You are on page 1of 9

75

AGRIVITA VOLUME 30 No. 1 FEBRUARI-2008 ISSN: 0126-0537

PENEKANAN BEBERAPA MIKROORGANISME ANTAGONIS TERHADAP


PENYAKIT LAYU FUSARIUM GLADIOL

(SUPPRESSION OF SOME ANTAGONIST MICROORGANISMS ON GLADIOLUS FUSARIAL WILT)

Loekas Soesanto, Rokhlani, dan Nur Prihatiningsih


PS Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman,
Jl. H.R Boenyamin No.708 Telp. (0281) 635292, Purwokerto e-mail: lukas_262@yahoo.com

ABSTRACT Gliocladium sp. Pada uji in planta, faktor yang


dicoba ialah kontrol, Fusarium oxysporum f. sp.
Research aimed to know the best antagonist gladioli, P. fluorescens P60, T. harzianum dari
either alone or combination on suppress the jahe, dan Gliocladium sp. Peubah yang diamati
gladiolus wilt disease by in vitro and in planta ialah tingkat penghambatan, berat kering miselium
methods. Factors tested in vitro test were pathogen, masa inkubasi, intensitas penyakit,
Pseudomonas fluorescens P60, Trichoderma populasi akhir patogen dan antagonis, jumlah dan
harzianum both from ginger and ginseng, and panjang daun, dan peubah pendukung. Hasil
Gliocladium sp. For in planta test, factors tested penelitian menunjuk-kan bahwa T. harzianum jahe
were control, Fusarium oxysporum f.sp. gladioli, merupakan antagonis terbaik pada uji in vitro.
P. fluorescens P60, T. harzianum from ginger, and Antagonis tersebut juga mampu menurunkan
Gliocladium sp. Variables observed were inhibition penyakit layu in planta sampai 56.83% dan
level, pathogenic mycelial dry weight, incubation gabungan antagonis dapat menekan penyakit
period, disease intensity, late population of sampai 53.98%. Populasi semua antagonis cen-
pathogen and anta-gonist, numbers and length of derung menurun di akhir pengamatan. Akantetapi,
leaves, and supporting variables. Research results perlakuan yang diberikan belum dapat meningkat-
showed that T. harzianum from ginger was the kan pertumbuhan gladiol.
best antagonist on in vitro treatment. This
antagonist could also decrease the disease in Kata kunci: Trichoderma harzianum, gladioli,
planta up to 56.83%, and the antagonist Gladiolus, Gliocladium sp.,
combination could suppress the disease up to Pseudomonas fluorescens P60,
53.98%. All of the antagonist population tended to Fusarium oxysporum f.sp.
decrease in the end of observation. However, the
given treatment could not be able to increase PENDAHULUAN
growth of gladiolus yet.
Gladiol (Gladiolus hybridus Hort.) me-
Keywords: Trichoderma harzianum, gladioli, rupakan salah satu tanaman hias yang memiliki
Gladiolus, Gliocladium sp., nilai ekonomi cukup tinggi, sehingga berpotensi
Pseudomonas fluorescens P60, untuk dikembangkan, secara luas. Selain hal
Fusarium oxysporum f.sp. tersebut, gladiol mampu menunjang peningkatan
pendapatan petani. Produktivitas bunga potong
ABSTRAK dan bibit gladiol di tingkat petani masih rendah,
sedang permintaan bunga potong meningkat
Penelitian bertujuan untuk mengetahui antagonis rata-rata 10% setiap tahun (Muharam et al.
terbaik baik tunggal atau gabungan dalam 1995).
menekan penyakit layu gladiol secara in vitro Salah satu kendala bagi peningkatan
dan in planta. Faktor yang dicoba pada uji in produksi bunga gladiol ialah gangguan penyakit
vitro ialah Pseudomonas fluorescens P60, tanaman. Penyakit terpenting yang merusak
Trichoderma harzianum dari jahe dan ginseng, dan tanaman gladiol ialah penyakit layu fusarium,

