You are on page 1of 121

HUKUM ACARA PIDANA

Dr. SETYO UTOMO, SH., M.Hum


Sistematika
1. Kedudukan, Pengertian dan Fungsi HAP
2. Sejarah HAP
3. Asas – Asas HAP
4. Hak Tersangka / Terdakwa
5. Tahapan HAP
6. Koneksitas
7. Pembuktian
8. Alat Bukti dan Barang Bukti
9. Upaya Hukum
10. Pelaksanaan Putusan
A. KEDUDUKAN HAP
• Moeljatno :
– Bagian dari keseluruhan hukum yg berlaku di
suatu negara
– Yang mengadakan dasar-dasar dan aturan
untuk menentukan kapan dan dalam hal apa
kpd yang melanggar larangan itu dapat
dijatuhi pidana
• Hukum Pidana : Hukum Publik
B. PENGERTIAN HAP
1. Simons
2. Andi Hamzah / van Bemmelen
3. Wirjono Prodjodikoro
B.1. Simons
HAP adalah :
• Hukum yang mengatur :
– Bagaimana negara
– Melalui alat-alatnya
– Melaksanakan haknya
– untuk memidana dan menjatuhkan pidana
B.2. Andi Hamzah
van Bemmelen
• HAP adalah :
• Peraturan-Peraturan yg diciptakan oleh negara,
karena adanya terjadi pelanggaran undang-
undang pidana :
– Negara melalui alat-alatnya menyidik kebenaran
– Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu
– Mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna
menangkap si pembuat dan kalau perlu menahannya
– Mengumpulkan bahan-bahan bukti
– Hakim memberi keputusan
– Upaya hukum
– Melaksanakan keputusan
B.3. Wirjono Prodjodikoro
• HAP adalah :
• Rangkaian peraturan yang memuat cara
bagaimana badan-badan pemerintah yang
berkuasa, yaitu kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan harus bertindak guna
mencapai tujuan negara dengan
menegakkan hukum pidana
Rangkuman
Pengertian HAP
HAP merupakan :
1. Serangkaian peraturan
2. Dibuat oleh negara ( UU )
3. Memberikan wewenang tkpd aparat
penegak hukum
4. Melakukan tindakan penyidikan,
penuntutan dan menjatuhkan pidana
5. Terhadap pelaku tindak pidana
C. FUNGSI / TUJUAN
HAP
1. Penegakan hukum
2. Mencari dan mendapatkan kebenaran
materiil
3. Melaksanakan putusan pengadilan
4. Melindungi HAM
Kesimpulan :
HAP adalah utk menegakkan hukum
pidana materiil.
II. Sejarah + Ruang Lingkup HAP
A. Sejarah HAP di Indonesia
B. Sejarah KUHAP
C. Ruang Lingkup HAP Indonesia
II.A. Sejarah HAP
di Indonesia
• GG Hindia Bld melalui Firman Raja No.1 tanggal
6 Mei 1946; memerintahkan membuat Peraturan
Peraturan tata usaha kepolisian utk Bumiputera.
• Mr.H.L. Wichers serahkan kpd GG –
JJ.Rochussen tgl.6-8-1847 serahkan konsep
• IR – Stb.1849 No. 63
• HIR – Stb. 1941 no. 44
• UU. No.1 Th.1951 perubahan total susunan
kehakiman
• UU No. 8 Th 1981 KUHAP
II.B. Sejarah KUHAP
• 1967 – dibentuk Panitia Intern Depkeh
• 1968 – Seminar Hukum Nasional II
• 1973 – Prakarsa LPHN, Panitia Intern Depkeh
membahas dg Kejagung, Polri, Hankam
• 12-9-1979 RUU diserahkan kpd DPR
• 9-10-1979 mulai dibicarakan di DPR
• 22-5-1980 dibentuk Tim Sinkronisasi
• 9-9-1981 disetujui Sigab Komisi III DPR
• 23-9-1981 disetujui Paripurna DPR
• 31-12-1981 disahkan menjadi UU
II.C. Ruang Lingkup KUHAP
• Lingkungan Peradilan Umum untuk semua
tingkatan :
– Mahkamah Agung
– Pengadilan Tinggi
– Pengadilan Negeri
• Mengikuti asas-asas Hukum Pidana
• Berlaku utk Tindak Pidana Khusus, kecuali
ditentukan lain :
– UU Pasar Modal -- Tipikor -- Perikanan
– UU Bapebbti -- HAM Berat -- Pengadilan Anak
III. ASAS-ASAS
HAP
1. Praduga Tak Bersalah
2. Sama di depan hukum
3. Peradilan bebas, sederhana, cepat dan
biaya ringan
4. Peradilan terbuka utk umum
5. Ganti rugi dan rehabilitasi
6. Upaya paksa berdasar perintah tertulis
III.1. Praduga Tak Bersalah
• Psl. 8 UU-4/2004 ttg KPKK
• Dalam KUHAP tidak ditegaskan
• Mengandung asas utama perlindungan hak
warga negara melalui proses hukum yg adil,
mencakup :
– Perlindungan tindakan sewenang-wenang
– Pengadilan yg menentukan bersalah/tidak
– Di sidang terbuka
– Tersangka / terdakwa diberi jaminan membela diri.
