You are on page 1of 13

MAKALAH BAHASA INDONESIA

TEKNIK HIBRIDA MONOSEKS PADA IKAN NILA

Disusun oleh:

Abudi C44100048

Didit Adyat Subaweh C54100066

Diwa Perkasa C54100071

Lucia Pamungkasih Santoso C54100018

Muhammad Khoyrul Prasetyo C54100010

Kelas : A.02

Dosen : Henny Krishnawati

TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA

INTITUT PERTANIAN BOGOR

2010
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan berkah dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara


membudidaya ikan nila dengan baik. Sebab ikan nila mempunyai potensi baik di
bidang kesehatan maupun ekonomi.

Penyusun dalam menyusun karya tulis ini banyak mengalami hambatan-


hambatan. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima
kasih:

1. Ibu Henny Krishnawati selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada kami.

3. Serta semua teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan karya


tulis ini.

Semoga kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan


dorongan dalam penyelesaian karya tulis ini, mendapat pahala yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ini tidak luput
dari kesalahan-kesalahan baik dalam bab penyusunan maupun isinya. Meskipun
demikian mudah-mudahan ada manfaatnya bagi penyusun khususnya dan para
pembaca umumnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membaca.

Bogor, Desember 2010

PENYUSUN
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i


DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar belakang masalah ..........................................................................1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................1
1.3 Tujuan ....................................................................................................1
BAB II KERANGKA TEORI ......................................................................2
2.1 Pengertian teknik hibrida monoseks ........................................................2
2.2 Jenis ikan nila yang dapat dikonsumsi ....................................................2
BAB III PEMBAHASAN ...............................................................................4
3.1 Kurangnya produksi ikan nila untuk diekspor .........................................4
3.2 Peluang ekspor ikan nila .........................................................................5
3.3 Penerapan teknik hibrida monoseks pada ikan ........................................6
3.3.1 Memroduksi benih tunggal kelamin ...............................................6
3.3.2 Pemeliharaan benih tahap I ............................................................7
3.3.3 Pemeliharaan benih tahap II ...........................................................8
3.3.4 Pemeliharaan benih tahap III ..........................................................8
3.3.5 Pengangkutan benih .......................................................................9
BAB IV PENUTUP ........................................................................................11
4.1 Kesimpulan ............................................................................................11
4.2 Saran ......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Minat masyarakat terhadap ikan nila masih sangat tinggi. Kandungan protein
yang tinggi serta rasanya yang gurih menjadi daya tarik masyarakat terhadap ikan nila.
Tingginya minat masyarakat lokal maupun mancanegara ini, menjadi celah para
pengusaha ikan untuk mengekspor ikan nila. Namun tidak tertutup kemungkinan juga
bagi para peternak ikan lokal untuk memanfaatkan kesempatan ini.

Pengembangbiakan ikan nila ini terbilang tidak terlalu rumit. Karena ikan ini
tergolong ikan yang mudah dipelihara. Namun, tingginya permintaan tidak diimbangi
dengan produksi yang memadai. Sehingga dibutuhkan suatu cara yang mampu
meningkatkan produksi ikan nila tersebut. Teknik Hibrida Monoseks adalah salah satu
cara untuk mengatasi masalah tersebut. Cara ini dapat memproduksi ikan nila lebih
banyak daripada cara konvensional pada umumnya.

1.2 Rumusan masalah

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penyusun merumuskan masalah sebagai


berikut:

1) Mengapa produksi ikan nila kurang memadai untuk diekspor?

2) Bagaimana peluang ekspor ikan nila?

3) Apakah teknik monoseks pada ikan nila dapat meningkatkan produksinya?

1.3 Tujuan

1) Memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai produksi ikan nila;


dan

2) Mengetahui cara yang tepat untuk meningkatkan ekspor nila.


BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian teknik hibrida monoseks

Teknik ini sudah dilakukan di Pulau Jawa sejak tahun 1998. Hibrida Monoseks
bertujuan untuk men-'jantan'-kan bibit ikan nila yang nantinya akan tumbuh menjadi
dewasa dengan penggunaan hormon metiltestoteron. Hal ini berkaitan dengan
pertumbuhan bibit jantan lebih cepat 87-91% daripada betina. Sehingga waktu panen ikan
pun lebih cepat. Sebab bibit jantan butuh waktu 4 bulan untuk mencapai bobot 450-500
gr/ekor, betina butuh 6 bulan.