Terakreditasi SK No. 55/DIKTI/Kep/2005


76
Loekas Soesanto dkk.: Penekanan Beberapa Antagonis terhadap Penyakit Layu Fusariuml…………………………..

yang disebabkan oleh jamur F. oxysporum BAHAN DAN METODE


Schlecht. f. sp. gladioli (Massey) Snyder dan
Hansen, yang dapat menimbulkan kerugian di Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
banyak negara (Wilfret, 1980; Lenna dan Penyakit Tumbuhan dan rumah kasa Fakultas
Favaron, 1985 dalam Nuryani et al. 2001). Pertanian Universitas Jenderal Soedirman,
Maryam dan Djatnika (1995) serta Nuryani et al. dengan ketinggian tempat ± 125 mdpl.
(2001) mengatakan bahwa kerugian yang Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan mulai
ditimbulkan patogen tersebut di daerah Cisarua bulan Desember 2004 sampai April 2005.
(Lembang), Cipanas, dan Sukabumi mencapai Penyiapan isolat patogen dan antagoni.
100%. Patogen tersebut menyerang pada semua Isolat F. oxysporum f.sp. gladioli diperoleh dari
bagian tanaman, baik pada subang, batang, daun, koleksi Balithi Segunung, sedang isolat
dan bunga. T. harzianum dari ginseng koleksi, T. harzianum
Upaya pengendalian penyakit layu dari jahe (Soesanto et al. 2003a), Gliocladium sp.
fusarium telah banyak dianjurkan dengan cara koleksi Balithi Segunung, dan P. fluorescens
desinfeksi subang, pensterilan lahan pertanaman P60 (Soesanto dan Termorshuizen, 2001).
(McKay dan Hughes, 1982), dan tindakan Perbanyakan F. oxysorium f.sp. gladioli
budidaya, antara lain pergiliran tanaman dan dilakukan dalam medium PDA, sampai
fungisida (Kartapraja et al. 1996). Penggunaan dihasilkan 6.2x106 konidium per ml larutan.
fungisida harus dipertimbangkan, karena di Perbanyakan T. harzianum dan Gliocladium sp.
samping harganya mahal, juga mengakibatkan dilakukan pada medium Potato Dextrose Liquid
patogen menjadi tahan terhadap fungisida, (PDL) dan dikocok dengan mesin penggojok
menimbulkan ras Fusarium baru, serta dapat (Daiki Orbital Shaker) selama 6 hari pada suhu
menimbulkan pencemaran lingkungan. ruang dengan kecepatan 150 rpm, sehingga
Pengendalian yang berpotensi dikembang-kan diperoleh kepadatan masing-masing 4.7x107 dan
ialah penggunaan agensia antagonis. Beberapa isolat 3.5x107 konidium per larutan. Perbanyakan
mikroba antagonis dilaporkan telah digunakan untuk P. fluorescens P60 menggunakan medium
mengendalikan penyakit tanaman. Nuryani dan King’s B (Schaad, 1980) pada cawan Petri dan
Djatnika (1999) melaporkan bahwa Gliocladium sp. diinkubasi selama 2x24 jam, sampai diperoleh
dan Trichoderma sp. mampu me-nekan pertumbuhan kepadatan 2x108 unit pembentuk koloni (upk)/
Fusarium sp., penyebab bercak bunga sedap malam. ml larutan.
Selain hal tersebut, Gliocladium sp. mampu menekan Penyiapan bibit gladiol. Bibit gladiol (disebut
persentase jumlah tanaman anyelir layu (Nuryani et dengan subang) varietas Holand Merah diperoleh
al., 2004). Strain P60 P. fluorescens telah terbukti dari daerah penanaman bunga gladiol di Sala-
mampu mengendalikan Gaeumannomyces graminis bintana-Sukabumi. Subang selanjutnya ditunaskan
var. tritici (Raaijmaker dan Weller, 1998), Verticillium terlebih dahulu dalam ruang lembab dan gelap,
dahliae (Soesanto, 2000), dan Sclerotium rolfsii sampai tumbuh tunas setinggi sekitar 5 cm.
(Soesanto et al., 2003b). Akantetapi, agensia hayati Penyiapan medium tanam. Medium tanam
tersebut di atas belum pernah digunakan untuk berupa tanah yang disterilkan dengan cara direbus,
mengendalikan penyakit layu fusarium pada gladiol. kemudian dimasukkan ke dalam polibag ber-
Penelitian bertujuan untuk mengetahui ukuran 5 kg. Ke dalam medium tanah selain per-
antagonis yang terbaik dalam menekan lakuan kontrol dituang suspensi patogen sebanyak
F. oxysporum f.sp. gladioli in vitro dan antagonis 10 ml/polibag pada lubang tanam dan siap untuk
yang terbaik dalam menekan penyakit layu ditanami.
fusarium in planta, baik secara tunggal atau Pengujian antagonis in vitro. Uji antagonisme
gabungan. in vitro dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
secara dual culture berjarak 3 cm dari tepi cawan
Petri, dan diulang 5 kali. Perlakuan yang dicoba
yaitu: K = kontrol, A = F >< Pf, B = F >< Th 1 (dari
77
Loekas Soesanto dkk.: Penekanan Beberapa Antagonis terhadap Penyakit Layu Fusariuml…………………………..

