You are on page 1of 9

1

FEEDBACK

Feedback adalah dua kata jadian / bentukan dalam bahasa Inggris yang terdiri dari kata

feed (artinya: memberi makan) dan back (artinya: kembali). Arti harfiah kata ini adalah

“memberi makan kembali”, tapi makna yang sebenarnya adalah “memberi masukan

kembali”.

Bayangkanlah sebuah sistem yang terdiri dari input, pengolah, dan output. Apa yang

dimasukkan ke dalam input akan diolah dan hasilnya adalah apa yang akan diperoleh

melalui output.

Input Output Pengolah

Bila apa yang telah menjadi output masuk kembali ke dalam input dan diolah kembali,

maka proses ini disebut dengan feedback. Demikianlah prinsip feedback yang terdapat

pada ilmu fisika, mekanika, dan elektronika. Proses output yang dijadikan input kembali

ini dapat merupakan hal yang disengaja atau tidak sengaja; bila tidak disengaja pada

umumnya feedback dalam konteks ini merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki, namun

demikian bila disengaja, hasilnya merupakan sesuatu yang telah diperhitungkan terlebih

dahulu untuk menghasilkan dampak yang diinginkan.

Dalam ilmu sosial, khususnya Ilmu Komunikasi, pengertian feedback tidaklah persis

seperti itu, meskipun masih menggunakan prinsip yang sama. Pada dasarnya, dalam Ilmu

Komunikasi, feedback adalah sebuah masukan yang diberikan oleh komunikan ketika

komunikasi sedang berlangsung. Masukan tersebut sangat berguna bagi komunikator

untuk mengetahui apakah perilaku komunikasinya (pada saat ia melakukan komunikasi)

telah benar-benar efektif mencapai sasarannya atau justru malah mengacaukan usaha

dalam mencapai sasaran komunikasinya.

Contoh sederhana feedback misalnya adalah ketika seorang komunikator berbicara di


hadapan sekelompok orang sebagai komunikannya. Di tengah-tengah komunikasinya,

para komunikan tampak mengernyitkan dahi dan saling melihat ke orang yang duduk di

sebelahnya. Ini terjadi berulang-ulang dan tampak sangat mencolok. Apa yang terjadi

pada komunikan di sini merupakan isyarat yang hendaknya menjadi masukan bagi si

komunikator. Komunikator pada saat itu juga dapat mengevaluasi diri, apakah penyebab

dari munculnya gejala tersebut. Bila isyarat tadi ternyata merupakan tanda bahwa

komunikan tidak mengerti dengan apa yang disampaikan komunikator, tentu saja

komunikator harus mengambil tindakan segera untuk memperbaiki perilaku

komunikasinya, agar komunikasi berikutnya dapat benar-benar efektif mencapai

sasarannya.

Dalam contoh tadi, apa yang disampaikan oleh komunikator, yaitu pesan komunikasi,

pada konteks komunikasi tersebut merupakan input; komunikan adalah pihak yang

menjadi pengolah pesan komunikasi tersebut, sedangkan outputnya adalah ekspresi wajah

yang mengernyitkan dahi dan perilaku saling melihat ke orang yang duduk di sebelahnya.

Output tersebut dipersepsi oleh komunikator dan diproses / diolah olehnya untuk

Suplemen Mata Kuliah Teori Komunikasi – STBA Yapari-ABA Bandung - 2009 2

kemudian disampaikan kembali / dijadikan input kepada komunikan, berupa perilaku

komunikasi yang “telah diperbaiki” atau “telah dikoreksi”, untuk selanjutnya komunikasi

akan berjalan dengan lebih baik.

Komunikasi yang “telah diperbaiki” atau “telah dikoreksi” tersebut dapat bermacammacam, bergantung
dari apa yang sebenarnya dialami oleh komunikan atau persepsi

komunikator terhadap gejala yang ditunjukkan oleh mereka. Misalnya, berupa upaya

komunikator untuk memberikan penjelasan ulang, menyampaikan penjelasan dengan

perlahan-lahan, memperkeras volume suara, dan sebagainya. Pada konteks komunikasi

seperti ini, dibutuhkan kemampuan komunikator untuk jeli melihat situasi komunikan

dan memberikan respon yang langsung dapat memperbaiki keadaan yang sedang
berlangsung.

