Professional Documents
Culture Documents
TERJEMAHAN :
Selama abad ini dua gelombang ekspansi demokratis yang telah termasuk
periode dramatis perkembangan teori dan empiris dalam ilmu sosial.*_
Yang pertama terjadi setelah pergantian abad, ketika Woodrow Wilson,
Harold Gosnell, Walter Lippman dan lainnya meneliti kembali sifat dari
politik dalam demokrasi massa moderen. Periode kedua setelah Perang
Dunia Kedua. Berusaha untuk mengenali kebutuhan untuk demokrasi yang
stabil dan berhasil dan faktor – faktor yang menentukan demokrasi
dalam antar perang Eropa. Periode ini termasuk para ilmuwan seperti
Barrington Moore, Hannah Arendt, Gabriel Almond, Raymond Aron dan
Seymour Martin Lipset.
Kita sekarang hidup melalui tiga periode fermen demokratis yaitu
menghasilkan gerakan dramatis penelitian akademis pada tema – tema dari
demokratisasi dan politik demokrasi. Sistem politik dari Eropa Tengah
dan Eropa telah mengalami proses menakjubkan atas perubahan rezim.
Tekanan populer telah bergerak kedepan proses demokrasi di Asia Timur,
bertingkat dari gerakan pengaruh orang – orang di Filipina pada
reformasi demokratis di Korea Selatan dan Taiwan. Gelombang demokrasi
pemilu telah menciptakan kebebasan baru untuk publik ini dan teori baru
dan pertanyaan politik untuk para ilmuwan sosial. Untuk pertama kalinya
saksi transisi dari komunisme ke demokrasi dan sifat dan tujuan dari
transisi ini adalah tidak jelas. Sama halnya, ekspansi dari demokrasi pada
masyarakat berakar daam tradisi non Barat memunculkan pertanyaan
tentang dasar populer dalam masyarakat ini.
Sebagaimana transisi demokrasi ini terjadi, tantangan baru pada
proses demokratis mengembangkan bangsa industri menghadapi masalah
perubahan struktur ekonomi, kekuatan baru atas perubahan budaya dan
hubungan baru antara warga negara dan pemerintah. Keragaman budaya
dan fragmentasi etnis adalah masalah umum baru untuk negara – negara
Eropa di Timur dan Barat. Permintaan politik dinyatakan oleh para ahli
lingkungan, gerakan wanita dan grup warga negara lainnya adalah
menghadapi hampir semua masyarakat industri yang maju. Pola baru dan
kembangan dari partisipasi politik adalah fenomena umum dalam bangsa
ini. Sebanding umumnya adalah pertanyaan tentang sifat berubah dari
prilaku pemilihan dan pilihan elektoral dalam demokrasi industri maju.
Dimana saja, nampaknya, pertanyaan – pertanyaan baru tentang sifat dari
demokrasi berkembang.
Terlalu cepat memberitahu apakah periode dari perubahan politik
ini akan menghasilkan tipe kemajuan teoritis dan empiris yang dibarengi
dua periode sebelumnya. Tentu saja alat – alat ilmiah kita adalah lebih
rumit daripada periode sebelumnya dan pengetahuan kita tentang
masyarakat dan politik adalah lebih besar.. Even ini memberikan
kesempatan khusus untuk menguji teori kita, mengembangkan batasan
pengetahuan dan mengembangkan teori baru. Kita normalnya mengamati
sistem politik kita dalam keadaan seimbang, ketika stabilitas dan
perubahan tambahan mendominasi hasil kita. Sekarang kita mempunyai
kesempatan untuk meneliti pertanyaan atas perubahan fundamental dan
adaptasi yang sering menuju inti dari kepentingan teoritis, tetapi yang
kita jarang mengamatinya secara langsung.