Jahe), C = F >< Th 2 (dari ginseng), dan D = F >< Gl. P60 selama 10 menit. Peubah yang diamati ialah
Peubah yang diamati ialah tingkat penghambatan masa inkubasi, intensitas penyakit dengan rumus
antagonis dan berat kering miselium patogen. Tingkat sebagai berikut:
penghambatan dihitung dengan persamaan (Marto- IP = {a/(a+b)}×100%,
redjo et al., 2001), yaitu: dimana:
r1-r2 IP = Intensitas penyakit (%),
I = ---------- x 100% a = Jumlah daun bergejala layu yang diamati
r1 pada tiap tanaman
dimana: b = Jumlah daun sehat yang diamati pada tiap
I = tingkat penghambatan antagonis, tanaman, jumlah akhir antagonis dan
r1 = jejari koloni patogen yang menuju cawan patogen, jumlah daun, panjang daun, dan
Petri, peubah pendukung seperti suhu,
r2 = jejari koloni yang menuju ke antagonis. kelembapan, dan pH tanah.
Penanaman subang gladiol. Penanaman Analisis data dengan menggunakan analisis
dilakukan pada kedalaman 10 cm, masing- varian yang dilanjutkan dengan uji DMRT pada
masing polibag diisi satu bibit (Badriah, 1995). tingkat kesalahan 5%.
Jumlah umbi tiap perlakuan 3 umbi. Tiap
tanaman dihitung intensitas penyakitnya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian antagonis in plant. Penelitian
in planta dilaksanakan di rumah kasa dengan Pengaruh Antagonis In Vitro
Rancangan Acak Kelompok (RAK), yang terdiri Hasil analisis ragam menunjukkan tingkat
atas 12 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan penghambatan dan berat kering miselium
yang diuji ialah: K = kontrol, A = F. oxysporum berbeda sangat nyata (Tabel 1).
f.sp. gladioli (Fog) diinfestasi ke tanah, B = Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat
T. harzianum dari jahe diinfestasi ke tanah penghambatan terbesar terjadi pada perlakuan B
sebanyak 10 ml/polibag tanpa Fog, C = (47.12%) dan D (37.12%), sedang tingkat
Gliocladium sp. diinfestasi ke tanah sebanyak 10 penghambatan terkecil pada kontrol (6.42%).
ml/polibag tanpa Fog, D = P. fluorescens P60 Hal tersebut menunjukkan bahwa T. harzianum
diinfestasi ke tanah sebanyak 10 ml/polibag memiliki daya hambat yang tinggi terhadap
tanpa Fog, E = Fog diinfestasi ke tanah dan bibit pertumbuhan miselium Fusarium, karena
direndam dalam suspensi P. fluorescens P60 mampu bersaing dalam menguasai ruang dan
selama 10 menit, F = Fog diinfestasi ke tanah nutrisi. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat
dan disiram T. harzianum sebanyak 10 Tronsmo (1996) dan Santoso et al. (1999).
ml/polibag, G = Fog diinfestasi ke tanah dan Selain hal tersebut, diduga T. harzianum
disiram Gliocladium sp. sebanyak 10 mengeluarkan zat luar sel yang dapat melisis
ml/polibag, H = Fog diinfestasi ke tanah dan dinding sel Fusarium. sesuai dengan laporan
disiram campuran T. harzianum, dan Elad dan Chet (1984 dalam Santoso et al. 1999),
Gliocladium sp. sebanyak 10 ml/polibag, I = bahwa zat luar sel yang dikeluarkan oleh
Fog diinfestasi ke tanah, disiram T. harzianum T. harzianum mampu melisis komponen dinding
dan bibit direndam dalam suspensi sel jamur Pythium sp. Sementara, Gliocladium
P. fluorescens P60 selama 10 menit (Soesanto et sp. diduga mampu mengeluarkan antibiotika
al., 2003b), J = Fog diinfestasi ke tanah, disiram gliotoksin yang menghambat pertumbuhan
Gliocladium sp. dan bibit direndam dalam patogen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
suspensi P. fluorescens P60 selama 10 menit, Huang (1978). P. fluorescen diketahui meng-
dan L = Fog diinfestasi ke tanah, disiram dengan hasilkan metabolit sekunder antimikroba, antara
campuran Gliocladium sp. dan T. harzianum, lain asam salisilat, indol asetat, HCN, 2-4-
dan bibit direndam dalam suspensi P. fluorescens diacetylphloroglucinol, dan pyoluteorin (Maur-
hoffer et al. 1995; Keel et al. 1996). Senyawa
78
Loekas Soesanto dkk.: Penekanan Beberapa Antagonis terhadap Penyakit Layu Fusariuml…………………………..

gliotoksin dan viridin yang dihasilkan oleh Intensitas penyakit.