III.2. Perlakuan Yang Sama
di depan Hukum
• Konvensi Internasional ttg Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Rasial 1965
• Diratifikasi dg UU 29 / 1999
• Asas ini bermakna :
– Equal before the law
– Equal protection on the lawa
– Equal justice under the law
III.3. Peradilan Bebas, Sederhana,
Cepat dan Biaya Ringan
• Pasal 158 KUHAP
• Pasal 18 ayat (2)
• Pasal 24(3), 25(3), 26(3), 27(3), 28(3), 29(5).
• Psl. 29(4) Pasal 107
• Pasal 50 Pasal 110
• Pasal 52 Pasal 102
• Biaya ringan SEMA 19 Okt 1981, minimal
Rp.500,- max Rp.10.000,-
III.4.Peradilan Terbuka
Untuk Umum
• Pasal 53 (3) KUHAP :
“untuk keperluan pemeriksaan, Ketua sidang
membuka sidang dan menyatakan terbuka
untuk umum” kecuali perkara kesusilaan dan
anak-anak.
• Pasal 195 KUHAP :
“ semua putusan pengadilan hanya sah
dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan di sidang terbuka untuk umum”
III. Ganti Rugi
dan Rehabilitasi
• Penjelasan KUHAP
• Psl. 9 ayat (1) UU-KPKK
• Psl. 77 – 83 KUHAP ttg Pra Peradilan
• Psl. 95 – 97 KUHAP , Psl. 7 – 15 PP
27/1983
• Psl. 9 ayat (2) UU-KPKK
III.6. Upaya Paksa
berdasar Perintah Tertulis
Penangkapan
( Psl. 1 no. 20; Psl. 16, 17, 18, 19 KUHAP )
a. Penahanan
( Psl. 1 no.21; Psl. 20 – 31 KUHAP )
b. Penggeledahan
( Psl.1 no.17,18 ; Psl. 32 – 37 KUHAP )
c. Penyitaan
( Psl.1 no.16 ; Psl.38 – 43 KUHAP )
IV. HAK-HAK TERSANGKA,
TERDAKWA, PENASIHAT HUKUM
1. Hak Tersangka
2. Hak Terdakwa
3. Hak Penasihat Hukum
IV.1. Hak Tersangka
( Tingkat Penyidikan )
a. Segera diperiksa oleh penyidik (ps.50)
b. Pemeriksaan baru dimulai setelah Tersangka
diberitahu perbuatan yang disangkakan (53)
c. Memberikan keterangan secara bebas
d. Mendapat bantuan Hukum (54-56)
e. Mengajukan saksi / ahli yang meringankan
(65)
f. Tidak dibebani pembuktian(66)
g. Minta ganti rugi / rehabilitasi (77b,81,95-97)
h. Memperoleh salinan BAP.
IV.2. Hak Terdakwa
( Tingkat Penuntutan )
a. Perkaranya segera diadili
b. Mengerti dakwaannya
c. Memberikan keterangan dengan bebas
d. Diadili terbuka untuk umum
e. Mengajukan pertanyaan kpd saksi
f. Mengajukan keberatan thd dakwaan
g. Menolak hakim yang ada hubungan keluarga
h. Menentukan sikap atas putusan
IV.3. Hak Penasihat Hukum
1. Menghubungi Tersangka/Terdakwa
2. Memperoleh Turunan BAP
3. Mengirim + menerima surat dari Tsk / Tdw
4. Mengajukan penangguhan / pengalihan
penahanan
5. Mengajukan alat bukti (yg meringankan)
6. Mendampingi Tsk/Tdw di setiap tingkat
pemeriksaan
7. Mengajukan Pembelaan / Duplik
8. Mengajukan Upaya Hukum
V. TAHAPAN
HAP
• Van Bemmelen : lihat hal. 10 ( 7 tahap )
• KUHAP :
1. Penyelidikan
2. Penyidikan
3. Pra Penuntutan / Penuntutan
4. Pemeriksaan di Pengadilan
5. Putusan Pengadilan
6. Upaya Hukum
7. Pelaksanaan Putusan
8. Pengawasan Pelaksanaan Putusan
V.1. Penyelidikan
a. Pengertian
b. Wewenang Penyelidik
c. Penyelidik
V.1.a. Pengertian Penyelidikan
• Pasal 1 angka 5 KUHAP :
– Serangkaian tindakan Penyelidik
– Untuk mencari dan menemukan
– suatu peristiwa
– Yang diduga sebagai tindak pidana
– Guna menentukan dapat atau tidaknya
dilakukan penyidikan
– Menurut cara yang diatur dalam UU.
