Professional Documents
Culture Documents
2. Badan
V.4. Penyitaan
a. Pengertian
b. Tata Cara Penyitaan
c. Benda yang dapat dilakukan penyitaan
d. Benda sitaan yg dapat dijual lelang
e. Pengembalian Benda Sitaan
V.4.a. Pengertian Penyitaan
Psl. 1 angka 16 KUHAP
Adalah :
• Serangkaian tindakan penyidik
• Mengambil alih / menyimpan di bawah
penguasaannya
• Benda : bergerak / tidak bergerak, berwujud /
tidak berwujud
• Untuk kepentingan pembuktian, dalam :
– Penyidikan
– Penuntutan
– Peradilan
V.4.b. Tata Cara
Penyitaan
a. Oleh penyidik, dengan SP, Izin Ketua PN
b. Sangat mendesak, tanpa izin setelah menyita
minta persetujuan Ketua PN
c. Tertangkap tangan saat itu disita
d. Menyita surat harus ada izin khusus
e. Benda ada pd orang lain, diminta utk
menyerahkan dg tanda terima
f. Surat rahasia harus ada izin khusus dari Ketua
PN
g. Semua benda sitaan disimpan di Rupbasan
V.4.c.Benda yang dapat
dilakukan Penyitaan
1. Benda/tagihan diperoleh dari tindak
pidana
2. Alat melakukan tindak pidana
3. Benda utk menghalangi penyidikan
4. Benda yg khusus dibuat utk melakukan
tindak pidana
5. Benda lain yg mempunyai langsung dg
tindak pidana
6. Benda yg ada dlm sitaan perdata/pailit
V.4.d.Benda Sitaan
yang dapat di lelang
1. Benda yang cepat rusak, biaya simpan
tinggi
2. Prosedur :
a. Dengan persetujuan tersangka
b. Sisihkan utk BB
c. Uang Hasil lelang jadikan BB
d. BS berbahaya , terlarang > amankan
V.4.e.Pengembalian
Benda Sitaan
Sebelum putusan :
• Tidak diperlukan lagi dik / tut
• Perkara dihentikan dik / tut nya
• Perkara dideponeer oleh JA
• Perkara ditutup demi hukum
Setelah putusan :
• Dikembalikan kpd yg disebut dlm putusan
• Dirampas untuk negara
• Dirampas untuk dimusnahkan
• Untuk bukti perkara lain
PEMERIKSAAN
a. Saksi
b. Ahli
c. Tersangka
Pemeriksaan Saksi
1. Menjadi saksi adalah kewajiban hukum
2. Syarat sahnya kesaksian
3. Pemanggilan
4. Pemeriksaan dengan BA
5. Tidak dapat menjadi saksi dan dapat
mengundurkan diri sbg saksi
6. BAP berisi tanya jawab
7. Ditandatangani Penyidik, Saksi/Tsk
Pemeriksaan Ahli
• Minta pendapat
• Sebelum pemeriksaan disumpah/janji
• Dapat memberikan laporan
Pemeriksaan Tersangka
1. Tsk – Psl. 1 angka 14
2. Dipanggil secara sah
3. Diberitahukan :
a. hak-haknya ( didampingi PH )
b. Tindak pidana yg disangkakan
4. BAP dto Tersangka dan Penyidik
PRA PERADILAN
a. Pengertian
b. Obyek
c. Subyek
d. Acara
e. Putusan
f. Gugurnya permintaan
Pengertian Praperadilan
( Psl. 1 angka 10 )
Wewenang pengadilan negeri, untuk
memeriksa dan memutus :
1. Sah/tidaknya penangkapan, penahanan atas
permintaan Tsk/Kel/Kuasanya
2. Sah/tidaknya penghentian penyidikan /
penuntutan atas permintaan demi tegaknya
hukum dan keadilan
3. Permintaan ganti kerugian / rehabilitasi oleh
Tsk/Kel/Kuasa yg perkaranya tidak diajukan ke
pengadilan.
