Professional Documents
Culture Documents
Dr ISKANDAR JAPARDI
Fakultas Kedokteran
Bagian Bedah
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Korteks motorik
Korteks motorik primer (area Brodmann 4) terletak pada gyrus presentalis
lobus frontalis, terbentang dari fisura lateralis hingga batas dorsal hemisfer dan
sebagian permukaan media lobus frontalis rostal dari lobulus parasentralis.
Korteks motorik primer berhubungan dengan penampilan gerakan. Disebelah
rostal area motorik primer tedapat kortesk premotor (area Brodmann 6). Pada
permukaan lateral hemisper yang berhubungan dengan pemuliaan (inisiasi)
gerakan. Area motorik tambahan terdapat pada aspek medial dari area 6 pada
penampang sagital, rostal dari lobulus parasentral. Area ini aktif selama
persiapan gerakan setelah inisasi gerakan. Fungsi area ini terutama berhubungan
dengan gerakan kompleks pada anggota gerak termsuk gerakan anggota gerak
bersama pada kedua sisi tubuh.
Jaras jaras desenden dari korteks serebri yang mempengaruhi aktivitas motorik.
Traktus vestibulospinal
Traktus vestibulospinal ini berjalan menuju funikulus anterior dan bersinaps
dengan sel-sel pada lamina VII dan VIII. Trtaktus vestribulospinal lateral
berjalan pada seluruh panjang medula spinalis, sedangkan trkatus vestibulospinal
medial berjalan hingga setinggi bagian atas torakal. Stimulasi traktus
vestibulosspinal lateral mencetuskan potensial eksitatorik postsinaptik pada
motor neuron ekstensor yang mensarafi otot-otot leher, punggung, anggota
gerak. Stimulasi traktus vestibulospinal medial tidak mempengaruhi motor
neuron anggota gerak. Jaras-jaras vestibulospinal berhubungan dengan postural
tubuh saat gerakan kepala dan pemeliharaan tonus postural.
Jaras sistem motorik yang berasal dari korteks serebri dan batang otak mencapai
medula spinalis dan secara fugsional terdiri atas 2 sistem proyeksi umum,
ventromedial dan lateral. Sistem ventromedial batang otak terdiri atas serabut-
serabut yang berasal dari nukleus interstisial (Cajal), kolikulus superior, formasio
retikularis (mesensefalik, pons, medula oblongata), dan inti vestibularis. Traktus
yang terbentuk dari serabut ini berakhir pada aspek ventral dan medial kornu
anterior (termasuk lamina VII dan VIII). Jaras ventromedial terutama berkaitan
dengan pemeliharaan postur tegak, gerakan terintegrasi dari badan dan anggota
gerak dan progresi gerakan anggota gerak. Jaras ini umumnya memfasilitasi
aktifitas motor neuron yang berproyeksi pada otot-otot ekstensor dan
meninginhibisi aktivitas motor neuron yang berproyeksi pada otot-otot fleksor.
Sitem lateral batang otak terdiri atas serabut-serabut yang berasal dari
nukleus rubber magnoseluler kontralateral yang menuju medula spinalis melalui
traktus rubrosspinalis, dan serabut-serabut dari bagian ventrolateral tegmentum
pontis kontralateral yang menuju medula spinalis melalui kolumna lateralis
medula spinalis. Serabut jaras lateral ini berakhir pada aspek dorsal dan lateral
kornu anterior, termasuk lamina V, VI dan VII. Jaras ini berhubungan dengan
Serebelum
Basal ganglia
Basal ganglia adalah kompleks inti subkortika yang komponen utamanya
terdiri atas nukleus kaudatus, putamen dan globus palidus. Komponen lain dari
basal ganglia adalah kompleks inti amigdaloid dan klaustrum. Kompleks inti lain
yang mempunyai hubungan erat dengan basal ganglia adalah nukleus
subthalamikus dan substansia nigra. Kontrol aktivitas motorik dilakukan melalui
berbagai sirkuit yang melibatkan basal ganglia, korteks serebri dan serebelum
kemudian diteruskan melalui jaras motorik desendens yang selanjutnya
mempengaruhi aktivitas lower motorneuron.
Gerakan yang dipengaruhi oleh basal ganglia adalah yang berhubungan
dengan postur, gerakan otomatis (ayunan tangan waktu berjalan), dan gerakan
terampil. Basal ganglia diduga mempunyai peran dalam perencanaan gerakan
dan sinergi gerakan.
Medula spinalis
SIKLUS BERJALAN
Satu siklus berjalan/gait dimulai dari tumit salah satu kaki mengenai lantai
(heel strike) hingga heel strike berikutnya pada kaki yang sama, disebut 100%
total siklus berjalan. Titik-titik tertentu dari siklus ini dapat diamati.
• 0% : heel strike pada permulaan fase berdiri (stance phase)
• 15% : kaki bagian depan menyentuh lantai, disebut juga foot flat
• 30% : tumit terangkat dari lantai (heel off)
• 45% : lutut dan panggul menekuk untuk mempercepat kaki kedepan
dalam antisipasi fase mengayun (swing phase) disebut knee band
• 60% : jari-jari terangkat dari lantai, akhir dari fase berdiri untuk
mengawali fase mengayun, disebut toe off. Pada pertengahan ayunan
diperlukan dorsofleksi kaki untuk mencegah jari-jari menyentuh lantai.
• 100% : tumit kaki yang sama kembali menyentuh lantai.
Selama total siklus berjalan, fase berdiri meliputi 60% total siklus danfase
mengayun 40%.
