You are on page 1of 2

LKS BUKAN BANK SOAL

(KAJIAN KRITIS TERHADAP AWAS BAHAYA LKS BAGI SISWA SD!


Oeh MUH.MUSLIH Bumisegoro.Blogspot)

Membaca tulisan sdr. Muslih yang mengingatkan para pembaca tentang adanya
bahaya sebuah bahan ajar yang popular kita kenal dengan istilah LKS. Penulis sadar
betul bagaimana Indonesia adalah surga bisnis bagi penulis buku atau mungkin
penerbit Buku Bahan Ajar. Tapi apa ada dengan LKS. LKS mulai popular sejak awal
1980-an hingga sekarang. Penulis ingin mengembalikan posisi LKS pada fungsinya.

Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik. (Poppy Kamalia Devy,2009. Pengembangan Perangkat
pembelajaran untuk Guru SD PPPPTK IPA) . Lembar kegiatan biasanya berupa
petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Biasanya LKS berupa
Eksperimen ataupun Eksperiemen bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Tapi dalam perjalanannya LKS telah berubah arah menjadi apa yang ada
sekarang. LKS telah berubah arah menjadi komoditas bisnis. Entah siapa yang salah,
penerbit hanya bilang kita hanya mengikuti yang lagi laku di pasaran. Penulis yang
pernah ikut terlibat dalam penulisan sebuah LKS mencoba menulis banyak experience
tapi malah banyak terkena edit oleh editor karena pihak penerbit lebih suka banyak
soal. Mereka telah mematok satu LKS terdiri sekian lembar berisi penjelasan dan
sekian soal evaluasi per unit dan soal mid semester serta soal semester .

Apa yang ditulis sdr Muhlis mungkin adalah buah dari banyak soal yang dibuat
oleh penulis LKS. Pertama, LKS hanya melatih siswa menjawab soal. Mengacu kepada
panduan pembuatan LKS. Sistimatika LKS umumnya terdiri dari judul, pengantar,
tujuan, alat, bahanlangkah kerja , kolom pengamatan, pertanyaan. Pertanyaan berupa
pertanyaan yang jawabannya dapat membantu siswa untuk mendapatkan konsep yang
dikembangkan atau untuk mendapatkan kesimpulan. Idealnya memang seharusnya di
buat oleh guru di kelas sendiri. Karena guru sendiri yang tahu indicator yang ingin ia
capai.

Seperti yang ditulis Untuk itu sudah sangat tepat bila pemerintah mengatur
standar mutu buku teks lewat Pusat Perbukuan Depdiknas. Hal ini berarti buku yang
telah lolos dari lembaga tersebut sudah layak digunakan di sekolah. Apalagi dengan
adanya program buku elektonik dari pemerintah, saat ini sangatlah mudah untuk
mendapatkan buku teks bermutu. Penulis sangat setuju apa yang ditulis sdr Muhlis
tetapi Buku sekolah Elektronik yang ada di sekolah tidak dipakai untuk satu tahun
pemakaian. Buku ini masih akan dipakai lagi oleh adik kelasnya tahun depan. Dalam
pengajaran modern tugas di buku tidak selalu berbentuk soal. Kadang berbentuk
mewarnai, Text Marking Labelling dan Recording. Bentuk LKS Text Marking Labelling
dapat berupa Underlaying dan Labelling. Tugas tugas tersebut akan membuat buku
milik sekolah tampak kotor. Penulis bisa menyaran kan kepada guru untuk mencopy
atau memiiki file elektronik agar bisa mencetak untuk bisa dikerjakan bersama-sama.

Apa yang penulis sarankan bisa menjadi alternative apa yang disampaikan sdr
Muhlis bahwa Biasanya LKS buatan penerbit hanya dipakai para guru sebagai bahan
latihan di rumah alias PR, dengan catatan mereka yang memakainya biasanya berdalih
demi kepraktisan karena tak cukup waktu untuk menyiapkan tugas bikinan sendiri.
Guru bisa menyiapkan tugas dengan mencopy di buku BSE soal sesuai indicator yang
ia tetapkan.

Semoga kajian kritis ini menjawab keresahan dan memberikan solusi tentang
permasalahan Buku LKS.

You might also like