penting varietas atau spesies tetua yang akan disilangkan, terutama
biologi bunga dan teknik persilangan. Terdapat perbedaan karakter morfologi
biologi bunga dalam hal arah tandan, bentuk dan posisi bunga hermaprodit,
panjang tangkai, panjang tandan, serta waktu dan lamanya berbunga (Rudi, 1996).
Kastrasi adalah pengambilan kotak sari (bunga jantan) dengan sengaja
agar tidak terjadi persilangan sendiri. Kastrasi dilakukan pada saat bunga jantan
mulai muncul tetapi belum pecah. Kotak sari yang belum pecah biasanya telah
menyembul di dua sisi bunga betina dan berwarna putih, sedangkan kotak sari
yang sudah pecah berwarna krem coklat kehitaman. Munculnya bunga jantan pada
tandan bunga berkisar antara 6-12 hari. Kastrasi dilakukan setiap hari sesuai
dengan kemunculan bunga jantan tersebut. Ada beberapa cara untuk melakukan
kastrasi, yaitu: (1) menggunakan pompa pengisap, (2) dengan perlakuan alkohol,
dan (3) secara manual dengan pinset.
Kastrasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari setelah persilangan pada saat
bunga jantan mulai muncul tetapi belum pecah, biasanya 1-2 kali setelah
persilangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan mekanis tandan
bunga. (Wawan, 2002).
Kastrasi dengan Menggunakan Pompa Pengisap
Bunga jantan yang akan dikastrasi harus benar-benar sudah keluar tetapi
belum pecah. Tandan bunga dipegang dan kotak sari yang sudah keluar diisap
dengan pompa pengisap. Cara ini dinilai kurang memuaskan karena di samping
memerlukan waktu yang tepat dan lama, hasil kastrasi juga kurang bersih.
Kastrasi harus dilakukan setiap hari selama 6-12 hari, sehingga kepala putik
banyak mengalami kerusakan mekanis karena sering dipegang dan terkena alat
pengisap. Akibatnya, kepala putik tidak reseptif lagi dan tandan bunga banyak
yang gugur sebelum disilangkan.
Kastrasi Menggunakan Alkohol
Saat tandan bunga berumur 5-12 hari dan bunga jantan sudah keluar tetapi
kotak sarinya belum pecah, bunga jantan ditetesi alkohol 40-90% dengan
menggunakan alat suntik. Cara ini menyebabkan bunga jantan menjadi kering dan
tetesan alkohol dapat melebar ke bunga betina. Akibatnya kepala putik menjadi
kering dan bunga betina tidak reseptif lagi untuk disilangkan, bahkan tandan
bunga hangus terbakar dan gugur sebelum disilangkan.
Kastrasi dengan Cara Manual
Pada tandan bunga yang sudah masak dilakukan persilangan dengan
tepung sari dari varietas atau spesies yang diinginkan. Dalam satu tandan,
persilangan diulang 2-3 kali agar peluang kepala putik dibuahi cukup besar.
Kastrasi dilakukan dengan cara mengambil kotak sari dengan pinset atau jarum.
Dalam satu tandan bunga, kastrasi dapat berlangsung selama 6 hari tergantung
pada tipe bunga. Kastrasi dilakukan setiap pagi agar putik yang baru mekar tidak
terkontaminasi oleh benang sari yang sedang mekar. Pada varietas Lampung Daun
Lebar (LDL), bunga betina masak lebih cepat dibanding bunga jantan sehingga
memudahkan dalam pelaksanaan persilangan (Kasim, 1990).
Pengumpulan Tepung Sari
Tepung sari dikumpulkan dengan dua cara, yaitu:
1. Mengambil kotak sari yang belum pecah dengan pinset, dikumpulkan pada
suatu tempat (petridish), kemudian digerus sampai halus dan diberi air steril.
Setelah itu, tepung sari siap digunakan untuk persilangan dengan cara
mengoleskan gerusan tersebut ke bunga betina yang sudah dipilih dan masih
reseptif.
2. Tepung sari ditampung dalam botol kecil berdiameter 1,50 cm dan panjang 6
cm. Botol digantung atau dikaitkan pada tangkai batang atau tangkai tandan
dengan menggunakan perekat, kemudian bagian ujung botol ditutup dengan
aluminum foil. Keesokan harinya botol tersebut dikumpulkan. Sebelum
dikumpulkan, botol-botol tersebut diketuk-ketuk dengan jari telunjuk agar
tepung sari barjatuhan ke dalam botol. Tepung sari yang sudah tertampung siap
digunakan sebagai bahan untuk persilangan dengan menambahkan air + 2 ml,
kemudian diaduk dengan kuas dan dioleskan ke tandan bunga betina yang
sudah dipilih (Hamid, 1989).
Cara Persilangan (Penyerbukan)
Saat yang paling baik untuk melakukan persilangan buatan adalah pada
saat bunga betina telah mekar ½ sampai 3/4 bagian dan kepala putik berwarna
putih. Pada saat itu, bunga jantan (benang sari) pada tandan tersebut belum masak
atau pecah.
Beberapa cara persilangan buatan yang bisa dilakukan adalah:
1. Tandan bunga yang telah dikastrasi diserbuki tepung sari dengan menggunakan
kuas. Tepung sari bisa dalam keadaan kering atau basah (dilarutkan dalam + 2
ml air steril), kemudian dioleskan pada kepala putik. Persilangan dilakukan 2-3
kali sampai bunga betina tidak reseptif lagi.
2. Tandan bunga betina yang telah reseptif ditempelkan pada tandan bunga jantan
yang telah mekar dan tepung sarinya telah pecah.
3. Tandan bunga betina yang masih reseptif tetapi belum pecah kotak sarinya
diolesi bunga jantan yang kotak sarinya telah pecah. Persilangan diulang 2-3
kali pada hari berikutnya. Kastrasi dilakukan 1-2 hari setelah persilangan
sampai seluruh bunga jantan dalam satu tandan habis (Paristiyani, 2008).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Tempat praktikum ini bertempat di Laboratorium Teknologi Benih dan
Pemuliaan Tanaman, Universitas Jember. Praktikum dilakukan pada pukul 14.00
WIB, hari Jumat 29 Oktober 2010.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Bunga tanaman (Jagung (jantan & betina), tomat, cabai, dan tembakau)
2. Kertas sampul
3. Kertas label