Trichoderma spp. dan Gliocladium sp. bersifat Hasil penelitian menunjukkan terjadi beda
menghambat patogen (Baker dan Cook, 1982). nyata antar perlakuan pada intensitas penyakit
Kontrol menghasilkan berat kering miselium (Tabel 2.). Pemberian antagonis baik secara
yang tidak berbeda dengan perlakuan, sedangkan tunggal maupun gabungan berpengaruh nyata
antar perlakuan menghasilkan berat kering miselium terhadap penekanan intensitas penyakit layu
yang tidak berbeda nyata (Tabel 1). Berat kering fusarium pada gladiol. Intensitas penyakit
miselum terbesar terdapat pada kontrol (143.16 mg). tertinggi terjadi pada perlakuan A (77.79%).
Besar kecilnya berat kering miselium selaras dengan Tingginya intensitas penyakit pada perlakuan A
besar kecilnya tingkat penghambatan. Makin besar diduga disebabkan oleh keaktifan patogen, yang
tingkat penghambatan, makin kecil berat kering lebih cepat beradaptasi dan menginfeksi umbi
miselium patogen, karena pertumbuhan patogen dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal
terhambat dan terganggu oleh keaktifan antagonis. tersebut selaras dengan masa inkubasi yang
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rina et al. tercepat. Di samping itu kemungkinan besar
(1993), yang membuktikan miselium Sclerotium Fusarium oxysporum f.sp. gladioli terbawa umbi
rolfsii yang diberi P. fluorescens menipis dan selain sebagai patogen tular-tanah. Umbi gladiol
tertekan pada hari keempat sesudah inkubasi. Bagian yang digunakan didapat dari petani gladiol di
yang menipis menunjukkan miselium telah mati oleh Salabintana Sukabumi, yang diketahui belum
keaktifan antagonis, dan akhirnya berpengaruh pada bersertifikat, sehingga tidak menjamin umbi
penghitungan berat kering miselium. tersebut bebas dari patogen. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Sutakaria (1988) dan didukung
Pengaruh Antagonis in Planta
hasil penelitian Maryam dan Djatnika (1995).
Masa inkubasi.
Intensitas penyakit terendah pada
Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan
perlakuan F, disusul H dan L. Hal tersebut
K, A, B, E, dan L memiliki masa inkubasi yang
diduga T. harzianum dari jahe memiliki sifat
lebih lama dibandingkan perlakuan lainnya.
antagonis lebih kuat terhadap F. oxysporum f.sp.
Hal tersebut karena pada perlakuan A dilakukan
gladioli, baik diaplikasikan secara tunggal
infestasi F. oxysporum f.sp. gladioli, tanpa ada
maupun gabungan dengan Gliocladium sp. dan
antagonis. Selain hal tersebut, patogennya
P. fluorescens P60. Pada perlakuan L, intensitas
bersifat virulen, sehingga patogen lebih cepat
penyakit dapat ditekan hingga 23.81% atau
menginfeksi umbi gladiol.
terjadi penurunan hingga 53.98% (Tabel 2).
Suhu dan pH tanah perlakuan masing-
Antagonis T. harzianum merupakan pesaing
masing sebesar 26.380C dan 5.3. Kondisi tersebut
yang baik dan mampu tumbuh dengan cepat.
sesuai untuk pertumbuhan F. oxysporum f.sp
Selain hal tersebut, T. harzianum bersinergi
gladioli, dengan suhu optimum 25-30oC,
dengan antagonis lain dalam menekan populasi
maksimum pada atau di bawah 370C, dan
patogen tular-tanah. Selain merupakan keadaan
minimum di atas 50C (Domsch et al. 1993).
yang sesuai untuk F. oxysporum f.sp. gladioli,
Perlakuan C, D, F, G, H, I, J menghasilkan masa
kondisi lingkungan juga sesuai untuk
inkubasi yang tidak berbeda dan lebih lama
T. harzianum dan Gliocladium sp. Hal tersebut
dibandingkan perlakuan K, A, B, E, dan L. Hal
sesuai dengan pendapat Sinaga (1986), yang
tersebut diduga karena adanya persaingan antara
menyatakan bahwa suhu optimum untuk
patogen dan antagonis, sehingga patogen mem-
perkembangan Gliocladium sp. dan T. harzianum
butuhkan waktu lama untuk dapat menginfeksi
berkisar antara 25-30oC.
tanaman gladiol. Patogen sukar melakukan pene-
trasi ke tanaman, apabila sistem perakaran dikuasai
oleh antagonis (Widodo, 1993).
79
Loekas Soesanto dkk.: Penekanan Beberapa Antagonis terhadap Penyakit Layu Fusariuml…………………………..

Tabel 1. Rerata tingkat penghambatan antagonis dan berat kering miselium Fusarium
(Table 1. Average of antagonistic inhibiton level and dry weight of Fusarium mycelia)
Perlakuan Tingkat penghambatan (%) Berat kering miselium F. oxysporum f.sp. gladioli (mg)
K 0a 143.16 b
A 24.29 b 30.50 a
B 47.12 c 25.64 a
C 37.12 c 24.04 a
D 39.76 c 22.16 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada taraf kesalahan 5%. Data tingkat penghambatan diretransformasi dari Arc. Sin x dan
data berat kering miselium dari retransformasi x + 0,5 . K = kontrol, A = F. oxysporum f.sp.
gladioli (F) >< P. fluorescens P60, B = F >< T. harzianum dari jahe, C = F >< T. harzianum dari
ginseng, dan D = F >< Gliocladium sp.

