You are on page 1of 67

Otitis Eksterna AD

Rhinitis Alergi Persisten Ringan


Endah Purbasari
Gianisa Adisaputri
ANATOMI TELINGA
ANATOMI HIDUNG
Otitis Eksterna
Definisi
Radang merata kulit liang telinga yang
disebabkan oleh kuman maupun jamur
dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak
enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di
liang telinga dan kecenderungan untuk
kambuhan.
OE kronik:
◦ durasi infeksinya melebihi 4 minggu
◦ lebih dari 4 episode terjadi dalam kurun 1 tahun.
Epidemiologi
Sebagian grup ras tertentu mempunyai
liang telinga yang kecil, yang menjadi
predisposisi obstruksi dan infeksi.
Angka kejadian otitis eksterna pada
wanita dan pria sama.
Walaupun otitis eksterna dapat ditemukan
pada semua kelompok usia, insidensi
tertinggi ditemukan pada anak usia 7
hingga 12 tahun.
Etiologi
Trauma pada kanalis auditorius eksternus (terutama karena cotton buds)
Infeksi bakteri
◦ Spesies Pseudomonas (38% kasus)
◦ Spesies Staphylococcus
◦ Batang gram negative
Infeksi jamur (jarang, 10%)-spesies Aspergillus
Ragi (jarang) – spesies Candida
Otitis eksterna eczematosa
◦ Eczema
◦ Seborrhea
◦ Neurodermatitis
◦ Dermatitis kontak dari anting atau penggunaan ABD
◦ Otitis media purulenta dengan perforasi membrane timpani dan drainase (hal ini
dapat mirip dengan temuan pemeriksaan otitis eksterna, namun biasanya tidak nyeri
dan tidak terdapat pembengkakan pada liang telinga)
◦ Sensitivitas terhadap obat-obatan topikal.
Faktor yang mempengaruhi
Berenang
Kelembaban
penyumbatan liang telinga
trauma local
Alergi
Pemaparan terhadap air
Penggunaan cotton buds
Patofisiologi
Liang telinga melawan infeksi dengan memproduksi
serumen lingkungan asam dan kaya lisozim.
Serumen yang berlebihan dapat menyebabkan retensi
air dan debris lingkungan ideal untuk invasi bakteri.
Trauma local dari benda asing di liang telinga juga
memicu invasi bakteri langsung di liang telinga.
Infeksimaserasi lokal dan inflamasigejala-gejala
Infeksi bakteri terkadang menginvasi struktur jaringan
lunak lebih dalam dan menghancurkan tulang temporal
dibawahnya OE maligna
Klasifikasi
Penyebab tidak diketahui :
◦ Malfungsi kulit : dermatitis seboroita, hiperseruminosis, asteotosis
◦ Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
◦ Otitis eksterna membranosa.
◦ Meningitis kronik idiopatik
◦ Lupus erimatosus, psoriasis
Penyebab infeksi
◦ Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas.
◦ Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna
granulosa, perikondritis.
◦ Bakteri tahan asam : mikrobakterium TBC.
◦ Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen.
◦ Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum kontangiosum,
variola dan varicella.
◦ Protozoa
◦ Parasit
Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis
lokalisata/desiminata, ekskoriasi, neurogenik.
Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat),
dermatis atopik, erupsi karena obat, dermatitis
eksamatoid infeksiosa, alergi fisik.
Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah,
hemorhagi (hematom vesikel dan bulla), trauma
(terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi).
Perubahan senilitas.
Deskrasia vitamin
Diskrasia endokrin.
OE sirkumskripta
Adalah infeksi bermula dari folikel rambut di
liang telinga
Sebab: bakteri stafilokokus furunkel di
liang telinga di 1/3 luar.
Gejala klinis:
◦ rasa sakit
◦ Keluhan kurang pendengaran
◦ Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan.
◦ Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar
liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta :
◦ Lokal : pada stadium infiltrat diberikan tampon yang
dibasahi dengan 10% ichthamol dalam glycerine,
diganti setiap hari. Pada stadium abses dilakukan
insisi pada abses dan tampon larutan rivanol 0,1%.
◦ Sistemik : Antibiotika diberikan dengan pertimbangan
infeksi yang cukup berat. Diberikan pada orang