V.1.b. Wewenang Penyelidik
1. Karena kewajibannya :
a. Menerima laporan / pengaduan
b. Mencari keterangan dan bukti
c. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai
d. Tindakan lain yg bert.jawab
2. Atas perintah penyidik :
a. Penangkapan, penggeledahan, penyitaan
b. Pemeriksaan dan penyitaan surat
c. Mengambil sidik jari, memotret orang
d. Membawa orang ke penyidik
V.1.c. Penyelidik
• Pasal 1 angka 4
– Pejabat polisi negara RI
– Yang diberi wewenang oleh UU ini
– Untuk melakukan penyelidikan
II. PENYIDIKAN
a. Pengertian
b. Macam-macam Penyidik
c. Wewenang :
1. Penyidik Polri
2. PPNS
3. Hubungan antar Penegak Hukum
II.a. Pengertian Penyidikan
• Pasal 1 angka 2 KUHAP
– Serangkaian tindakan penyidik
– Dalam hal dan menurut cara dlm UU ini
– Untuk mencari dan mengumpulkan bukti
– Yang dg bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi
– Dan guna menemukan tersangkanya
II.b. Macam-Macam Penyidik
1. Penyidik Polri
2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil
3. Penyidik Pembantu
4. Penyidik Perwira TNI-AL
II.c.1. Wewenang Penyidik
Polri
1. Menerima laporan
2. Melakukan pertama di TKP
3. Menyuruh berhenti orang
4. Penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan
5. Pemeriksaan surat
6. Mengambil sidik jari / memotret
7. Memanggil dan memeriksa Tsk, Saksi
8. Mendatangkan ahli
9. Menghentikan penyidikan
10. Tindakan lain yang bert.jawab
II.c.2. Wewenang Penyidik
PPNS
• Wewenang khusus yang diberikan UU
(Pajak, Bea Cukai, Imigrasi, Kehutanan,
Bapepam, Perikanan)
• Contoh : Psl. 101 (3) UU Perikanan :
– Menahan orang
– Menyita kapal
– Membebaskan kapal / orang dg uang jaminan
II.c.3. Hubungan Antar
Penegak Hukum
• Penyidik Polri dengan PPNS :
a. PenPol Korwas PPNS
b. PenPol beri bantuan dan petunjuk PPNS
c. PPNS melaporkan tindak pidana kpd Penpol
d. SP-3 PPNS dilaporkan kpd PenPol
• Penyidik dengan Penuntut Umum :
a. Penyidik serahkan Berkas kpd PU
b. PU berikan perpanjangan penahanan
c. PU beri petunjuk kpd Penyidik
d. SPDP
e. SP-3 diberitahukan kpd PU
f. PU berikan turunan pelimpahan + dakwaan
III. PRA PENUNTUTAN
a. Pengertian
b. Tata Cara
III.a. Pengertian Pra Penuntutan
• Wewenang PU meneliti berkas perkara
yang diterima dari penyidik, dan
memberikan petunjuk dalam hal berkas
perkara belum lengkap.
• Hubungan hukum secara horizontal dlm
rangka sistem peradilan pidana terpadu
III.b. Tata Cara
Pra Penuntutan
1. Penyidik serahkan berkas kpd PU
2. PU meneliti, 7 hari PU beritahu Penyidik
berkas sudah lengkap/belum
3. Belum lengkap, PU kembalikan kpd
Penyidik dengan Petunjuk
4. 14 hari tidak dikembalikan oleh PU,
berkas dianggap lengkap
5. 14 hari Penyidik melengkapi berkas dan
kembalikan kepada PU
IV. PENUNTUTAN
a. Pengertian
b. Wewenang Penuntut Umum
c. Surat dakwaan :
1. Pengertian
2. Fungsi / hakikat
3. Syarat
4. Bentuk
5. Perubahan
IV.a. Pengertian Penuntutan
Pasal 1 angka 7 KUHAP :
• Tindakan penuntut umum
• Melimpahkan perkara pidana
• ke pengadilan negeri yang berwenang
• Dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam UU ini
• Dengan permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang pengadilan
IV.b. Wewenang
Penuntut Umum
1. Menerima berkas perkara
2. Melakukan Pra Penuntutan
3. Memberikan perpanjangan penahanan
4. Membuat surat dakwaan
5. Melimpahkan perkara
6. Memberitahukan waktu persidangan
7. Melakukan penuntutan
8. Menutup perkara demi hukum
9. Melaksanakan penetapan hakim
10. Melakukan tindakan lain
IV.c.1. Pengertian
Surat Dakwaan
• IR – 1848 :
• Surat / akta
• Memuat rumusan tindak pidana
• Yang didakwakan kpd terdakwa
• Disimpulkan dari hasil penyidikan
• Merupakan dasar pemeriksaan di sidang