Tabel 2. Rerata masa inkubasi dan intensitas penyakit layu fusarium


(Table 2. Average of incubation period and disease intensity of Fusarium wilt).
Perlakuan Masa Inkubasi Intensitas penyakit Panjang daun Jumlah daun
(hsi) (%) (cm) (helai)
K 37.33 a 28.57 a 93.41 a 7.33 a
A 33.67 a 77.79 b 84.18 a 5.33 a
B 40.67 a 22.62 a 90.58 a 7.33 a
C 46.00 b 29.29 a 88.73 a 6.67 a
D 41.33 b 28.57 a 87.18 a 7.00 a
E 36.67 a 37.38 a 89.39 a 5.33 a
F 42.00 b 20.96 a 91.26 a 6.33 a
G 45.33 b 30.48 a 90.78 a 6.33 a
H 45.67 b 23.81 a 93.03 a 7.00 a
I 46.00 b 27.78 a 93.90 a 6.33 a
J 44.00 b 30.48 a 91.50 a 6.33 a
L 40.33 a 23.81 a 89.29 a 6..67 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada taraf kesalahan 5%. Data masa inkubasi dan panjang daun diretransformasi dari x,
sedangkan jumlah daun dianalisis dalam transformasi x + 0,5 . Data intensitas penyakit
diretransformasi dari Arc. sin x . K = kontrol, A = F.o. f.sp gladioli (F), B = T. harzianum jahe
(Th), C = Gliocladium sp. (Gl), D = P. fluorescens P60 (Pf), E = F >< Pf, F = F >< Th, G = F >< Gl, H
= F >< Gl >< Th, I = F >< Th >< Pf, J = F >< Gl >< Pf, dan L = F >< Gl >< Th >< Pf.

Perlakuan antagonis secara gabungan (2000; 2004), dan Soesanto et al. (2003b), yang
antara T. harzianum, Gliocladium sp., dan menyatakan bahwa penerapan gabungan agensia
P. fluorescens P60 memberikan pengaruh positif pengendali yang berbeda mampu memberikan
dalam menekan intensitas penyakit hingga hasil positif yang konsisten daripada penerapan
53.98%. Hal tersebut pernah dilaporkan oleh secara tunggal.
Alabouvette dan Lemancaeu (1999), Soesanto
80
Loekas Soesanto dkk.: Penekanan Beberapa Antagonis terhadap Penyakit Layu Fusariuml…………………………..

Populasi Akhir. Kepadatan populasi F. oxysporum f.sp.


Hasil penelitian menunjukkan terjadi beda gladioli terendah terdapat pada perlakuan K, B, D,
nyata antar perlakuan pada populasi F. oxysporum F, H, dan L. Adanya F. oxysporum f. sp. gladioli
f.sp. gladioli (Tabel 3). Populasi F. oxysporum pada perlakuan K, B, C, dan D diduga patogen
f.sp. gladioli terbanyak terjadi pada perlakuan A terbawa umbi gladiol yang digunakan. Rendahnya
sebesar 176.7 upk/g tanah. Hal tersebut diduga populasi F. oxysporum f. sp. gladioli pada
karena tidak ada mikroba antagonis yang berperan perlakuan B karena T. harzianum dapat berperan
sebagai pesaing. Populasi terendah cenderung sebagai pesaing patogen. Hal tersebut sesuai
terdapat pada perlakuan K, B, C, D, F, dan H. Hal dengan pernyataan Sukamto (1997) yang
tersebut selaras dengan tingginya intensitas menyatakan bahwa Trichoderma sp. mampu hidup
penyakit dan masa inkubasi yang tercepat (Tabel sebagai hiperparasit, meng-hasilkan antibiotika
2.). Sementara, kepadatan T. harzianum, Glio- viridin, dan mempunyai kemampuan tumbuh yang
cladium sp., dan P. fluorescens P60 pada per- lebih cepat, sehingga dapat terjadi persaingan
lakuan A masing-masing 6, 7, 0, dan 0 upk/g. dalam ruang dan nutrisi. Hal tersebut dibuktikan
Adanya T. harzianum diduga berasal dari percikan dengan pertumbuhan T. harzianum di laboratorium
air siraman atau hujan yang disertai angin. pada hasil penelitian in vitro.