dewasa ampisillin 250 mg qid, eritromisin 250 qid.
Anak-anak diberikan dosis 40-50 mg per kg BB.
◦ Analgetik : Parasetamol 500 mg qid (dewasa).
Antalgin 500 mg qid (dewasa).
OE difus
infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi bakteri.
Sebab: Pseudomonas, Staphylococcus albus, Escheria coli
Kulit liang telinga terlihat hiperemis dan udem
Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna
sirkumskripta
Dapat ditemukan sekret berbau.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke
liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan
obat antibiotika sistemik.
Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh
kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang
tersering ialah jamur aspergilus. Kadang-kadang
ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain.
Gejalanya biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di
liang telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan.
Pengobatannya ialah dengan membersihkan liang
telinga. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang
diteteskan ke liang telinga biasanya dapat
menyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat
anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan secara
topikal.
Gejala klinis
Rasa sakit di telinga
Rasa penuh di telinga
Gatal
Kurang pendengaran
Anamnesis
Secara umum, riwayat nyeri telinga
progresif 1-2 hari
Riwayat pajanan atau aktivitas di air,
seperti berenang, berselancar, dan naik
perahu
Gatal di dalam liang telinga
Secret purulen
Tuli konduktif
Perasaan penuh atau tekanan di telinga.
Pemeriksaan fisik
Nyeri pada penarikan struktur telinga luar.
Adenitis periauricular dapat terjadi namun tidak penting
untuk diagnosis.
Pemeriksaan liang telinga memperlihatkan erythema,
edema, dan liang telinga luar yang menyempit.
Akumulasi debris yang lembab dapat ditemukan di liang
telinga.
Membrane timpani dapat sulit untuk dilihat dan dapat
sedikit meradang.
Dapat ditemukan eczema pada pinna.
Keterlibatan saraf cranial (contoh, saraf cranial VII, dan IX-
XII) tidak berhubungan dengan otitis eksterna sederhana.
Tanda-tanda klinis
Otitis Eksterna Ringan : kulit liang telinga
hiperemis dan eksudat, liang telinga
menyempit.
Otitis Eksterna Sedang : liang telinga sempit,
bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
Otitis Eksterna Komplikasi :
Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak
Otitis Eksterna Kronik : kulit liang
telinga/pina menebal, keriput, eritema positif.
Pemeriksaan penunjang
Pewarnaan gram dan kultur sekret di liang
telinga membantu, terutama ketika dicurigai
penyebabnya adalah jamur.
Jika pasien menunjukkan toksisitas sistemik
atau keterlibatan tulang, CT scan tulang
temporal dan mastoid juga diperlukan.
Orang dewasa dengan otitis eksterna dapat
diperiksa gula darah atau tes urin untuk
mengevaluasi diabetes.
Diagnosis banding
Otitis eksterna nekrotik
Otitis eksterna bullosa
Otitis eksterna granulosa
Perikondritis yang berulang
Kondritis
Furunkulosis dan karbunkulosis
dermatitis, seperti psoriasis dan dermatitis
seboroika.
Penatalaksanaan
Analgetik
Antibiotik telinga
Komplikasi
Otitis eksterna maligna adalah komplikasi satu-
satunya yang signifikan.
Otitis eksterna akut dapat menyebar ke pinna,
mengakibatkan chondritis, terutama pada pasien
dengan telinga yang baru ditindik.
Ketoasidosis diabetikum kadang ditemukan pada
pasien diabetes dengan kondisi ini.
Herpes zoster dapat muncul dengan gejala yang
mirip otitis eksterna. Sindrom Ramsey Hunt adalah
komplikasi herpes zoster yang jarang terjadi.
Prognosis
Sebagian besar pasien dengan otitis
eksterna membaik setelah 48-72 jam
pemberian antibiotik.
Jika terjadi kegagalan perbaikan dalam 2-
3 hari, reevaluasi pasien dan
pertimbangkan kembali diagnosis.
Intervensi pembedahan kadang
dibutuhkan untuk otitis eksterna kronik.
Rhinitis Alergi
Definisi
Rinitis tergolong infeksi saluran napas