Hormon metiltestoteron dapat diperoleh melalui testis sapi. Karena testis sapi
mengandung kadar testoteron lebih tinggi daripada mencit, domba, dan kambing. Hormon
tersebut dibuat dengan cara mengiris-iris testis sapi menjadi kepingan kecil berukuran
5cm. Kemudian potongan tersebut dimasukan dalam oven bersuhu 60' C. Setelah
cairannya hilang sebagian besar, tambahkan metil alkohol 70%. Campuran ini menjadi
senyawa utama dalam penjantanan larva ikan nanti. Lalu masukan campuran tersebut ke
dalam kolam berisi larva ikan yang berumur 3-5 hari. Karena larutan tersebut akan
memaksa larva menjadi larva jantan berkat hormon metiltestoteron. Tingkat
keberhasilannya pun sampai 90%.

2.2 Jenis ikan nila yang dapat dikonsumsi

Secara umum, jenis-jenis ikan nila dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu ikan nila konsumsi dan ikan nila hias. Jenis ikan nila konsumsi adalah jenis-jenis
ikan nila yang dikomsumsi atau dimakan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang berasal
dari hewani. Sementara Ikan nila hias umumnya diperuntukan untuk memenuhi kepuasan
batin dengan cara memeliharanya sebagai hiasan di dalam akuarium atau kolam-kolam
taman.

Pada umumnya hampir semua jenis ikan nila dapat dikonsumsi. Misalnya saja
nila lokal, nila gift, nila nifi atau nila merah. Hal ini disebabkan daging ikan nila
mengandung kalogen yang jumlahnya jauh lebih rendah daripada daging ternak sehingga
daging ikan lebih empuk dan mudah dicerna. Selain itu fillet nila sangat digemari pasar
dunia karena warna dagingnya putih bersih, kenyal, dan tebal seperti daging ikan kakap
merah. Rasanya pun netral (tawar) sehingga mudah diolah untuk berbagai rasa masakan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kurangnya produksi ikan nila untuk diekspor

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di bidang
perikanan. Dengan luas wilayah laut 7,9 juta km2 serta luas pertambakan dan kolam ikan
yang tersebar di beberapa provinsi menyebabkan Indonesia disebut negara kaya ikan.
Sehingga bukan tidak mungkin kalau Indonesia dapat merajai bisnis perikanan di dunia.

Dalam hal ekspor hasil perikanan Indonesia menghadapi tantangan yang cukup
beragam. Tantangan ini tidak hanya bersifat tarif dan non-tarif. Akan tetapi, harmonisasi
legalisasi perikanan serta peraturan tentang impor dan pemasaran hasil perikanan dari
negara perlu diperhatikan juga. Berdasarkan ketetapan ini kriteria yang harus dipenuhi
oleh fasilitas pengolahan hasil perikanan untuk memenuhi syarat kesehatan dan
kebersihan harus diuraikan secara rinci. Padahal untuk memenuhinya produsen
memerlukan tambahan biaya yang tidak sedikit.

Dari keragaman jenis ikan yang ada, udang dan tuna merupakan primadona
ekspornya padahal masih ada jenis lain yang tidak kalah pamornya namun
pembudidayaannya belum berkembang, salah satunya adalah nila.

Ada sejumlah alasan mengapa nila sangat digemari pasar dunia. Warna
dagingnya putih bersih, kenyal, dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Rasanya pun
netral (tawar), sehingga mudah diolah untuk berbagai rasa masakan. Karena merupakan
hasil budi daya, pasokannya bisa diperoleh setiap saat tanpa terpengaruh musim. Namun
permintaan ekspor ikan nila di dunia masih kurang dari angka kebutuhannya, malah
hanya baru bias memenuhi setengahnya.

Ekspor nila dari Indonesia hingga saat ini hanya mampu melayani tak lebih dari
0,1% dari permintaan pasar dunia. Melihat pasar yang masih begitu menganga, sektor
bisnis budi daya ikan bernama latin oreochromis niloticus ini di dalam negeri juga bisa
didongkrak menjadi salah satu andalan buat pemasukan devisa negara. Harga nila asal
Indonesia di pasaran ekspor pun lumayan tinggi, setiap kilogramnya rata-rata US$ 5, alias
hampir Rp 50.000.
3.2. Peluang ekspor ikan nila

Ikan nila digemari hampir di berbagai belahan dunia. Ikan nila disukai berbagai
bangsa karena dagingnya tebal seperti ikan kakap, terutama ikan nila yang berwarna
merah. Tak heran permintaan ekspor terhadap ikan nila sangatlah tinggi. Banyak
pengusaha kelas atas, menengah, sampai kelas bawah seperti nelayan meraup keuntungan
yang tinggi. Hal ini yang mendorong beberapa pengusaha, terutama pengusaha kelas
menengah menekuni bisnis usaha ikan nila ini.