Tugas dari esai ini adalah untuk meninjau beberapa penelitian
utama dalam prilaku komparatif politiki. Adalah tidak mungkin untuk
memberikan tinjauan komprehensif dari bidang ilmu dalam beberapa
halaman (See Dalton and Wattenberg, 1993; Klingermann and Fuchs,
1995; Kaase and Newton, 1995). Namun, kita fokus pada beberapa bidang
utama penelitian. Saya memilih bidang ini atas dua alasan. Pertama, saya
percaya bahwa bidang ilmu ini telah membuat kemajuan penelitian yang
signifikan dalam tahun – tahun terbaru. Kedua, meskipun contoh ini
adalah sebagian besar didapat dari penelitian tentang kemajuan
masyarakat industri, mereka juga relevan pada proses transisi unuk
kemunculan demokrasi. Ini adalah bidang ilmu yang kita dapat
kembangkan pengetahuan kita sekarang dalam konteks gelombang global
dari demokrasi.
Perubahan Pemilu
Pemilu adalah prosedural sentral dari representasi dalam demokrasi
moderen dan penelitian masa lalu telah menghasilkan kemajuan dramatis
dalam pengetahuan kita tentang bagaimana para pemilih mencapai
keputusan mereka.
Tema utama dalam penelitian pemilu kontemporer melibatkan
perubahan dalam faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan
pengambilan suara. Pilihan politik dalam sebagian besar demokrasi Barat
secara tradisional disusun oleh kelas, relijius, dan divisi sosial lain.
Karena individual sering kurang dipersiapkan untuk menangani dengan
kompleksitas politik, mereka menyandarkan pada isyarat politik dari
referensi grup eksternal dalam mencapai keputusan politik mereka. S elain
itu, lembaga sosial seperti serikat dan gereja adalah aktor politik utama,
mempengaruhi baik elit politik dan keanggotaan mereka. Seymour Lipset
dan Stein Rokkans meringkas posisinya dalam kesimpulan terkenal:”
sistem kepartaian tahun 1960an mewakili, tetapi dengan sedikit
pengecualian signifikan, struktur ruang tahun 1920an” (1967, p 50).
Penelitian pemilu awal sebagian besar substansi Lipset dan klaim Rokkan.
Sebagaimana tema stabil in, ruang berdasarkan voting menjadi
kebijakan konvensional, perubahan dramatis mulai untuk mempengaruhi
sistem partai yang sama. Partai – partai yang berdiri adalah disajikan
dengan permintaan baru dan tantangan baru dan bukti dari perubahan
partisan menjadi jelas. Dalam dekade, pertanyaan dominan berubah dari
menjelaskan adanya politik pemilu untuk menjelaskan perubahan
elektoral (Dalton et al 1984; Crewe and Denver, 1985).
Tumbuhnya penekanan pada perubahan pemilu mulai dengan bukti
bahwa divisi kelas dan agama berkurang dalam pengaruhnya. Sebagai
contoh, Lipset menunjukan pengurangan dalam level voting kelas untuk
beberapa negara demokrasi Barat (Lipset, 1981: appendix).
Mengkolaborasikan penelitian berasal dari Australia (McAllister, 1992),
Britain (Franklin, 1985), Jerman (Baker et al., 1981), Japan (Watanuki,
1991) dan demokrasi industri maju lainnya (Inglehart, 1990; Lane and
Ersson, 1991; Nieuwbeerta, 1995). Salah satu hasil utama dari generasi
terakhir penelitian pemilu menyatakan bahwa posisi sosial tidak lagi
menentukan posisi politik sebagaimana ketika penyesuaian sosial
terhambat, 9
Mark Franklin dan koleganya memenuhi sebagian besar bukti
paling komprehensif mendukung kesimpulan ini (Franklin et al., 1992)
Mereka melacak kemampuan dari sekumpulan karakteristik sosial
(termasuk kelas sosial, pendidikan, pendapatan, keagamaan dan jender)
untuk menjelaskan pilihan partisan. Lintas empat belas demokrasi Barat,
mereka menemukan pengurangan konsisten dalam dampak voting dari
struktur sosial. Tingkat dan waktu dari penurunan ini beragam lintas
bangsa tetapi produk akhir tetap sama. Mereka menyimpulkan dengan
kebijakan konvensional baru dari perbandingan penelitian pemilu: “ Satu
hal yang dipunyai hingga sekarang menjadi cukup nampak adalah hampir
semua dari negara – negara telah mempelajari bagaimana
penurunan….dalam kemampuan ruang sosial pada struktur individual
pilihan voting” (Franklin et al., 1992: p. 385).