yang dapat muncul akut atau kronik.
 Rinitis disebut kronik bila radang
berlangsung lebih dari 1 bulan.
Rinitis Alergika secara klinis
didefinisikan sebagai gangguan fungsi
hidung, terjadi setelah paparan alergen
melalui peradangan mukosa hidung yang
diperantarai IgE
Jenis
Rhinitis alergika perennial
Rhinitis alergika seasonal
WHO Initiative Allergic Rhinitis and Its Impact
on Asthma 2000 :
◦ Intermiten: gejala <4 hari tiap minggu atau <4 minggu
◦ persisten : gejala >4 hari tiap minggu atau >4 minggu.
klasifikasi menurut berat ringannya penyakit:
◦ gejala ringan: tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
◦ gejala sedang sampai berat: terdapat 1 atau lebih
gangguan seperti gangguan tidur, belajar, dan bekerja.
Etiologi
Alergen
Polutan
Aspirin dan NSAID
Patofisiologi
Pada rinitis alergika terjadi perubahan
kualitatif monosit dan granulosit.
 terjadi respons selular yang meliputi:
kemotaksis, pergerakan selektif dan
migrasi sel-sel transendotel.
Pelepasan sitokin dan kemokin antara lain
IL-8, IL-13, eotaxin dan RANTES 
penarikan sel-sel radang inflamasi
alergi.
Aktivasi dan deferensiasi bermacam-macam
tipe sel termasuk: eosinofil, sel CD4+T, sel
mast, dan sel epitel.
Alergen menginduksi Sel Th-2peningkatan
ekspresi sitokin IL-3, IL-4, IL-5, IL-9, IL-10
merangsang IgE, dan sel Mast.
Sel Mast menghasilkan IL-4, IL-5, IL-
6mengadakan upregulasi ICAM-1.
Khemoattractant IL-5 dan RANTES infiltrasi
eosinofil, basofil, sel Th-2, dan sel Mast.
Pelepasan mediator di antaranya histamin dan
cystenil-leukotrienmediator utama dalam
rinitis alergika gejala rinorea, gatal, dan
buntu.
Penyusupan eosinofil menyebabkan kerusakan
mukosa  memungkinkan terjadinya iritasi
langsung polutan dan alergen pada syaraf
parasimpatik, bersama mediator Eosinophil
Derivative Neurotoxin (EDN) dan histamin
menyebabkan gejala bersin.
Gejala klinis
Manifestasi utama adalah rinorea, gatal
hidung, bersin-bersin dan sumbatan
hidung. Gejala rinitis sangat
mempengaruhi kualitas hidup penderita.
Tanda-tanda fisik
meliputi perkembangan wajah yang abnormal,
maloklusi gigi, allergic gape (mulut selalu
terbuka agar bisa bernafas), allergic shiners (kulit
berwarna kehitaman dibawah kelopak mata
bawah), lipatan tranversal pada hidung
(transverse nasal crease), edema konjungtiva,
mata gatal dan kemerahan.
Pemeriksaan rongga hidung dengan spekulum
sering didapatkan sekret hidung jernih,
membrane mukosa edema, basah dan kebiru-
biruan
Diagnosis
Berdasarkan pada
◦ keluhan penyakit
◦ tanda fisik
◦ uji laboratorium
Diagnosis banding
Rinitis vasomotor
Rhinitis bacterial
Rinitis virus
Influenza (Flu)
Penyulit
Sinusitis kronis (tersering)
Poliposis nasal
Sinusitis dengan trias asma (asma, sinusitis
dengan poliposis nasal dan sensitive terhadap
aspirin)
Asma
Obstruksi tuba Eustachian dan efusi telingah
bagian tengah
Hipertropi tonsil dan adenoid
Gangguan kognitif
Penatalaksanaan
Antihistamin
Dekongestan
Kortikosteroid
Menghindari alergen
ILUSTRASI KASUS
Identitas
Nama : Nn. Mia Amelia
Usia : 27 tahun
Jenis kelamin: Perempuan
Agama : Protestan
Suku bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Guru TK
Alamat : Jl. Yos Sudarso
Anamnesis
Keluhan Utama
• Nyeri telinga kanan sejak 2 bulan
SMRS.
Keluhan Tambahan
• Keluar cairan, gatal, penurunan
pendengaran telinga kanan, nyeri
dibelakang telinga kanan, bersin-
bersin, dan pilek.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga kanan sejak 2
bulan datang ke poli THT. Nyeri hebat dan berdenyut
terasa hingga kebelakang telinga.
Pasien juga mengeluh keluar cairan dari telinga kanan 5
minggu yang lalu. Cairan awalnya bening yang kemudian
berubah menjadi warna kuning bercampur darah.
Penurunan pendengaran juga dirasakan pasien sejak 2
bulan yang lalu.
Gatal yang hilang timbul pada telinga kanan.
Pasien memiliki kebiasaan membersihkan tekinga
menggunakan kapas cotton bud.
…Riwayat Penyakit Sekarang