Harga Rata-
Negara asal Kuantitas (pon) Nilai (US$) Rata
($/lb)
Taiwan 15.951.959 10.237.387 0,64
Kostarika 750.889 1.786.868 2,38
Kolombia 494.913 1.129.261 2,28
Indonesia 330.357 615.922 1,86
Lain-lain 740.212 892.087 1,21
Total 18.268.330 14.661.525 0,80
Sumber: U.S. Departement of Commerce, 1993

Permintaan pasar dunia meningkat dari tahun ke tahun untuk semua jenis ikan
nila. Di Indonesia yang beriklim tropis dan perairannya subur, ikan nila dapat tumbuh
sampai ukuran 1 kg hanya dalam waktu pemeliharaan 6-8 bulan.

Menurut Direktorat Jendral Perikanan, ekspor nila dalam bentuk fillet beku pada
tahun 1993 mencapai 56% dari total impor nila Amerika. Indonesia menduduki
urutan keempat sebagai pemasok nila ke USA setelah Taiwan, Kostarika,
Kolombia. Data terakhir (2007) dari Departemen Kelautan dan perikanan,
menyebutkan ekspor fillet beku nila ke berbagai negara mencapai 10.000 ton.
Sedangkan harga daging ikan nila fillet beku pada tahun 2008 mencapai $4-$5
(Rp40.000,00 - Rp50.000,00) per kg.
Dari data yang didapat, ikan nila memberikan keuntungan yang besar. Letak
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa menyebabkan budidaya ikan nila lebih
diminati karena iklimnya yang tropis sehingga ikan nila mudah untuk dibudidayakan.

3.3. Penerapan teknik hibrida monoseks pada ikan nila

Ikan nila merupakan ikan yang mempunyai sifat-sifat unggul. Namun, dalam
proses budi dayanya, ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar.
Akibatnya, kepadatan kolam meningkat.
Di samping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhannya sehingga
diperlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai ukuran konsumsi yang diharapkan.

3.3.1. Memproduksi benih tunggal kelamin

Untuk mengatasi kekurangan ikan nila tersebut, dikembangkan metode


kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini hanya benih jantan saja
yang dipelihara karena ini hanya benih jantan saja yang dipelihara karena ikan
nila jantan memang tumbuh 2-3 kali lebih cepat dari ikan nila betina. Salah satu
cara untuk untuk memproduksi benih ikan nila, yaitu dengan sistem hibridisasi
antar jenis tertentu.

Menurut hasil penelitian, kawin silang (hibridisasi) antar jenis (spesies)


dalam genus Oreochromis dapat menghasilkan keturunan pertama (F1) yang
hampir 100% jantan.

Kawin silang dapat menghasilkan keturunan yang sifat-sifatnya kurang


baik dan sangat bervarias. Sisi negatif ini muncul bila terjadi kawin antar-
individu hibrida (F1). Bahkan bila kawin liar berlanjut dapat mengakibatkan
langkanya ikan murni. Ini tentu tidak dikehendaki, sebab sifat unggul ikan
menjadi menurun. Kendala lain usaha hibridisasi ini adalah sukar diperoleh induk
murni sebagai bibit untuk dikawinsilangkan. Stok murni ikan O.nilotica,O.
Homorum, O aureus, dan lain-lain masih harus diimpor dari luar negeri. Bagi
pengusaha besar tentu bukan masalah besar karena yang dibutuhkan hanya izin
khusus impor. Namun, pemerintah sangat hati-hati untuk memberi izin impor
jenis-jenis ikan baru, mengingat banyak kemungkinan dampak buruk bila ikan
baru berinteraksi dengan ikan-ikan asli. Dengan demikian, harus diteliti benar-
benar sebelum mengintroduksikan jenis ikan baru.

Perlu dikemukakan bahwa kawin silang antara O. niloticus jantan dan O.


mosambicus betina menghasilkan keturunan pertama (F1) yang masih terdiri
jantan dan betina. Namun, sifatnya sudah lebih baik dari sifat induknya, yaitu
pertumbuhannya lebih cepat.