Bila komunikasi memungkinkan para partisipannya untuk saling berhadapan wajah (face

to face) maka feedback yang paling mendasar adalah tatapan mata (eyes contact). Mata

yang menatap komunikator menunjukkan bahwa (para) komunikan benar-benar

memperhatikannya. Ini tentu saja berlangsung secara dua arah. Artinya agar seorang

komunikan menatap mata seorang komunikator, ia harus terlebih dahulu menatap matanya. Selain itu,
ini harus dilakukan dengan sewajar / se-natural mungkin. Secara naluriah,

bila kita berbicara secara tatap muka dengan seseorang, kita akan melakukan itu. Dalam

konteks komunikasi dengan sekelompok orang / komunikasi kelompok, komunikator

sebaiknya menjadi pihak yang mengambil inisiatif melakukan ini. Ia hendaknya membagi

tatapan matanya kepada semua pihak yang hadir, tidak pada seseorang atau sekelompok

orang saja. Ini sangat penting untuk membantu menciptakan suasana yang efektif bagi

pencapaian tujuan komunikasi.

Dengan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa fungsi feedback adalah sebagai

mekanisme kendali untuk mengetahui apakah perilaku komunikasi seorang komunikator

telah efektif untuk mencapai sasarannya.

Dalam Ilmu Komunikasi dikenal beberapa jenis feedback. Tidak semuanya persis

merupakan variasi dari prinsip di atas. Ada di antaranya yang merupakan analogi pada

konteks komunikasi yang lain atau merupakan sifatnya. Jenis-jenis feedback tersebut

adalah :

1. Feedback Positif – Feedback Negatif

Feedback positif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang

menandakan bahwa ia / mereka memahami, membantu dan mau bekerja sama

dengan komunikator untuk mencapai sasaran komunikasi tertentu, dan tidak

menunjukkan perlawanan / pertentangan.

Contohnya : komunikan mengangguk-angguk, memperhatikan dengan serius,


mencatat, responsif ketika ditanya, ….

Feedback negatif adalah isyarat / gejala yang ditunjukkan oleh komunikan yang

menandakan bahwa ia / mereka memiliki sikap serta perilaku yang dapat berkisar

dari mulai tidak setuju hingga tidak menyukai pesan, cara penyampaian, atau

Suplemen Mata Kuliah Teori Komunikasi – STBA Yapari-ABA Bandung - 2009 3

bahkan diri sang komunikator. Segalanya sesuatu yang merupakan lawan dari

feedback positif adalah feedback negatif.

Contohnya : sikap acuh tak acuh, melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya

dengan yang sedang dibahas, mengobrol, mengganggu orang lain, nyeletuk,

memotong pembicaraan / interupsi secara tidak sopan, atau keluar ruangan / walk-

out tanpa izin dari komunikator, dan sebagainya.

2. Feedback Netral – Feedback Zero

Feedback Netral adalah jenis feedback yang sulit untuk dinilai sebagai isyarat /

gejala yang menunjukkan respon positif atau negatif. Dengan kata lain feedback

netral adalah feedback yang tidak jelas wujudnya; apakah itu positif atau negatif.

Contohnya : perilaku diam ketika ditanya mengerti atau tidak, …

Feedback Zero adalah feedback yang sulit dimengerti oleh komunikator.

Komunikator tidak tahu harus menafsirkan isyarat / gejala yang muncul dari

komunikan.

Contohnya : ada yang tertawa ketika komunikator tidak sedang menyampaikan

hal yang lucu, tiba-tiba ada yang menangis, dan sebagainya.

3. Feedback Internal – Feedback Eksternal

Feedback Internal adalah yang menunjukkan sumber dari isyarat / gejala yang

menjadi feedback. Bila itu muncul dari dalam diri komunikator, maka itu disebut

feedback internal. Maksudnya, misalnya ketika komunikator telah mengatakan


sesuatu, tapi kemudian ia ingat sesuatu dan meralat apa yang telah ia katakan,

maka yang kita lihat itu dapat kita katakan sebagai hal yang terjadi karena ada

feedback internal pada diri komunikator.

Feedback Eksternal adalah feedback yang munculnya berasal dari komunikan.

Dalam hal ini komunikan dapat menunjukkannya dengan memberikan ekspresi

wajah tertentu, gerak-gerik, perilaku atau bahkan suara-suara yang muncul ketika

komunikasi tengah berlangsung.

4. Feedback Verbal – Feedback Non-Verbal

Feedback Verbal menunjuk pada bentuk atau wujud dari apa yang disampaikan

komunikan sebagai reaksinya pada suatu perilaku komunikasi tertentu yang

sedang berlangsung. Contoh dari feedback verbal misalnya adalah interupsi

(memotong pembicaraan), nyeletuk (menyampaikan komentar secara spontan

ketika komunikator sedang menyampaikan pesannya), atau dapat pula berupa

secarik kertas yang ditulisi yang mengatakan sesuatu kepada yang sedang

berbicara agar ia segera berhenti karena waktu untuknya sudah habis. Harap

diingat pengertian verbal di sini. Pesan komunikasi yang verbal adalah yang

bentuknya merupakan wujud dari penggunaan bahasa. Artinya, bisa berupa lisan

atau tulisan.