Tabel 3. Rerata populasi F. oxysporum f.sp. gladioli, T. harzianum, Gliocladium sp., dan P. fluorescens
P60
(Table 3. Average of population of F. oxysporum f.sp. gladioli, T. harzianum, Gliocladium sp., and P.
fluorescens P60)
Populasi akhir
F. oxysporum T. harzianum Gliocladium sp. P. fluorescens P60
Perlakuan
f.sp gladiol (upk/g tanah) x 101 (upk/g tanah) x 101 (upk/g tanah) x 106
(upk/g tanah) x 101
K 1.00 a 5.33 a 0.33 a 0.00 a
A 17.67 c 0.67 a 0.00 a 0.00 a
B 0.67 a 12.33 b 1.00 ab 0.00 a
C 1.00 a 0.67 a 20.67 d 0.00 a
D 3.33 a 0.33 a 0.00 a 64.00 bc
E 9.00 b 5.00 a 0.67 a 84.00 c
F 2.33 a 13.00 b 0.33 a 0.00 a
G 4.00 b 1.33 a 10.00 b 0.00 a
H 1.67 a 9.00 b 5.00 b 0.00 a
I 5.00 b 5.33 a 1.67 ab 53.00 bc
J 4.67 b 3.00 a 15.33 c 54.00 c
L 3.67 a 10.67 b 5.67 b 33.67 b
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji
DMRT pada taraf kesalahan 5%. Data merupakan hasil retransformasi x + 0,5 K = kontrol, A =
F.o. f.sp gladioli, B = T. harzianum jahe, C = Gliocladium sp., D = P. fluorescens P60, E = F >< P.f, F
= F >< Th, G = F >< Gl, H = F >< Gl >< Th, I = F >< Th >< Pf, J = F >< Gl >< Pf, dan L = F >< Gl ><
Th >< Pf.
81
Loekas Soesanto dkk.: Penekanan Beberapa Antagonis terhadap Penyakit Layu Fusariuml…………………………..

Penambahan antagonis berpengaruh nyata interaksi dengan hifa (Tronsmo, 1996). Sementara,
terhadap populasi akhir patogen. Hal tersebut Gliocladium sp. bersifat antagonis, menyebabkan
nampak pada jumlah populasi untuk perlakuan kematian, dan mampu menghancurkan hifa
F, H, dan L yang masing-masing sebesar 23.3, inangnya dengan sekresi satu atau lebih antibiotika
16.7, dan 36.7 upk/g tanah, berbeda nyata (Djatnika dan Raharjo, 2002).
dengan perlakuan E, I, dan J. Selain hal tersebut,
Komponen Pertumbuhan.
rendahnya populasi patogen di dalam tanah
Hasil analisis ragam terhadap panjang,
disebabkan oleh kemampuan antagonis dalam
luas dan jumlah daun disajikan pada Tabel 2.
menekan jamur patogen. Beberapa hasil peneliti-
Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak terjadi beda
an menunjukkan kemampuan antagonis dalam
nyata pada panjang dan jumlah daun. Hal tersebut
menekan patogen. Soesanto et al. (2004)
diduga karena infestasi F. oxysporum f. sp. gladioli
melaporkan, pemberian perlakuan agensia hayati
menyebabkan intensitas penyakit layu lebih tinggi,
T. harzianum mampu memperlambat masa
sehingga proses fisiologi tanaman gladiol menjadi
inkubasi dan intensitas penyakit layu Fusarium
terganggu dan akhirnya tanaman gladiol tidak
masing-masing 107 his dan 12.67%, apabila
dapat tumbuh dan berkembang secara optimum.
dibandingkan dengan kontrol, masing-masing
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Agrios
sebesar 86-93 his dan 49.61-63.55%.
(1997), yang menyatakan bahwa miselium dan zat
Soesanto et al. (2003) melaporkan bahwa
yang dihasilkan F.oxysporum f. sp. gladioli
perlakuan perendaman P. fluorescens P60 kon-
menyumbat pembuluh xylem, sehingga translokasi
sentrasi 106 upk/ml dapat menekan jumlah
air dalam tanaman menjadi terganggu, dan
sklerotium akhir sebesar 84-86.75%, sedangkan
akibatnya tanaman menjadi layu.
Prayogo dan Hardaningsih (2001) melaporkan,
penggunaan jamur G. roseum di rumah kasa
KESIMPULAN
dapat menghambat penyakit antraknosa pada 3
varietas unggul ubi kayu yaitu Malang 1, Antagonis yang terbaik dalam menekan F.
Malang 2, dan Adin 4 masing-masing sebesar oxysporum f.sp. gladioli in vitro dan in planta
50.61, 48.32, dan 55.83%. Hal tersebut diper- ialah T. harzianum dari jahe. Penggabungan
kuat pendapat Agrios (1997), bahwa jamur di antagonis T. harzianum dari jahe, Gliocladium sp.,
dalam tanah hidup bersama-sama dengan mikro- dan P. fluorescens P60 mampu menekan penyakit
ba antagonis, yang menyebabkan lingkungan layu Fusarium hingga 53.98% dan menurunkan
menjadi miskin zat makanan dan terdapatnya jumlah populasi akhir F. oxysporum f. sp. gladioli
metabolit yang beracun. Sebagai akibatnya, sampai 3.67x101 upk/g.
spora jamur tidak mampu berkecambah dan
bereproduksi. DAFTAR PUSTAKA
Populasi akhir P. fluorescens P60, T. har-
zianum, dan Gliocladium sp. tertinggi masing- Agrios, G. N. 1997. Plant Pathology 4th ed.
masing terdapat pada perlakuan E, F, dan C. Academic Press, New York. pp.703.
Tingginya populasi antagonis tersebut diduga Alabouvette, C. and P. Lemanceau. 1999. Joint
karena dipengaruhi oleh beberapa sifat atau Action of Microbial for Disease Control.
kemampuan masing-masing antagonis. Misalnya, Pp. 117-135. In: F. R. Hall and J. J Menn
P. fluorescens P60 mampu mempertahankan diri (Eds.). Methods in Biotechnology Vol 5:
pada rhizosper, mampu meningkatkan populasi- Biopesticides, Use and Delivery. Humana
nya, menghasilkan senyawa penghambat patogen, Press Inc, Totowa. New York.
dan bersifat aktif (Cook et al. 1998). Trichoderma Badriah, D.S. 1995. Botani dan Ekologi Gladiol.
harzianum mampu berkompetisi dengan patogen Balai Penelitian Tanaman Hias. Jakarta. p.
dalam menguasai ruang dan nutrisi, cepat tumbuh 3-9.
dan membutuhkan sedikit nutrisi, dan meng-
hasilkan antibiotika tidak menguap, dan ber-
82
Loekas Soesanto dkk.: Penekanan Beberapa Antagonis terhadap Penyakit Layu Fusariuml…………………………..