pengadilan
IV.c.2. Fungsi / Hakikat
Surat Dakwaan
• Bagi Penuntut Umum :
– Dasar penuntutan
– Analisa yuridis dlm requisitoir
– Upaya hukum
• Bagi Terdakwa / Penasihat Hukum:
– Ajukan bukti yang meringankan
– Dasar menyusun pembelaan
– Upaya hukum
• Bagi Hakim :
– Dasar pemeriksaan di sidang
– Dasar menjatuhkan putusan
IV.c.3.Syarat-Syarat
Surat Dakwaan
a. Syarat Formal :
1. Tanggal dan tandatangan PU
2. Identitas terdakwa
b. Syarat Material :
1. Uraian cerjeleng tindak pidana
2. Waktu terjadinya tindak pidana
3. Tempat tindak pidana dilakukan
IV.c.4. Bentuk
Surat Dakwaan
1. Tunggal
2. Alternatif
3. Subsidair
4. Kumulatif
5. Kombinasi / gabungan
IV.c.5. Perubahan
Surat Dakwaan
• Pengadilan belum tetapkan hari sidang
• Paling lambat 7 hari sebelum sidang
• Bertujuan :
– Sempurnakan surat dakwaan
– Tidak melnjutkan penuntutan
V. UPAYA PAKSA
1. Penangkapan
2. Penahanan
3. Penggeledahan
4. Penyitaan
V.1. Penangkapan
1. Pasal 1 angka 20
2. Pasal 16
3. Pasal 17
4. Pasal 18
5. Pasal 19
V.1.1. Pasal 1 angka 20
(Pengertian Penangkapan)
Adalah :
• Suatu tindakan penyidik
• Berupa pengekangan sementara waktu
kebebasan tersangka / terdakwa
• Apabila terdapat cukup bukti
• Guna kepentingan penyidikan/penuntutan
/ peradilan
• Dalam hal dan menurut cara UU ini
V.1.2. Pasal 17 KUHAP
Perintah penangkapan dilakukan terhadap
seorang yang diduga melakukan tindak
pidana berdasarkan bukti permulaan yang
cukup
V.1.3. Pasal 16
(1) Untuk kepentingan penyelidikan,
penyelidik atas perintah penyidik
berwenang melakukan penangkapan
(2) Untuk kepentingan penyidikan, penyidik
dan penyidik pembantu berwenang
melakukan penangkapan
V.1.4. Pasal 18
(1) Pelaksana penangkapan petugas
kepolisian ( penyidik lain ?)
(2) Tertangkap tangan tanpa SP
(3) Tembusan SP diberikan kpd keluarga
V.1.5. Pasal 19 KUHAP
(1) Waktu penangkapan hanya 1 hari
(2) Terhadap pelanggaran tidak dapat
dilakukan penangkapan, kecualui dua
kali berturut-turt dipanggil tidak datang
tanpa alasan yang sah.
V.2. Penahanan
a. Pengertian
b. Syarat sahnya Penahanan
c. Tata cara Penahanan
d. Jenis Penahanan
e. Perhitungan Masa Tahanan
f. Penangguhan / Pengalihan Jenis
Penahanan
g. Batas Waktu Penahanan
V.2.a. Pengertian Penahanan
• Pasal 1 angka 21 KUHAP
Ialah :
• Penempatan tersangka / terdakwa di
tempat tertentu
• Oleh penyidik / penuntut umum / hakim
dengan penetapannya
• Dalam hal dan menurut cara dlm UU ini
V.2.b.Syarat sahnya
Penahanan
• Syarat Obyektif :
a. Diancam pidana minimal 5 tahun/ lebih
b. Tindak pidana tertentu
• Syarat Subyektif :
– Ada bukti yang cukup
– Ada kekhawatiran tersangka/ terdakwa:
• Melarikan diri
• Menghilangkan barang bukti
• Mengulangi tindak pidana
V.2.c.Tata Cara Penahanan
• Dengan Surat perintah, memuat :
– Identitas Tersangka/Terdakwa
– Alasan penahanan
– Tindak pidana yang disangkakan
• Berita Acara Pelaksanaan :
– Sejak kapan penahanan dilakukan
– Tempat penahanan
• Turunan SP diberikan kpd keluarga
Tidak dipenuhi, dapat diajukan pra-peradilan
V.2.d. Jenis Penahanan
1. Tahanan Rumah Tahanan Negara
2. Tahanan Rumah
3. Tahanan Kota
V.2.e. Perhitungan Masa Tahanan
• Masa penangkapan dan penahanan
dikurangkan dari pidana yg dijatuhkan
• Penahanan RUTAN = jumlah lamanya
ditahan
• Penahanan Kota = 1/5
• Tahanan Rumah = 1/3
V.2.f. Penangguhan/Pengalihan
Jenis Penahanan
1. Penangguhan Penahanan :
a. Jaminan Uang
b. Jaminan Orang
2. Pengalihan Jenis Penahanan
V.2.g. Batas Waktu Penahanan
• Penyidik : ………………….( 20 + 40 = 60 )
– Alasan Khusus…………….. 30 + 30 = 60
• Penuntut Umum: …………( 20 + 30 = 50 )
– Alasan Khusus…………….. 30 + 30 = 60
• Hakim Pengadilan Negeri..( 30 + 60 = 90 )
– Alasan Khusus……………… 30 + 30 = 60
