You are on page 1of 18

STOIKHIOMETRI

LARUTAN
KELOMPOK :
PRASETYO PAMBUDI
SAPTA ADITYA
RIDHO WAHYU
GANTARA PUTRA P
Konsep Kemolaran Dalam Larutan
Kemolaran menyatakan konsentrasi zat yakni
jumlah zat dalam volume yang ditempatinya
Rumus kemolaran dalam larutan :
M= n/v
M: kemolaran (mol/l)
n: mol zat terlarut( mol )
V: volum larutan
Konsep Mol
Reaksi Penetralan Asam Basa
Reaksi penetralan asam basa
Reaksi yang terjadi antara larutan HCl dan larutan
NaOH dapat ditunjukan oleh persamaan reaksi
berikut : HCl + NaOH NaCl + H2O
Reaksi ini dapat ditulis mengguanakan reaksi ion
bersih-nya sebagai berikut :
Na++ OH-+Cl- Na+ + Cl- + H20
Diperoleh,
H+ + OH- H 2O
Reaksi Pendesakan Logam
Reaksi yang terjadi antara logam Zn dan larutan HCl
dapat ditunjukan oleh persamaan reaksi berikut :
Zn + 2HCl ZnCl2 + H2
Reaksi ini dapat ditulis menggunakan reaksi ion
bersih-nya sebagai berikut :
Zn + 2H+ + 2Cl- Zn2+ + 2Cl- + H2
Diperoleh
Zn + 2H+ Zn2++ H2
Dari reaksi tersebut terlihatr bahwa logam Zn dapat
mendesak posisi H dalam senyawanya.
Reaksi Metatesis
Reaksi metatesis
Reaksi yang terjadi antara larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI
dapat ditunjukan oleh persamaan reaksi berikut :
Pb(NO3)2 + 2KI PbI2 + 2KNO3
Reaksi ini dapat ditulis menggunakan reaksi ion bersih-nya
sebagai berikut :
Pb2+ + 2NO3- + 2K+ + 2I- PbI2 + 2K + + 2NO3-
Diperoleh :
Pb2+ + 2I PbI2
Pada reaksi diatas, terjadi pertukaran pasangan ion dari dua
elektrolit dimana ion Pb2+ dari senyawa Pb(NO3)2
bergabung dengan I- dari senyawa KI.
  
Jenis –jenis Larutan
Jenis-jenis larutan
Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan pelarutnya. Tabel berikut
menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fase komponen-komponennya.

Berdasarkan kemampuannya menghantarkan listrik, larutan dapat dibedakan sebagai larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit. Larutan elektrolit mengandung zat elektrolit sehingga dapat menghantarkan
listrik, sementara larutan non-elektrolit tidak dapat menghantarkan listrik.
Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa merupakan prosedur
penting dalam analisis kimia untuk
menentukan konsentrasi/kemolaran larutan
asam/basa. Hal ini dilakukan dengan
meneteskan larutan standar asam / basa
yang kemolrannya sudah diketahui kedalam
larutan asam/basa yang kemolarannya akan
ditentukan menggunakan buret. Penambahan
larutan standar dilakukan sampai mencapai
titik ekivalen, yakni titik dimana asam basa
habis bereaksi. Titik ekivalen dapat
ditentukan dengan menggunakan suatu
indicator yang harus berubah warna disekitar
titik tersebut. Titik dimana perubahan warna
indicator terjadi disebut titik akhir titrasi.
Cara Menggunakan Pipet
 Pipet : alat untuk mengambil cairan dalam jumlah
tertentu maupun takaran bebas. Jenisnya :
 Pipet seukuran : digunakan untuk mengambil cairan

dalam jumlah tertentu secara tepat, bagian tengahnya


menggelembung.
 Pipet berukuran : berupa pipa kurus dengan skala di

sepanjang dindingnya. Berguna untuk mengukur dan


memindahkan larutan dengan volume tertentu secara
tepat.
 Pipet tetes : berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau

kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung


atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil
cairan dalam skala tetesan kecil.
Cara Menggunakan Buret
Menggunakan buret
Oleh karena presisi buret yang tinggi, kehati-hatian
pengukuran volume dengan buret sangatlah penting
untuk menghindari galat sistematik. Ketika membaca
buret, mata harus tegak lurus dengan permukaan
cairan untuk menghindari galat paralaks. Bahkan
ketebalan garis ukur juga mempengaruhi; bagian
bawah meniskus cairan harus menyentuh bagian atas
garis. Kaidah yang umumnya digunakan adalah dengan
menambahkan 0,02 mL jika bagian bawah meniskus
menyentuh bagian bawah garis ukur. Oleh karena
presisinya yang tinggi, satu tetes cairan yang
menggantung pada ujung buret harus ditransfer ke
labu penerima, biasanya dengan menyentuh tetasan itu
ke sisi labu dan membilasnya ke dalam larutan dengan
pelarut.
Cara Kerja Indikator
Indikator sebagai asam lemah
Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang
sungguh rumit yang akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H"
adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah
molekul asam lemah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika
asam ini dilarutkan dalam air. Pengambilan versi yang
disederhanakan kesetimbangan ini:
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi
adalah biru.
Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang
terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa ion
hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini.
Penambahan ion hidroksida:

Penambahan ion hidrogen:

Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:


Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua
warna akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari keduanya.

Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat alasan yang tepat kenapa
kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus,
terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 – hal itulah
yang menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa.
Seperti yang akan anda lihat pada bagian berikutnya,
hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.
Jingga metil (Methyl orange)
Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan
yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:

Sekarang, anda mungkin berfikir bahwa ketika anda menambahkan asam, ion hidrogen
akan ditangkap oleh yang bermuatan negatif oksigen. Itulah tempat yang jelas untuk
memulainya. Tidak begitu!
Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap
nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini:
Anda memiliki kesetimbangan yang sama antara dua bentuk jingga metil seperti pada
kasus lakmus – tetapi warnanya berbeda.

Anda sebaiknya mencari sendiri kenapa terjadi perubahan warna ketika anda
menambahkan asam atau basa. Penjelasannya identik dengan kasus lakmus –
bedanya adalah warna.
Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning
menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 – mendekati netral. Ini akan
diekplorasi dengan lebih lanjut pada bagian bawah halaman.
Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein
ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.

Pada kasus ini, asam lemah tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang.
Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan
mengubah indikator menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida
menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk
menggantikannya – mengubah indikator menjadi merah muda.
Setengah tingkat terjadi pada pH 9.3. Karena pencampuran warna merah muda dan tak
berwarna menghasilkan warna merah muda yang pucat, hal ini sulit untuk
mendeteksinya dengan akurat!
Asam Kuat VS Basa Kuat
Diagram berikut menunjukkan kurva pH untuk penambahan asam kuat pada basa kuat. Bagian yang diarsir pada
adalah rentang pH untuk jingga metil dan fenolftalein.

Anda dapat melihat bahwa tidak terdapat perubahan


indikator pada titik ekivalen.
Akan tetapi, gambar menurun tajam pada titik ekivalen
tersebut yang menunjukkan
tidak terdapat perbedaan pada volume asam yang
ditambahkan apapun indikator yang anda pilih.
Akan tetapi,hal tersebut berguna pada titrasi untuk memilihih
kemungkinan warna terbaik melalui penggunaan tiap indikator.
Jika anda mengguanakan fenolftalein, anda akan mentitrasi
sampai fenolftalein berubah menjadi tak berwarna (pada pH
8,8)
karena itu adalah titik terdekat untuk mendapatkan titik
ekivalen.Dilain pihak, dengan menggunakan jingga metil, anda
akan mentitrasi sampai bagian pertama kali
muncul warna jingga dalam larutan.
Jika larutan berubah menjadi merah, anda mendapatkan titik
yang lebih jauh dari titik ekivalen.
Asam kuat vs Basa lemah

Kali ini adalah sangat jelas bahwa fenolftalein akan lebih tidak
berguna. Akan tetapi jingga metil mulai berubah dari kuning
menjadi jingga sangat mendekati titik ekivalen.
anda memiliki pilihan indiaktor yang berubah warna pada bagian
kurva yang curam.
Asam lemah vs Basa lemah
Kurva berikut adalah untuk kasus dimana asam dan basa keduanya sebanding lemahnya – sebagai
contoh, asam etanoat dan larutan amonia. Pada kasus yang lain, titik ekivalen akan terletak pada
pH yang lain.

Anda dapat melihat bahwa kedua indikator tidak dapat digunakan. Fenolftalein akan berakhir
perubahannya sebelum tercapai titik ekivalen, dan jingga metil jauh ke bawah sekali.
Ini memungkinkan untuk menemukan indiaktor yang memulai perubahan warna atau mengakhirinya
pada titik eqivalen, karena pH titik ekivalen berbeda dari kasus yang satu ke kasus yang lain, anda
tidak dapat mengeneralisirnya.
Secara keseluruhan, anda tidak akan pernah mentitrasi asam lemah dan asam basa melalui adanya
indikator.
Larutan Natrium Karbonat Dan Asam
Hidroklorida Encer
Berikut ini adalah kasus yang menarik. Jika anda menggunakan fenolftalein atau jingga metil, keduanya akan
memberikan hasil titirasi yang benar – akan tetapi harga dengan fenolftalein akan lebih tepat dibandingkan dengan
bagian jingga metil yang lain.

Hal ini terjadi bahwa fenolftalein selesai mengalami perubahan


warnanya pada pH yang tepat dengan titik ekivalen pada saat
untuk pertamakalinya natrium hidrogenkarbonat terbentuk.

Perubahan warna jingga metil dengan tepat terjadi pada


pH titik ekivalen bagian kedua reaksi.

You might also like