Feedback Non-Verbal adalah yang wujudnya bukan berupa lisan atau tulisan,

seperti ekspresi wajah, gerak-gerik, cara duduk, cara berdiri, cara menatap, bentuk

senyuman, isyarat tangan, dan sebagainya.

Suplemen Mata Kuliah Teori Komunikasi – STBA Yapari-ABA Bandung - 2009 Suplemen Mata Kuliah Teori
Komunikasi – STBA Yapari-ABA Bandung - 2009

5. Feedback Langsung – Feedback Tidak Langsung

Beberapa ahli komunikasi tidak sepakat dengan adanya dua jenis feedback ini.
Alasannya adalah, feedback seharusnya adalah sesuatu yang tampak / dapat

diidentifikasi keberadaannya ketika sebuah proses komunikasi tengah

berlangsung, bukan sesudahnya. Bila sesudahnya, maka itu berarti merupakan

respon atau tanggapan. Mereka menyatakan ini karena pengertian feedback

langsung (immediate feedback) adalah feedback yang ditunjukkan ketika

komunikasi sedang berlangsung, dan feedback tidak langsung (delayed feedback)

adalah feedback yang disampaikan ketika komunikasi telah selesai.

Konteks dua jenis feedback ini adalah pada perbandingan antara komunikasi

interpersona dan komunikasi massa. Pada komunikasi interpersona, jelas untuk

sebagian besar feedbacknya akan bersifat langsung atau segera. Artinya, orang

yang berbicara / komunikator akan dapat segera mengetahui bagaimana reaksi si

komunikan ketika ia sedang menyampaikan pesan tertentu (karena situasinya

tatap muka). Ini berbeda dengan komunikasi massa. Surat kabar, misanya. Para

pembaca tidak dapat memberikan feedback yang segera. Feedback mereka dapat

disampaikan melalui surat pembaca yang biasanya waktunya adalah cukup lama

sejak apa yang ditanggapi terbit atau dibaca oleh komunikan, sehingga surat

pembaca dapat dijadikan contoh sebagai feedback tidak langsung.

Bila kita berpegang pada pengertian yang sebenarnya dari feedback, kedua jenis

feedback terakhir ini dapat dikatakan sebagai sekedar sebuah kiasan. Feedback

sifatnya harus segera dan disampaikan pada saat komunikasi sedang berlangsung.

Oleh karena itu feedback dapat pula kita katakan sebagai sebuah reaksi

komunikan. Akan tetapi bila penyampaiannya adalah pada saat sebuah proses

komunikasi telah berlangsung, maka itu dapat kita katakan sebagai sebuah respon

atau tanggapan.

Feedback sangat penting dalam Komunikasi sehari-hari. Nilai pentingnya bukan saja
pada kemampuan komunikator bagaimana ia bisa menafsirkan isyarat / gejala yang

ditunjukkan kemudian mengambil tindakan yang memperbaiki keadaan, namun juga dari

sisi komunikan, di mana seringkali muncul kebutuhan untuk menyampaikan feedback

secara sengaja. Bila X berbicara dengan begitu percaya diri namun pada saat yang sama

ia tidak menyadari bahwa ia sebenarnya sedang menyinggung perasaan seseorang yang

ada di sekitarnya, bagaimana kita sebagai salah satu komunikannya memberitahu X

secara tidak langsung agar ia dapat mengubah perilaku komunikasinya ? Di sinilah

pengertian menyampaikan feedback (secara sengaja). Untuk sebagian besar kemampuan

menyampaikan feedback secara sengaja kita perlukan pada saat kita menghadapi situasi

di mana yang seharusnya dikatakan tidak bisa dikatakan begitu saja.

Umpan Balik Dalam Proses Komunikasi


Wilbur Schramm yang dikutip dan diterjemahkan oleh Onong Uchjana
Effendi dalam bukunya ‘Dimensi-dimensi Komunikasi’ menyatakan bahwa :
“komunikasi akan berhasil, apabila pesan yang disampaikan komunikator
cocok dengan frame of reference – yakni pengalaman dan pengertian
(collection of experiences and meanings) – yang diperoleh komunikan”.

Selanjutnya menurut Schramm bahwa bidang pengalaman (field of


experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang
pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan,
komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya bila pengalaman
komunikan berlainan, akan terdapat kesukaran untuk mengerti satu sama
lain.

Dengan demikian apabila dalan proses komunikasi dimana komunikator


berusaha memahami dan menyesuaikan diri dengan frame of reference dan
field of experience dari komunikan yang pada gilirannya komunikan akan
berusaha memaknai pesan dari komunikator tersebut, sehingga akan
muncul tanggapan dari komunikan terhadap komunikator yang dinamakan
umpan balik/ feedback.