3.2.2 Alat
1. Pollen bag
2. Ear tube
3. Pinset

3.3 Cara Kerja


 Penyerbukan Silang Tanaman Jagung
1. Menutup tongkol yang baru muncul dengan ear tube, tunggu sampai siap
deserbuki (jika rambut jagung sudah muncul 2cm).
2. Menutup bunga jantan (malai) dengan pollen bag pada jam 08.00 – 09.00.
Potong tangkai malai pada jam 14.00 – 15.00, goyang-goyangkan sehingga
serbuk sari terkumpul, siap diserbukkan ke bunga betina yang siap matang.
3. Tongkol yang sudah diserbuki, diberi penanda dan ditutup dengan pollen bag
4. Hasil kastrasi dan hibridisasi ini dapat diamati setelah terbentuknya biji.
 Metode Penyilangan Tanaman Penyerbukan Sendiri
1. Menanam 2 varietas padi yang memiliki perbedaan cukup mencolok (warna
bunga).
2. Menunggu sampai tanaman berbunga. Jika perbedaan waktu bunga, usahakan
penjadwalan tanam yang sesuai sehingga kemunculan bunga dapat serentak.
3. Cara pengebirian bunga
 Memilih bunga yang masih kuncup, dipegang antara telunjuk dan ibu jari
tangan.
 Membuang daun kelompak daun bunga tadi dengan menggunakan pinset
sehingga terlihat mahkota yang membungkus bakal buah.
 Mencabut mahkota bunga menggunakan pinset
 Membuang kepala sari sampai bersih dengan menggunakan pinset, sehingga
hanya tinggal kepala putik.
4. Cara menyilangkan
 Dari tanaman induk jantan diambil yang telah mekar dan masih segar.
 Mahkota bunga yang menyelubungi alat jantan dibuka dengan menggunakan
pinset, kemudian mengambil bunga jantan.
1. Pada waktu bunga masih kuncup, kepala sari lebih redah dari kepala putik
2. Bunga hampir mekar, kepala sari sama tinggi dan menempel pada kepala
putik.
 Mengoleskan tepungsari tersebut kepada kepala putik yang telah dikebiri.
5. Memberi etiket pada bunga yang telah disilangkan, agar kelak polong dapat
dikenali dengan mudah.
6. Melakukan penyilangan ini pada pagi hari sebelum matahari terbit (± pukul
05.00).
5.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Bunga Deskripsi
Bunga Jagung
Bunga Jagung Bunga Jagung
Rumus Bunga : ♀, ↑, K 14, G~ & ♂, ↑, A~
Betina Bunga : Pada
Organ Jantanbunga Betina Terdapat Putik,
kelopak, bakal biji, pada bunga jantan terdapat serbuk
sari dan tangkai.
Bunga Jagung adalah bunga monocius karena letak
organ kelamin jantan dan otgan kelamin betina terletak
terpisah pada satu pohon. Tanaman Jagung apabila
dilihat dari bentuk bunga termasuk tipe penyerbukan
allogami yang penyerbukannya dibantu oleh angin.