3.3.2. Pemeliharaan benih tahap I

Setelah dilakukan pemilihan induk yang berkualitas, selanjutnya perlu


dilakukan tahap pemeliharaan induk agar dapat menghasilkan benih yang unggul.
Pemeliharaan benih tahap I sebaiknya dilakukan di kolam tanah. Bak
semen tidak dianjurkan karena terlalu luas. Persiapan kolam tanah harus
dilakukan 7 hari sebelum digunakan. Bila dipergunakan kolam tanah, luasnya
tidak lebih dari 500 . Luas kolam yang ideal adalah 100 , kolam diisi air
sedalam 60-80 cm. Padat penebaran di kolam ini 30-50 ekor .

Makanan selama masa pemeliharaan terdiri dari organisme renik maupun


yang sudah agak lebih besar , seperti cacing, siput air yang lunak, jentik-jentik
berbagai serangga air. Selain itu, juga perlu diberi pakan tabahan berupa dedak,
bekatul, bungkil kacang, atau pakan buatan pabrik yang berukuran remah.
Namun, karena pakan pabrik itu mahal, tidak dianjurkan untuk digunakan.

Untuk menambah pakan alami, lebih baik dilakukan pemupukan ulang.


Pemupukan ini dilakukan setelah 10 hari penebaran benih. Pupuk yang digunakan
berupa pupuk kandang kering sebanyak 20 kg atau pupuk kandang basah empat
keranjang sebanyak 50 kg. Pupuk tersebut diletakan di dalam empat buah
keranjang. Dua keranjang diletakan di depan pintu masuk dan dua keranjang di
sudut kolam. Dengan cara itu, pupuk kandang akan membusuk sedikit demi
sedkit dan menyebar ke seluruh kolam secara bertahap. Pupuk organik itu akan
menarik serangga-serangga untuk bertelur di situ dan larva akan menjadi
makanan bergizi bagi benih ikan.

Benih ikan dipanen setelah dipelihara selama 30 hari atau berukuran 6-8
cm dengan berat 10-15 g/ekor. Bila tak terserang hama, derajat kehidupan
mencapai 60-75%.

3.3.3. Pemeliharaan tahap II


Pemeliharaan benih tahap II merupakan kelanjutan dari
pemeliharaan benih tahap I. Jadi, benih yang ditebarkan pada awal
pembenihan ini sudah cukup kuat. Jika pemeliharaan 2 bulan, benih sudah
berukuran 15-17cm dengan berat badan 30-40 g/ekor. Pada tahap
pemeliharaan ini, benuh ikan sangat rakus dan cepat pertumbuhannya,
sehingga perlu pakan tambahan yamg lebih banyak .
Pemupukan ulang juga sangat dianjurkan. Bahan dan cara
pemberian pakan tanbahan sama dengan pemeliharaan tahap I. Benih pada
tahap ini dipanen pada bobot 30-50 g/ekor. Ukuran ini sudah dapat
dikonsumsi sendiri atau dijual sebagian benih.

3.3.4. Pemeliharaan benih tahap III


Pemeliharaan ini sebagai kelanjutan dari pembenihan tahap II.
Tempat peeliharaannya ialah kolam, sawah, atau di keramba jaring apung
yang bermata jaring 1-1,27 cm. Lama pemeliharaan di sini sangat
tergantung permintaan. Ada konsumen menghendaki benih berukuran 100
g dan ada juga yang 200 g. Untuk ukuran 100 g, lama pemeliharaan 1
bulan, sedangkan untuk 200 g, lama pemeliharaannya 2 bulan.
Pembenihan tahap ini dapat juga untuk tujuan produksi ikan
konsumsi. Untuk pertumbuhan yang cepat, pada tahap awal benih
sebaiknya dipilih yang jantan saja. Padat tahap ini natara 4-5 ekor .
Pemupukan ulang sama seperti tahap sebelumnya, tetapi selang waktu 7-
10 hari. Pakan tambahan yang diberikan sama seperti pada pembenihan
tahap II. Bila pemeliharaan dilakukan di dalam jaring apung, makanan
untuk ikan tergantung sepenuhnya kepada pakan buatan.

3.3.5. Pengangkutan benih


Benih ikan yang sudah dipanen dan siap untuk didstribusikan, perlu
ditangani secara khusus dalam proses pengemasan. Hal ini untuk
mencegah kematian ikan selam pengangkutan. Cara pengangkutan ikan
ada dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.