Baker, K. F. and R. J. Cook. 1982. Biological McKay, M. E. and I. Hughes.1982. Growing


Control of Plant Pathogens. W.H. Gladioli. Queensland Agriculture Journal.
Freeman and Co., San Franscisco. pp. 433 180: 127-139.
Cook, R. J., D. M. Weller, and L. S. Tomashow. Muharam, A., T. Sutater, Sjaifullah, dan S.
1998. Potential for Biological Control of Kusumo. 1995. Gladiol. Balai Penelitian
Root Pathogens with Pseudomonas Species Tanaman Hias. Jakarta. pp.59.
Introduced Into Rhizosphere. Phytoparasit. Nuryani dan I Djatnika.1999. Pengendalian
26 (3) : 251-252. Bercak Bunga Sedap Malam dengan Bio-
Djatnika, I dan I.B. Raharjo. 2002. Pengaruh GL dan BIO-TRI. Prosiding Kongres
Beberapa Medium Mikroba Antagonis Nasional XV dan Seminar Ilmiah PFI
Gliocladium sp. dan Trichoderma sp. Purwokerto, 16-18 September.
terhadap Perkembangan dan Penekanan --------, Hanudin, I Djatnika, E. Silvia, dan
Fusarium sp. dan Rhizoctonia solani. Muhidin. 2001. Pengendalian Hayati Layu
Agrin. 6 (13) : 9-19. Fusarium pada Tanaman Anyelir dengan
Domsch, K. H., W. Gams, and T. H. Anderson. Formulasi P. fluorescens, Gliocladium
1993. Compendium of Soil Fungi. sp., dan Trichoderma sp. Laporan Hasil
Volume 1. IHW-Verlag. p. 305-799. Penelitian. Balai Penelitian Tanaman Hias
Huang, H. C. 1978. Gliocladium catelatum: Segunung. Cianjur. pp. 8. (Tidak dipubli-
Hyperparasite of Sclerotium and Fusarium kasikan).
spesies. Can. Jour. Bot. 56(2):2243-2246. --------, Hanudin, I Djatnika, E. Silvia, dan
Kartapraja, R. T. Sutater, dan I Djatnika. 1996. Suhardi. 2004. Pengendalian Penyakit
Pengendalian Fusarium Oxysporum secara Layu Fusarium oxyisporum f.sp. dianthi
Kultur Teknik. Prosiding Tanaman Hias pada Anyelir secara Hayati. Laporan
1996. Balai Penelitian Tanaman Hias, Hasil Penelitian. Balai Penelitian
Jakarta. p. 169-175. Tanaman Hias Segunung, Cianjur. pp. 6.
Keel, C., D. M. Weller, A. Natsch, G. Defago, R. J. (Tidak dipublikasikan).
Cook, and L.S. Tomashow. 1996. Conser- Prayogo, Y. dan S. Hardaningsih. 2001. Potensi
vation of the 2,4-diacetylphloroglucinol Gliocladium roseum untuk Pengendalian
Biosynthesis Locus among Fluores-cent Penyakit Antraknosa (Colletotrichum
Pseudomonas strains from diverse geographic manihotis) pada Ubi Kayu. Prosiding
locations. Appl. Environ. Micro-biol. 62: 552- Kongres Nasional XVI dan Seminar
563. Ilmiah PFI, Bogor. 22-24 Agustus. p. 112-
Martoredjo, T., C. Sumardiyono dan E. H. Astuti. 117.
2001. kajian Pengendalian Hayati Penyakit Raaijmakers, J.M. and D.M. Weller. 1998.
Kapang Hijau pada Buah jeruk dengan Natural Plant Protection by 2,4-
Trichoderma sp. Prosiding Kongres XIV diacetylphloroglucinol-Producing
dan Seminar Nasional PFI. IPB, Bogor. p. Pseudomonas spp. In Take-all Decline
354-356. Soils. MPMI. 11 : 144-152.
Maryam dan I Djatnika. 1995. Pengendalian Rina, Z. A. Ayub, M. Syarifudin, dan Nasrun.
Hama dan Penyakit Gladiol. Balai Pene- 1993. Pengaruh Bakteri Antagonis
litian Tanaman Hias. Jakarta. p. 35-42. Pseudomonas fluorescens dalam Menekan
Maurhoffer, M., C. Keel, D. Hass, and G. Sclerotium rolfsii Penyebab Penyakit
Defago. 1995. Influence of Plant Species Rebah Kecambah pada Cabai dan
on Disease Suppression by Pseudomonas Kedelai. Risalah Kongres Nasional XII
fluorescens strain CHA0 with Enhanced dan Seminar Ilmiah PFI, Yogyakarta. p.
Antibiotic Production. Plant Pathol. 44: 409-413.
40-50.
83
Loekas Soesanto dkk.: Penekanan Beberapa Antagonis terhadap Penyakit Layu Fusariuml…………………………..