Dalam banyak demokrasi barat pengurangan pengaruh ruang grup
pada pilihan pemilu adalah paralel dengan pengurangan dalam
kemampuan dari partisan attachment (atau identifikasi partisan) untuk
menjelaskan prilaku politik. Kelebihan dari identifikasi partisan telah
melemah dalam beberapa demokrasi Barat selama generasi masa lampau
(see review in Dalton, 1996). Sama halnya, voting dan fenomena lain
menunjukan bahwa warga negara tidak lagi voting karena partai. Perot’s
sangat menunjukan pada tahun 1992 American presidential election,
hancurnya sistem partai Jepang atau terobosan Berlusconi dalam politik
Italia memberikan ilustrasi grafis dari bagaiamna partai lemah
menghubungkan potensi untuk substansi kerentanan pemilu.
Penurunan sebelumnya jangka panjang berdasarkan pada posisi
sosial atau kepartisipasian harus merubah basis untuk prilaku pemilihan
untuk faktor – faktor jangka pendek, seperti citra kandidat dan isu
pendapat. Ada bukti bahwa tata baru pemilu memasukan perubahan
terhadap citra kandidat dalam pilihan pemilu Amerika dan data
perbandingan ada untuk demokrasi barat lain (Bean and Mugham, 1989;
Bean, 1993). Selain itu, ada tanda dari tumbuhnya personalisasi
kampanye politik dalam demokrasi Barat; kesempatan foto, wawancara
personal, diskusi dan bahkan debat kandidat di televisi menjadi standar
pemilihan yang adil (Kaase, 1994).
Penurunan dalam pengaruh jangka panjang dalam pemberian suara
telah meningkatkan potensi untuk isu pengambilan suara. Mark Franklin
(1985) menunjukan bahwa pengurangan pengaruh pada kekuatan jangka
panjang pada keputusan voting Inggris adalah diseimbangkan dengan
peningkatan dampak isu pengambilan suara. (Juga Baker et al., 1981,
ch.10; Van der Eijk and Niemoeller, 1983; Rose and McAllister, 1986).
Oddbjorn Knutsen (1987) dan lainnya menghubungkan isu kepentingan
pada pengurangan ruang sosial sebelumnya. 10 dalam meninjau bukti dari
studi komparatif mereka dari prilaku pemberian suara, Mark Franklin et
al (1992, p 400). Mendukung poin ini, menyimpulkan: “ Jika semua isu
kepentingan untuk para pemilih telah diukur dan memberikan beban
mereka, maka kemunculan isu pemberian suara akan mengkompensasi
lebih atau kurang tepatnya untuk penurunan dalam ruang politik.
Untuk kemajuan demokrasi industri, pengembangan ini
mempunyai potensi tidak pasti untuk sifat dari proses pemilihan
demokratis (Dalton, 1996; Klingemann and Fuchs, 1995). Perubahan ini
dapat memperbaiki atau melemahkan kualtas dari proses demokratis dan
representasi dari kepentingan politik publik. Sifat dari kepercayaan politik
kontemporer berarti bahwa pendapat publik adalah secara simultan
menjadi lebih terlibat dan kurang dapat memperkirakan ketidakpastian
mendorong partai – partai dan para kandidat untuk menjadi lebih sensitif
pada pendapat publik, setidaknya pendapat dari mereka yang memberikan
suara. Isu motivasi para pemberi suara adalah lebih mungkin setidaknya
setelah suara mereka didengar, bahkan jika mereka tidak diterima. Selain
itu, kemampuan para politisi untuk mempunyai komunikasi tanpa media
dengan para pemberi suara dapat memperkuat hubungan antara para
politisi dan orang – orang. Pada beberapa tingkatan, individualisasi dari
pilihan pemilu mengembalikan gambaran sebelumnya dari para pemberi
suara bebas yang terinformasi yang kita telah temukan dalam teori
demokrasi klasik (Popkin, 1991).