Berdenging (-), rasa penuh pada telinga (-),


pusing berputar (-), untuk keluhan ini pasien
sudah berobat ke puskesmas dan diberi obat cuci
telinga dan amoxicillin.
Pasien juga mengeluhkan sering bersin di pagi
hari lebih dari 5 kali.
Bersin disertai pilek dengan ingus encer dan
bening yang sudah dialami pasien sejak SMA.
Bersin dan pilek jika pasien terkena debu rumah
dan bila terjadi perubahan cuaca. Pasien minum
CTM untuk keluhan ini.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga

 Riwayat keluar cairan dari  Alergidisangkal


telinga kanan sekitar 4-5  Asma disangkal
tahun yang lalu, selama 4  Diabetes Mellitus disangkal
bulan
 Riwayat alergi makanan (+)
 Alergi debu (+)
 Asma (-)
 Diabetes mellitus (-)
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
◦ Keadaan umum : Sakit ringan
◦ Kesadaran : Compos mentis
◦ Tekanan darah : 120/80 mmHg
◦ Frekuensi nadi : 78 kali/menit
◦ Frekuensi pernapasan : 18 kali/menit
◦ Suhu : afebris
Teling
a
Rinoskopi Anterior
Faring

• Gigi geligi
Lengkap, karies (-), missing (-)
• Kelenjar limfe
Kelenjar getah bening submandibula, supraclavicula, dan retroaurikula
tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
Resume
Pasien wanita, 27 tahun, datang dengan
keluhan nyeri telinga kanan sejak 2 bulan
sebelum ke poli THT. Nyeri dirasakan hebat,
berdenyut dan terasa hingga ke belakang
telinga. Keluar cairan (+) sejak 5 minggu
yang lalu, awalnya bening berubah menjadi
kuning bercampur darah, gatal (+),
penurunan pendengaran (+). Pasien sudah
berobat ke puskesmas dan diberikan obat
cuci telinga dan amoxicillin.
…resume

Bersin-bersin dipagi hari (+) > 5 kali. Pilek


(+), secret (+) encer dan bening timbul sejak
SMA. Keluhan ini dirasakan jika terkena debu
rumah dan perubahan cuaca. Pasien minum
CTM untuk keluhan ini. Pada riwayat penyakit
dahulu pasien pernah mengalami keluar cairan
dari telinga kanannya sekitar 4-5 tahun yang
lalu dan pasien memiliki riwayat alergi.
…resume
Diagnosis Kerja


Otitis eksterna difus AD

Rinitis alergi persisten ringan.

Diagnosis Banding


Otomikosis

Pemeriksaan Anjuran


Tes alergi : tes cukit kulit

Pewarnaan gram & kultur sekret
Medikame
ntosa
Edukasi

Tampon telinga yang dioleskan ●
Kontrol 3 hari kemudian.
antibiotik salep (Neomisin, ●
Menghindari kontak dengan
polimiksin B, dan allergen penyebab (debu dan
hidrokortison) selama 3 hari. tungau).

Antihistamin ●
Tidak boleh membersihkan telinga

Loratadin (1 x 1 tablet/hari). sendiri dengan kapas cotton bud.

Dekongestan oral

Tidak boleh berenang atau menjaga

Nalgestan (2 x 1 tablet/hari) telinga agar air tidak masuk.
ANALISA KASUS
Anamnesis dan PF
nyeri hebat pada telinga yang sering pilek dan bersin-bersin dipagi
menjalar ke belakang telinga hari dan jika terkena debu rumah.
keluar cairan dari telinga kanan Bersin lebih dari 5 kali dalam satu

yang awalnya berwarna jernih dan serangan.