Bunga Tembakau
Bunga Tembakau
Rumus Bunga : ♂♀, ☼, K (5), C (5), A 5, G1
Organ Bunga : Putik, Benang sari, mahkota, kelopak,
ovarium.
Bunga tembakau termasuk bunga sempurna
hermafrodit karena organ kelamin jantan dan organ
kelamin betina terletak pada satu bunga yang sama.
Apabila dilihat bentuk morfologi bunga, bunga
tembakau termasuk tipe penyerbukan sendiri
(autogami) tanpa bantuan agensi pollinator.

Bunga Tomat
Bunga Tomat
Rumus Bunga : ♂♀, ☼, K 5, C 5, A 5, G 1
Organ Bunga : Putik, Benang sari, mahkota, kelopak,
ovarium.
Bunga tomat termasuk bunga sempurna hermafrodit
karena organ kelamin jantan dan organ kelamin betina
terletak pada satu bunga yang sama. Apabila dilihat
bentuk morfologi bunga, bunga tomat termasuk tipe
penyerbukan sendiri (autogami) tanpa bantuan agensi
Bunga Cabai
pollinator.

Bunga Cabai
Rumus Bunga : ♂♀, ☼, K 5, C 5, A 5, G 1
Organ Bunga : Putik, Benang sari, mahkota, kelopak,
ovarium.
Bunga tomat termasuk bunga sempurna hermafrodit
karena organ kelamin jantan dan organ kelamin betina
terletak pada satu bunga yang sama. Apabila dilihat
bentuk morfologi bunga, bunga cabai termasuk tipe
penyerbukan sendiri (autogami) tanpa bantuan agensi
pollinator.
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan morfologi bunga, yang digunakan sebagai objek
pengamatan adalah bunga jagung jantan dan betina, bunga tembakau, bunga
tomat, dan bunga cabai.
Pada pengamatan bunga jagung, bunga jagung termasuk dalam golongan
jenis tercampur (synocius) berumah satu (monocius) yang memiliki rumus bunga
betina ♀, ↑, K 14, G~ dan bunga jantan ♂, ↑, A~. Termasuk simetri zygomorphus.
Pada bunga betina memiliki organ putik yang banyak dan tiap bakal biji memiliki
satu putik yang terhubung hingga menjulur panjang keluar. Mempunyai kelopak
yang membungkus tongkol bakal biji. Letak bunga betina pada jagung terletak
pada bagian tengah pada pohon jagung dan terletak lebih rendah pada bunga
jantan. Pada bunga jantan yang terletak pada pucuk pohon mempunyai serbuk sari
yang bertangkai banyak yang mudah sekali tertiup angin pada saat matang, oleh
karena itu bila dilihat dari morfologi dan letak bunga jantan dan bunga betina pada
jagung merupakan bunga yang penyerbukannya menggunakan bantuan angin dan
sebagian besar melakukan penyerbukan silang (allogami).
Pada bunga tembakau, bunga tembakau termasuk bunga dalam golongan
jenis tercampur, berumah dua (hermafrodit) memiliki rumus bunga ♂♀, ☼, K (5),
C (5), A 5, G1. Termasuk simetri actinomorphus, bunga tembakau mempunyai
kelopak yang saling berlekatan sebanyak 5, mempunyai mahkota yang berlekatan
sebanyak 5, memiliki benang sari 5 buah dan 1 kepala putik. Bila dillihat dari
bentuk bunganya, bunga tembakau termasuk melakukan penyerbukan sendiri
(autogami).
Pada bunga tomat, bunga tembakau termasuk bunga dalam golongan jenis
tercampur, berumah dua (hermafrodit) memiliki rumus bunga ♂♀, ☼, K 5, C 5, A
5, G1. Termasuk simetri actinomorphus, bunga tomat mempunyai kelopak yang
berjumlah sebanyak 5, mempunyai mahkota sebanyak 5, memiliki benang sari 5
buah dan 1 kepala putik. Bila dillihat dari bentuk bunganya yang kecil, letak putik
yang berdekatan dengan benang sari, bunga tomat termasuk melakukan