• Hakim Pengadilan Tinggi… 30 + 60 = 90
– Alasan Khusus……………… 30 + 30 = 60
• Hakim Mahkamah Agung… 50 + 60 = 110
– Alasan Khusus……………… 30 + 30 = 60
V.3. Penggeledahan
a. Jenis Penggeledahan
b. Tata Cara Penggeledahan Rumah
c. Tata Cara Penggeledahan Badan
V.3.a. Jenis Penggeledahan
1. Penggeledahan Rumah
2. Penggeledahan Badan
3. Tata Cara Penggeledahan
V.3.a.1. Penggeledahan Rumah
• Tindakan Penyidik
• Memasuki rumah tempat tinggal, tempat
tertutup lainnya
• Untuk melakukan tindakan :
– Pemeriksaan
– penangkapan
• dalam hal menurut cara yang diatur dlm
UU ini
V.3.a.2. Penggeledahan
Badan
• Tindakan Penyidik
• memeriksa badan / pakaian Tsk
• Untuk mencari benda yg diduga keras ada
pada badannya / dibawa
• Untuk di sita
V.3.b. Tata Cara Penggeledahan
1. Rumah :
• Dibekali SP
• Izin dari Pengadilan Negeri
• Penghuni menolak / kosong didampingi
Kades / RW ,dua saksi

2. Badan
V.4. Penyitaan
a. Pengertian
b. Tata Cara Penyitaan
c. Benda yang dapat dilakukan penyitaan
d. Benda sitaan yg dapat dijual lelang
e. Pengembalian Benda Sitaan
V.4.a. Pengertian Penyitaan
Psl. 1 angka 16 KUHAP

Adalah :
• Serangkaian tindakan penyidik
• Mengambil alih / menyimpan di bawah
penguasaannya
• Benda : bergerak / tidak bergerak, berwujud /
tidak berwujud
• Untuk kepentingan pembuktian, dalam :
– Penyidikan
– Penuntutan
– Peradilan
V.4.b. Tata Cara
Penyitaan
a. Oleh penyidik, dengan SP, Izin Ketua PN
b. Sangat mendesak, tanpa izin setelah menyita
minta persetujuan Ketua PN
c. Tertangkap tangan saat itu disita
d. Menyita surat harus ada izin khusus
e. Benda ada pd orang lain, diminta utk
menyerahkan dg tanda terima
f. Surat rahasia harus ada izin khusus dari Ketua
PN
g. Semua benda sitaan disimpan di Rupbasan
V.4.c.Benda yang dapat
dilakukan Penyitaan
1. Benda/tagihan diperoleh dari tindak
pidana
2. Alat melakukan tindak pidana
3. Benda utk menghalangi penyidikan
4. Benda yg khusus dibuat utk melakukan
tindak pidana
5. Benda lain yg mempunyai langsung dg
tindak pidana
6. Benda yg ada dlm sitaan perdata/pailit
V.4.d.Benda Sitaan
yang dapat di lelang
1. Benda yang cepat rusak, biaya simpan
tinggi
2. Prosedur :
a. Dengan persetujuan tersangka
b. Sisihkan utk BB
c. Uang Hasil lelang jadikan BB
d. BS berbahaya , terlarang > amankan
V.4.e.Pengembalian
Benda Sitaan
Sebelum putusan :
• Tidak diperlukan lagi dik / tut
• Perkara dihentikan dik / tut nya
• Perkara dideponeer oleh JA
• Perkara ditutup demi hukum
Setelah putusan :
• Dikembalikan kpd yg disebut dlm putusan
• Dirampas untuk negara
• Dirampas untuk dimusnahkan
• Untuk bukti perkara lain
PEMERIKSAAN
a. Saksi
b. Ahli
c. Tersangka
Pemeriksaan Saksi
1. Menjadi saksi adalah kewajiban hukum
2. Syarat sahnya kesaksian
3. Pemanggilan
4. Pemeriksaan dengan BA
5. Tidak dapat menjadi saksi dan dapat
mengundurkan diri sbg saksi
6. BAP berisi tanya jawab
7. Ditandatangani Penyidik, Saksi/Tsk
Pemeriksaan Ahli
• Minta pendapat
• Sebelum pemeriksaan disumpah/janji
• Dapat memberikan laporan
Pemeriksaan Tersangka
1. Tsk – Psl. 1 angka 14
2. Dipanggil secara sah
3. Diberitahukan :
a. hak-haknya ( didampingi PH )
b. Tindak pidana yg disangkakan
4. BAP dto Tersangka dan Penyidik
PRA PERADILAN
a. Pengertian
b. Obyek
c. Subyek
d. Acara
e. Putusan
f. Gugurnya permintaan
Pengertian Praperadilan
( Psl. 1 angka 10 )
Wewenang pengadilan negeri, untuk
memeriksa dan memutus :
1. Sah/tidaknya penangkapan, penahanan atas
permintaan Tsk/Kel/Kuasanya
2. Sah/tidaknya penghentian penyidikan /
penuntutan atas permintaan demi tegaknya
hukum dan keadilan
3. Permintaan ganti kerugian / rehabilitasi oleh
Tsk/Kel/Kuasa yg perkaranya tidak diajukan ke
pengadilan.