Selama berjalan berat badan ditopang oleh salah satu tungkai sementara
tungkai lain melakukan gerakanmaju. Tungkai penopang mula-mula ekstensi
penuh dengan tumit yang pertama menyentuh lantai (heel strike), kemudian
lutut menekuk membuat sudut 150 saat ini bagian depan kaki juga menyentuh
lantai (mid stance),lalu kembali ekstensi hingga tumit mengangkat (heel off)
pada saat pusat gravitasi bergerak ke depan. Tungkai lainny amemulai gerakan
maju segera setelah berat badan dipindahkan pada tungkai penpopang.
Kemudian berat badan ditopang sesaat oleh tumit dari tungkai yang beregrak
maju, kemudian oleh kaki hingga tumit terangkat dan akhirnya oleh bagian
depan kaki. Sehingga gerakan berjalan (gair) yang normal merupakan tahapan
penopangan tumit jari dan maju. Pelvis sedikit berputar kesisi tungkai yang
bergerak kedepan (rotasi pelvis 40 pada masing0masing sisi), dan turun 50 pada
sisi kaki yang mengayun (pelvic tilt). Selama berjalan tungkai juga mengalami
rotasi, femur 8o, tibia 90. dari awal gerakan (toe off) tungkai mengalami rotasi
interna yang mencapai puncaknya pada mid stance (15-20% siklus berjalan),
kemudian terjadi rotasi eksterna hingga fase push off. Bersamaan dengan
gerakan batang tubuh dan tungkai, terdapat gerakan ayunan anggota atas
asosiatif dengan arah berlawanan pada masing-masing sisi ekstremitas.
Perlu diperhatikan:
• simetri dan kehalusan gerakan
• panjang langkah (stride length) dan lebarnya langkah
• kecepatan langkah
• bagian-bagian badan, kepala, bahu,lengan, pinggang, panggul, lutut,
tumit dan kaki
• gerakan yang berhubungan dari mata, kepala dan tubuh
• suara yang dihasilkan dari proses jalan
• pekerjaan pasen.
Gait ataksik.
Terdapat 2 bentuk gait ataksik, yaitu sebagai akibat dari ataksia sensorik dan
yang berhubungan dengan gangguan pada mekanisme koordinasi (gangguan
serebelum).
Gait spastik
Terdapat 2 jenis spastik, yaitu yang berhubungan dengan gangguan jaras
kortikospinalis unilateral dan bilateral.
• Gait pada hemiplegi spastik
Paling sering akibat penyakit serebrovaskuler, namun dapat juga oleh
berbagai lesi yang menyebabkan terputusnya inervasi piramidal pada
Gait Parkinsonism
Pada berbagai sindroma ekstra piramidal, terutama penyakit
parkinson,parkinsonism akibat obat danparkinsonism pasca ensefalitis, terdapat
kelainan gait yang ditandai dengan rigo=iditas, bradikinesia, dan hilangnya
gerakan yang bersamaan (associated movements). Berjalan lambat, kaku (rigid)
dan diseret,pasen berjalan dengan langkah kecil-kecil seperti dibuat-buat.
Terdapat suatu posturyg khas berkaitan dengan deformitas tubuh. Tubuh
menbungkuk, dengan kepala dan leher kedepan, lutut fleksi, ekstremitas atas
fleksi pada bahu, siku dan pergelangan tangan, namun jari-jari ekstensi pada
persendian interfalangel. Posisi membungkuk ini menyebabkan titik berat badan
bergeser kedepan, sehingga menimbulkan jecendrungan jatuh kedepan waktu
berjalan (propulsi), dan juga meningkatnya kecepatan jalan (festination). Sukar
untuk memulai gerakan, tampak ketika pasen berdiri dari kursi dan hendak
memulai berjalan. Gerakan pasen kaku dan memutar dilakukan dengan
lambat,langkah kecil-kecil dan banyak. Ayunan tangan ketika jalan hilang dan ini
berpengaruh pada kecepatan dan keseimbangan. Treomor pada saat jalan
menjadi lebih jelas. Pada beberapa kasus yang menonjol adalah akinesia dengan
Gait apraksia
Adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan anggota gerak bawah
seacra semestinya saat berjalan, meskipun tidak dijumpai adanya gangguan
sensorik atau kelemahan motorik. Didapatkan pada pasen dengan gangguan
serebral yang luas terutama pada lobus frontalis. Pasen tidak dapat melakukan
gerakan kaki dan tungkai yang bertujan, misalnya membuat lingkaran atau
melakukan tendangan pada bola khayalan. Terdapat kesulitan untuk memulai
gerakan pada saat bangkit, berdiri dan berjalan, dan hilangnya urutan
(sequences) gerakan majemuk. Pasen berjalan lambat dan diseret dengan
langakh-langkah pendek. Terdapat kesulitan mengangkat kaki dari lantai atau
berdiri namun tidak memajukan kakinya. Sering terdapat gegenhalten.
KESIMPULAN
Adam RD. Principles of neurology. 4th ed, Singapore ; McGraw Hill 1989: 93-99
Brooke MH. A Clinician’s view of neuromuscular disease.baltimore : William
Wilkins, 1977; 19-22
Carew TC. Descending control of spinal circuits, in Kandel ER. Principles of
neural science. New York: Elsiveier, 1981: 320
Chusid JG. Correlative neuroanatomy and functional neurology. 19th ed.
Singapore: Lange,1985: 197-198
Dejon RN. The Neurologic examiantion 4th ed. Maryland : harper & Row,1979:
419-426
Duus P. Topical diagnosis in neurology. New York: Theime Stratton, 1983: 10-
23, 168
Gilman S. Manter and gatz’s essential of clinical neuroanatomy and
neurophysiology. 8th ed. Philadelphia: FA Davis. 1992+ 76
Kottke FJ. Krusen’s handbook of physical medicine and rehabilitation. 3rd ed.
Philadelphia: WB Saunders,1982: 55