Obyek Praperadilan
a. Tidak sahnya penangkapan
b. Tidak sahnya penahanan
c. Tidak sahnya penghentian Penyidikan
d. Tidak sahnya penghentian penuntutan
e. Tidak sahnya penyitaan
f. Ganti kerugian
g. Rehabilitasi
Subyek Praperadilan
1. Tidak sahnya penangkapan/penahanan
Oleh : Tersangka / Keluarga / Kuasanya
2. Tidak sahnya penghentian penyidikan
Oleh : PU, Pihak ketiga ybkpt
3. Tidak sahnya penghentian penuntutan
Oleh : Penyidik, Pihak Ketiga ybkpt
4. Tidak sahnya penyitaan
Oleh : Tsk / Kel, Pihak Ketiga ybkpt
5. Ganti rugi / Rehabilitasi
Oleh Tsk / Kel, Pihak ketiga ybkpt
Acara Pemeriksaan
Praperadilan
1. Permintaan diajukan kpd PN tempat
termohon tinggal
2. Hakim tunggal, panitera yg menetapkan
setelah tiga hari ditunjuk
3. Hakim mendengar keterangan pemohon,
Tsk, pejabat yg berwenang, surat-surat
yg berhubungan dengan perkara
4. Tujuh hari harus sudah putus.
Putusan
Praperadilan
1. Penangkapan / penahanan tidak sah :
a. Tsk/Tdw segera dikeluarkan
b. Besarnya ganti rugi + rehabilitasi
2. SP-3 tidak sah penyidikan/penuntutan
dilanjutkan
3. SP-3 sah :
a. Tsk ditahan > tetapkan ganti kerugian + rehabilitasi
b. Tsk tidak ditahan > rehabilitasi
4. Penyitaan tidak sah > BS dikembalikan
5. Tidak dapat dimintakan banding, kecuali SP-3
Gugurnya Permintaan
Praperadilan
• Perkara pokoknya sudah mulai diperiksa
oleh pengadilan negeri
• Perkara praperadilan belum selesai /
belum diputus
• Maka permintaan praperadilan gugur demi
hukum.
GANTI KERUGIAN
a. Pengertian
b. Pemeriksaan
c. Bentuk Putusan
d. Daluarsa
e. Jumlah besarnya
Pengertian
• Hak seseorang utk mendapatkan
pemenuhan/tuntutannya
• Berupa imbalan sejumlah uang, karena :
– ditangkap, ditahan, dituntut / diadili tanpa
alasan UU atau
– kekeliruan orangnya/hukum yg diterapkan
Pemeriksaan
1. Diperiksa oleh praperadilan
dlm hal perkara pokoknya belum diperiksa /
diperiksa oleh pengadilan negeri
2. Diperiksa pengadilan negeri
a. Dalam hal perkara pokoknya sudah diperiksa /
diputus pengadilan
b. Sejauh mungkin diperiksa oleh hakim yg sama
c. Acara pemeriksaan praperadilan
d. Putusan berbentuk Penetapan.
Daluarsa
• Dalam waktu 3 bulan sejak putusan MKHT
• Terhadap sah/tidaknya penghentian dik /
tut, 3 bln sejak SP-3 diberitahukan
Jumlah Besarnya
1. Rp.5.000,- s/d Rp.1.000.000,-
2. Mengakibatkan sakit/cacat max
Rp.3.000.000,-
3. Ganti rugi dibayar oleh MenKeu / Kantor
Perbendaharaan negara.
Penggabungan Ganti Rugi
dg perkara pidana
• Tindak pidana menimbulkan kerugian
• Hakim atas permintaan korban dapat
menetapkan digabungkan ganti rugi
dengan perkara pidananya
• Sebelum PU mengajukan tuntutannya
• Dasar hukum Psl. 98 – 101 KUHAP
Tata cara Pemeriksaan
1. PN menimbang apakah berwenang mengadili
gugatan perdata tsb;
2. HA Perdata yg berlaku
3. Putusan Hakim hanya menetapkan biaya yg
telah dikeluarkan oleh korban;
4. Perkara pidana mkht, perdatanya juga mkht
5. Banding, termasuk perdatanya
6. Pidana tidak banding, perdatanya tidak bisa
banding
Pelaksanaan Putusan
• Perkara pidananya oleh Jaksa
• Ganti rugi dilaksanakan oleh Panitera /
Juru Sita.