berubah menjadi kuning Pilek dengan secret encer dan bening.
bercampur darah. Keluhan ini ada sejak pasien masih
Gatal pada telinga kanannya SMA dan dirasakan setiap hari,
pendengarannya berkurang namun pasien tidak merasa terganggu
aktivitasnya.
pernah mengalami keluhan seperti
riwayat alergi makanan.
ini sekitar 4-5 tahun yang lalu.
PF: konka inferior nares dextra dan
PF: nyeri tekan dan tarik pada
sinistra oedem dan berwarna pucat.
aurikula dextra, Liang telinga Pada kavum nasi bilateral didapatkan
kanan hiperemis, terdapat secret secret encer dan bening.
dan serumen rhinitis alergi persisten ringan
 otitis eksterna difusa.
Penatalaksanaan
otitis eksterna difus:
◦ tampon telinga yang dioleskan antibiotik.
Rhinitis alergi persisten ringan:
◦ antihistamin oral golongan 2
◦ dekongestan oral.
Tatalaksana terpenting dalam rhinitis
alergi adalah edukasi pasien menghindari
pajanan allergen.
KESIMPULAN
OE adalah radang liang telinga akut maupun kronis
disebabkan oleh bakteri dapat terlogalisir atau
difus, telinga rasa sakit.
Otitis eksterna dibagi menjadi otitis eksterna
sirkumskripta, otitis eksterna difus dan otomikosis.
Gejala untuk masing-masing tidak jauh berbeda
seperti nyeri pada telinga, gatal dan penurunan
pendengaran.
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotik
ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik
antara obat dengan kulit yang meradang.
Rintis alergi adalah inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan
alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
Gejala yang dapat timbul antara lain bersin-bersin, rinore, rasa
gatal pada mata dan hidung, mata berair, serta hidung terasa
tersumbat.
Pada PF hidung tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau
livid (biru keunguan) disertai adanya sekret encer yang banyak.
Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi/oedem.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah tes cukit kulit untuk
mengetahui alergen penyebab rinitis alergi pada pasien.
Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan
alergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi. Selain itu
pengobatan dengan medikamentosa dan operatif dapat
dipertimbangkan.
Daftar Pustaka
 Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Available from : http://www.
bcm.tme.edu/oto/grand/101295.htm. Accessed : 2010, Sept 20.
 Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan
Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Available from :
www.usudigitallibrary.com. Accessed : 2010. Sept 20.
 Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Available from : http:sav-ondrugs.
com/shop/templates/encyclopedia/ ENCY/ artcle/000622. asp. Accessed : 2008,
March 28.
 Carr, MM. 2000. Otitis Eksterna. Available from : http://www.
icarus.med.utoronto.ea/carr/manual/otitisexterna. htm. Accessed : 2010, Sept 20.
 Fatih, M. 2007. Otitis Eksterna. Available from :
http://hennykartika.wordpress.com/2007/12/29/otitis-eksterna/. Accessed : 2010,
Septr 20.
 Sosialisman & Helmi. 2001. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
 Anonim. 2006. Otitis Eksterna. Available from : http://www.kalbe.co.id. Accessed :
2010, Sept 20.
Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar.
Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar.
Roland PS, Stroman DW. Microbiology of acute otitis
externa. Laryngoscope. Jul 2002;112(7 Pt 1):1166-77. 
Osguthorpe JD, Nielsen DR. Otitis externa: Review and clinical
update. Am Fam Physician. Nov 1 2006;74(9):1510-6. 
Wall GM, Stroman DW, Roland PS, Dohar J. Ciprofloxacin
0.3%/dexamethasone 0.1% sterile otic suspension for the topical
treatment of ear infections: a review of the literature. Pediatr
Infect Dis J. Feb 2009;28(2):141-4. 
[Guideline] Rosenfeld RM, Brown L, Cannon CR, et al. Clinical
practice guideline: acute otitis externa. Otolaryngol Head Neck
Surg. Apr 2006;134(4 Suppl):S4-23. 
Roland PS, Belcher BP, Bettis R, et al. A single topical agent is clinically
equivalent to the combination of topical and oral antibiotic treatment for
otitis externa. Am J Otolaryngol. Jul-Aug 2008;29(4):255-61. 
Kim D, Bhimani M. Ramsay Hunt syndrome presenting as simple otitis
externa. CJEM. May 2008;10(3):247-50. 
Beers SL, Abramo TJ. Otitis externa review. Pediatr Emerg
Care. Apr 2004;20(4):250-6. 
Block SL. Otitis externa: providing relief while avoiding complications. J
Fam Pract. Aug 2005;54(8):669-76. 
Niparko JK. Hearing loss and associated problems. In: Principles of
Ambulatory Medicine. 4th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 1995:1408-9.
Rahman A, Rizwan S, Waycaster C, Wall GM. Pooled analysis of two
clinical trials comparing the clinical outcomes of topical
ciprofloxacin/dexamethasone otic suspension and polymyxin
B/neomycin/hydrocortisone otic suspension for the treatment of acute otitis
externa in adults and children. Clin Ther. Sep 2007;29(9):1950-6. 

You might also like