penyerbukan sendiri (autogami).
Pada bunga cabai, bunga tembakau termasuk bunga dalam golongan jenis
tercampur, berumah dua (hermafrodit) memiliki rumus bunga ♂♀, ☼, K 5, C 5, A
5, G1. Termasuk simetri actinomorphus, bunga cabai mempunyai kelopak
sebanyak 5, mempunyai mahkota sebanyak 5, memiliki benang sari 5 buah dan 1
kepala putik. Bila dillihat dari bentuk bunganya yang kecil dan letak putik dan
benang sari saling berdekatan dan selalu menempel, bunga cabai termasuk
melakukan penyerbukan sendiri (autogami).
Teknik hibridisasi atau penyerbukan silang buatan adalah teknik yang
dimaksudkan untuk menggabungkan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh induk
jantan dan induk betina, dengan harapan akan diperoleh keturunan yang memiliki
gabungan dari sifat-sifat baik tersebut. Sebelum melakukan hibridisasi dilakukan
langkah kastrasi yaitu pengebirian organ kelamin jantan yang mendekati matang.
Teknik tersebut dilakukan sebelum bunga mekar (putik dan benang sari belum
masak). Langkah kastrasi dlakukan untuk mencegah terjadinya penyerbukan
sendiri secara alami yang tidak diinginkan, sehingga bila tidak dilakukan kastrasi
maka bunga tersebut akan melakukan penyerbukan sendiri secara alami dan
apabila telah terjadi penyerbukan maka teknik hibridisasi tidak akan bisa
dilakukan.
Teknik kastrasi biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum bunga mekar
dan benang sari yang belum matang masih dalam keadaan bagus. Dan teknik
hibridisasi dilakukan pada sore atau pagi hari. Teknik kastrasi dan hibridisasi yang
memperhitungkan waktu dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kegagalan
dalam kastrasi dan hibridisasi. Pada teknik kastrasi, pada pagi hari dilakukan
sebelum bunga mekar dan belum melakukan penyerbukan, hal itu dikarenakan
bunga pada umumnya mekar sempurna dan masih dalam keadaan segar pada
pukul 06.00 hingga 08.00. apabila dilakukan kastrasi lewat pagi hari dan sesudah
bunga mekar, maka serbuk sari akan terlebih dahulu menyerbuki bunga betina dan
teknik hibridisasi akan gagal dan tidak dapat dilakukan.
Teknik hibridisasi dilakukan pada pagi atau sore hari bertujuan untuk
menambah kemungkinan berhasil karena pada pagi hari atau sore hari bunga
mekar sempurna dan dalam keadaan segar. Pada saat matang, putik akan
menghasilkan suatu cairan pelekat yang digunakan untuk melekatkan benang sari.
Pada siang hari cairan tersebut akan kering dan jika dilakukan hibridisasi maka
kemungkinan besar benang sari tidak akan menempel pada kepala putik dan
keberhasilan hibridisasi akan berkurang. Benang sari yang disimpan terlalu lama
setelah kastrasi juga tidak baik karena akan menurunkan kualtitas sel sperma
jantan. Setelah melakukan kastrasi maka perlakuan hibridisasi diharapkan
dilakukan pada hari yang sama yaitu kastrasi pada pagi hari sebelum matahari
terbit dan hibridisasi pada sore harinnya pada hari yang sama.
Pada bunga, terkadang terjadi inkompatibilitas. Inkompatibilitas adalah
gejala kegagalan tanaman dengan tepung sari dan bakal biji yang normal untuk
membuat biji sebagai akibat penghalang fisiologis, sehingga tidak terjadi