1. Sistem terbuka
Sistem terbuka berlaku untuk pengangkutan jarak dekat dan
pengangkutan yang membutuhkan waktu pendek. Wadah yang
dipergunakan dapat berupa ember, keranjang pikulan dari bambu yang
kedap air (tidak bocor), dan bisa juga digunakan kendil (periuk) dari
tanah liat. Benih ikan diletakan di dalam wadah yang telah diberi
sedikit air. Wadah ditutup dengan penutup sederhana berupa anyaman
bambu atau daun agar tidak mudah terkejut.
Cara pengangkutannya dapat dengan dipikul, diangkut dengan
sepeda. Pada zaman dahulu, kenadaraan sebanyak dan semodern
sekarang, benih selalu dibawa dengan wadah terbuka seperti diatas.
Kemudian, diangkut dengan kereta api atau cikar. Kadang benih yang
diangkut itu harus menginap di jalan sehingga pembawanya perlu
untuk mengganti air agar ikantidak mati.

2. Sistem tertutup
Sistem tertutup digunakan untuk pengangkutan benih ikan jarak
dekat maupun jarak jauh. Wadah yang digunakan ialah kantong
plastik. Untuk jarak dekat kantong plastik tidak perlu diisi oksigen,
sedangkan untuk jarak jauh katong harus ditambah dengan gas
oksigen.
Kantong-kantong yang telah diisi ikan itu diletakan ditempat yang
teduh. Kantong-kantong ini dikemas lagi dalam kardus. Di dalam
kemasan diselipkan es-es yang ditaruh di dalam kantong-kantong
kecil.

Untuk pengangkutan jarak jauh, perlakuan yang diberikan harus lebih


cermat. Air yang digunakan untuk proses pengangkutan harus mempunyai
nilai pH 7,0, tidak mengandung zat besi, , dan . Total alkanitas
sebagai 90 ppm atau lebih.

Benih ikan yang sudah besar dapat diberi penenang agar ikan tidak
meronta-ronta. Untuk itu, dibubuhkan MS 222 sebanyak 0,1-1 g/5 l air, atau
Quuinaldine 115-130 ppm, atau garam dapur 0,5%. Setelah sampai di tempat
tujuan, ikan dipindahkan ke dalam air yang biru. Biasanya ikan akan hidup
normal kembali. Namun, daya tahan terhadap penambahan obat pembius
akan tidak sama untuk setiap ikan. Oleh karena itu, penggunaannya harus
dicoba-coba dahulu.
BAB IV

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Ikan nila memiliki banyak manfaat baik sebagai ikan hias maupun sebagai
ikan konsumsi. Tekstur daginnya yang khas berwarna putih serta tebal membuat
ikan nila mudah diolah menjadi bahan pangan lain sehingga dilirik oleh para
konsumen. Kebutuhan akan ikan nila di dunia yang tinggi, menjadi salah satu
celah bisnis dalam salah satu ekspor ikan. Namun persediaan ikan nila itu sendiri
terbilang kurang untuk menyuplai ketersediaan permintaan dunia.

Teknik hibrida monoseks dapat menjadi solusi bagi para peternak ikan
nila. Teknik ini dapat mempercepat proses panen ikan nila. Sehingga dalam waktu
yang sama, dapat memeroleh panen 1-2 kali. Kemudahan dalam penerapannya,
teknik ini membuat hampir semua peternak ikan dapat melakukannya. Oleh
karena itu, hal tersebut dapat menjawab kebutuhan ikan nila dalam pasar dunia.

4. 2 Saran

Dalam makalah ini, penyusun memberikan beberapa saran sehingga dapat


bermanfaat jika ada penelitian lebih lanjut tentang pentingnya ikan nila untuk
dibudidayakan. Beberapa saran yang berasal dari penyusun adalah

1. mahalnya hormon yang digunakan, sehingga para peternak menengah


ke bawah merasa tidak mampu untuk membelinya,

2. kurang penyuluhan kepada para peternak terkait teknin hibrida


monoseks tersebut, sehingga belum banyak peternak yang paham akan
teknik ini,

3. pemetaan data dari berbagai pihak yang terkait terutama kepada


Direktorat Jendral Perikanan dan Kelautan untuk diperbaharui setiap
tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2009. Bibit ikan nila unggul monoseks jantan. (terhubung berkala)
http://nilanirwana.blogspot.com/2009/jadi-jantan-tanpa-operasi.html (16
Desember 2010).

Nazaruddin. 1993. Komoditi Ekspor Pertanian. Jakarta: Penebar Swadaya.

Subroto, Toto.2007. Budi Daya Ikan di Kolam Air Deras. Jakarta: Karya Mandiri
Pratama.

Suyanto, S Rachmatun. 2010. Pembenihan & Pembesaran Nila. Jakarta: Penebar


Swadaya.

You might also like