Umpan balik sangat penting sekali karena dengan umpan balik ini kita dapat
menilai proses komunikasi itu telah berhasil dalam arti membuahkan suatu
efek.Umpan balik tidak menunjukkan setiap perilaku, melainkan
menunjukkan pertautan (relationship) antara perilaku komunikator,
tanggapan komunikan tersebut dan efek tanggapan komunikan tersebut
kepada perilaku komunikator selanjutnya. Dengan demikian umpan balik
berifat langsung dan tidak langsung.

Umpan balik langsung (immediate feedback) terjadi dalam Komunikasi


Interpersonal dan dalam komunikasi kelompok kecil yang komunikator dapat
melihat dan mendengar komunikan secara langsung.

Umpan balik tertunda (delayed feedback) terjadi dalam berbagai jenis situasi
komunikasi, tetapi lebih sering terjadi pada komunikasi massa. Dilain segi
umpan balik tertunda dalam komunikasi massa bersifat selektif, dan
komunikator hanya memperoleh wawasan mengenai bagaimana sebagian
kecil dari komunikannya merasakan tentang pesan yang disampaikannya ,
juga umpan balik tertunda biasanya datang agak lambat.

Menurut Dickson yang dikutip oleh Roger B. Ellis, Robert J. Gates, dan Neil
Kenworthy Dalam buku “Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan”
membedakan bahwa ada dua jenis umpan balik, yaitu :

Umpan balik intrinsik


adalah bagian integral dari setiap interaksi. Informasi akan tersedia dari
orang lain yang terlibat selama suatu interaksi yang menunjukkan respons
mereka terhadap intervensi tertentu. Belajar memperhatikan umpan balik
selama interaksi dan kemudian berespons sesuai dengannya adalah suatu
unsur yang penting dari komunikasi yang efektif.

Umpan balik ekstrinsik


Adalah informasi eksplisit yang disediakan oleh orang lain yang secara
langsung berhubungan dengan interaksi atau dengan kata lain adalah
tambahan pada interaksi yang sebenarnya.Roger B. Ellis, Robert J. Gates,
dan Neil Kenworthy menyataakan umpan balik komunikan membantu hal-
hal berikut :
Memajukan kesadaran diri melalui asimilasi informasi tentang bagaimana
seseorang dilihat oleh orang lain menambah pilihan. Lebih banyak informasi
menyediakan sudut pandang baru dan pilihan-pilihan yang lain. penguatan.
Umpan balik yang positif cenderung mempersering dilakukannya perilaku
yang produktif. dukungan dan motivasi. Budaya kerja yang menggunakan
umpan balik cenderung menyebabkan pekerja merasa lebih dihargai.

Adapun prinsip-prinsip memberi umpan balik menurut Roger B. Ellis, Robert


J. Gates, dan Neil Kenworthy adalah :
1). Bersifat spesifik. Sebuah pernyataan yang jelas tentang apa yang
tepatnya diamati akan lebih berguna daripada sebuah generalisasi yang
luas.
3). Seimbang. Kalau mengangkat aspek kekuatan perlu juga memasukkan
aspek-aspek yang perlu diperbaiki/diperhatikan sebagai aspek
kukurangannya.
3). Tawarkan alternatif yang mungkin. Berikan komentar usulan tentang
bagaimana hal-hal dapat dilakukan dengan cara yang berbeda. Hindari
nasehat yang dogmatis.
4). Lebih menyoroti perilaku dan bukan karakteristik pribadi, karena perilaku
dapat diubah sedang karakteristik pribadi tidak dapat diubah.
5). Jika ada sesuatu tugas, tetaplah berada dalam batasannya. Dengan kata
lain jika diperlukan umpan balik yang spesifik, inilah yang perlu dikomentari.
6). Pikirkan tentang apa yang dikatakan oleh umpan balik anda tentang diri
anda.

Sedangkan prinsip-prinsip menerima umpan balik menurut Roger B. Ellis,


Robert J. Gates, dan Neil Kenworthy adalah :
1). Mempunyai pikiran yang terbuka. Hindari sikap mempertahankan diri
atau argumentative dan jangan menolak umpan balik.
2). Mintalah klarifikasi. dengarkan, pertimbangkan, dan putuskan apa yang
akan anda lakukan sesuai dengan yang dinyatakan dalam umpan balik
tersebut.
3). Memberi umpan balik kepada orang lain merupakan keterampilan
komunikasi tersendiri. Umpan balik dapat diberikan secara konstruktif atau
secara destruktif. Umpan balik yang konstruksif menghasilkan keempat hal
tersebut di atas. Sedangkan umpan balik destruktif membuat penerimanya
merasa negatif dan tidak jelas bagaimana memperbaiki hal tersebut.

You might also like