Rehabilitasi
• Hak seseorang
• Untuk mendapat haknya dalam
kemampuan, kedudukan, harkat dan
martabatnya, karena :
– ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili
– Kekeliruan orang / hukumnya
Tata Cara Pengajuan
dan Pemeriksaan
Permintaan 14 hari setelah putusan
1. Pra peradilan :
1. Diajukan kpd PN yg berwenang
2. Amar : memulihkan hak pemohon, dst.
3. Petikan penetapan praperadilan disampaikan kpd
pejabat ybs dan ditempelkan di papan
pengumuman.
2. Peradilan biasa
1. Putusan bebas, ontslag maka rehabilitasi tanpa
diminta dicantumkan dalam putusan;
2. Amar : memulihkan hak terdakwa…dst.
3. Ditempelkan di papan pengumuman PN.
IX. KONEKSITAS
a. Pengertian
b. Penyidikan
c. Wewenang mengadili
d. Penuntutan
e. Pemeriksaan Sidang
f. Praperadilan Koneksitas
IX.a. Pengertian Koneksitas
• Tindak pidana yang dilakukan bersama-
sama oleh mereka yang termasuk :
– Lingkungan peradilan umum
– Lingkungan peradilan militer
IX.b. Penyidikan
Koneksitas
• Oleh Tim Tetap yang anggotanya :
– Penyidik Polri, PPNS
– Polisi Militer
– Oditur Militer / Odmil tinggi
• Hasilnya diteliti bersama JPU dan Otmil utk
menentukan pengadilan mana yg berwenang;
– Bila ke Peradilan Umum Papera membuat keputusan
dan segera menyerahkan kpd JPU
– Bila ke Peradilan Militer, keputusan Papera menjadi
dasar Odmil utk usulkan ke Menhan + Menkumdang
agar diadili oleh Pengadilan Militer.
IX.c. Wewenang Mengadili
Perkara Koneksitas
• Titik berat pada kerugian akibat tindak
pidana
• Diteliti oleh Jaksa Tinggi dan Odmil
• Ada perbedaan, diputus oleh Jaksa Agung
+ Oditur Jenderal.
IX.d. Peradilan Koneksitas
• Oleh Pengadilan Negeri :
– Hakim Ketua dari PN
– Hakim anggota Hakim PN dan Hakim Militer
– Hukumnya : KUHAP
• Oleh Pengadilan Militer :
– Hakim Ketua dari Hakim Militer
– Anggota : Hakim Militer + Hakim PN
– Hukum Acara : UU 6/1950 jo UU 1/1958
PEMBUKTIAN
PERKARA PIDANA
1. Sistem / Teori Pembuktian :
a. Umum
b. Di Indonesia
2. Alat Bukti :
a. Jenis Alat Bukti
b. Kekuatan pembuktian
c. Barang Bukti
3. Pembuktian :
a. Beban Pembuktian
b. Tahap Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan
c. Persidangan
d. Perbedaan keterangan di penyidikan dengan di sidang
Sistem / Teori
Pembuktian
a. Umum :
1. Keyakinan Hakim semata (conviction intime)
2. Keyakinan Hakim atas alasan logis
( conviction raisonnee )
3. Pembuktian menurut UU secara positif (positif
wettelijk stelsel)
4. Pembuktian menurut UU secara negatif
( negatif wettelijk stelsel )
b. Di Indonesia :
– Negatif wettelijk stelsel
– Pasal : 183 KUHAP
Jenis
Alat Bukti
Pasal 184 KUHAP:
• Keterangan Saksi
• Keterangan Ahli
• Surat
• Petunjuk
• Keterangan Terdakwa
Kekuatan Pembuktian
keterangan Saksi
Keterangan Saksi ( Psl.185 )
1. Apa yang diterangkan di sidang ( disumpah )
2. Seorang Saksi tidak cukup membuktikan