Pada waktu yang sama, ada potensi sisi gelap pada kekuatan baru
ini dalam politik pemilihan. Kemunculan isu politik tunggal mengurangi
kemampuan masyarakat untuk menangani dengan isu politik yang
mengeluarkan kepentingan khusus, seperti defisit anggaran Amerika.
Kaum elit yang membawa isu publik dapat menekankan kinerja terbaru,
dapat menghasilkan definisi sempit dari rasionalitas yang sangat
berbahaya pada demokrasi sebagai “pembekuan” pembagian sosial. Selain
itu, kontak langsung tanpa mediasi antara para politisi dan warga negara
membuka potensi untuk ekstrimisme politik dan demagoguery (pemimpin
politik yang mencari dukungan dengan mengungkapkan keinginan populer
dan perkiraan daripada menggunakan argumen rasional) . Baik gerakan
politik ekstrem saya kanan dan sayap kiri kemungkinan diuntungkan dari
lingkungan politik baru ini, setidaknya dalam jangka pendek
Untuk kemunculan demokrasi, ada kesamaan nampak pada
gambaran dari pilihan pemberian suara kita baru saja gambarkan.
Kemunculan sistem partai tidak mungkin berdasarkan pada pembagian
grup stabil, khususnya ketika transisi demokratis telah terjadi cukup cepat,
sebagaimana dalam pelibatan yang dapat memandu prilaku mereka. Maka,
pola pilihan pemilu dalam banyak demokrasi baru t dapat melibatkan
faktor jangka pendek yang sama - citra kandidat dan isu posisi - yang
baru – baru ini mendapatkan keunggulan dalam politik pemilu dari
kemajuan demokrasi industri.
Kesamaan baru ini adalah hanya buatan, akan tetapi. Mereka tidak
mencapai dibawah permukaan dari proses pemilihan.Kemajuan industri
maju mengalami evolusi dalam pola pilihan pemilu yang mengalir dari
penguraian kesesuaian lama dan pelibatan partai, pengembangan
pemilihan yang lebih rumit dan usaha untuk bergerak diluar batasan
perwakilan demokrasi. Kekuatan pemilu baru dalam demokrasi Barat
juga berkembang dalam setting pemilu dimana grup tradisional –
berbasis dan petunjuk partisan masih mengeluarkan pengaruh signifikan,
meskipun menghilang.
Sistem partai demokratik baru dari Eropa timur dan Asia Timur
menghadapi tugas mengembangkan struktur dasar pilihan pemilu –
kerangka kerja politik dimana Lipset dan Rokkan membahas secara
historis untuk Barat. Ini mewakili kesempatan unik untuk mempelajari
proses ini secara ilmiah; untuk meneliti bagaimana pelibatan partai baru
mengambil tempatnya, hubungan antara grup sosial dan bentuk – bentuk
partai, citra partai berkembang dan warga negara belajar proses mewakili
demokrasi. Kerangka kerja Lipset/Rokkan dapat memberikan kerangka
kerja untuk mempelajari bagaimana bentuk identitas politik baru. Akan
tetapi, sekarang kita dapat mempelajari proses ini dengan alat – alat
ilmiah dari penelitian empiris. Selain itu, kreasi sistem partai dalam dunia
global televisi, pengetahuan lebih besar tentang politik pemilu (dari level
elit dan publik) dan secara fundamental para pemilih berbeda adalah tidak
mungkin untuk mengikuti pola Eropa Barat pada tahun 1920an.
Untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan ini kita akan memerlukan
pandangan dinamis pada proses ini dari partisan dan perubahan pemilu.
Jarang terlalu cepat untuk menentukan bagaimana para ilmuwan sosial
akan merespon pada tantangan ini. Telah ada pengembangan
mengesankan dari dasar empiris dalam demokrasi baru ini –
pengembangan yang menggunakan berdekade – dekade dalam beberapa
Demokrasi Barat. Ada banyak dorongan tanda – tanda dan studi empiris
mengesankan berasal dari Eropa Timur dan Asia Timur. Tes
sesungguhnya, bagaimanapun, adalah apakah para ilmuwan fokus pada
pertanyaan umum ini atau sederhana menjadi peniru dari ilmuwan
sebelumnya di Barat.