Obyek Praperadilan
a. Tidak sahnya penangkapan
b. Tidak sahnya penahanan
c. Tidak sahnya penghentian Penyidikan
d. Tidak sahnya penghentian penuntutan
e. Tidak sahnya penyitaan
f. Ganti kerugian
g. Rehabilitasi
Subyek Praperadilan
1. Tidak sahnya penangkapan/penahanan
Oleh : Tersangka / Keluarga / Kuasanya
2. Tidak sahnya penghentian penyidikan
Oleh : PU, Pihak ketiga ybkpt
3. Tidak sahnya penghentian penuntutan
Oleh : Penyidik, Pihak Ketiga ybkpt
4. Tidak sahnya penyitaan
Oleh : Tsk / Kel, Pihak Ketiga ybkpt
5. Ganti rugi / Rehabilitasi
Oleh Tsk / Kel, Pihak ketiga ybkpt
Acara Pemeriksaan
Praperadilan
1. Permintaan diajukan kpd PN tempat
termohon tinggal
2. Hakim tunggal, panitera yg menetapkan
setelah tiga hari ditunjuk
3. Hakim mendengar keterangan pemohon,
Tsk, pejabat yg berwenang, surat-surat
yg berhubungan dengan perkara
4. Tujuh hari harus sudah putus.
Putusan
Praperadilan
1. Penangkapan / penahanan tidak sah :
a. Tsk/Tdw segera dikeluarkan
b. Besarnya ganti rugi + rehabilitasi
2. SP-3 tidak sah penyidikan/penuntutan
dilanjutkan
3. SP-3 sah :
a. Tsk ditahan > tetapkan ganti kerugian + rehabilitasi
b. Tsk tidak ditahan > rehabilitasi
4. Penyitaan tidak sah > BS dikembalikan
5. Tidak dapat dimintakan banding, kecuali SP-3
Gugurnya Permintaan
Praperadilan
• Perkara pokoknya sudah mulai diperiksa
oleh pengadilan negeri
• Perkara praperadilan belum selesai /
belum diputus
• Maka permintaan praperadilan gugur demi
hukum.
GANTI KERUGIAN
a. Pengertian
b. Pemeriksaan
c. Bentuk Putusan
d. Daluarsa
e. Jumlah besarnya
Pengertian
• Hak seseorang utk mendapatkan
pemenuhan/tuntutannya
• Berupa imbalan sejumlah uang, karena :
– ditangkap, ditahan, dituntut / diadili tanpa
alasan UU atau
– kekeliruan orangnya/hukum yg diterapkan
Pemeriksaan
1. Diperiksa oleh praperadilan
dlm hal perkara pokoknya belum diperiksa /
diperiksa oleh pengadilan negeri
2. Diperiksa pengadilan negeri
a. Dalam hal perkara pokoknya sudah diperiksa /
diputus pengadilan
b. Sejauh mungkin diperiksa oleh hakim yg sama
c. Acara pemeriksaan praperadilan
d. Putusan berbentuk Penetapan.
Daluarsa
• Dalam waktu 3 bulan sejak putusan MKHT
• Terhadap sah/tidaknya penghentian dik /
tut, 3 bln sejak SP-3 diberitahukan
Jumlah Besarnya
1. Rp.5.000,- s/d Rp.1.000.000,-
2. Mengakibatkan sakit/cacat max
Rp.3.000.000,-
3. Ganti rugi dibayar oleh MenKeu / Kantor
Perbendaharaan negara.
Penggabungan Ganti Rugi
dg perkara pidana
• Tindak pidana menimbulkan kerugian
• Hakim atas permintaan korban dapat
menetapkan digabungkan ganti rugi
dengan perkara pidananya
• Sebelum PU mengajukan tuntutannya
• Dasar hukum Psl. 98 – 101 KUHAP
Tata cara Pemeriksaan
1. PN menimbang apakah berwenang mengadili
gugatan perdata tsb;
2. HA Perdata yg berlaku
3. Putusan Hakim hanya menetapkan biaya yg
telah dikeluarkan oleh korban;
4. Perkara pidana mkht, perdatanya juga mkht
5. Banding, termasuk perdatanya
6. Pidana tidak banding, perdatanya tidak bisa
banding
Pelaksanaan Putusan
• Perkara pidananya oleh Jaksa
• Ganti rugi dilaksanakan oleh Panitera /
Juru Sita.
Rehabilitasi
• Hak seseorang
• Untuk mendapat haknya dalam
kemampuan, kedudukan, harkat dan
martabatnya, karena :
– ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili
– Kekeliruan orang / hukumnya
Tata Cara Pengajuan
dan Pemeriksaan
Permintaan 14 hari setelah putusan
1. Pra peradilan :
1. Diajukan kpd PN yg berwenang
2. Amar : memulihkan hak pemohon, dst.
3. Petikan penetapan praperadilan disampaikan kpd
pejabat ybs dan ditempelkan di papan
pengumuman.
2. Peradilan biasa
1. Putusan bebas, ontslag maka rehabilitasi tanpa
diminta dicantumkan dalam putusan;
2. Amar : memulihkan hak terdakwa…dst.
3. Ditempelkan di papan pengumuman PN.
IX. KONEKSITAS
a. Pengertian
b. Penyidikan
c. Wewenang mengadili
d. Penuntutan
e. Pemeriksaan Sidang
f. Praperadilan Koneksitas
IX.a. Pengertian Koneksitas
• Tindak pidana yang dilakukan bersama-
sama oleh mereka yang termasuk :
– Lingkungan peradilan umum
– Lingkungan peradilan militer
IX.b. Penyidikan
Koneksitas
• Oleh Tim Tetap yang anggotanya :
– Penyidik Polri, PPNS
– Polisi Militer
– Oditur Militer / Odmil tinggi
• Hasilnya diteliti bersama JPU dan Otmil utk
menentukan pengadilan mana yg berwenang;
– Bila ke Peradilan Umum Papera membuat keputusan
dan segera menyerahkan kpd JPU
– Bila ke Peradilan Militer, keputusan Papera menjadi
dasar Odmil utk usulkan ke Menhan + Menkumdang
agar diadili oleh Pengadilan Militer.
