You are on page 1of 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecelakaan Lalulintas

2.1 Definisi

2.1.1 Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan adalah serangkaian peristiwa dari kejadian-kejadian yang tidak


terduga sebelumnya, dan selalu mengakibatkan kerusakan pada benda, luka atau
kematian.1 Kecelakaan lalu lintas dibagi atas “A motor-vehicle traffic accident” dan
“Non motor-vehicle traffic accident”, “A motor-vehicle traffic accident” adalah setiap
kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya. “Non motor-vehicle traffic accident”,
adalah setiap kecelakaan yang terjadi di jalan raya, yang melibatkan pemakai jalan
untuk transportasi atau untuk mengadakan perjalanan, dengan kendaraan yang bukan
kendaraan bermotor.8
Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Tahun 1993 Bab XI :
- Pasal 93 Ayat (1), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak
di sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau pemakai
jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
- Pasal 93 ayat (2), korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dapat berupa korban mati, koban luka berat dan korban luka ringan.9
Gambar 2.1 Korban kecelakaan lalu lintas.10

2.1.2 Visum et repertum

Rumusan yang jelas tentang pengertian visum et repertum telah dikemukakan


pada seminar forensik medan pada tahun 1981 yaitu laporan tertulis untuk peradilan
yang dibuat dokter berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan pada waktu
menerima jabatan dokter, yang memuat pemberitaan tentang segala hal atau fakta
yang dilihat dan ditemukan pada benda bukti berupa tubuh manusia yang diperiksa
dengan pengetahuan dan keterampilan yang sebaik-baiknya dan pendapat mengenai
apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut.11

Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai


hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan
demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu dokter dengan ilmu
hukum sehingga dengan membaca visum et repertum dapat diketahui dengan jelas
apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan
norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.

2.1.2.1 Klasifikasi Visum et repertum


Berdasarkan materi yang diperiksa dan pemeriksaan yang mendasarinya,
dikenal pengelompokan visum et repertum sebagai berikut :
1. Visum et repertum psikiatrik
2. Visum et repertum fisik
a. Visum et repertum jenazah, dapat dibedakan atas :
- Visum dengan pemeriksaan luar
- Visum dengan pemeriksaan luar dan dalam
b. Visum et repertum korban hidup, dapat dibedakan atas :
- Visum et repertum perlukaan atau kecederaan
- Visum et repertum keracunan
- Visum et repertum kejahatan seksual

2.1.2.3 Prosedur Pengadaan Visum et repertum Jenazah

Prosedur permintaan visum et repertum korban mati telah diatur dalam pasal
133 dan 134 KUHAP yaitu dimintakan secara tertulis, mayatnya harus diperlakukan
dengan baik, disebutkan dengan jelas pemeriksaan yang diminta, dan mayat diberi
label yang memuat identitas yang diberi cap jabatan dandiletakkan ke bagian tubuh
mayat tersebut. Pemeriksaan terhadap mayat harus dilakukan selengkap mungkin dan
hasil pemeriksaan tersebut dituangkan dalam bentuk visum et repertum yang harus
dapat dianggap sebagai salinan dari mayat tersebut.

Pemeriksaan kedokteran forensik terhadap mayat sebenarnya bersifat


obligatory atau keharusan yang tidak boleh dicegah. Pemberian informasi yang jelas
tentang maksud, tujuan, dan cara pemeriksaan mayat serta manfaatnya kepada
keluarga korban diharapkan akan dapat menghindarkan kesalahpahaman antara pihak
penyidik dengan pihak keluarga korban. Namun apabila jalan damai ini tidak dapat
ditempuh, maka pemeriksaan mayat tetap dapat dilaksanakan secara paksa dan dapat
dengan menerapkan pasal 222 KUHP.14
2. 2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas

Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas,
antara lain15 :
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam
kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran
ramburambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar,
ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat
ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.
2. Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak
berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan
bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai
penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan
teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan.
Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan
diperlukan, di samping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian
kendaraan bermotor secara teratur.
3. Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan,
pagarpengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak
pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlubang sangat
membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.
4. Faktor lingkungan
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti jarak
pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga
terpengaruh karenapenghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau
lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek.Asap dan
kabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.

2.3 Perlukaan

2.3.1 Definisi Perlukaan

Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya


kontinuitas jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar.15

2.3.2 Jenis Perlukaan

Jenis luka dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu: luka akibat kekerasan
tajam, dan kekerasan tumpul.
A. Kekerasan tajam
Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah sebagai berikut16:
- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya runcing
- Bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya
memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk garis lurus
atau sedikit lengkung.
- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
Gambar 2.2 Perlukaan akibat kekerasan tajam17

B. Kekerasan tumpul

Jenis luka yang ditimbulkan akibat kekerasan tumpul adalah luka memar, luka
lecet, dan luka robek/terbuka:8

Luka memar adalah perdarahan jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler
dan vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak, bentuk dan luas memar
dipengaruhi oleh besarnya kekerasan, jenis benda, penyebab, kondisi dan jenis
jaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah serta
penyakit yang diderita. Bila kekerasan tumpul mengenai jaringan longgar seperti di
daerah mata, leher atau pada bayi dan orang usia lanjut, maka memar cenderung lebih
luas. Adanya jaringan ikat longgar memungkinkan berpindahnya memar ke daerah
yang lebih rendah akibat gravitasi. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat
diketahui jika ditemukan “perdarahan tepi”. Pada “perdarahan tepi”, perdarahan tidak
dijumpai pada lokasi yang tertekan, tetapi perdarahan akan menepi sehingga bentuk
perdarahan sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang yang
berdekatan/cetakan negatif.18
Memar biasanya merupakan cedera ringan, karena sangat jarang memar dapat
menyebabkan keadaan yang fatal. Bentuk dan ukuran memar dapat menunjukkan
jenis dan derajat kekerasan yang dialami. Usia dari memar tersebut juga bisa
diperkirakan, sehingga dengan demikian juga dapat memperkirakan saat terjadinya
cedera.19