Santoso, E., M. Turjaman, dan S. T. Nuhamara. -----------. 2004. Kemampuan Pseudomonas


1999. Studi Antagonisme Trichoderma fluorescens P60 sebagai Agensia Pengendali
harzianum Rifai terhadap Phytium sp. Hayati Penyakit Busuk Batang Kacang
Penyebab Penyakit Lodoh pada Semai Tanah In Vivo. Eugenia. 10(1):8-17.
Sengon (Paraserianthes falctaria (L) ------------, Soedarmono, N. Prihatiningsih, A.
Nielsen. Prosiding dan Seminar IV PFI, Manan, E. Iriani, dan J. Pramono. 2004.
Surakarta. p. 553-559. Pengendalian Penyakit Busuk Rimpang
Schaad, N. W. 1980. Laboratory Guide for Jahe. Laporan Hasil Pengkajian. Lembaga
Identification of Plat Pathogenic Bacteria. Penelitian Universitas Jenderal Soedirman,
Bacteriological Committee of The Purwokerto dan BPTP Jawa Tengah,
American Phytopathological Society, St. Ungaran. pp. 42 (Tidak dipublikasikan).
Paul, Minnesota. pp. 67. Sukamto S. 1997. Uji Antagonis Trichoderma
Sinaga, M. 1986. Biological Control of Some sp. terhadap Jamur Akar Coklat pada
Soilborne Fungal Pathogen of Soybean Tanaman Kakao di Laboratorium.
with Gliocladium sp. Ph.D. Disertation. Prosiding Kongres Nasional XIV dan
pp.162. (Tidak dipublikasikan). Seminar Ilmiah PFI, Palembang, 27-29
Soesanto, L. 2000. Ecology and Biological Oktober. p. 453-455.
Control of Verticillium dahliae. Ph.D Sutakaria, Y. 1988. Penyakit Benih. Jurusan
Thesis. Wageningen University, Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Wageningen, The Netherlands. Pp. 73-87. Pertanian, IPB, Bogor. pp. 48.
-----------. dan A. J. Termorshuizen. 2001. Tronsmo, A. 1996. Trichoderma harzianum in
Potensi Pseudomonas fluorescenas P60 Biological Control of Fungal Deseases.
sebagai Agensia Hayati Jamur-jamur In: R. Hall (eds.). Principles and Practise
Patogen Tular Tanah. Prosiding Kongres of Managing Soil Borne Plant Pathogens.
XIV dan Seminar Nasional PFI, Bogor. p. APS Press, St. Paul, Minnesota. pp. 212-
183-186. 221.
------------, R. Hidayat, dan D. S. Utami. 2003a. Wilfret, G. J. 1980. Gladiolus. In: R. A. Larson
Prospek Pemanfaatan Pseudomonas fluores- (ed.) Introduction to Horticulture.
cens P60 untuk Pengendalian Penyakit Academic Press. New York. p. 136-178.
Busuk Batang pada Kacang Tanah. J. Widodo. 1993. Penggunaan Pseudomonas
Fitopatologi Indonesia. 7 (1) :1-6. Kelompok Fluorescens untuk
Soesanto L., Soedarmono, N. Prihatiningsih, A. Mengendalikan Penyakit Akar Gada
Manan, E. Iriani, dan J. Pramono. 2003b. pada Caisin (Brassica campestris
Kajian Geofitopatologis Penyakit Rimpang var.chinensis). Thesis Pasca Sarjana.
Tanaman Jahe di Wilayah Jawa Tengah. IPB, Bogor. pp.41.
Laporan Hasil Penelitian. Lembaga
Penelitian Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto dan BPTP Jawa Tengah,
Ungaran. pp.50 (Tidak dipublikasikan).

You might also like