3. Disertai satu alat bukti sah lain ( Ps. 183 )
4. Bukti rantai (ketting bewijs)
5. Pendapat, rekaan, bukan ket. Saksi ( Ps.1 no.27)
6. Harus diperhatikan :
a. Persesuaian antar saksi
b. Persesuaian dg alat bukti lain
c. Alasan memberikan keterangan
d. Cara hidup / kesusilaan saksi
Kekuatan Bukti
Keterangan Ahli
Pasal 186 KUHAP :
• Apa yang dinyatakan di sidang ( setelah
disumpah )
• Dapat juga diberikan di penyidik / penuntut
umum dengan laporan dibawah sumpah
Kekuatan Bukti
Surat
Pasal 187 KUHAP :
• Dibuat atas sumpah jabatan :
– BA / surat lain ttg keterangan, kejadian,
keadaan, dilihat, dialami
– Yang dibuat menurut per-uu-an
– Surat keterangan ahli
– Surat lain yg ada hub. dg alat bukti lain
Kekuatan Pembuktian
Petunjuk
Pasal 188 KUHAP
• Adalah : perbuatan, kejadian, keadaan
bersesuaian menandakan telah terjadi tindak
pidana dan siapa pelakunya
• Diperoleh dari : Ket. Saksi, Surat, Keterangan
Terdakwa
• Kekuatan pembuktian diserahkan kepada
Hakim dg arif, bijaksana, cermat, seksama dan
hati nurani.
• Tipikor, KPK : pengertiannya diperluas
Kekuatan Pembuktian
Keterangan Terdakwa
Pasal 189 KUHAP :
1. Apa yg dinyatakan di sidang yg ia
lakukan, ketahui, alami sendiri
2. Ket. diluar sidang dapat membantu
3. Hanya dapat digunakan thd dirinya
4. Tidak cukup utk membuktikan, harus
disertai alat bukti lain
Barang Bukti
• Ialah : benda bergerak, tidak bergerak, yg
mempunyai hubungan dg tindak pidana
• Harus disita dg BA oleh penyidik dg izin
Ketua PN
• Barang bukti ini dapat menjadi petunjuk
karena dapat menghubungkan antara
TKP, Korban dan Tsk.
Beban Pembuktian
• Tidak diatur di KUHAP
• Pasal 66 Terdakwa tidak dibebani
Pembuktian
• Perdata : siapa yang mendalilkan ia harus
membuktikan ( Jaksa mendakwa )
• UU -Tipikor :
– PU wajib membuktikan
– Ada pembuktian terbalik
Pembuktian
tahap Penyelidikan
• Tidak semua perkara melalui tahap LID
• Penyelidik mempunyai wewenang:
– Menerima laporan + pengaduan
– Mencari keterangan dan barang bukti
– Menyuruh berhenti
– Tindakan lain
• Atas perintah penyidik :
– Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan, penyitaan;
– Pemeriksaan dan penyitaan surat
– Mengambil sidik jari / memotret
– Membawa orang ke penyidik
Pembuktian dalam Tahap
Penyidikan
• Tugas pokok penyidik adalah mencari bukti
(termasuk barang bukti)
• Dari bukti-bukti itu, penyidik menentukan apakah
perbuatan itu merupakan suatu tindak pidana
dan siapa pelakunya
• Apabila penyidik dengan bukti-bukti itu
berpendapat telah terjadi tindak pidana serta
sudah dapat ditentukan tersangkanya maka ia
melimpahkan ke PU
Pembuktian dalam Penuntutan
• PU menerima hasil penyidikan
• PU meneliti : apakah orang dan / benda
hasil penyidikan telah memenuhi syarat
pembuktian
• Bila tidak cukup bukti PU menghentikan
penuntutan
• Bila telah lengkap dan memenuhi
persyaratan > dilimpahkan ke PN