IX.c. Wewenang Mengadili
Perkara Koneksitas
• Titik berat pada kerugian akibat tindak
pidana
• Diteliti oleh Jaksa Tinggi dan Odmil
• Ada perbedaan, diputus oleh Jaksa Agung
+ Oditur Jenderal.
IX.d. Peradilan Koneksitas
• Oleh Pengadilan Negeri :
– Hakim Ketua dari PN
– Hakim anggota Hakim PN dan Hakim Militer
– Hukumnya : KUHAP
• Oleh Pengadilan Militer :
– Hakim Ketua dari Hakim Militer
– Anggota : Hakim Militer + Hakim PN
– Hukum Acara : UU 6/1950 jo UU 1/1958
PEMBUKTIAN
PERKARA PIDANA
1. Sistem / Teori Pembuktian :
a. Umum
b. Di Indonesia
2. Alat Bukti :
a. Jenis Alat Bukti
b. Kekuatan pembuktian
c. Barang Bukti
3. Pembuktian :
a. Beban Pembuktian
b. Tahap Penyelidikan, Penyidikan, Penuntutan
c. Persidangan
d. Perbedaan keterangan di penyidikan dengan di sidang
Sistem / Teori
Pembuktian
a. Umum :
1. Keyakinan Hakim semata (conviction intime)
2. Keyakinan Hakim atas alasan logis
( conviction raisonnee )
3. Pembuktian menurut UU secara positif (positif
wettelijk stelsel)
4. Pembuktian menurut UU secara negatif
( negatif wettelijk stelsel )
b. Di Indonesia :
– Negatif wettelijk stelsel
– Pasal : 183 KUHAP
Jenis
Alat Bukti
Pasal 184 KUHAP:
• Keterangan Saksi
• Keterangan Ahli
• Surat
• Petunjuk
• Keterangan Terdakwa
Kekuatan Pembuktian
keterangan Saksi
Keterangan Saksi ( Psl.185 )
1. Apa yang diterangkan di sidang ( disumpah )
2. Seorang Saksi tidak cukup membuktikan
3. Disertai satu alat bukti sah lain ( Ps. 183 )
4. Bukti rantai (ketting bewijs)
5. Pendapat, rekaan, bukan ket. Saksi ( Ps.1 no.27)
6. Harus diperhatikan :
a. Persesuaian antar saksi
b. Persesuaian dg alat bukti lain
c. Alasan memberikan keterangan
d. Cara hidup / kesusilaan saksi
Kekuatan Bukti
Keterangan Ahli
Pasal 186 KUHAP :
• Apa yang dinyatakan di sidang ( setelah
disumpah )
• Dapat juga diberikan di penyidik / penuntut
umum dengan laporan dibawah sumpah
Kekuatan Bukti
Surat
Pasal 187 KUHAP :
• Dibuat atas sumpah jabatan :
– BA / surat lain ttg keterangan, kejadian,
keadaan, dilihat, dialami
– Yang dibuat menurut per-uu-an
– Surat keterangan ahli
– Surat lain yg ada hub. dg alat bukti lain
Kekuatan Pembuktian
Petunjuk
Pasal 188 KUHAP
• Adalah : perbuatan, kejadian, keadaan
bersesuaian menandakan telah terjadi tindak
pidana dan siapa pelakunya
• Diperoleh dari : Ket. Saksi, Surat, Keterangan
Terdakwa
• Kekuatan pembuktian diserahkan kepada
Hakim dg arif, bijaksana, cermat, seksama dan
hati nurani.
• Tipikor, KPK : pengertiannya diperluas
Kekuatan Pembuktian
Keterangan Terdakwa
Pasal 189 KUHAP :
1. Apa yg dinyatakan di sidang yg ia
lakukan, ketahui, alami sendiri
2. Ket. diluar sidang dapat membantu
3. Hanya dapat digunakan thd dirinya
4. Tidak cukup utk membuktikan, harus
disertai alat bukti lain
Barang Bukti
• Ialah : benda bergerak, tidak bergerak, yg
mempunyai hubungan dg tindak pidana
• Harus disita dg BA oleh penyidik dg izin
Ketua PN
• Barang bukti ini dapat menjadi petunjuk
karena dapat menghubungkan antara
TKP, Korban dan Tsk.