Luka lecet merupakan luka kulit yang superfisial akibat cedera pada epidermis
yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing.
Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat memberikan petunjuk
kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh.18 Pada luka
robek yang merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat
sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Ciri luka robek adalah tidak beraturan,
tepi tidak rata, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah
yang berambut, sering tampak luka lecet memar di sekitar luka.18 Pada kecelakaan
lalu lintas, terjadinya perlukaan dapat saja disertai dengan patah tulang, baik patah
tulang tertutup atau pun patah tulang terbuka.6

2.3.3 Lokasi dan Mekanisme Perlukaan

Lokasi perlukaan adalah lokasi dimana terjadinya luka akibat kecelakaan lalu
lintas yang meliputi daerah kepala, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, tubuh bagian
depan, dan tubuh bagian belakang. 20

Fakta fisika dasar dapat menjelaskan pola perlukaan yang kompleks karena
kecelakaan lalu lintas:21
1. Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada
kecepatan yang konstan, dengan kecepatan yang berbeda, tidak akan
menimbulkaan efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi
bumi. Adanya perbedaan perpindahan gerak, dapat menyebabkan peristiwa
traumatis yaitu, akselerasi dan deselerasi.
2. Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force.
Jumlah dimana tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung padaarah
datangnya gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak
menimbulkan cedera dan dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G pun
masih bisa tidak menimbulkan cedera, bila datangnya gaya tepat pada sudut
yang tepat pada sumbu panjang tubuh. Tulang frontal dapat menahan gaya
800G tanpa fraktur dan mandibula 400G, demikian juga dengan rongga
thoraks.
3. Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan
tergantung dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau
yang tajam akan menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya
yang sama. Jika sebuah pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari
kecepatan 80 km/jam dan 10 cm2 luas dari kepala membentur kaca depan
kerusakan akan lebih parah dibandingkan dengan gaya yang sama dan
tersebar 500 cm2 sepanjang sabuk pengaman.
4. Pada benturan dari arah frontal, tidak mungkin kendaraan langsung berhenti
sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak.
Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan
mengurangi G force yang akan diterima dari penumpang kendaraan.
5. Nilai dari G forces dapat dihitung dengan rumus G = C ( V2 )/D, dimana V =
kecepatan (km/jam), D jarak stop dimulai dari waktu benturan (m), dan C
adalah konstanta 0.0039.

2.4 Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas


Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari
tabrakan atau benturan dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana
transportasi mempunyai kemampuan untuk menyebabkan kematian atau kecacatan.22

Kematian karena kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi empat kategori
tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :21
1. Arah depan
Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80% dari
semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua
kendaraan/orang bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau bagian
depan dari kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok,
ataupun tiang listrik. Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang dari
kendaraan bermotor akan terus melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman
pada pengguna mobil). Pola dan lokasi luka akan tergantung dari posisi saat
kecelakaan.
2. Arah samping (lateral)
Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain menabrak dari arah
samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam benda tidak
bergerak. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah
depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan
cenderung mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan
mengalami perukaan yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai
bantalan. Bila benturan terjadi pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah
sebaliknya, demikian juga bila tidak ada penumpang.
3. Terguling
Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari samping,
terutama bila tidak dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan,
sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan
dapat terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada
beberapa kasus, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau
terperangkap di bawah kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian
mungkin adalah traumatic asphyxia.
4. Arah belakang
Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau terserap oleh
bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna mobil),
yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan
yang parah dan mengancam jiwa.

2.5 Pemeriksaan Forensik Terhadap Korban Kecelakaan Lalu Lintas

Pada kematian yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan


postmortem dilakukan untuk beberapa alasan :23
- Untuk secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama
bilajenazah telah terbakar habis, atau termutilasi.
- Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan
kesalahan atau kecacatan sarana transportasi. Untuk menentukan seberapa
luas luka yang diterima.
- Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat
menyebabkan kecelakaan tersebut, seperti infark miokardial
ataukeracunan obat.
- Untuk mendokumentasikan penemuan untuk kemungkinan
penggunaannya yang mengarah kepada penegakkan keadilan.

Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor, dan


pada kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti ini
dapat menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan
bermotor pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat
ditemukan di dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban. Pencarian bukti dapat
dilakukan antara lain :21
a. Dalam kendaraan
Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari penumpang
yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan yang
dimana terjadi benturan.
b. Pada tubuh korban
Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang bisa
tertanam pada luka.

Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun


penumpang pada kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah mencakup pemeriksaan
untuk alkohol, karbon monoksida (CO), obat-obatan, dan narkotika. Beberapa
kecelakaan lalu lintas disebabkan karena tindakan bunuh diri (suicidal action).
Beberapa bukti yang menyokong (corroborating evidences) keadaan bisa ditemukan
pada kasus seperti ini, seperti:
a. Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun mengidap
penyakit mental.
b. Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama
maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obatobatan
pada dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya
sendiri di dada ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan.
c. Investigasi pada tempat kejadian perkara (TKP) tidak memperlihatkan adanya
bukti-bukti ataupun adanya saksi yang mendukung.
d. Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung menuju
kepada benda yang tidak bergerak, ataupun sangat jarang ke arah kendaraan
dari arah berlawanan.
e. Bukti lain yang dapat ditemukan seperti adanya batu ataupun objek yang besar
diletakkan di bawah injakan rem kendaraaan.
Bila tabrakan dari kendaraan menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh
terbakar, segala upaya haruslah dilaksanakan untuk mengidentifikasi jenazah yang
terbakar.

You might also like