pembuahan. Pada bunga yang mengalami inkompatibilitas tidak akan dapat
melakukan penyerbukan secara alami dan harus dilakukan perlakuan penyerbukan
secara buatan. Ada beberapa teknik dalam cara mengatasi penyerbukan bunga
yang inkompatibel yaitu dengan cara Suhu tinggi. Pistil yg diekspos sampai suhu
60oC, untuk merangsang kesuburan. Cara lain yaitu Irradiasi. Pada Solanaceae, X-
ray atau gamma ray untuk menginduksi kesuburan sementara. Dengan cara yang
lebih sederhana yaitu Polinasi berganda, Polinasi kuncup (bud pollination):
polinasi biasanya dilakukan 1 – 2 hari sebelum bunga mekar/anthesism, Surgical
technique : potong/hilangkan stigma dan pollen diletakkan pada potongan style.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada hasil pengamatan bunga yang dilakukan didapatkan hasil yaitu:
Dari golongan letak dan keberadaan organ kelamin bunga dibedakan menjadi 2
yaitu Golongan jenis kelamin tercampur (synocius) dan golongan jenis kelamin
terpisah (diocius). Dari synocius dibedakan menjadi 2 yaitu berumah dua dan
berumah satu.
Dari bunga yang diamati yaitu bunga jagung, tembakau, tomat, dan cabai.
Tanaman jagung termasuk dalam tanaman yang mempunyai bunga golongan
kelamin tercampur berumah satu karena letak organ kelamin jantan dan organ
kelamin betina terletak terpisah pada satu pohon. Jika dilihat dari bentuk
bunganya, tanaman jagung termasuk melakukan penyerbukan allogami
(penyerbukan silang) dengan bantuan angin.
Tanaman tembakau, tomat, dan cabai termasuk bunga hermafrodit karena
organ kelamin jantan dan organ kelamin betina terletak pada satu bunga yang
sama. Jika dilihat dari bentuk bunga, organ kelamin jantan dan organ kelamin
betina yang letaknya berdekatan maka bunga tersebut melakukan penyerbukan
secara autogami (penyerbukan sendiri).
Alasan dilakukan kastrasi pada pagi hari sebelum matahari terbit dan
sebelum bunga mekar adalah untuk mencegah penyerbukan secara alami pada
saar bunga sudah mekar dan pada teknik hibridisasi dilakukan pada pagi atau sore
hari karena putik dapat menagkap serbuk sari dengan sempurna pada saat keadaan
putik masih segar.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini sebaiknya praktikan lebih dapat berkoordinasi
dengan asisten untuk lebih memperjelas dalam pemahaman materi yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, 1989. Pemuliaan pada Tanaman Lada. Makalah pada Latihan Teknik
Pemuliaan Tanaman dan Hibrida di Balittro dan Balittan Sukamandi. 8
hlm.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan
Kejuruan Pertanian. Bandung.

Kasim, 1990. Pengendalian penyakit busuk pangkal batang lada secara terpadu.
Buletin Tanaman Industri I: 16-20.

Nurwardani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih


Jilid 1. Direktorat Pembinaan Kejuruan Pertanian. Bandung.

Rudi, 1996. Peningkatan Resistensi Tanaman Lada Melalui Hibridisasi. Laporan


Teknis Penelitian, Bagian Proyek Tanaman Rempah Dan Obat. II: 113-
134. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

Wawan, 2002. Teknik Kastrasi Pada Persilangan Buatan Tanaman Lada Secara
Konvensional. Buletin Teknik Pertanian. 7(2) : 62-64. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.

You might also like