Pembuktian
di Persidangan
• Bukti-bukti tahap DIK diperiksa di sidang apakah
dapat dijadikan alat bukti yang sah
• Apakah yang dinyatakan di sidang oleh :
– Saksi di sidang dapat menjadi alat bukti keterangan
saksi
– Ahli di sidang dapat dijadikan alat bukti ket. Ahli
– Terdakwa dapat dijadikan alat bukti keterangan
terdakwa
– Apakah surat (barang bukti) yg diajukan di sidang
dapat dijadikan alat bukti surat
• Apakah barang bukti,ket.saksi,surat, ket.Tdw
dapat dijadikan alat bukti petunjuk oleh Hakim
XI. UPAYA HUKUM
1. Pengertian
2. Jenis :
a. Upaya hukum biasa :
1. Perlawanan
2. Banding
3. Kasasi
b. Upaya hukum luar biasa :
1. Kasasi demi kepentingan hukum
2. Peninjauan kembali
XI.1. Pengertian
Upaya Hukum
• Pasal 1 angka 12 KUHAP :
• Hak terdakwa / PU
• Untuk tidak menerima putusan pengadilan
• Berupa :
– Perlawanan -- Kasasi
– Banding -- Peninjauan Kembali
• Dalam hal dan menurut cara UU ini
XI.2.a.1. Perlawanan
• Psl. 156 KUHAP, keputusan Hakim atas :
– Pengadilan tidak berwenang mengadili
– Dakwaan tidak dapat diterima / dibatalkan
• Pasal 80, 81 KUHAP : perlawanan atas
putusan praperadilan ttg sah/tidaknya
penghentian penyidikan / penuntutan.
• Pasal 214 (4) : Perlawanan atas putusan
APPLLJ yang tidak dihadiri TDW berupa
perampasan kemerdekaan
XI.2.a.2. Upaya Hukum
Banding
• Psl. 21 UU - 22/2002 :
– Putusan tidak : bebas, ontslag *)
• Psl. 67 KUHAP :
– Putusan tidak : bebas, ontslag *) yang
menyangkut kurang tepatnya penerapan
hukum,
– Putusan dlm perkara APC
*) lihat pasal 191 (2) KUHAP
XI.2.a.3. Upaya Hukum
Kasasi
• Pasal 244 KUHAP :
– Oleh PU atau Terdakwa / PH
– Kecuali putusan bebas
• Pasal 253 (1) KUHAP, alasan Kasasi :
– Peraturan hukum tidak diterapkan
– Cara mengadili tidak menurut UU
– Pengadilan melampaui batas kewenangan
• Surat MARI : MA/Peb/2651/83 , Yurisprudensi
MA No.19/Kr/1969 :
– Putusan bebas tidak murni dapat dikasasi
XI.2.b.1. Upaya Hukum Luar Biasa
Kasasi demi Kepentingan Hukum
• Pasal 259 – 262 KUHAP
• Terhadap putusan MKHT : PN, PT,
peradilan militer ; kecuali putusan MA
• Oleh Jaksa Agung
• Tidak boleh merugikan pihak yang
berkepentingan
XI.2.b.2. Upaya Hukum Luar Biasa
Peninjauan Kembali
• Psl.23 UUKK : hanya satu kali
• Pasal 263 KUHAP
• Terhadap putusan MKHT ( semua tingkat)
• Kecuali putusan bebas / ontslag
• Terpidana / Ahli waris *)
• Alasan :
– Ada novum
– terbukti tidak dipidana
– Kekhilafan / kekeliruan Hakim
*) dalam perkembangannya Jaksa juga
bisa PK : M.Pakpahan, Polycarpus.
X. PELAKSANAAN
PUTUSAN PENGADILAN
• Psl. 36 UUKK
• Psl. 270 – 276 KUHAP
• Terhadap Putusan yang telah MKHT
• Oleh Jaksa :
– Mati : menurut UU no. 2/Pnps/1964
– Penjara/kurungan > Lapas
– Denda : 1 bulan (dpt diperpanjang), APC = seketika
– Bersyarat : dilakukan dg wasmat sungguh-2
– Biaya perkara
Penutup
Terima kasih atas perhatiannya
WWW