Beban Pembuktian
• Tidak diatur di KUHAP
• Pasal 66 Terdakwa tidak dibebani
Pembuktian
• Perdata : siapa yang mendalilkan ia harus
membuktikan ( Jaksa mendakwa )
• UU -Tipikor :
– PU wajib membuktikan
– Ada pembuktian terbalik
Pembuktian
tahap Penyelidikan
• Tidak semua perkara melalui tahap LID
• Penyelidik mempunyai wewenang:
– Menerima laporan + pengaduan
– Mencari keterangan dan barang bukti
– Menyuruh berhenti
– Tindakan lain
• Atas perintah penyidik :
– Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,
penggeledahan, penyitaan;
– Pemeriksaan dan penyitaan surat
– Mengambil sidik jari / memotret
– Membawa orang ke penyidik
Pembuktian dalam Tahap
Penyidikan
• Tugas pokok penyidik adalah mencari bukti
(termasuk barang bukti)
• Dari bukti-bukti itu, penyidik menentukan apakah
perbuatan itu merupakan suatu tindak pidana
dan siapa pelakunya
• Apabila penyidik dengan bukti-bukti itu
berpendapat telah terjadi tindak pidana serta
sudah dapat ditentukan tersangkanya maka ia
melimpahkan ke PU
Pembuktian dalam Penuntutan
• PU menerima hasil penyidikan
• PU meneliti : apakah orang dan / benda
hasil penyidikan telah memenuhi syarat
pembuktian
• Bila tidak cukup bukti PU menghentikan
penuntutan
• Bila telah lengkap dan memenuhi
persyaratan > dilimpahkan ke PN
Pembuktian
di Persidangan
• Bukti-bukti tahap DIK diperiksa di sidang apakah
dapat dijadikan alat bukti yang sah
• Apakah yang dinyatakan di sidang oleh :
– Saksi di sidang dapat menjadi alat bukti keterangan
saksi
– Ahli di sidang dapat dijadikan alat bukti ket. Ahli
– Terdakwa dapat dijadikan alat bukti keterangan
terdakwa
– Apakah surat (barang bukti) yg diajukan di sidang
dapat dijadikan alat bukti surat
• Apakah barang bukti,ket.saksi,surat, ket.Tdw
dapat dijadikan alat bukti petunjuk oleh Hakim
XI. UPAYA HUKUM
1. Pengertian
2. Jenis :
a. Upaya hukum biasa :
1. Perlawanan
2. Banding
3. Kasasi
b. Upaya hukum luar biasa :
1. Kasasi demi kepentingan hukum
2. Peninjauan kembali
XI.1. Pengertian
Upaya Hukum
• Pasal 1 angka 12 KUHAP :
• Hak terdakwa / PU
• Untuk tidak menerima putusan pengadilan
• Berupa :
– Perlawanan -- Kasasi
– Banding -- Peninjauan Kembali
• Dalam hal dan menurut cara UU ini
XI.2.a.1. Perlawanan
• Psl. 156 KUHAP, keputusan Hakim atas :
– Pengadilan tidak berwenang mengadili
– Dakwaan tidak dapat diterima / dibatalkan
• Pasal 80, 81 KUHAP : perlawanan atas
putusan praperadilan ttg sah/tidaknya
penghentian penyidikan / penuntutan.
• Pasal 214 (4) : Perlawanan atas putusan
APPLLJ yang tidak dihadiri TDW berupa
perampasan kemerdekaan
XI.2.a.2. Upaya Hukum
Banding
• Psl. 21 UU - 22/2002 :
– Putusan tidak : bebas, ontslag *)
• Psl. 67 KUHAP :
– Putusan tidak : bebas, ontslag *) yang
menyangkut kurang tepatnya penerapan
hukum,
– Putusan dlm perkara APC
*) lihat pasal 191 (2) KUHAP
XI.2.a.3. Upaya Hukum
Kasasi
• Pasal 244 KUHAP :
– Oleh PU atau Terdakwa / PH
– Kecuali putusan bebas
• Pasal 253 (1) KUHAP, alasan Kasasi :
– Peraturan hukum tidak diterapkan
– Cara mengadili tidak menurut UU
– Pengadilan melampaui batas kewenangan
• Surat MARI : MA/Peb/2651/83 , Yurisprudensi
MA No.19/Kr/1969 :
– Putusan bebas tidak murni dapat dikasasi
XI.2.b.1. Upaya Hukum Luar Biasa
Kasasi demi Kepentingan Hukum
• Pasal 259 – 262 KUHAP
• Terhadap putusan MKHT : PN, PT,
peradilan militer ; kecuali putusan MA
• Oleh Jaksa Agung
• Tidak boleh merugikan pihak yang
berkepentingan
XI.2.b.2. Upaya Hukum Luar Biasa
Peninjauan Kembali
• Psl.23 UUKK : hanya satu kali
• Pasal 263 KUHAP
• Terhadap putusan MKHT ( semua tingkat)
• Kecuali putusan bebas / ontslag
• Terpidana / Ahli waris *)
• Alasan :
– Ada novum
– terbukti tidak dipidana
– Kekhilafan / kekeliruan Hakim
*) dalam perkembangannya Jaksa juga
bisa PK : M.Pakpahan, Polycarpus.
X. PELAKSANAAN
PUTUSAN PENGADILAN
• Psl. 36 UUKK
• Psl. 270 – 276 KUHAP
• Terhadap Putusan yang telah MKHT
• Oleh Jaksa :
– Mati : menurut UU no. 2/Pnps/1964
– Penjara/kurungan > Lapas
– Denda : 1 bulan (dpt diperpanjang), APC = seketika
– Bersyarat : dilakukan dg wasmat sungguh-2
– Biaya perkara
Penutup
Terima kasih atas perhatiannya
WWW

You might also like